You are on page 1of 7

ISSN 0215·8250

82

EFEKTIFITAS METODE DEMONTRASI DALAM MENINGKA TKAN BASIL BELAJAR IPA

(Studi tindakan pada siswa kelas VI SD No.2 dan 8 Pedungan)

oleh

Rinda Suardika Program Studi PGSD

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode demontrasi dalam meningkatkan basil belajar IP A pada siswa kelas VI Sekolah Dasar.

Untuk keperluan tersebut, data dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif pada 48 siswa kelas VI sekolah dasar No. 2 dan 8 Pedungan, kemudian data dianalisis dengan t-test

Hasil analisis data diperoleh harga t-hitung pada tindakan pertama dan kedua masing-masing : 4,69 dan 5,0 dengan nilai rata-rata masing-rnasing kelompok : 18,63; 19,25 dan 24,0; 24,87. Sedangkan t-tabel pada taraf a = 0,05 pada derajat kebebasan = 46, adalah 2,021. Ternyata harga t-hitung pada tindakan pertama dan kedua lebih besar dari t-tabel,

Hasil membuktikan bahwa penggunaan metode demonstrasi efektif dalam meningkatkan hasil belajar IP A siswa kelas VI sekolah dasar No.2 dan 8 Pedungan.

Kata-kata kunci: Metode demnatrasl, basil belajar IPA

ABSTRACT

This research aimed at finding out the effectiveness of demonstrantion method ised in increasing science achievement on 6th grade students of elementary school,

The data were eollected using objective test, given to 48 students of 6ib grade elementary school No.2 and 8 pedungan, and then analised bt t-test analisis technique.

The result of data analysis showed that score of t-count on the first and the second actions were 4,69 and 5,0, while the average score ranges for each group is 18,63; 19,25 and 24,0; 24,87. Score oft-tab at a level = 0,05 on 46 df2,021.

So, the "t" score of the the first and second action is more than t-tab.

This result proved that using demonstration method was effective in increasing the achievement of the the 6th year students of science, at elementary school No 2 and 8 Pedungan.

Key words: demonstration method, science achievement.

Anek» Widya STKlP Singaraja, NO.6 TH. xxx Oksober 1997

ISSN 0215 - 8250

83

1. PENDAHULUAN

Proses belajar mengajar dianggap bennutu bila telah mampu mencapai tujuan pengajaran yang telah digariskan dalam kurikulum. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan perencanaan yang seksama dan sistematis agar dapat dilaksanakan secara nyata sehingga mencapai hasil belajar siswa yang optimal.

Suatu bidang studi dengan bidang studi lainnya memiliki ciri dan karakteristik tertentu. Karakteristik suatu bidang studi akan menentukan pula strategi belajar mengajar yang hams disusun dan direncanakan oleh seorang guru. Dalam pengajarn Ilmu Pengetahuan Alarn (IPA) di Sekolah Dasar, untuk memperoleh sukses dan kepuasan semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, seorang guru dalam menyampaikan suatu pengajaran IPA diharapkan tahu dan memahami terlebih dahulu apa hakekat dan krakateristik dari IPA itu sendiri, sehingga dalam prosesnya nanti dapat diraneang dengan baik dan tepat.

Pada hakekatnya IP A dapat dipandang dari tiga dimensi yang saling berkaitan dan harus ada dalarn suatu pengajaran. Ketiga dimensi yang dimaksud adalah : (1) IPA sebagai Produk, (2) IPA sebagai Proses, dan (3) IPA sebagai Pengembangan Sikap. (Hendro Darmojo, 1992: 5).

Untuk meramu ketiga dimensi tersebut agar muneul dalam suatu pengajaran IPA, tentu bukan pekerjaan mudah bagi seorang guru Sekolah Dasar. Tujuan pengajaran IPA harus dapat dicapai sebagai tujuan utama. Apabila guru hanya melakukan proses transfer pengetahuan (transfer of knowledge) saja dari buku paket kepada siswa, hal ini baru memiliki satu sisi dimensi IPA sebagai produk. Sementara itu bagaimana prinsip, teori dan konsep IPA tersebut diperoleh tidak ditanarnkan pada diri siswa, yaitu sebagai dimensi proses. (Hendro Darmojo, 1992 : 5).

Dimensi proses ini merupakan proses yang sangat penting di dalan menumbuhkembangkan siswa seeara utuh, karen a dapat melibatkan aspek psikologis yang meliputi asfek kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dan lama diingat bila siswa mengalami sendiri dan ikut serta dalam proses belajar mengajar. (Gazali, 1992 : 45). Dengan adanya dimensi proses ini selain siswa rnernperoleh pengetahuan juga akan mampu menemukan sendiri pengetahuan dari alam sekitamya. Hal ini dapat terwujud bila guru mampu mengupayakan strategi belajar mengajar yang tepat, salah satu diantaranya melalui penggunaan metode demontrasi. Dengan metode ini diharapkan hasil belajar yang dicapai siswa dapat ditingkatkan. Kondisi ini didukung olehhasil penelitian Tono

--- .A/leka Widya STKfPS;ngnraja, NO.6 TIl. XXX Otaober 1997

ISSN 0215 - 8250

84

Sugihartono (1995) yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IP A melalui metode dernonstrasi lebih tinggi dibandingkan dengan pembe1ajaran secara konvensional (ceramah, tanya jawab), Dengan demikian diduga penggunaan metode demonstrasi dalam pengajaran IP A di sekolah dasar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun kenyataan, berdasarkan observasi pada so 2 dan 8 Pedungan kecamatan Denpasar Selatan ternyata rendahnya hasil belajar siswa dan mata IP A karena guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar IPA masih dominan menggunakan pendekatan pembelajaran secara konvensional (ceramah, tanyajawab) sehingga KIT IPA yang tersedia belum berperan membantu proses belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : bagaimanakah keefektifan penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pe1ajaran IPA di sekolah dasar,

Sejalan dengan yang diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui keefektifan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar IP A siswa kelas VI sekolah dasar.

Manfaat diharapkan dalam penelitian ini adalah guru dapat memilih dan menggunakan metode yang tepat dalam pengajaran IP A di sekolah dasar terutama metode yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.

Landasan teori yang mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut ; beberapa komponen yang mempengaruhi proses be1ajar mengajar dikemukakan oleh Soelaiman (1979) ialah : guru merupakan faktor kunci dalam proses belajar mengajar dan guru memungkinkan proses be1ajar mengajar mencapai tujuan Disamping itu, Winamo Surachmad (1986) menjelaskan bahwa metode adalah cara, yanag dalang fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan demikian jelaslah bahwa guru dan metode merupakan komponen untuk mencapai tujuan pengajaran.

Cara mengajar IPA di sekolah dasar perlu diubah dari bentuk pemindahan iImu (transfer of knowledge) yang pasif menjadi pendekatan proses. Kesan yang diperoIeh siswa dalam keikutsertaannya secara aktif dalam proses belajar mengajar lebih bermakna daripada anak. be1ajar melalui pendekatan secara konvensionaL Bentuk pembelajaran secara konvensional adalah pernbelajaran IP A dengan menggunakan cara-cara yang biasa dilak.uakn seperti ceramah guru cenderuing memberi tahu, guru aktif berbicara, siswa menjadi pasif, Guru sebagai pihak primer dan siswa sebagai pihak. sekunder dalam proses belajar mengajar, akhimya siswa menjadi jenuh, menurunnya perhatian siswa

-~-~-~_~ __ ~ Aneka Widya STKIP Singaraja, NO. 6 TH. xxx Oktaber 1997

ISSN 0115 - 8250

85

karena ceramah berkepanjangan dan ceramah cenderung untuk ingatan jangka pendek (Moedjiono, 1992).

Karakteristik IPA menuntut agar situasi dan kondisi belajar Tidak sekedar ceramah dan guru, sehingga penggunaan metode demonstrasi sangatlah tepat apabila eksperimen tidak memungkinkan. Sudinnan (1987) mengemukakan : demonstrasi ialah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik benda sebenarnya atau tiruan yang sering disertai penjelasan lisan. Dengan demikian harapan yang terkandung dalam pembelajaran melalaui metode demonstrasi adalah agar siswa tidak sekedar menerima pengetahuan, aka tetapi proses penerimaan pengetahuan itu lrbih tajam, melekat lebih dalam sehingga sukar untuk dilupakan. Dengan demonstrasi akan menimbulkan gairah dan perhatian yang menarik minat siswa untuk lebih tekun terhadap materi yang disajikan guru (nasution, 1982).

Keuntungan-keuntungan menggunakan metode demonstrasi dalam suatu penyajian dapat tercapai seperti yang dikemukakan oleh Moedjiono (1992) sebagai berikut: (1) memperkecil kemungkinan salah satu bila dibandingkan anak membaca atau mendengarkan penjelasan guru, (2) memungkinkan siswa terlibat lang sung, (3) memudahkan pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting, dan (4) memungkinkan siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum diketahui.

Agar keberhasilan pengajaran melalui metode demonstrasi dapat dicapai dengan baik maka perlu diperhatikan beberapa hal seperti yang dikemukakan oleh Waskito (1989) sebagai berikut : (1) yakinkah bahwa maksud demonstrasi akan bermanfaat dan tidak bermaksud mengaburkan fenomena yang akan diilustrasikan, (2) yakinkan bahwa semua siswa dapat melihat dan mendengarkan keterangan yang akan didemonstrasikan, (3) lakukan demonstrasi sampai memuaskan sehingga semua siswa dapat mengikuti, (4) ulangi demonstrasi sehingga semua menyaksikan hal-hal penting yang relevan, (5) berikan komentar yang jelas dan hetul selama demontrasi berlangsung dan (6) undang beberapa pertanyaan dari siswa.

Mengingat karakteristik IF A, penggunaan metode demonstrasi sangatlah tepat digunakan. Semakin tepat metode yang dipergunakan dalam proses penyajian maka semakin baik dan efektif pencapaian tujuan dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Apabila hasil yang dicapai telah baik maka dengan sendirinya prestasinya akan meningkat pula. Hal ini sesuai dengan pendapat PPN

___ ~ .A~ek" W'idya STK1P S;ngaraja, NO.6 TH. LIT Oktober 1.997

ISSN 01' 5 - 8250

86

Sunartana (1983) yang mengatakan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau diperoleh anak berupa nilai suatu pelajaran.

2. METODE PENELITIAN

Variabel yang terkait dalaro penelitian ini adalah : variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah metode pengajaran. Pada kelompok eksperimen diberi pengajaran dengan metode deroonstrasi, sedangkan pada kelompok kontrol melalui pembelajaran secara konvensional. Variabel terikat penelitian ini adalah basil belajar IF A siswa kelas VI.

Rancangnan penelitian ini dapat digarobarkan sebagai berikut :

Demonstrasi

Konvensional

Keterangan :

A = Kelompok eksperimen B = Kelompok kontrol

HB = Hasil Belajar

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD No. 2 dasn No. 8 Pedungan kecamatan Denpasar Sealtan berjumlah 48 orang dengan masing-masing kelompok berjumlab 24 orang. Untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilalrukan undian, sehingga SD No.8 Pedungan sebagai ke1ompok eksperimen dan SD No. 2 Pedungan sebagai kelompok kontrol. Data yang dilrumpulkan adalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar IP A siswa kelas VI mengenai pokok bahasan magnet, pada tindakan pertama dan kedua dengan metode demonstrasi pada kelas eksperimen dan pembelajaran secara konvensional pada ke1as kontroL Untuk keperluan tersebut data dikumpulkan dengan menggunakan tes obyektif pada dua kelompok siswa kelas VI SD No.8 dan 2 Pedungan masing-rnasing berjurnlah 24 orang. Keroudian data dianalisis denga t-test 9Sujana, 1992 : 239).

Anew Widya STKIP Singaraja. NO.6 TH. XIT Oktober 1997

ISSN 0215 - 8250

87

3. BASIL PENELITIAN 3.1 Hasil Penelitian

Hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata pada tindakan pertama dan kedua rnasing-masing kelompok : 18,63; 19,25 dan 24,0; 24,87. Harga t hitung diperoleh 4,69 dan 5,0. Sedangkan t tabel pada taraf 0,05% pada derajat kebebasan : 46 = (n, + n2 - 2) diperoleh t-tabel yakni : 4,69 dan 5,0 > 2,021. Maka dapat disimpulkan : terdapat perbedaan yang positip dan signifikan antara pengajaran IP A menggunakan metode demonstrasi dengan pengajaran IPA secara konvensional. Hal ini membuktikan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode demonstrasi setelah diberi tindakan pertama dan kedua. Ini juga berarti bahwa penggunaan metode demonstrasi efektif untuk meningkatkan basil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya dalam pokok bahasan magnet di kelas VI SO.

3.2 Pembahasan

Dari analisis data diketahui hasil belajar siswa melalui metode demonstrasi lebih tinggi bila dibandingkan dengan metode ceramah. Hal ini telah dibuktikan kajian teori yang menyatakan bahwa metode demonstrai merupakan proses dimana apenerimaan pengetahuan lebih tajam, melekat lebih dalam sehingga sukar untuk dilupakan (Sugihartono, 1995). Dengan demonstrasi akan ditimbulkan gairah dan perhatian yang menarik minat siswa belajar, seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1975 : 68) bahwa minat siswa timbul dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah demonstrasi. Hal ini sesuai juga dengan pendapat Gazali (1982 : 45) yang menyatakan hasil belajar akan tinggi dan lama diingat bila siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, dalam hal ini melalui metode demonstrasi siswa akan terlibat langsung dalam interaksi proses belajar mengajar.

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pengajaran materi magnet dengan metode demonstrasi lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA, dibandingkan pengajaran melalui pendekatan yang bersifat konvensional.

4.2 Saran-saran

Berdasarkan simpulan di atas, dapatlah disampaikan saran-saran sebagai berikut.

Aneka Widya STKIP Singnraia, NO.6 TIf. KIT Oksober 1997

ISSN 0215 - 8250

88

1. Dalam rangkan meningkatkan hasil belajar IPA, maka guru-guru SD No.2 dan 8 Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan hendaknya dapat digunakan metode demonstrasi dalam mengajarkan IPA, apabila tidak mungkin untuk melakukan percobaan-percobaan.

2. Disarankan kepada guru-guru kelas VI SD dalam pengajaran IPA terutama pada pokok-pokok bahasan tertentu tetap mengupayakan penggunaan metode demonstrasi untuk menarik minat siswa belajar IP A sehingga hasil bela jar dapat lebih baik.

KEPUSTAKAAN

Gazali, 1986. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja karya.

Hendro Darrnodjo, 1992. Pendidikan IPA2. Jakarta: Dirjen Dikti P2TK Depdikbud. Moedjiono, Damyati Moch. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Dirjen Dikti

P3TK Depdikbud.

Nasution, S. 1982. Teknologi Pendidikan (Edisi 1). Bandung CV. Jemmars.

Soelaiman, 1979. Pengantar Kepada teori Dan Praktek Pengajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.

Sudirman, 1987. Ilmu Pendidikan (Cetakan 11). Bandung : Remaja Karya. Sudjana. 1992. Metode Statistik. Bandung : Tarsito,

Sunartana. PPN. 1983. Evaluasi Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional.

Surachmad, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran (Edisi V). bandung : Tarsito.

Suadnyana. 1996. Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA melalui Metodologi Pendekatan Daur Belajar pada Kelas IV. STKIP Singaraja.

Sugihartono, Tono. 1995. Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Ceramah pada kelas VI SD. IKIP Malang.

Waskito. 1989. Penelitian Efektifitas Metode Ceramah Demonstrasi memakai Petunjuk Praktikum. Padang: FPTK IKIP Padang.

Aneka Widya STKJP Singarajll, NO. 6" m XX\" OklDber 1997

You might also like