You are on page 1of 6

Paper Bioremidiasi

Syaikhul Mahmud (1507100009), Desi Puspitasari (1507100007)

BIOSPARGING
Bioremediasi adalah tindakan untuk memperbaiki sesuatu, khususnya mengembalikan atau
menghentikan kerusakan pada lingkungan dengan menggunakan agen biologi, seperti bakteri, jamur
atau tanaman hijau untuk memindahkan atau menetralisir kontaminan yang mencemari tanah atau
air (Anonim1, 2010). Dengan kata lain bioremidiasi merupakan tindakan campur tangan manusia
untuk memperbaiki atau mengembalikan lingkungan kepada keadaan semula dengan bantuan agen
biologi, sehingga diharapkan lingkungan akan kembali seperti sebelum adanya pencemaran atau
masuknyua zat kontaminan ke lingkungan, salah satu teknik bioremidiasi yang sering digunakan pada
bahan bakar fosil hydrocarbon adalah Biosparging (Coffey, 2003).
Biosparging adalah teknologi remidiasi in situ yang digunakan untuk meremidiasi kontaminan
organik yang terlarut dalam air tanah melalui penggunaan mikroorganisme yang terdapat dalam air
tanah yang sebelumnya telah tinggal dan hidup disana untuk mendegradasi atau menguraikan
kontaminan menjadi CO2, air dan hasil lainnya (Coffey, 2003). Sehingga diharapakan petroleum atau
bahan bakar fosil yang bisa mencemari dan berbahaya bagi ekosistem dan lingkungan disekitar
daerah yang tercemar bisa diubah kedalam bentuk yang tidak berbahaya atau ternetralisasi sehingga
akan aman untuk ekosistem di sekitarnya. Dalam biosparging, udara (oksigen) dan nutrisi (jika
dibutuhkan) diinjeksikan ke dalam zona yang tertumpahi petroleum untuk meningkatkan aktivitas
biologi dari mikroorganisme penghuni asal (Anonim 3, 2010).
Prinsip kerja biosparging dengan mengirimkan udara ke bagian bawah permukaan tanah
dengan menggunakan alat penginjeksi udara untuk menstimulasi mikrobia pendegradasi untuk
menghilangkan kontaminan yang mencemar didalam air tanah. biosparging digunakan secara
ekstensif sebagai pengurang konsentrasi petroleum hydrocarbon terlarut dalam air tanah melalui
penghubung kapiler dekat dengan lokasi tercemarnya petroleum (Anonim 2, 2010). terkadang bakteri
yang telah dipilih untuk meningkatkan tingkat keberhasilan bioremidiasi juga ditambahkan (Anonim 3,
2004).
Biosparging seringkali dikombinasikan dengan Soil Vapor Extraction (SVE)(Ekstraksi Uap
Tanah) atau Bioventing dan bisa juga digunakan dengan teknologi remidiasi yang lain. ketika
Biosparging dikombinasikan dengan Vapor Extraction, sistem ekstraksi uap menciptakan tekanan
negatif didalam zona yang tercemar sehingga dapat mengontrol perpindahan uap. ketika digunakan
dengan benar, Biosparging akan efektif dalam mengurangi produk petroleum di lokasi tangki
penyimpanan bawah tanah. biosparging yang paling sering digunakan pada lokasi dengan produk
proteleum dengan berat yang sedang (contoh: solar, aftur); produk proteleum ringan (bensin)
cenderung mudah diuapkan dan akan dihilangkan dengan segera menggunakan udara sparging.
produk yang lebih berat (contoh: minyak pelumas) umumnya memakan waktu yang lebih panjang
untuk terdegradasi daripada produk yang lebih ringan, tetapi biosparging masih bisa digunakan pada
lokasi ini (Anonim2, 2010). Dengan sistem ini, udara diinjeksikan dimana akan meningkatkan aktivitas
mikroorganisme asal, sehingga kontaminan akan terdegradasi secara cepat, dan dengan sistem
Vapor Treatment akan mengontrol perpindahan uap.
Gambar 1. Sistem Soil Vapor Extraction (SVE)

Spesifikasi Teknik Biosparging :


Bekerja pada : semua bahan bakar fosil
Kurang Efektif : bahan bakar fosil berat (membutuhkan waktu yang lama)
waktu yang dibutuhkan : 6-24 bulan
Biaya : kompetitif
persyaratan tanah : sama untuk sparging udara
(Anonim3, 2004).
Keuntungan dari teknologi biosparging adalah sebagai berikut :
1. Biosparging adalah teknologi perawatan dengan penggalian, danmasih dapat tetap dilanjutkan
kegiatan dengan infrastruktur yang sedang mendapatkan remidiasi selama kegiatan remidiasi.
2. Peralatan mudah untuk dipasang dan digunakan, serta siap pakai
3. Waktu perawatan relatif pendek, 6 bulan sampai 2 tahun
4. Tersedia tanpa pemindahan, perlakuan, penyimpanan atau mengotori air tanah
(Coffey, 2003).
Kerugian dari teknologi biosparging adalah sebagai berikut :
1. Hanya dapat dilakukan di lingkungan yang cocok (permeable tanah, tidak bebas dari
hydrokarboon, tidak dekat dengan permukaan tanah).
2. Beberapa interaksi diantara proses kimia, fisika dan biologi tidak dimengerti dengan baik.
3. Data yang diperoleh dari lapangan dan laboratorium digunakan untuk mendukung pola
pertimbangan.
4. Berpotensi terjadinya perpindahan unsure-unsur pokok yang ada.
(Anonim5, 1994).
Biosparging tidak dapat dilakukan jika terdapat :
1. Free product masih ada. Biosparging dapat menimbulkan air tanah menumpuk yang disebabkan
Free product yang berpindah dan terkontaminasi secara merata.
2. Bawah tanah, bagian permukaan tanah yang lainnya dibatasi jarak yang dilokasikan dekat dengan
tempat kontaminan. Potensi yang berbahaya yaitu konsentrasi unsur pokok yang di akumulasi di
ruang bawah tanah dan ruang bawah permukaan lainnya permukaan lainny terbatas kecuali
sistem ekstraksi uap yang digunakan untuk mengontrol migrasi uap.
3. Air tanah yang terkontaminasi dilokasikan di sebuah area penyimpanan air tanah (aquifer).
Biosparging tidak dapat digunakan untuk merawat air tanah dalam aquifer karena udara
dimasukkan ke dalam aquifer akan dijerat oleh lapisan pembatas dan tidak dapat menemukan
jalan keluar menuju ke daerah yang terisolasi.
(Anonim5, 1994).

Keefektifan biosparging tergantung dua faktor utama yaitu :

1. Permeabilitas tanah yang menentukan nilai oksigen yang dapat di suplai untuk menurunkan
mikroorganisme hydrocarbon dalam ruang bawah permukaan tanah.
2. Biodegradabilitas minyak tanah yang menentukan nilai dan kadar oksigen yang akan didegradasi
oleh mikroorganisme.
(Anonim5, 1994).

Ada suatu kasus di Odessa, Texas, Brown dan Caldwell bahwa dikonfirmasi kehadiran dua
plumes hidrokarbon. Plumes itu mengandung benzena, toluena, etil benzena dan xilena (BTEX) yang
merupakan komponen utama bensin dan solar _ bersama dengan arsenik terlarut. Sumber
kontaminasi termasuk tumpahan dari sebuah pulau bahan bakar untuk truk perusahaan, kebocoran
dari tangki penyimpanan bawah tanah (USTs), dan pada tempat pembuang limbah. Brown dan
Caldwell direkomendasikan "fenceline kontrol "sebagai langkah koreksi sementara untuk mencegah
plumes hidrokarbon dari migrasi luar properti batas. Strategi diminimalkan berdampak pada sifat
lingkungan sekitar dan membantu menentukan sejauh mana pencemaran telah memasuki air tanah
lokal. Solusinya, pada tahun 1994, setelah menentukan lokasi USTs dan kontrak untuk penghapusan
dan pembuangan, Brown dan Caldwell merancang dan menerapkan 30 hari - remediasi uji coba yang
melibatkan inovatif sistem biosparging udara. Dengan memperkenalkan udara ke dalam tanah yang
terkontaminasi melalui injeksi sumur, sistem meningkatkan oksigen terlarut dalam air tanah. Hasil
yang diperoleh adalah bagian bawah permukaan tanah mikroorganisme akan lebih efisien
“mencerna” BTEX contaminants dan arsenic yang dihancurkan lebih sedikit di dalam air tanah sama
halnya dengan keadaan meningkatkan oksidasi (Anonim 4, 1998).
Gambar 2. Penyuntikan oksigen

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. Bioremediation. http://dictionary.reference.com/browse/bioremediation. diakses


November 2010.

Anonim2. 2010. Biosparging. http://waterandsoilbioremediation.com/index.php/in-situ-remediation-


methods/biosparging. diakses November 2010.

Anonim3. 2004. Biosparging. http://www.nmenv.state.nm.us/ust/cl-bios.html. diakses November


2010. diakses November 2010.

Anonim4. 1998. In Situ Biosparge System Remediates Groundwater Contamination Plumes


http://www.brownandcaldwell.com/PAGs%5CP_507_0800b_Biosparge.pdf. diakses
November 2010.

Anonim5. 1994. Biosparging. http://www.epa.gov/oust/pubs/tum_ch8.pdf. diakses November 2010.

Coffey Patrisha A. 2003. Improving Biosparge performance for Remediation of Hydrocarbons in


Groundwater. http://ceenve3.civeng.calpoly.edu/nelson/THESES/Patrisha%20Coffey%
20Thesis% 202003.pdf. Diakses November 2010.

You might also like