You are on page 1of 25

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN PATOLOGIS

DENGAN GEMELLI TERHADAP Ny. Y


DI PUSKESMAS KARANG REJO
METRO UTARA

Disusun Oleh:

1. Ari Nurhidayati 06 242 045


2. Endang Lestari 06 242 059
3. Utami Sulviastuti 06 242 093

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DEP.KES TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO
TAHUN 2008
BAB I
LANDASAN TEORI

GEMELI
1.1 Latar Belakang
Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan
tersebut menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada
umumnya. Kehamilan dan persalinan membawa resiko bagi janin. Bahaya bagi
ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan
pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu
dan janin (Winkjosastro, Ilmu Kebidanan, 1999).

Sejak ditemukannya obat-obat dan cara induksi ovulasi, maka dari laporan-
laporan dari seluruh pelosok dunia, frekuensi kehamilan kembar cenderung
meningkat. Bahkan sekarang telah ada hamil kembar lebih dari 6 janin (Mochtar,
Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, 1998).

1.2 Frekuensi (Winkjosastro, Ilmu Kebidanan, 1999).


Greulich (1930) melaporkan frekuensi kehamilan kembar pada 121 juta
persalinan sebagai berikut :
a. Gemelli 1 : 85
b. Triplet 1 : 7.629
c. Kuadruplet 1 : 670.743
d. Quintiplet 1 : 41.600.000

Angka tersebut kira-kira sesuai dengan hukum Hellin yang menyatakan bahwa
perbandingan antara kehamilan kembar dan tunggal adalah :
a. Gemelli 1 : 89
b. Triplet 1 : 892
c. Kuadruplet 1 : 893
d. Quintiplet 1 : 894
Berbagai faktor mempengaruhi frekuensi kehamilan kembar, seperti bangsa,
hereditas, umur, dan paritas ibu.

Bangsa Negro di Amerika Serikat mempunyai frekuensi kehamilan kembar yang


lebih tinggi daripada bangsa kulit putih. Juga frekuensi kehamilan kembar
berbeda pada tiap negara, angka yang tertinggi ditemukan di Finlandia yang
terendah di Jepang.

Faktor umur, makin tua makin tinggi angka kejadian kehamilan kembar dan
menurun lagi setelah umur 40 tahun.

Paritas, pada primipara 9,8 per 1000 dan pada multipara (oktipara) naik jadi 18,9
per 1000 persalinan.

Keturunan, keluarga tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar yang


biasanya diturunkan secara paternal, namun dapat pula secara maternal.

1.3 Etiologi (Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, 1998)
(1) Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur, dan paritas, sering
mempengaruhi kehamilan 2 telur.
(2) Faktor obat-obat induksi ovulasi : profertil, clomid, dan hormon gonadotropin
dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua.
(3) Faktor keturunan.
(4) Faktor yang lain belum diketahui.

1.4 Jenis (Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, 1998)
(1) Kehamilan kembar monozigotik
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar monozigotik
atau disebut juga identik, humolog, atau uniovuler, dapat terjadi karena :
a) Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula
b) Hambatan pada tingkat segmentasi
c) Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi belum primitive streak.
(2) Kehamilan kembar dizigotik
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar adalah dizigotik yang berasal dari 2
telur disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal, kedua telur bisa berasal
dari :
a) 1 ovarium dan dari 2 folikel de graff
b) 1 ovarium dan dari 1 folikel de graff
c) 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.

Perbedaan ciri, sifat, dan lain-lainnya antara kembar monozigotik dan


dizigotik (satu telur dan dua telur) :
Perbedaan Kembar Monozigotik Kembar Dizigotik
Plasenta 1 (70%) 2 (± 100%)
2 (30%)
Korion 1 (70%) 2 (± 100%)
2 (30%)
Amnion 1 (70%) 2 (± 100%)
2 (30%)
Tali pusat 2 2
Sirkulasi darah Janin bersekutu Terpisah

Sekat kedua kantong 2 lapis 4 lapis


Jenis kelamin Sama Sama atau tidak
Rupa dan sifat Sama Agak berlainan
Mata, telinga, gigi, kulit Sama Berbeda
Ukuran antropologik Sama Berbeda
Sidik jari Sama Berbeda
Cara pegangan Bisa sama
Bisa satu kidal Sama, bisa keduanya
Yang lain kanan kanan
1.5 Pertumbuhan Janin Kembar (Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi dan
Patologi, 1998)

(a) Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari
janin tunggal.
(b) Berat badan bayi baru lahir biasanya pada kembar dua di bawah 2500 gr,
triplet di bawah 2000 gr, quadriplet di bawah 1500 gr, dan quintuplet dibawah
1000 gr.
(c) Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama,
umumnya berselisih antara 50 sampai 1000 gram, dan karena pembagian
sirkulasi darah tidak sama, maka yang satu lebih kurang tumbuh dari yang
lainnya.
(d) Pada kehamilan ganda monozigotik
1. Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan janin yang lain,
karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat untuk menghindari
perdarahan.
2. Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi
monstrum, seperti akardiakus, dan kelainan lainnya.
3. Dapat terjadi sindroma transfusi fetal, pada janin yang mendapat darah
lebih banyak terjadi hidramnion, polistemia, edema dan pertumbuhan
yang baik. Sedangkan janin kedua terlihat kecil, anemis, dehidrasi,
oligohidrami dan mikrokardia, karena kurang mendapat darah.

(e) Pada kehamilan kembar dizigotik


1. Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup
bulan.
2. Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda), atau pada
kehamilan yang agak tua, janin jadi pipih yang disebut fetus papyraseus
atau kompresus.
1.6 Letak dan Presentasi Janin
Pada umumnya janin kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak
daripada biasanya, sehingga sering terjadi perubahan presentasi dari posisi janin.
Demikian pula letak janin kedua dapat berubah setelah kelahiran bayi pertama,
misalnya dari letak lintang menjadi letak sungsang. Berbagai kombinasi letak
serta presentasi dapat terjadi. Yang paling sering ditemukan ialah kedua janin
dalam letak memanjang dengan presentasi kepala, kemudian menyusul presentasi
kepala dan bokong, keduanya presentasi bokong, presentasi kepala dan bahu,
presentasi bokong dan bahu, dan yang paling jarang keduanya presentasi bahu
(Winkjosastro, Ilmu Kebidanan, 1999).

1.7 Diagnosis Kehamilan Kembar (Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi


dan Patologi, 1998)

(1) Anamnesa
a. Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan.
b. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil.
c. Uterus terasa lebih cepat membesar.
d. Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar.

(2) Inspeksi dan palpasi


a. Pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada kesan uterus lebih besar dan
lebih cepat tumbuhnya dari biasa.
b. Gerakan-gerakan janin terasa lebih sering.
c. Bagian-bagian kecil teraba lebih banyak.
d. Teraba ada 3 bagian besar janin.
e. Teraba ada 2 balotemen.

(3) Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau lebih bila dihitung
bersamaan terdapat selisih 10.
(4) Rontgen foto abdomen
Tampak gambaran 2 janin.

(5) Ultrasonografi
Bila tampak 2 janin atau dua jantung yang berdenyut yang telah dapat
ditentukan pada triwulan I.

(6) Elektrokardiogram total


Terdapat gambaran dua EKG yang berbeda dari kedua janin.

(7) Reaksi kehamilan


Karena ada kehamilan kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta,
maka produksi HCG akan tinggi, jadi titrasi reaksi kehamilan bisa positif,
kadang-kadang sampai 1/200. Hal ini dapat dikacaukan dengan mola
hidatidosa. Kadangkala diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir,
uterus masih besar dan ternyata ada satu janin lagi dalam rahim. Kehamilan
kembar sering terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia gravidarum.

1.8 Diagnosis Diferensial (Winkjosastro, Ilmu Kebidanan, 1999)


(a) Hidramnion. Hidramnion dapat menyertai kehamilan kembar, kadang-kadang
kelainan hanya terdapat pada satu kantong amnion, dan yang lainnya
oligohidramnion. Pemeriksaan ultrasonografi daspat menentukan apakah pada
hidramnion ada kehamilan kembar atau tidak.
(b) Kehamilan dengan mioma uteri atau kistoma ovarii. Tidak terdengarnya 2
denyut jantung pada pemeriksaan berulang, bagian besar dan kecil yang sukar
digerakkan, lokasinya yang tak berubah, dan pemeriksaan rontgen dapat
membedakan kedua hal tersebut. Dewasa ini dengan ultrasonografi.

1.9 Prognosis
Bahaya bagi ibu pada kehamilan kembar lebih besar daripada kehamilan tunggal,
karena lebih seringnya terjadi anemia, pre-eklampsia, operasi obstetrik dan
perdarahan postpartum.
Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak kehamilan tunggal.
Prematuritas merupakan sebab utama. Selain itu juga lebih sering terjadi pre-
eklampsia, hidramnion, kelainan letak, prolapsus funikuli, dan operasi obstetrik,
dan menyebabkan sindroma diastres respirasi, trauma persalinan dengan
perdarahan serebral dan kemungkinan adanya kelainan bawaan pada bayi.

Kematian anak kedua lebih tinggi daripada yang pertama karena lebih sering
terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah anak pertama lahir, lebih ganyaknya
terjadi prolapsus funikuli, solutio plasenta, serta kelainan letak pada janin kedua.

Kematian anak pada kehamilan monozigotik lebih besar daripada kehamilan


dizigotik karena pada yang pertama dapat terjadi lilitan tali pusat antara janin
pertama dan kedua (Winkjosastro, Ilmu Kebidanan, 1999).

1.10 Penanganan dalam Kehamilan Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi


dan Patologi, 1998)

(1) Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan lebih
dari 32 minggu)
(2) Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya
dihindari, karena akan merangsang partus prematurus.
(3) Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya
terasa lebih ringan.
(4) Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.

1.11 Penanganan dalam Persalinan (Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi


dan Patologi, 1998)

(1) Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong
seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis.
(2) Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk
menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah
dan lain-lain.
(3) Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua terletak
membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air tidak mengalir deras
keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.
(4) Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka
sebaiknya pasang infus profilaksis.
(5) Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau terjadi
prolaps tali pusat dan solutio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara
operatif obstetrik.
a. Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau melahirkan dengan cara
versi dan ekstraksi.
b. Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau
forseps.
c. Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki.
(6) Indikasi seksio saesarea hanya pada :
a. Janin pertama letak lintang
b. Bila terjadi prolaps tali pusat
c. Plasenta previa
d. Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang
dan anak kedua letak kepala.
(7) Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum
berikan suntikan sintro-metrin yaitu 10 satuan sintosinon tambah 0,2 mg
methergin intravena.
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
GEMELLI TERHADAP Ny. S
DI BPS HANDAYANI 15 A METRO PUSAT
TAHUN 2007

I. Data Subyektif
A. Pengkajian
Pada tanggal 27-11-2007 pukul 14.00 WIB
1. Identitas
Nama isteri : Ny. Salwa Nama suami : Tn. Fadhil
Umur : 24 tahun Umur : 24 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Lampung Suku : Lampung
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Nurul Iman Alamat : Jl. Nurul Iman
15 A Metro Pusat 15 A Metro Pusat

2. Keluhan utama
Ibu hamil G1P0A0 hamil cukup bulan merasakan perut mulas-mulas
menjalar sampai pinggang dan ibu mengatakan sudah mengeluarkan air-air
sejak tanggal 27 November 2007 pukul 07.00.

3. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir


Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin, gerakan aktif sebanyak 22
kali dalam 24 jam.

4. Makan dan minum terakhir


Ibu makan terakhir tanggal 26 November 2007 pukul 20.00 WIB. Ibu sering
minum dan minum terakhir 2 gelas air putih.
5. Eliminasi
BAB terakhir 1× pada 27 November 2007 pukul 05.00 WIB
BAK terakhir 1× pada 27 November 2007 pukul 06.00 WIB

6. Istirahat
Ibu mengatakan tidur malam selama 8 jam, tidur siang 2 jam sehari.

7. Psikologis
Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya.

II. Data Obyektif


1. Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 ×/menit
Temp : 36,5 ºC
Nadi : 80 ×/menit

3. Inspeksi
a. Rambut :Bersih, tidak mudah dicabut, warna hitam dan
tidak ada ketombe
b. Muka :Bersih, tidak ada oedema dan tidak ada
cloasma gravidarum
c. Mata :Sklera putih, kanan dan kiri simetris,
konjungtiva merah muda
d. Hidung :Bersih tidak ada polip, tidak ada sekret
e. Mulut :Bersih, tidak ada caries, ada gigi yang
berlubang
f. Telinga :Bersih, tidak ada serumen
g. Leher :Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
vena jugularis
h. Mamae :Simetris, hiperpigmentasi aerola mamae, tidak
ada benjolan yang abnormal, colostrum sudah
keluar
i. Perut :Pembesaran perut melebihi usia kehamilan
biasa, teraba 3 bagian besar, dan terdapat
striae gravidarum
j. Punggung dan pinggang :Simetris, keadaan bersih, tidak ada oedema,
dan berfungsi dengan baik
k. Genetalia :Pada vulva dan vagina tidak ada varises
maupun oedema, tidak ada luka cedera dan
peradangan pada perineum.
l. Ekstremitas
Atas : Simetris, keadaannya bersih, tidak ada cacat dan berfungsi
dengan baik.
Bawah : Simetris, keadaannya bersih, tidak terdapat oedema dan
berfungsi dengan baik.

4. Palpasi
a. Leopold I : TFU 3 jari bawah px, pada fundus teraba 2 bagian yang
lunak, tidak melenting dan kurang bundar yang berarti
bokong.
MC. Donald : 38 cm (pada pemeriksaan leopold I)
TBJ : (TFU-11) × 155
: (38-11) × 155
: 4.185 gram
b. Leopold II : Pada perut bagian kiri dan kanan teraba lebar dan
memberikan rintangan yang besar berarti punggung.
c. Leopold III : Bagian terendah janin teraba 2 balotemen, bulat, dan
keras yang berarti kepala.
d. Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP.

5. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat, puctum maximum di
bawah pusat sebelah kiri dan kanan, pada janin pertama DJJ terdengar 136
×/menit di sebelah kiri dan pada janin kedua DJJ 126 ×/menit di sebelah
kanan.

6. Perkusi
Reflek patela ada (+)

7. Pemeriksaan dalam pada pukul 14.00 WIB


a. Vulva : tidak ada oedema, tidak ada varises
b. Introitus vagina : teraba rugea, tidak terdapat benjolan
c. Portio : lunak
d. Serviks : tebal, pembukaan 2 cm
e. Ketuban : utuh
f. Presentasi : kepala, UUK kiri depan
g. Penurunan : Hodge I (+), 4/5
h. Perineum : elastis / tidak kaku
i. His : ada
j. Frekuensi : 2×10 menit
k. Lamanya : < 20 detik.

8. Pemeriksaan penunjang
Pada USG tampak 2 janin dan dua jantung yang berdenyut.
9. Pengawasan Kala I
DJJ
Pemeriksaan Dalam Kondisi Ibu
×/menit
Tanggal Waktu Obat /
Pemb. Penurunan Ketuban / Janin Janin TD Pols RR Temp
Kontraksi cairan yg
Serviks Kepala Penyusupan I II mmHg ×/menit ×/menit ºC
diberikan
27-11-07 14.00 2 cm 4/5 (+) / 0 136 126 Kekuatan sedang 2× 120/80 80 20 36,5 -
dalam 1 10 menit
lamanya < 20 detik
27-11-07 14.30 140 130 Kekuatan sedang 2× 80 -
dalam 1 10 menit
lamanya < 20 detik
27-11-07 15.00 143 140 Kekuatan sedang 2× 82 -
dalam 1 10 menit
lamanya < 20 detik
27-11-07 15.30 135 130 Kekuatan sedang 3× 81 -
dalam 10 menit
lamanya < 20 detik
27-11-07 16.00 132 130 Kekuatan sedang 3× 80 37 -
dalam 10 menit
lamanya < 20 detik
27-11-07 16.30 138 140 Kekuatan sedang 3× 83 -
dalam 10 menit
lamanya < 20 detik
27-11-07 17.00 138 142 Kekuatan sedang 3× 82 -
dalam 10 menit
lamanya 20-40 detik
27-11-07 17.30 143 140 Kekuatan sedang 3× 84 -
dalam 10 menit
lamanya 20-40 detik
27-11-07 18.00 4 cm 140 144 Kekuatan sedang 3× 120/80 84 22 37 -
dalam 10 menit
lamanya 20-40 detik

III. Analisa
1. Diagnosa : Ibu G1P0A0 hamil aterm, janin kembar, hidup, intrauterin,
memanjang, presentasi kepala, inpartu kala I fase laten.
Dasar : Ibu mengatakan hamil anak pertama
a. Leopold I : TFU 3 jari bawah px, teraba 3 bagian besar,
pada fundus teraba bokong.
b. Leopold II : Bagian kiri dan kanan teraba penuh dan datar
yang berarti punggung.
c. Leopold III : Bagian terendah janin teraba 2 balotemen
yaitu kepala.
d. Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP
e. DJJ ada, terdengar di 2 tempat puctum maximum di bawah
pusat sebelah kiri dan kanan, dengan fekuensi 140 ×/menit
pada janin pertama dan 144 ×/menit pada janin kedua.
f. Pemeriksaan dalam : pembukaan 4 cm, ketuban : utuh,
penurunan kepala : hodge I
2. Masalah
a. Nyeri adanya his
b. Gangguan aktifitas
c. Adanya gangguan psikologis

Dasar :
a. Ibu mengatakan merasa mules dan nyeri pada pinggang
b. Ibu terlihat kelelahan
c. Ibu merasa cemas menghadapi persalinan.

3. Kebutuhan
a. Dukungan psikologis pada ibu
b. Ajarkan ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
c. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
d. Pengawasan kala I dengan partograf.

IV. Perencanaan
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
a. Beritahukan keadaan umum ibu
TD : 120/80 mmHg, pols : 84 ×/menit, RR : 22 ×/menit
Temp : 37 ºC, keadaan umum ibu baik.
b. Beritahukan hasil PD : pembukaan serviks 4 cm, penurun kepala 4/5,
ketuban : utuh (+), molase : tidak ada.

2. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis pada ibu


a. Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan semangat dan dukungan
pada ibu.

3. Lakukan pengawasan kala I dengan partograf


a. Catat setiap hasil pemeriksaan dan asuhan pada partograf

4. Siapkan ruang bersalin dan alat pertolongan persalinan


a. Siapkan ruang bersalin yang sejuk, nyaman dan bersih
b. Siapkan alat pertolongan persalinan : Partus set, heating, dll dalam
kondisi steril.

5. Siapkan alat pertolongan pada bayi baru lahir


a. Siapkan alat resusitasi dalam kondisi steril
b. Siapkan peralatan bayi : pakaian bayi, bedong, kaos kaki, dan sarung
tangan bayi

6. Penuhi kebutuhan fisik ibu


a. Berikan makan dan minum bila ibu merasa haus dan lapar
b. Berikan ibu minuman manis untuk penambah tenaga

7. Ajarkan ibu teknik relaksasi dan cara mengedan yang efektif


a. Ajarkan ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam melalui
hidung dan keluarkan melalui mulut
b. Ajarkan ibu cara mengedan yang efektif yaitu seperti orang yang akan
BAB keras.
Kala II, pukul 21.00 WIB
S : a. Ibu mengatakan perutnya mulas-mulas seperti ingin BAB, dan
keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya
b. Ibu mengatakan sudah merasa ingin meneran
c. Ibu mengatakan perutnya semakin mulas

O : a. His 4× dalam 10 menit, teratur lamanya > 40 detik


b. Pada inspeksi : perineum menonjol, vulva membuka, dan anus
mengembang
c. DJJ terdengar 146 ×/menit pada janin I dan 140 ×/menit pada janin II
d. Keadaan kandung kemih kosong
e. Pengeluaran dari vagina berupa blood slym semakin banyak
f. PD pukul 21.00 WIB dengan hasil
1. Dinding vagina tidak ada kelainan
2. Portio tidak teraba
3. Pembukaan serviks 10 cm (lengkap)
4. Ketuban (-), cairan ketuban jernih
5. Presentasi kepala UUK kiri depan
6. Penurunan bagian terendah di Hodge IV 1/5
g. Tanda vital
TD : 120/80 mmHg Pols : 82 ×/menit
RR : 20 ×/menit Temp : 36,5 ºC

A : 1. Diagnosa
Ibu G1P0A0 hamil aterm, janin kembar, hidup, presentasi kepala, letak
memanjang, intrauterin, inpartu kala II fase aktif.
Dasar :
a. Kontraksi uterus 4× dalam 10 menit, lama  40 detik
b. Pembukaan lengkap 10 cm
c. Portio tidak teraba, perineum menonjol, vulva membuka, anus
mengembang
d. Pengeluaran cairan dari vagina berupa blood slym semakin banyak
e. DJJ terdengar 146 ×/menit pada janin I dan 140 ×/menit pada janin II
f. Ibu mengatakan merasa ingin BAB dan meneran.

2. Masalah
Ibu cemas menghadapi persalinan.
Dasar : Ibu memasuki kala II persalinan

3. Kebutuhan
a. Dukungan psikologis
b. Ajarkan ibu teknik mengedan yang benar
c. Menjaga kandung kemih tetap kosong
d. Melakukan pertolongan persalinan normal.

P : 1. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini


a. Beritahu ibu bahwa kondisinya dan janinnya baik
b. Beritahukan keadaan, TD : 120/80 mmHg, pols : 82 ×/menit, RR :
20 ×/menit, temp : 36,5 ºC.
c. Beritahukan hasil PD : pembukaan serviks 10 cm, penurunan
kepala : 1/5, molase : tidak ada.

2. Pimpin ibu untuk meneran


a. Anjurkan ibu untuk mengedan saat his mulai mereda
b. Ajarkan pada ibu teknik mengedan yang benar, seperti ingin BAB
yang keras dan kepala melihat ke fundus
c. Anjurkan ibu istirahat saat tidak ada his.
3. Beritahu ibu untuk bernafas yang baik selama persalinan
a. Anjurkan ibu untuk bernafas dengan teknik dog breathing
b. Saat His hilang, anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam-dalam
dari hidung dan keluarkan melalui mulut
c. Berikan minum diantara His

4. Siapkan pertolongan pesalinan dengan teknik aseptik dan antiseptik


a. Gunakan alat-alat yang steril serta menggunakan sarung tangan
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
c. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan pada ibu dan
mendampingi ibu pada proses persalinan.

5. Lakukan pertolongan persalinan normal


a. Tetap pimpin ibu meneran
b. Lakukan episiotomi dengan memberikan anastesi lokal. Pada
anastesi lokal larutan . Pada anastesi lokal larutan yang digunakan adalah
lidokain. Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin. Jika lidokain
1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian lidokain 2% dengan 1 bagian cairan
garam fisiologis atau aquabides (1:1).
c. Ketika kepala crowning, letakkan tangan kiri pada kepala bayi agar
tidak defleksi maksimal, tangan kanan mensuport perineum
d. Ketika kepala lahir seluruhnya, lap wajah bayi dengan kassa steril
e. Periksa adakah lilitan
f. Menunggu adanya putaran paksi luar
g. Letakkan tangan secara biparietal lalu tarik hati-hati ke bawah
untuk melahirkan bahu belakang
h. Kemudian menyusul bagian-bagian bayi yang lainnya (Perhatian:
oksitosin atau sintometrin tidak boleh diberikan pada tahap ini, sebab kala
dua persalinan belum lengkap, bayi kedua akan menyusul).
i. Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan tinggi bagian
terendah.
j. Ketika kontraksi uterus kembali pimpin ibu untuk mengedan
k. Selang waktu lima menit setelah kelahiran anak pertama lalu
kembar kedua dilahirkan dengan tindakan yang sama seperti bayi pertama.
l. Lahirkan bahu belakang, bahu depan, dan tubuh bayi seluruhnya.

6. Lakukan tindakan pada bayi baru lahir


a. Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering, klem tali pusat dan
potong
b. Lakukan antropometri
c. Pertahankan suhu tubuh
d. Berikan bayi pada ibu agar segera disusui.

7. Kedua bayi lahir spontan pervaginam, pada tanggal 27-11-07


a. Bayi pertama pukul 21.45 WIB, hidup, jenis kelamin laki-laki,
BB : 2600 gram, PB : 50 cm
b. Bayi kedua pukul 21.50 WIB, hidup, jenis kelamin laki-laki, BB :
2800 gram, PB : 47 cm

Kala III, pukul 21.50 WIB


S : 1. Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega atas kelahiran kedua bayinya
dengan selamat
2. Ibu mengatakan lemah dan masih merasa mulas-mulas pada perutnya.

O : 1. Kedua bayi lahir spontan pervaginam, bayi pertama pukul 21.45 WIB dan
bayi kedua pukul 21.50 WIB
2. Ibu tampak senang dan bahagia
3. Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg Temp : 36,8 ºC
RR : 23 ×/menit Pols : 82 ×/menit
4. Plasenta belum lahir
5. Pada palpasi didapat uterus teraba bulat dan keras, TFU sepusat
6. Pada inspeksi terlihat adanya robekan jalan lahir akibat episiotomi

A : Diagnosa
Ibu P1A0 partus spontan pervaginam partu kala III
Dasar :
1. Bayi pertama laki-laki lahir spontan pervaginam pukul 21.45 WIB
2. Bayi kedua laki-laki lahir spontan pervaginam pukul 21.50 WIB
3. Plasenta belum lahir.

Kebutuhan :
Melakukan manajemen aktif kala III

P : 1. Jelaskan keadaan ibu


Beritahu hasil pemeriksaan, TD : 110/80 mmHg, RR : 23 ×/menit, temp : 36,8
ºC, pols : 82 ×/menit, keadaan umum ibu baik.

2. Lakukan manajemen aktif kala III


a. Pemeriksaan fundus dan pastikan tidak ada janin lagi, kandung
kemih kosong dan kontraksi uterus baik.
b. Beritahu ibu bahwa akan disuntik 10 U IM pada 1/3 paha bagian
luar.
c. Lakukan penegangan tali pusat terkendali pada saat ada kontraksi.
d. Observasi tanda-tanda pelepasan plasenta: semburan darah tiba-
tiba, tali pusat memanjang.
e. Lahirkan plasenta.
f. Periksa kelengkapan plasenta dan tangan kiri melakukan massase
dengzn 4 jari palmer secara sirkuler selama 15 detik.
g. Ajarkan ibu untuk membantu melakukan massase dan beritahu ibu
uterus yang berkontraksi baik.
3. Plasenta lahir spontan pukul 22.05 WIB, periksa kelengkapan plasenta
a. Katiledon dan selaput : utuh
b. Panjang tali pusat : 50 cm
c. Diameter plasenta : 17 cm
d. Berat plasenta : 500 gr
e. Tebal plasenta : 3 cm
f. Insersi : marginal

4. Jaga personal hygiene


a. Terdapat robekan yang mengenai selaput lendir vagina dan otot
perineum transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani disebut luka
episiotomi tingkat II.
b. Berikan anastesi lokal : 10 ml lidokain 1%
c. Lakukan heating jelujur dan jelujur subkutikuler 1 cm di atas luka.

Kala IV, pukul 22.05 WIB


S : 1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran kedua bayinya
2. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas-mulas
3. Ibu merasa lega karena plasenta sudah lahir

O : 1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis
TD : 110/80 mmHg Pols : 82 ×/menit
RR : 23 ×/menit Temp. : 36,8 ºC

2. TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik


3. Jumlah perdarahan ± 200 cc, konsistensi berupa darah segar cair
4. Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 22.05 WIB

A : Diagnosa
Ibu P1A0 partus spontan, inpartu kala IV
Dasar :
1. Ibu melahirkan anak pertama, janin kembar
2. Ibu partus spontan pervaginam bayi pertama pukul 21.45 WIB, dan
bayi kedua pukul 21.50 WIB
3. Plasenta lahir lengkap pukul 22.05 WIB
4. TFU 1 jari di bawah pusat

Masalah :
Nyeri luka akibat episiotomi
Dasar : 1. Terdapat luka episiotomi derajat II
2. Jumlah perdarahan ± 200 cc

Kebutuhan :
1. Observasi keadaan ibu : keadaan umum, perdarahan, involusi uterus, dan
vital sign
2. Heating perineum dengan heating jelujur dan jelujur subkutikuler
3. Teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri.

P : 1. Observasi keadaan ibu


a. Pantau terus keadaan ibu selama 2 jam post partum
b. Pastikan darah yang keluar berasal hanya dari luka episiotomi.

2. Lakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1 jam post partum
dan setiap 30 menit pada jam kedua.
a. Periksa tanda vital : TD: 120/80 mmHg, RR: 21 ×/menit, pols: 83
×/menit, temp: 37 ºC, keadaan umum ibu baik.
b. Periksa fundus: TFU: 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus: baik
c. Periksa perdarahan, jumlah darah yang keluar ± 200 cc
d. Periksa kandung kemih, bila penuh, rangsang untuk berkemih.

3. Lakukan perawatan luka episiotomi


a. Bersihkan tubuh ibu dan lakukan vulva hygiene untuk menghindari
infeksi pada luka jahitan
b. Ajarkan ibu cara menjaga personal hygiene dan cara merawat luka
episiotomi

4. Ajarkan ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya post partum, seperti
demam, perdarahan berlebihan, perut tidak mulas dan fundus tidak ada
kontraksi.
a. Beritahu keluarga untuk melapor ke bidan jika ada tanda-tanda
bahaya.

5. Ajarkan ibu dan keluarga cara pemenuhan kebutuhan fisik dan fisiologis
a. Anjurkan ibu untuk makan dan minum yang cukup memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu
b. Anjurkan ibu untuk istirahat dan merelaksasikan pikiran
c. Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan dukungan dan
semangat pada ibu.

6. Berikan konseling pada ibu cara merawat bayi baru lahir


a. Beritahu ibu cara merawat tali pusat
b. Anjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya
c. Beritahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan tubuh bayi
d. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya BBL : panas tinggi, kejang, biru,
susah untuk bernafas dan bila ditemukan segera bawa ke bidan.

7. Jelaskan mobilisasi pada ibu


a. Beritahu ibu pentingnya mobilisasi dan istirahat
b. Anjurkan ibu untuk miring kanan/kiri serta berjalan sesudah 6 jam.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Azzawi F, 1991. Atlas Teknik Kebidanan, EGC : Jakarta


Mochtar R, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2, EGC : Jakarta

Oxorn Harry, 1996. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan, yayasan
Essentia Medica : Yogyakarta

Winkjosastro H, 1999. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo : Jakarta

You might also like