You are on page 1of 7

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DUNIA (bagian I)

Posted on 01.39 by Ners Moershaell.

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA

Pada zaman dahulu, manusia percaya bahwa sesuatu yang tercipta di


muka bumi ini mempunyai kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi
kehidupan umat manusia. Orang-orang pada umumnya mempercayai dukun
untuk melakukan dan mengatasi segala sesuatu, termasuk dalam hal
pengobatan dan perawatan penderita yang menderita penyakit tertentu.
Orang-orang beranggapan bahwa dukun mempunyai kekuatan gaib yaitu
semacam kekuatan yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa. Konon
katanya dukun dapat mencari dan mengetahui (mengidentifikasi),
menanggulangi suatu penyakit (terapi secara kuratif), serta mampu
mengusir roh jahat yang konon katanya masuk ke dalam tubuh seseorang
dan menyebabkan sakit. Gambaran kepercayaan semacam ini terlihat jelas
dalam sejarah bangsa-bangsa di dunia, misalnya pada sejarah bangsa Mesir
dan China dimana orang-orang mempercayai adanya dewa-dewa yang
dianggap dapat menyembuhkan penyakit. Dari gambaran fenomena di atas,
sangat jelas bahwa peran perawat (keperawatan) pada masa itu sangat
tidak berkembang.
Di Mesir, Yunani, Romawi dan Yahudi, pelayanan keperawatan dan
pelayanan kesehatan telah ada sejak masa sebelum masehi. Pelayanan
keperawatan dan pelayanan kesehatan mengalami masa pasang surut
sesuai dengan situasi dan keadaan pada masanya masing-masing, seperti
pada masa perang, atau pada masa perkembangan suatu agama tertentu,
atau pada masa kejayaan dan kemakmuran suatu pemerintahan tertentu di
masa itu. Misalnya, pada masa perkembangan agama Kristen di permulaan
tahun masehi menyebabkan keperawatan mengalami kemajuan yang sangat
berarti. Kemudian pada masa pemerintahan "Lord Constantine" yang
mendirikan Xenada Echim yang merupakan suatu tempat penampungan
orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan perawatan. Kemudian
berikutnya berkembang dengan pendirian rumah sakit-rumah sakit
diantaranya yaitu Monastic Hospital di Roma yang telah dilengkapi dengan
fasilitas perawatan berupa bangsal-bangsal perawatan yang berfungsi untuk
tenpat perawatan orang sakit, orang cacat, orang miskin dan para yatim
piatu. Pendirian Xenada Echim dan Monastic Hospital ini memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan keperawatan di dunia
pada masa itu.
Perkembangan berikutnya, pada tahun 1100 M mulai dikirim tenaga-
tenaga untuk menekuni bidang keperawatan orang sakit. Hal ini dibuktikan
dengan dibentuknya ordo-ordo perawat laki-laki dan perempuan yang
membina pelayanan bagi pejuang atau tentara yang terluka. Kemudian
terdapat juga ordo-ordo bangsawan yang mau ikut serta dalam perawatan
orang sakit akibat perang salib (Muslim Sudirman, 2000).
Pada awal abad XVI, orientasi masyarakat mulai mengalami pergeseran dari
orientasi keagamaan ke orientasi kolonialisme yaitu berperang untuk tujuan
ekspansi wilayah kekuasaan dan eksplorasi kekayaan alam. Akibat dari
peperangan ini adalah banyaknya gereja dan tempat-tempat ibadah yang
ditutup, padahal tempat-tempat tersebut digunakan oleh para perawat
sebagai tempat merawat orang sakit dan tempat pertemuan keperawatan.
Akibat selanjutnya adalah perkembangan keperawatan menjadi terhambat
dan bahkan beberapa ordo diantaranya yang mengalami kemunduran.
Dampak lain dari pergeseran orientasi ini adalah berkurangnya jumlah
tenaga perawat, sehingga untuk memenuhi kebutuhan jumlah tenaga
perawat, maka direkrutlah tenaga dari para wanita yang telah bertaubat dari
kesalahan dan kejahatan. Hal ini menimbulkan dampak negatif terhadap
perkembangan keperawatan, dimana asumsi dan opini masyarakat terhadap
perawat menjadi negatif dan reputasi perawat menjadi rendah. Akibat
berikutnya adalah perawat diberikan gaji yang rendah dalam kondisi kerja
yang buruk dan jam kerja yang lama. (Taylor, 1989).
Pada abad XVII - XVIII, keperawatan kembali mengalami kemunduran
akibat dari ajaran Protestan pada masa itu yang merasakan tidak ada
keperluan dan kepentingan untuk merawat orang sakit dan miskin.
Akibatnya sanitasi dan hygiene kurang diperhatikan sehingga timbul epidemi
penyakit. Untuk memenuhi kebutuhan operasional perawatan, akhirnya
perawat dengan kondisi yang terpaksa harus meminta imbalan jasa kepada
orang yang sakit.
Selanjutnya perang salib yang terjadi setelah abad XVIII memberikan
dampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Untuk menolong
korban perang salib dibutuhkan banyak perawat. Perawat yang dibentuk
pada masa ini berasal dari ordo-ordo keagamaan yang ingin membuktikan
bahwa kehidupan rohani (keagamaan) yaitu dengan berbuat hal-hal yang
baik, diantaranya yaitu dengan memberikan pelawatan pada orang sakit
korban dari Perang Salib. Pada masa itu, tepatnya pada tahun 1836,
terdapat seorang pendeta yang bernama Theodor Fliedner yang membuka
rumah sakit pertama di Kaiserswerth (Belanda).
Selanjutnya perkembangan keperawatan menjadi lebih baik lagi. Pada
zaman pertengahan mulai didirikan beberapa rumah sakit besar yang
memberikan pengaruh positif yang besar terhadap dunia keperawatan.
Rumah sakit besar pertama yaitu Hotel Diev di Lion (Perancis), rumah sakit
besar kedua didirikan di Paris (Perancis). Di kedua rumah sakit tersebut
pekerjaan perawat dilaksanakan oleh ordo agama. Kemudian sesudah
terjadinya masa revolusi di Perancis, pekerjaan perawat mulai digantikan
oleh orang-orang umum yang bukan dari ordo agama. Pelopor yang terkenal
dari kedua rumah sakit tersebut adalah Geneviece Bouquet. Rumah sakit
besar ketiga yaitu St. Thomas Hospital berdiri pada tahun 1123 M. Florence
Nightingale yang kita kenal sebagai nenek moyangnya perawat memulai
karirnya dengan memperbaharui keperawatan di rumah sakit ini.
Pecahnya perang Krim pada tahun 1954, Florence Nightingale ditunjuk
sebagai perawat yang bertugas menata asuhan keperawatan pada sebuah
rumah sakit militer di Turki. Penunjukan ini memberikan peluang kepadanya
untuk meraih prestasi besar di bidang keperawatan. (Kalish and Kalish,
1981). Florence Nightingale memberikan perawatan terhadap tentara-
tentara yang sakit akibat korban perang Krim. Florence Ninghtingale mampu
meningkatkan pamor keperawatan dengan menurunkan angka kematian
dari semula 40% menjadi 2%. Florence Ninghtingale bekerja selama hampir
24 jam sehari dan pada malam hari meronda dengan menggunakan lampu
lilin, sehingga ia mendapat sebutan The Lady With The Lamp. Semboyan
Florence Ninghtingale adalah Rawatlah Si Sakit dan Bukan Penyakitnya.
(Muslim Sudirman, 2000). Pada tahun 1826, ia mendirikan sekolah
keperawatan yang lebih modern. Konsep pendidikan keperawatan yang
digagas oleh Florence Ninghtingale banyak memberikan pengaruh pada
perkembangan pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini. Salah satu
konsep yang ditegaskan dalam pernyataan Florence Ninghtingale yaitu
"Keperawatan itu berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi kedokteran".
(Dolan dalam Taylor, 1989).
Buku Sumber:

1. RSCM, 1997. Pedoman Perawatan RSUP Nasional. RSCM: Jakarta.


2. M. Bouwhuizen. Ilmu Keperawatan (Verpleegkunde Zn). Alih bahasa:
Drs. Med. Moelia Radja Siregar. EGC: Jakarta.
3. La Ode Jumadi Saffar, SKp. Pengantar Keperawatan Profesional. EGC:
Jakarta.
4. Muslim Sudirman, SKp. (2000). Catatan Kuliah: Konsep Dasar
Keperawatan I. PSIK STIK Bina Husada: Palembang.
5. Nurharlinah, SKp. (2000). Catatan Kuliah: Konsep Dasar Keperawatan
I. PSIK STIK Bina Husada: Palembang.
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN (bagian II)

Posted on 07.39 by Ners Moershaell.


SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
Ditulis oleh: M. Mursal, S. Kep. Ns
Berbicara tentang sejarah keperawatan di Indonesia, maka perkembangan
keperawatan di Indonesia dapat dibagi dalam tiga masa yaitu: 

A. Keperawatan di Masa Kuno


Masyarakat Indonesia di masa kuno beranggapan bahwa penyakit itu
disebabkan oleh perbuatan makhluk halus yang jahat. Kepercayaan ini
begitu mengakar pada masyarakat, sehingga ketika ada yang sakit maka
mereka akan pergi ke dukun untuk mendapatkan pengobatan.
Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan mantra-mantra
dan bahan-bahan tertentu yang tidak terbukti khasiatnya. Dari segi
keperawatan, orang yang sakit hanya dirawat oleh kaum wanita yang
berlandaskan kepada naluri keibuan (mother instinc). Tidak ada catatan
yang menyebutkan kaum pria ikut serta melakukan perawatan dengan
alasan kaum pria tidak mempunyai kasih sayang yang cukup untuk
merawat orang sakit. Pada masa kuno ini, tidak ada catatan sejarah yang
menyebutkan perkembangan yang berarti dalam bidang keperawatan. 

B. Keperawatan di Masa Penjajahan


Di masa penjajahan, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami
kemajuan. Perkembangan keperawatan banyak dipengaruhi oleh konsep-
konsep keperawatan dari Negeri Belanda. Hal ini tidak terlepas dari peranan
pemerintah Belanda yang mendirikan dinas kesehatan khusus tentara (saat
itu disebut MGD) dan dinas kesehatan rakyat (saat itu disebut BGD). Melalui
kedua dinas tersebut pemerintah Belanda merekrut perawat dari penduduk
pribumi.
Perawat yang dalam bahasa Belanda disebut Velpleeger menjalankan
tugasnya sebagai perawat dengan dibantu oleh penjaga orang sakit yang
disebut Zieken Opposer. Para perawat dan penjaga orang sakit ini difasilitasi
untuk membentuk organisasi profesi. Organisasi profesi perawat pertama
dibentuk di Surabaya pada tahun 1799, organisasi tersebut bernama
Perkoempoelan Zieken Velpleeger / Velpleester Boemi Poetra (disingkat
PZVB Boemi Poetra). Para perawat ini bekerja di Binnen Hospital di
Surabaya untuk merawat staf dan tentara Belanda.
Untuk meningkatkan kemampuan para perawat ini agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang profesional, maka para perawat ini melalui
organisasinya diberikan semacam pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah
Belanda. Ilmu keperawatan pada masa Belanda disebut Verpleegkunde.
Sejak saat itu banyak sekali istilah-istilah keperawatan Indonesia yang
mengadopsi bahasa Belanda. Sampai sekarang masih sering kita dengar
istilah Belanda tersebut, misalnya nierbeken (bengkok), laken (sprei),
bovenlaken (kain penutup), warm-water zak (buli-buli hangat), Iiskap (buli-
buli dingin), scheren (gunting/cukur), dan lain-lain.
Ketika kekuasaan beralih ke masa Pemerintahan Jepang, keperawatan
Indonesia mengalami masa kegelapan. Wabah penyakit menyebar di mana-
mana, jumlah orang sakit meningkat, sementara bahan-bahan yang
dibutuhkan seperti balutan dan obat-obatan dalam kondisi kekurangan.
Pendidikan keperawatan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda terhenti.
Banyak perawat yang berhenti bekerja sebagai perawat dikarenakan
ketakutan dan kecemasan. Selanjutnya tidak ada catatan perkembangan
sampai akhirnya Indonesia mendapatkan kemerdekaan. 

C. Keperawatan Indonesia Setelah Kemerdekaan


Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah
sebagai berikut:

1. Sebelum tahun 1950: Indonesia belum mempunyai konsep dasar


tentang keperawatan. 
2. Tahun 1950: Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu
Sekolah Penata Rawat (SPR). 
3. Tahun 1945 – 1955: Berdirinya beberapa organisasi profesi,
diantaranya yaitu Persatuan Djuru Rawat dan Bidan Indonesia
(PDBI), Serikat Buruh Kesehatan, Persatuan Djuru Kesehatan
Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan. 
4. Tahun 1962: Berdirinya Akademi Keperawatan (Akper). 
5. Tahun 1955 - 1974: Organisasi profesi keperawatan mengalami
perubahan yaitu Ikatan Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia,
Ikatan Guru Perawat Indonesia, Korps Perawat Indonesia, Majelis
Permusyawaratan Perawat Indonesia Sementara (MAPPIS), dan
Federasi Tenaga Keperawatan. 
6. Tahun 1974: Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga
Perawat Tingkat Dasar yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan
(SPK) yang mengganti Sekolah Penata Rawat (SPR). 
7. Tahun 1974: Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI). 
8. Tahun 1876: Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula
menyatu dengan pelayanan di rumah sakit, telah mulai
memisahkan diri (terpisah) dari rumah sakit. 
9. Pada Januari 1983: Dilaksanakannya Lokakarya Nasional
Keperawatan I yang menghasilkan: a) Peranan Independen dan
Interdependen yang lebih terintegrasi dalam pelayanan kesehatan;
b) Program gelar dalam pendidikan keperawatan; c) Pengakuan
terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai
identitas profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak
untuk mengawasi praktek keperawatan dan pendidikan
keperawatan. 
10. Tahun 1985: Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana
(S1 Keperawatan) yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang menjadi momentum terbaik
kebangkitan Profesi Keperawatan di Indonesia. 
11. Tahun 1999: Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2
Keperawatan). 
12. Tahun 2000: Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa
Peraturan Menteri Kesehatan.

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI PALEMBANG, SUMATERA SELATAN.

Perkembangan keperawatan di Palembang mengikuti perkembangan


keperawatan Indonesia pada umumnya. Sebelum tahun 2000, pendidikan
keperawatan di Palembang khususnya dan Sumatera Selatan pada
umumnya adalah Sekolah Perawat Kesehatan dan Akademi Keperawatan
yan diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan dan pihak swasta. Hampir
di setiap kabupaten / kota di Sumatera Selatan terdapat lembaga pendidikan
keperawatan.
Pada tahun 2000, berdiri pendidikan keperawatan setingkat sarjana yang
pertama yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIK) Bina Husada yang diselenggarakan oleh Yayasan Bina
Husada. Berdirinya PSIK STIK Bina Husada memberikan perkembangan
yang cukup pesat di bidang keperawatan. Tokoh-tokoh yang pendiri PSIK
STIK Bina Husada yaitu Bapak Dr. H. Chairil Zaman, MSc., Bapak H. Amar
Muntaha, SKM., M. Kes., Bapak Drs. H. M. Ali Yusuf, Bapak H. Martawan
Madari, SKM., M. Kes. Ibu Dra. Hj. Herawati.
Kemudian pada tahun 2001, menyusul berdirinya Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Berikutnya menyusul berdiri yaitu PSIK STIKes Siti Khodijah dan PSIK
STIKes Muhammadiyah.

BAHAN BACAAN:
RSCM, 1997. Pedoman Perawatan RSUP Nasional. RSCM: Jakarta. 
M. Bouwhuizen. Ilmu Keperawatan (Verpleegkunde Zn). Alih bahasa: Drs.
Med. Moelia Radja Siregar. EGC: Jakarta.
La Ode Jumadi Saffar, SKp. Pengantar Keperawatan Profesional. EGC:
Jakarta.  
Muslim Sudirman, SKp. (2000). Catatan Kuliah: Konsep Dasar Keperawatan
I. PSIK STIK Bina Husada Palembang. 
Nurharlinah, SKp. (2000). Catatan Kuliah: Konsep Dasar Keperawatan I.
PSIK STIK Bina Husada Palembang.

You might also like