You are on page 1of 5

Keris

Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada
kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian
barat dan tengah. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori
(ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda
koleksi. Pada masa lalu keris masih berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan.[1]

Penggunaan keris tersebar di masyarakat penghuni wilayah yang pernah


terpengaruh Majapahit, seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir
Kalimantan, sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina
Selatan (Mindanao). Keris Mindanao dikenal sebagai kalis.

Keris Indonesia telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-
Bendawi Manusia sejak 2005. Fungsi keris

Kalangan perkerisan Jawa selalu melihat keris sebagai tosan aji atau "benda keras
(logam) yang luhur", bukan semata sebagai senjata. Keris adalah dhuwung, bersama-
sama dengan tombak; keduanya dianggap sebagai benda "pegangan" (ageman) yang
diambil daya keutamaannya dengan mengambil bentuk senjata tikam pada masa lalu.
Dalam perkembangannya, keris lebih memiliki banyak simbol budaya dan spiritual,
bahkan ada pihak yang melihat fungsi supranatural dari keris.
Rencong

Rencong (Bahasa Aceh: reuncong) adalah senjata tajam belati tradisional Aceh,
di pulau Sumatera Indonesia bentuknya menyerupai huruf "L". Rencong termasuk dalam
kategori belati yang berbeda dengan pisau atau pedang.

Rencong memiliki kemiripan rupa dengan keris. Panjang mata pisau rencong
dapat bervariasi dari 10 cm sampai 50 cm. Matau pisau tersebut dapat berlengkung
seperti keris, namun dalam banyak rencong, dapat juga lurus seperti pedang. Rencong
dimasukkan ke dalam sarung belati yang terbuat dari kayu, gading, tanduk, atau kadang-
kadang logam perak atau emas. Dalam pembawaan, rencong diselipkan di antara sabuk di
depan perut pemakai.

Belati rencong kerajaan, terbuat dari emas dan sarung gading dengan mata pisau
berukir ayat suci Alquran.

Rencong memiliki tingkatan; untuk raja atau sultan biasanya sarungnya terbuat
dari gading dan mata pisaunya dari emas dan berukirkan sekutip ayat suci dari Alquran
agama Islam. Sedangkan rencong-rencong lainnya biasanya terbuat dari tanduk kerbau
ataupun kayu sebagai sarungnya, dan kuningan atau besi putih sebagai belatinya.

Seperti kepercayaan keris dalam masyarakat Jawa, masyarakat tradisional Aceh


menghubungkan kekuatan mistik dengan senjata rencong. Rencong masih digunakan dan
dipakai sebagai atribut busana dalam upacara tradisional Aceh. Masyarakat Aceh
mempercayai bahwa bentuk dari rencong mewakili simbol dari basmalah dari
kepercayaan agama Islam.

Rencong begitu populer di masyarakat Aceh sehingga Aceh juga dikenal dengan
sebutan "Tanah Rencong".
Mandau

Mandau adalah senjata tajam sejenis parang berasal dari kebudayaan Dayak di
Kalimantan. Mandau termasuk salah satu senjata tradisional Indonesia. Berbeda dengan
arang, mandau memiliki ukiran - ukiran di bagian bilahnya yang tidak tajam. Sering juga
dijumpai tambahan lubang-lubang di bilahnya yang ditutup dengan kuningan atau
tembaga dengan maksud memperindah bilah mandau.

Menurut literatur di Museum Balanga, Palangkaraya, bahan baku mandau adalah


besi (sanaman) mantikei yang terdapat di hulu Sungai Matikei, Desa Tumbang Atei,
Kecamatan Sanaman Matikei, Samba, Kotawaringin Timur. Besi ini bersifat lentur
sehingga mudah dibengkokan. Mandau asli harganya dimulai dari Rp. 1 juta rupiah.
Mandau asli yang berusia tua dan memiliki besi yang kuat bisa mencapai harga Rp. 20
juta rupiah per bilah. Bahan baku pembuatan mandau biasa dapat juga menggunakan besi
per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan dan besi batang lain. Piranti kerja yang
digunakan terutama adalah palu, betel, dan sebasang besi runcing guna melubangi
mandau untuk hiasan. Juga digunakan penghembus udara bertenaga listrik untuk
membarakan nyala limbah kayu ulin yang dipakainya untuk memanasi besi. Kayu ulin
dipilih karena mampu menghasilkan panas lebih tinggi dibandingkan kayu lainnya.

Mandau untuk cideramata biasanya bergagang kayu, harganya berkisar Rp.


50.000 hingga Rp. 300.000 tergantung dari besi yang digunakan. Mandau asli
mempunyai penyang, penyang adalah kumpulan-kumpulan ilmu suku dayak yang didapat
dari hasil bertapa atau petunjuk lelulur yang digunakan untuk berperang. Penyang akan
membuat orang yang memegang mandau sakti, kuat dan kebal dalam menghadapi musuh.
mandau dan penyang adalah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan turun
temurun dari leluhur
Kujang

Kujang adalah sebuah senjata unik dari daerah Jawa Barat. Kujang mulai dibuat
sekitar abad ke-8 atau ke-9, terbuat dari besi, baja dan bahan pamor, panjangnya sekitar
20 sampai 25 cm dan beratnya sekitar 300 gram.

Kujang merupakan perkakas yang merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam
kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi hak dan
kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan,
ataupun cindera mata.

Pada zaman dulu perkakas ini hanya digunakan oleh kelompok tertentu yaitu para
raja, prabu anom, golongan pangiwa, panengen, golongan agamawan, para putri serta
golongan kaum wanita tertentu, dan para kokolot.

Secara umum, Kujang mempunyai pengertian sebagai pusaka yang mempunyai


kekuatan tertentu yang berasal dari para dewa (=Hyang), dan sebagai sebuah senjata,
sejak dahulu hingga saat ini Kujang menempati satu posisi yang sangat khusus di
kalangan masyarakat Jawa Barat (Sunda). Sebagai lambang atau simbol dengan niali-
nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, Kujang dipakai sebagai salah satu estetika
dalam beberapa lambang organisasi serta pemerintahan. Disamping itu, Kujang pun
dipakai pula sebagai sebuah nama dari berbagai organisasi, kesatuan dan tentunya dipakai
pula oleh Pemda Propinsi Jawa Barat
Badik

Asal usul badik adalah senjata tradisional melayu makasar, bugis dan
mandar di sulawesi selatan yang berukuran pendek. senjata ini dikenal pula di
daerah patani, thailand selatan dengan sebutan badek. bentuknya serupa dengan
badik bugis, sehingga diduga badek patani ini berasal dari bugis. hal ini didasarkan
pada tradasi merantau orang bugis yang diwariskan secara turun temurun

You might also like