Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah karakteristik distribusi sampel dengan pielonefritis akut
berdasarkan hasil pemeriksaan BOF dan Ultrasonografi (USG) di Divisi
Radiodiagnostik (sentral) Bagian/SMF Radiologi FK UNUD/RSUP
Sanglah Denpasar selama periode 1 Juli – 30 November 2010?
b. Bagaimanakah pola ketepatan diagnosis pielonefritis akut dari kesan
hasil pemeriksaan BOF dan USG di Divisi Radiodiagnostik (sentral)
Bagian/SMF Radiologi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar periode 1
Juli – 30 November 2010?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh
radang jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus, dan akhirnya dapat
mengenai kapiler glomerulus; disertai manifestasi klinik dan bakteriuri tanpa
ditemukan kelainan-kelainan radiologik.1
Pielonefritis akut adalah suatu sindroma klinis dari nyeri pinggang,
rebound tenderness, demam, menggigil dan disertai bakteriuria.3
2.1 Epidemiologi
Pielonefritis adalah penyakit yang sangat umum terjadi, dengan frekuensi
12-13 kasus per tahun pada 10.000 penduduk yang berjenis kelamin wanita
dan 3-4 kasus per 10.000 pada pria. Wanita muda umumnya yang paling
mungkin akan terkena karena secara tradisional mencerminkan aktivitas
seksual dalam kelompok umur. Bayi dan orang tua juga berisiko tinggi karena
mencerminkan perubahan anatomi dan status hormonal. 3
3
3. Imunologik: Reaksi penolakan, Sarkoidosis, Sindrom Sjogren, Lepra
4. Fesikal: Radiasi sinar X, Deposit kalsium dan asam urat
5. Metabolisme: Hipokalemi kronik
6. Kimia: Lithium, Cadmium
7. Kongenital: Sindrom Alport, Kista medula
8. Nefropati balkan
9. Idiopatik
Klebsiella
Proteus
Enterobacter
Pseudomonas 20% pielonefritis akut tipe complicated
Stafilokokus
Streptokokus
Pielonefritis akut tipe uncomplicated terutama disebabkan oleh
golongan enterobakteria: Escherichia Coli (80%), kemudian menyusul
4
Klebsiella, Proteus dan Enterobakter. Pseudomonas, Stafilokokus dan
Streptokokus golongna D, tidak jarang merupakan penyebab pielonefritis
dengan frekuensi antara 5-10%. Mikroorganisme lainnya seperti Serratia
marcescens dan Candida albicans mungkin juga menyebabkan infeksi
saluran kemih dan ginjal melalui berbagai alat (instrumensasi), termasuk
infeksi nosokomial.1
Infeksi saluran kemih dan ginjal pada diabetes mellitus atau pasien-
pasien yang sedang mendapatkan pengobatan kortikosteroid atau
immunosupresif biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat
jarang ditemukan di klinik.1
Mikroorganisme anaerobic
Mikroorganisme anaerobic jarang menyebabkan infeksi saluran kemih dan
ginjal. Diantara mikroorganisme anaerobic yang dapat menyebabkan
infeksi saluran kemih dan ginjal: bakteroides, streptokokus anaerobic,
laktobasili, dapat menyebabkan sindrom uretra pada wanita. Dahulu
sindrom ini dikenal sebagai sistitis abakterial.1
2.4 Patogenesis
Patogenesis pielonefritis pada manusia masih belum jelas, banyak factor turut
memegang peranan. Pada percobaan binatang mikroorganisme mencapai
ginjal melalui penyebaran hematogen maupun naik (ascending) melalui
saluran kemih (ureter). Pengalaman klinik menunjukkan bahwa pielonefritis
lebih sering ditemukan pada pasien-pasien dengan obstruksi saluran kemih.
Observasi klinik ini masih belum dapat membuktikan bahwa infeksi ginjal
dapat terjadi dengan cara ascending karena ditemukan juga tanda-tanda
bakteriemia, ini menunjukkan penyebaran hematogen.1,2,3
Pemasangan kateter daur sudah diketahui dapat menyebabkan sistitis
disertai bakteriuri, tyetapi masih diragukan dapat menyebabkan infeksi ginjal
(pielonefritis). Data-data klinik lain misalnya pielonefritis sebagai gejala sisa
dari bakteriemi pasca operasi striktur uretra tidak pernah ditemukan di klinik.
Pada percobaan binatang, memang bakteriemi sering dijumpai setelah trauma
5
kateter. Dalam kepustakaan sedikit dilaporkan insiden bakteriemi pasca
kateterisasi walaupun catheterization fever sudah dikenal dalam bidang
urologi.1
Gangguan katup vesiko-ureter mungkin menyebabkan refluk urin kedalam
pelvis ginjal. Refluk ini dapat dibuktikan secara radiologik dengan
pemeriksaan MCU (Micturating Cysto-Urethrogram) pada orang dewasa
walaupun kelainan ini lebih sering dijumpai pada anak-anak. Peranan
bakteriuri telah lama diketahui dan merupakan salah satu faktor yang penting
dalam genesis pielonefritis pada wanita. Akhir-akhir ini telah diselidiki perana
”urinary inhibitor”, ”local bladder defance” dan komplek imun, untuk
menerangkan mekanisme pielonefritis terutama bentuk yang kronik.1
6
dapat menyebar ke daerah perut bagian bawah sehingga menyerupai
appendisitis. 1,2,3
Tabel 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan saluran kemih dan ginjal:1
Faktor predisposisi
Kehamilan terutama dengan riwayat keracunan (toksemi gravidarum)
Diabetes mellitus
Hipertensi
Anemia
Umur lebih dari 60 tahun
Hematuri
Instrumensasi
Riwayat penyakit ginjal
Pemeriksaan fisik yang harus diperhatikan:
Tekanan darah
Tanda-tanda anemia
Palpasi abdomen
Pemeriksaan genitalia
7
Bila diagnosis terlambat atau pengobatan tidak adekuat, infeksi akut ini
menjadi kronik terutama bial terdapat refluks vesiko ureter. Pielonefritis
ini dapat menyebabkan: (a) insufisiensi ginjal; (b) sklerosis sekunder
mengenai pembuluh darah arterial sehingga menyebabkan iskemi ginjal
dan hipertensi; (c) pembentukan batu dan selanjutnya dapat menyebabkan
kerusakan jaringan/parenkim ginjal lebih parah lagi.1
b. Bakteriemia dan septikemia
Bakteriemia dengan atau tanpa septikemia sering ditemukan pada pasien-
pasien dengan pielonefritis berat (fulminatung pyelonephritis).
Bakteriemia mungkin juga menyebabkan infeksi atau pembentukan abses
multipel pada bagian korteks dari ginjal kontralateral. Bakteriemia disertai
septikemi terutama disebabkan mikroorganisme Gram Negatif.1
c. Pielonefrosis
Pada stadium akhir dari infected hydronephrosis atau pyonephrosis
terutana pada pasien-pasien diabetes mellitus mungkin disertai
pembentukan gas intrarenal sehingga dapat memberikan gambaran
radiologik air urogram pada otot polos perut.1
8
2.9 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis
a. Pemeriksaan laboratorium
Lekositosis dapat mencapai 40.000 per mm3, neutrofilia, laju endapan
darah tinggi. Urin keruh, proteinuria 1-3 gram per hari, penuh dengan pus
dan kuman, kadang-kadang ditemukan eritrosit. Biakan urin selalu
ditemukan bakteriuria patogen bermakna dengan CFU per ml > 105. Faal
ginjal (LFG) masih normal, berat jenis urin dan uji fungsi tubulus lainnya
terganggu terutama bila disertai septikemia.1
b. Pemeriksaan radiologik
Foto polos perut mungkin sudah dapat memperlihatkan beberapa kelainan
seperti obliterasi bayangan ginjal karena sembab jaringan, perinephritic
fat dan perkapuran. Ekskresi urogram selama fase akut umunya
memperlihatkan sedikit penurunan fase ginjal walaupun pielum dan
kalises dari ginjal yang sakit mungkin mengecil karena sekresi volume uri
sedikit dibandingkan dengan ginjal yang sehat. Pemeriksaan ekskresi
urogram sangat penting untuk mengetahui adanya obstruksi.1,3
Bila terjadi infeksi berat, biasanya ginjal membesar dengan nefrogram
terlambat (delayed nephrogram) dan tidak ditemukan bayangan sistem
pelvio-kalises. Gambaran urogram (pielogram) akan normal kembali
setelah mendapat pengobatan yang adekuat.1
c. Pemeriksaan USG
Pada umumnya USG ginjal normal. Pemeriksaan ini sangat penting untuk
mengetahui faktor-faktor predisposisi infeksi seperti ginjal polikistik dan
nefrolitiasis.1
d. Radionuclide imaging
Bayangna ginjal dengan galium-67 dapat dipakai untuk menentukan
lokalisasi infeksi. Hasil positif mencapai 86% walaupun dapat juga
ditemukan hasil semupositif atau negatif (falsely positive/negative).1
9
Biakan urin, jumlah kuman, resistensi
Ureum dan kreatinin serum untuk:
Anak-anak : serangan I
Wanita : serangan II
Laki-laki : serangan I
Pielogram intravena untuk:
Wanita jika:
Kenaikan urem dan serum kreatinin
Hipertensi
Riwayat infeksi sejak anak-anak
Serangan yang berulang-ulang tanpa faktor0faktor tersebut diatas
Laki-laki dan anak-anak walaupun baru serangan I
MCU (micturating cysto urethrogram) jika ditemukan kelainan-
kelainan pada pielogram intravena terutama pada anak-anak yang
dicurigai adanya refluk vesika ureter
10
b. Pengobatan1
b.1 Pengobatan umum
Pengobatan umum ini sifatnya simptomatik untuk menghilangkan
atau meredakan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah atau atas.
Misalnya analgetik, anti spasmodik, alaklinisasi urin dengan
bikarbonat. Istirahat penting selama fase akut. Bila mual-mual atau
muntah-muntah perlu mendapatkan makanan parenteral.
Pasien dianjurkan minum banyak supaya jumlah diuresis
mencapai 2 liter perhari selama fase akut. Keuntungan minum
banyak: (a) pertumbuhan mikroorganisme E.Coli dapat dihambat; (b)
mengurangi risiko anuri selama pengobatan dengan sulfonamid: (c)
mikroorganisme banyak diekskresikan selama miksi. Beberapa
kerugian minum banyak: (a) pasien tidak istirahat karena sering
kencing; (b) mengurangi konsentrasi antibiotika dalam urin sehingga
mengurangi efek terapiutik.
b.2 Pengobatan medikamentosa
Teoritis pemilihan macam antibiotika harus sesuai dengan hasil
bakteriogram. Dalam praktek sulit dilaksanakan karena hasil biakan
dan uji kepekaan memerlukan waktu lama (beberapa hari).
Pengobatan awal dapat segera diberikan dan sebaiknya sesuai
dengan hasil pengecatan dengan gram dari bahan urin.
b.2.1 Pengobatan awal
Bila hasil pengecatan Gram dijumpai bentuk batang Gram
Negatif, golongan sulfonamid dan ampisilin dapat segera
diberikan sebagai pengobatan awal, inisial. Sulfonamid masih
cukup efektif untuk Gram Negatif bentuk batang, biasanya
E.Coli yang merupakan penyebab utama dari pielonefritis
akut tipe sederhana (uncomplicated).
Frekuensi penyembuhan cukup tinggi, mencapai 85%.
Salah satu golongan sulfonamid misalnya sulfomezatin
11
diberikan dengan takaran 500 mg q.d.s per hari selama 7
sampai 10 hari.
Golongan antibiotika lain yang masih cukup efektif seperti
tetrasiklin, ampisilin (amfipen, vidopen, penbritin,
pentreksil), sefaleksin dan co-trimoxazole. Montgemerie
(1976) menganjurkan pemberian ampisilin 2 gram per hari
intravena/intramuskular, selama 2 hari pertama, kemudian
dilanjutkan per oral selama 10 hari, untuk pasien-pasien
dengan pielonefritis akut berat yang disertai tanda-tanda
septikemia.
Untuk pasien-pasien pielonefritis akut yang dicurigai tipe
berkomplikasi sebaiknya diberikan antibiotika dengan
spektrum luas, seperti golongan ampisilin, sefaleksin atau co-
trimoxazole.
Bila setelah 48 jam pengobatan tidak memperlihatkan respon
klinik, antibiotika harus diganti dan disesuaikan dengan hasil
bakteriogram.
b.2.2 Pemilihan macam-macam antibiotika sesuai dengan hasil
bakteriogram.
b.3 Tindak lanjut
Selama follow up (tindak lanjut) pemeriksaan bakteriologi sangat
penting karena penyembuhan klinik tidak berarti telah terdapat
penyembuhan sempurna. Bahan urin (UTK) harus dibiak pada hari
ke 3 atau ke 4 selama pengobatan dan satu minggu setelah
pengobatan berakhir. Bila tidak terjadi reinfeksi, biakan urin setiap
bulan selama 3 bulan pertama dan selanjutnya setiap 3 bulan selama
9 bulan.
Bila pada hari ke 4 atau ke 5 selama pengobatan tidak
memperlihatkan penyembuhan klinik, biakan urin harus diulang
untuk menentukan pemilihan antibiotika yang tepat.
12
2.11 Prognosis
Prognosis pielonefritis baik (penyembuhan 100%) bila memperlihatkan
penyembuhan klinik maupun bakteriologi terhadap antibiotika. Bila faktor-
faktor predisposisi tidak diketahui atau berat dan sulit dikoreksi, kira-kira 40%
dari pasien menjadi kronik, pielonefritis kronik.1
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
13
Pasien RSUP Sanglah periode
1 Oktober – 30 November
2010
Dilakukan pemeriksaan
penunjang
BOF USG
Umur pasien
Jenis kelamin pasien
Diagnosa Klinis
Kesan hasil pemeriksaan
BOF
Kesan hasil pemeriksaan
USG
Oleh karena terbatasnya data sekunder yang digunakan, maka dalam penelitian ini
hanya dicari karakteristik pasien pielonefritis akut dengan pemeriksaan BOF dan
ultrasonografi (USG) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar
selama periode 1 Oktober sampai 30 November 2010 berdasarkan kategori umur,
jenis kelamin, diagnosis klinis, dan kesan hasil pemeriksaan BOF dan USG
BAB IV
METODE PENELITIAN
14
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Radiologi Sentral dan radiologi IRD
Bagian/SMF Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar. Rentang waktu penelitiannya adalah mulai dari 6
Desember 2010 – 2 Januari 2011.
15
2. Umur adalah umur biologis pasien yang dinyatakan dalam satuan tahun yang
tercantum dalam catatan medik pasien, yang dibagi menjadi rentang umur 30-
35 tahun, 36-40 tahun, 41-45 tahun, 46-50 tahun, 51-55 tahun, 56-60 tahun,
61-65 tahun, 66-70 tahun.
3. Keterangan klinis adalah keterangan diagnosa kondisi klinis pasien yang
tertera pada lembar permintaan BOF dan USG pasien, yang dibuat oleh dokter
yang merawat.
4. Pielonefritis akut adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang
jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus, dan akhirnya dapat mengenai
kapiler glomerulus; disertai manifestasi klinik dan bakteriuri tanpa ditemukan
kelainan-kelainan radiologik.
16
Penelitian yang bertempat di bagian Radiologi Divisi Radiodiagnostik
(sentral) Bagian/SMF Radiologi FK UNUD/RSUP Sanglah ini telah berhasil
mengumpulkan data sekunder sebanyak 36 sampel dari rekam medis pasien
pielonefritis yang melakukan pemeriksaan BOF serta USG selama periode 1 Juli -
30 November 2010 dan dianggap telah memenuhi target jumlah sampel
penelitian yang diperlukan.
Penelitian kali ini berdesain dekriptif kuantitatif yang retrospektif yang
diambil dari sejumlah sampel pasien yang menderita pielonefritis di radiologi
sentral RSUP Sanglah. Sebagai informasi tambahan bahwa studi ini juga
bertujuan mengetahui pola penilaian diagnosis pielonefritis berdasarkan
pemeriksaan klinis serta kesan pada BOF dan USG. Seperti yang telah kita
ketahui bersama bahwa pemeriksaan USG penting karena dapat mengetahui
faktor-faktor predisposisi infeksi seperti ginjal polikistik dan nefrolitiasis
17
Umur Frekuensi Persen
26-30 5 13,8
31-35 3 8.3
36-40 4 11.1
41-45 4 11.1
46-50 2 5.6
51-55 4 11.1
56-60 9 25.0
61-65 1 2.8
66-70 4 11.1
Total 36 100.0
Terlihat pada tabel 5.2 pola distribusi sampel berdasarkan kategori jenis kelamin
yang menggambarkan dominasi insiden terdiagnosisnya pielonefritis lebih banyak
terjadi pada kelompok jenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 55,6% sedangkan
pada kelompok sampel laki-laki didapatkan sebanyak 44,4%.
18
5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Diagnosis Klinis
Berdasarkan data sekunder catatan medik pasien yang berhasil terkumpul selama
periode 6 bulan (Januari sampai Juni 2009) dengan diagnosis pielonefritis dan
mendapatkan pemeriksaan BOF serta USG Urologi di RSUP Sanglah, maka
karakteristik distribusi sampel berdasarkan keterangan diagnosis klinis
ditampilkan pada tabel 5.3 adalah sebagai berikut :
19
karakteristik distribusi sampel berdasarkan kesan hasil pemeriksaan USG
ditampilkan pada tabel 5.5 adalah sebagai berikut:
BAB VI
PEMBAHASAN
20
berdasarkan pemeriksaan BOF dan USG di RSUP Sanglah. Data tersebut diolah
secara statistik untuk memperoleh informasi dan karakteristik sampel pasien batu
ginjal berdasarkan kategori umur, jenis kelamin, diagnosis klinis serta kesan hasil
pemeriksaan klinis BOF dan USG
21
terbanyak yang terkena adalah diatas 50 tahun maka kemungkinan bisa
didapatkan batu ginjal.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
1. Karakteristik sampel dari 36 sampel pasien batu ginjal dengan
pemeriksaan BOF dan USG RSUP Sanglah periode Juli sampai November
tahun 2010 didapatkan bahwa kelompok umur yang terbanyak
terdiagnosis dengan batu ginjal dan mendapatkan pemeriksaan BOF dan
22
USG Urologi adalah kelompok umur 46-50 tahun. Didapatkan Perempuan
(55.6%) terdiagnosis batu ginjal lebih banyak daripada laki-laki.
2. Distribusi diagnosis klinis dari sampel didapatkan kasus curiga
pielonefritis akut lebih besar yaitu sebanyak 24 sampel (66.7%) sedangkan
pielonefritis kronik terdapat jumlah sampel sebanyak 12 (33.3%).
3. Distribusi sampel dari kesan BOF didapatkan frekuensi adanya
pembesaran ginjal sebanyak 10 sampel (27.8%) sedangkan terdapat hal
yang menarik yaitu adanya batu ginjal sebanyak 10 sampel (27.8%)
sedangkan ginjal yang normal terdapat 6 sampel (16.7%).
4. Distribusi sampel dari kesan USG Urologi didapatkan frekuensi
terdiagnosis pielonefritis bilateral terdapat pada 12 sampel (33.3%). Pada
kesan USG juga terdapat batu ginjal dengan frekuensi 8 sampel (22.2%)
sedangkan diagnosis kista terdapat pada 9 sampel (25%) sedangkan ginjal
normal didapatkan sebanyak 7 sampel (19.4%)
7.2 Saran
1. Penyimpanan rekam medis pasien yang menjalani radioterapi di RS
Sanglah perlu memanfaatkan sistem informasi berbasis komputer sehingga
lebih terstruktur sebagai upaya dalam meningkatkan pelayanan terhadap
pasien serta mempermudah akses informasi mengenai data pasien.
2. Pada penelitian kali ini masih terdapat beberapa kelemahan baik dalam
teknis pelaksanaan maupun analisanya, sehingga untuk selanjutnya
diharapkan kelemahan yang telah disampaikan dalam pembahasan dapat
sebagai landasan perbaikan melakukan penelitian-penelitian sejenis
selanjutnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
3. Nicolle, L.E., Ronald, A.R. 2006. Infections of The Upper Urinary Tract. In
Textbook of Nephrology. Lippincott, Williams & Wilkins. Chapter 34.
24
4. Sukandar, E. 2006. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat, Jilid I. Pusat Penelitian Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta. Hal 564-568.
25