Professional Documents
Culture Documents
Pandangan kurikulum sebagai hasil belajar yang ingin dicapai oleh para
siswa,
mendeskripsikan kurikulum sebagai pengetahuan, keterampilan, perilaku,
sikap
dan berbagai bentuk pemahaman terhadap bidang studi. Walau pengertian
ini lebih
konseptual, namun hasil belajar yang diinginkan siswa juga sering
dituangkan
dalam bentuk dokumen seperti halnya tujuan belajar, seperangkat konsep
yang
harus dikuasai, prinsip-prinsip belajar dan sebagainya.
Keuntungan dari cara pandang seperti ini yakni ; (1) kurikulum menjadi
sebuah
konsep, yang selanjutnya dapat dikembangkan dan dielaborasikan oleh
guru, siswa
dan masyarakat, sehingga tidak sekadar produk semata yang secara
"ritual" harus
diajarkan sebagaimana adanya tanpa mempertimbangkan konteks sosial dan
kultural
baik di sekolah maupun di masyarakat, dan (2) dapat menyusun kurikulum
menjadi
lebih manageable baik dari segi scope maupun sequen-nya. Adapun
kelemahannya
adalah adanya kesulitan bagi para guru maupun sekolah dalam menangani
secara
terpisah apa yang harus dipelajari oleh siswa dan cara mempelajarinya.
Keuntungan dari pemaknaan tersebut setidaknya ada dua hal yaitu: (1)
pihak guru
maupun sekolah lebih memusatkan perhatiannya pada siswa dalam proses
pembelajaran, (2) guru akan lebih melibatkan semua pengalaman siswa.
Walau
demikian ada pula kelemahannya yaitu: (1) kurikulum terasa lebih
abstrak dan
kompleks jika dibandingkan dengan pemahaman yang sebelumnya, dan (2)
kurikulum
menjadi sangat komprehensif, sehingga tidak dapat dideskripsikan dalam
bentuk
yang sederhana. Sebagai konsekuensinya muncul terminologi mengenai
kurikulum
eksplisit (tertulis) dan implisit (tidak tertulis) atau kurikulum
tersembunyi
(hidden curriculum).***
20947
1
Nihil.
1. Kurikulum : suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar mengajar
di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya.
3. Kurikulum : niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program
pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah.
4. Kurikulum adalah niat dan rencana, proses belajar mengajar adalah pelaksanaanya.
Dalam proses tersebut ada dua subjek yang terlibat yakni guru dan siswa. Siswa adalah
subjek yang dibina dan guru adalah dubjek yang membina.
5. Curriculum dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari; dan
Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang harus di tempuh
oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan masalah tersebut
kurikulum dalam pendidikan di artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau disekesaikan anak didik untuk memperoleh ijasah.
6. Kurikulum adalah program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematis dan logis,
di berikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar,
kurikulum adalah niat, rencana atau harapan.
7. Kurikulum adalah hasil belajar yang diniati atau intended learning out comes.
8. Kurikulum adalah program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang di
harapkan yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara
sistematis, di berikan kepasa siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu
pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan kompetensi social anak didik.
9. Kurikulum adalah rencana atau program belajar dan pengajaran adalah pelaksanaan
atau operasionalisasi dari rencana atau program.
10. Kurukulum adalah alat atau saran untuk mencapai tujuan pendidikan melalui proses
pengajaran.
11. Kurikulum adalah sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan untuk anak didik.
Artinya, hasil belajar yang diinginkan yang diniati agar dimiliki anak.
12. (Ronald. C. Doll, 1974, Hal 22) The commonly accepted definition of the curriculum
has changed from content of course of study and list of subject and courses to all the
experience which are offered to learnes unders the auspises or direction of the school.
13. (Johnson, 1967, hal 130) Kurikulum….a structured series of itended learning out
comes.
14. Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau
pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
15. (Beauchamp, 1968, hal 6) A curriculum is a written document which may contain
many ingredients, but basically it is the plant for education of pupils during their
enrollment in given school. Beauchamp lebih memberikan tekanan behwa kurikulum
adalah siatu rencana pendidikan atau pengajaran.
16. Caswel dan Chambell dalam buku mereka yang terkenal Curriculum Development
(1935), kurikulum….to be composed of all experience children have a under the guidance
of teacher.
17. Zais menjelaskan bahwa kurikulumbukan hanya merupakan rencana tertulis begi
pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang
memberi pedoman dan mengatur lingnkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam
kelas.
18. Menurut Robert S. Zais (1976, hal 3), kurikulum sebagai bidang studi mencakup :1.
The range of subject matters with which it is concerned (the substantive structure), and 2.
The procedures of inkiuri and practice it follows (the syntactical structure).
19. Menurut George A. Beaucham (1976 hal 58-59), kurikulum sebagai bidang studi
membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga
sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan
bagian dari sistem persekolahan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Halaman : 2-5
21. Pengertian kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran dapat ditemukan dari definisi
yang dikemukakan oleh Robert M. Hutchins (1936) yang menyatakan :
The curriculum should include grammar, reading, the toric and logic, and mathematic and
addition at the secondary level introduce the great books of the western world.
23. Dorris Lee dan Murray Lee (1940), menyatakan kurikulum sebagai : Those
experience of the child which the school in any way utilizes or attepts to influence.
Curriculum interpreted to mean all of the organized courses, activities and experience
which pupils have under direction of school wether in the class room or not.
The curriculum is the sum total of schools efforts to influence learning, wheter in class
room, on the playground, or out of school.
27. Kurikulum sebagai rencana atau program belajar, Hilda Taba (1962):
A curriculum is a plan for learning therefore, whai is know about the learning process and
the development of the individual has bearing on the shaping of the curriculum.
28. Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) dan Peter F. Olivva (1982) kurikulum pada
dasarnya adalah sebuah perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan
sekolah.
Tahun : 1992
Halaman : 3
29. Kurikulum adalah suatu formulasi pedagogis yang termasuk paling penting dalam
konteks PBM.
Tahun : 1988
Halaman : 1
30. The Curriculum is generally defined as a plan developed to facilitate the teaching /
learning procces under the direction and guidance of a school, college or university and
its staf member.
31. Curriculum includes all of the planed activities and events which take place under the
auspicies of and educational institution both formal and informal
Tahun : 1988
Halaman : 24
32. Kurikulum dalam arti luas yaitu meliputi seluruh program dan kehidupan dalam
sekolah.
Tahun : 2004
Halaman : 1, 2, 4, 5, 6
34. Kurikulum adalah program pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program
yang direncanakan, diprogramkan dan dirancang yang berisi berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu yang lalu,sekarang maupun yang akan
datang.
35. Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik
atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapi tujuan
pendidikan.
Kurikulum adalah semua pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.
Kurikulum pada sekolah modern dapat didefinisikan sebagai seluruh pengalaman belajar
anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.
Kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan yang dilakukan oleh sekolah
untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang
paling baik.
Kurikulum adalah susunan rangkaian dari hasil belajar yang disengaja. Kurikulum
menggambarkan (atau paling tidak mengantisipasi) dari hasil pengajaran.
44. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning
for Better Teaching on Learning (1956), menjelaskan arti kurikulum sebagai
berikut” The curriculum is the sum totals of schools efforts to influence learning,
whether in the class room, on the play ground, or out of school. Jadi segala usaha
sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman
sekolah, atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa
yang disebut kegiatan ekstra kulikuler.
45. Harold B. Albertycs, dalam Reorganizing the High School Curriculum (1965)
memandang kurikulum sebagai ” all of the activities that are provided for student
by the school”.
46. B. Othanel smith, W. O. Stanley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum
sebagai ” a asequence of potential experiences set up in the school for the purpose
of displlning children and yoyuth in group ways of thinking and acting”.
47. William B. Ragan, dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966),
menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut : The tendency in recent decades has
been to use the term in a broader sense to refer to the whole life and program of
the school. The term is used…to include all the experiences of children for which
the school accepts responsibility. It denotes the results of efferots on the part of
the adults of the children the finest, most whole some influences that exist in the
culture.
48. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku school improvement.
Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar,
cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tanaga mengajar,
bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi dan hal-hal structural
mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemingkinan memilih mata pelajaran.
49. Alice Miel, dalam bukunya Changing the curriculum: a social process (1946),
Ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana
sekolah, keinginan, keyakinanpengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan
dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan personalia.
50. Edward A. Krug dalam The secondary school curriculum (1960)
menunjukkan pendirian yang terbatas tapi realitas tentang kurikulum. Definisinya
adalah ” A curriculum consists of the means used to achieve or carry out given
purpose of schooling
51. Smith dan kawan-kawan memandang kurikulum sebagai rangkaian
pengalaman yang secara potensial dapat di berikan pada anak.
52. Dalam kamus Webster (1955) kurikulum diberi arti : a. a course esp. a
specified fixed as in a school or college. As one leading to a degree. b. The whole
body of course offered in ad educational institution or department there of, the
usual sense. Disini kurukulum khusus digunakan dalam pendidikan dan
pengajaran, yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuluah di
perguruan tunggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijasah atau tingkat.
53. Kurikulum sebagai salah satu bentuk perubahan untuk memperbaiki proses
pendidikan sehingga tercipta suatu efektifitas sekolah dimana ada suatu
kombinasi antara apa yang telah dihasilkan sekolah (school output) dan apa yang
telah dimasukkan ke dalam sekolah (school input).
54. Kurikulum itu dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
direncanakan sebagai panduan guru untuk mengajar dan sisiwa untuk belajar.
55. Kurikulum merupakan tujuan dari pada hasil pembelajaran untuk menciptakan
interaksi siswa yang diharapkan.
56. Kurikulum adalah urutan pengalaman yang ditetapkan oleh sekolah untuk
mendisiplinkan cara berfikir dan bertindak (Valiga, T & Magel, C.)
57. Kurikulum secara pribadi adalah suatu jadwal dimana tidak mencakup semua
pelajaran yang menyangkut teori maupun praktek yang dibuat oleh lembaga
pendidikan untuk diterapkan oleh peserta didik selama mengikuti proses
pendidikan tertentu sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan pengajaran.
58. Kurikulum dapat dipandang sebagai produk dimana hal ini menunjukkan
suatu dokumen hasil perencanaan, pengembangan dan konstruksi kurikulum.
Konsep yang dominant adalah mengenai kurikulum sebagai bahan yang diajarkan
oleh guru dan dipelajari oleh murid.
63. Kurikulum yaitu serangkaian interaksi global yang menyediakan bahan dasar
untuk mengajar yang bersifat khusus.
Sumber: www.bsn.or.id/SNI
65. Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang
mempunyai tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian
dilakukan evaluasi. (Badan Standardisasi Nasional SIN 19-7057-2004 tentang
Kurikulum Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan).
[1]
Sumber: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-kurikulum/
68. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu
pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti
dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa
kurikulum yaitu to be composed of all the experiences children have under the
guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang
mengatakan bahwa : ” …the curriculum has changed from content of courses
study and list of subject and courses to all experiences which are offered to
learners under the auspices or direction of school.
69. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau
dalam empat dimensi, yaitu:
1. kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan
penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
70. Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1)
kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan
sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum
menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau
dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni
kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari
penerapan kurikulum.
Sumber: http://zulharman79.wordpress.com/2007/08/04/evaluasi-kurikulum-
pengertian-kepentingan-dan-masalah-yang-dihadapi/
71. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir
19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional);
72. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran
serta metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan.).
Sumber: http://destalyana.blogspot.com/2007/09/beberapa-pengertian-
kurikulum.html
76. www.ppk.kpm.my/definasi.htm
77. www.kopertis4.or.id
78. www.ciast.gov.my/backup/malay
Curriculum as, ‘All the learning which is planned andguided by the school,
whether it is carried on ingroups or individually, inside or outside the school.
3. Curriculum as process.
79. www.mail-archive.com/ppi@freelists.org/msg29777.html
80. www.karyanet.com.my/knet/ebook
‘Kurikulum’ dalam bahasa Latin mempunyai kata akar ‘curere’. Kata ini
bermaksud ‘laluan’ atau ‘jejak’. Secara yang lebih luas pula maksudnya ialah
‘jurusan’ seperti dalam rangkai kata jurusan peperangan’. Perkataan’kurikulum’
dalam bahasa Inggris mengandungi pengertian ‘jelmaan’ atau ‘metamorfosis’.
Paduan makna kedua-dua bahasa ini menghasilkan makna bahawa perkataan
kurikuluin’ ialah ‘laluan dan satu peringkat ke satu peningkat’. Perluasan makna
ini memberikan pengertian ‘kurikulum’ dalam perbendaharaan kata pendidikan
bahasa Inggeris sebagai jurusan pengajian yang diikuti di sekolah.
(Kliebard, 1982)
81. www.kopertis4.or.id
(Grayson 197)
82. www.kopertis4.or.id
(Harsono 2005)
83. www.hotnickname.blogspot.com
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta
metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran
84. www.bsn.or.id/SNI
85. www.metos2004.250free.com/curriculum/kurikulum.htm
86. www.destalyana.blogspot.com
Kurikulum dapat diartikan keseluruhan pengalaman, yang tak terarah dan terarah,
terumpu kepada perkembangan kebolehan individu atau satu siri latihan
pengalaman langsung secara sedar digunakan oleh sekolah untuk melengkap dan
menyempurnakan pendedahannya. Konsep beliau menekankan kepada
pemupukan perkembangan individu melalui segala pengalaman termasuk
pengalaman yang dirancangkan oleh sekolah.
87. www.depdiknas.go.id/jurnal
Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk
dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa
kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik
selama di sekolah
88.www.depdiknas.go.id/jurnal/35
S. H. Hasan (1992)
Sumber: http://www.sabda.org/pepak/pustaka/020077/
90. Dalam arti kontemporer “kurikulum” diartikan secara lebih luas, karena
kurikulum tidak lagi menekankan pada daftar isi materi rencana pelajaran yang
memiliki topik-topik yang telah disusun, tapi lebih menekankan kepada
pengalaman-pengalaman proses belajar mengajar yang dapat diberikan kepada
para murid dalam konteks dimana murid-murid berada.
Sumber: http://maydina.multiply.com/journal/item/551/Apa_itu_kurikulum
Sumber:http://www.gpdi.us/index.php?
option=com_content&view=article&id=313:pengertian-
kurikulum&catid=54:pelnap&Itemid=25
95. Kurikulum adalah sederetan materi yang harus ditempuh atau diajarkan di
sekolah minggu. Materi yang dipelajari biasanya berupa pengalaman di masa
lampau artinya tentang pengalaman mengajar sebelumnya. Pengertian Kurikulum
96. Menurut Nasution, “Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.” ( Nasution,
kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hal.5).
97. Kurikulum merupakan suatu perencanaan dalam proses belajar dan mengajar
di sekolah minggu. Perencanaan mencakup seluruh aspek kehidupan dari anak
sekolah minggu. Baik itu Kognitif (pengetahuan/pikiran), afektif (perasaan) dan
behavior (tingkah laku).
Sumber: http://pakdesofa.blog.plasa.com/archives/16
98. Bam pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidangpendidikan
dengan arti sejumlah matapelajaran pada perguruan tinggi. Di dalam kamus
tersebut (Webster), kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu:
1) sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid di sekolah
atau perguruan tinggi untuk memoeroleh ijazah tertentu.
2) sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau
suatu departemen.
Sumber: http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/12/pengertian-
kurikulum.html
102. Dalam proses pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
103. Kurikulum ditinjau dari asal katanya berasal dari bahasa Yunani yang mula-
mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere, yang berarti jarak
tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh
mulai dari start sampai dengan finish. Jarak dari start sampai finish ini disebut
currere (Subandijah, 1993: 1).
104. Pendapat lain mengatakan pada mulanya kurikulum dijumpai dalam dunia
atletik pada zaman Yunani kuno, yang berasal dari kata curir yang artinya pelari,
dan curere artinya tempat berpacu atau tempat berlomba. Sedangkan curriculum
mempunyai arti “jarak” yang harus ditempuh oleh pelari (Syafruddin Nurdin,
2002: 33).
105. Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang
berarti jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai
kehidupannya (Al-Syaibany, 1997: 478).
Sumber:http://us.geocities.com/gpibimmanueldepok/Kur_BPK_PT.htm
107. Pengertian kurikulum dalam arti yang luas menyangkut seluruh aspek dalam
sebuah proses belajar-mengajar yang terjadi dalam upaya pendidikan yang
diterapkan dalam sebuah lembaga (keluarga, sekolah, gereja, masyarakat dlsb)
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
108. Kurikulum dalam pengertian yang sempit adalah bagian dari keseluruhan
aspek dalam sebuah proses belajar-mengajar yang tertuang secara tertulis dan
dipergunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh
sebuiah lembaga
Sumber: http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1518
109. Kurikulum diartikan sebagai: suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai
kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui uatu
pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus
tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis.
112. Dalam istilah yang digunakan Tanner dan Tanner (1980:104) perennialism
mengembangkan kurikulum yang merupakan proses bagi “cultivation of the
rational powers: academic excellence” sedangkan essentialism memandang
kurikulum sebagai rencana untuk mengembangkan
“academic excellence dan cultivation of intellect”. (Tanner dan Tanner, 1980:109)
113. Kurikulum adalah “statement of objectives” (McDonald; Popham), ada yang
mengatakan bahwa kurikulum adalahrencana bagi guru untuk mengembangkan
proses pembelajaran atau instruction
115. Kurikulum adalah rencana yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga
tidak sedangkan apa yang terjadi di sekolah/kelas adalah sesuatu yang
benar-benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga
berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan.
117. Olivia (1997:8) termasuk orang yang setuju dengan pemisahan antara
kurikulum dengan pengajaran dan merumuskan kurikulum sebagai a plan or
program for all the
experiences that the learner encounters under the direction of the school.
Lebih lanjut ia mengatakan (Olivia, 1997:9) I feel that the cyclical has
much to recommend.
118. Marsh (1997:5) yang menulis curriculum is an interrelated set of plans and
experiences which a student completes under the guidance of the school.
119. Schubert (1986:6) dengan mengatakan the interpretation that teachers give
to subject matter and the classroom atmosphere constitutes the curriculum that
students actually
experience.
122. Kurikulum adalah materi yang dikembangkan dari disiplin ilmu; tujuan
adalah penguasaan konsep, teori, atau hal yang terkait dengan disiplin ilmu.
126. Kurikulum adalah “construct” yang dibangun untuk mentransfer apa yang
sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan,
diteruskan atau dikembangkan.
Sumber: http://adogaloe.blogspot.com/2009/02/pengertian-dan-landasan-
kurikulum.html
Sumber: http://dhammacitta.org/artikel/willy-yandi-wijaya/memahami-kurikulum-
pendidikan-buddhis
134. Kurikulum yaitu: segala metode, cara, atau sistem pembelajaran yang
diterapkan pada lembaga pendidikan, termasuk materi atau mata pelajaran
yang diajarkan dan tempat pelaksanaan pendidikan.
[1] www.bsn.or.id/SNI
Scribd
Upload a Document
Search Documents
Explore
Documents
• Books - Fiction
• Books - Non-fiction
• Health & Medicine
• Brochures/Catalogs
• Government Docs
• How-To Guides/Manuals
• Magazines/Newspapers
• Recipes/Menus
• School Work
• + all categories
•
• Featured
• Recent
People
• Authors
• Students
• Researchers
• Publishers
• Government & Nonprofits
• Businesses
• Musicians
• Artists & Designers
• Teachers
• + all categories
•
• Most Followed
• Popular
• Sign Up
• |
• Log In
/ 20
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/16/134-pengertian-kurikulum-lengkap/
1. Kurikulum : suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar mengajar di bawah
bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
3. Kurikulum : niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program
pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah.
4. Kurikulum adalah niat dan rencana, proses belajar mengajar adalah pelaksanaanya. Dalam proses
tersebut ada dua subjek yang terlibat yakni guru dan siswa. Siswa adalah subjek yang dibina dan guru
adalah dubjek yang membina.
5. Curriculum dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari; dan
Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang harus di tempuh
oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan masalah tersebut
kurikulum dalam pendidikan di artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau disekesaikan anak didik untuk memperoleh ijasah.
6. Kurikulum adalah program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematis dan logis,
di berikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar,
kurikulum adalah niat, rencana atau harapan.
7. Kurikulum adalah hasil belajar yang diniati atau intended learning out comes.
8. Kurikulum adalah program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang di
harapkan yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/16/134-pengertian-kurikulum-lengkap/
sistematis, di berikan kepasa siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu
pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan kompetensi social anak didik.
9. Kurikulum adalah rencana atau program belajar dan pengajaran adalah pelaksanaan
atau operasionalisasi dari rencana atau program.
10. Kurukulum adalah alat atau saran untuk mencapai tujuan pendidikan melalui proses
pengajaran.
11. Kurikulum adalah sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan untuk anak didik.
Artinya, hasil belajar yang diinginkan yang diniati agar dimiliki anak.
Judul :Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Tahun : 2005 Pengarang : Prof. Dr. Nana Syaodih
12. (Ronald. C. Doll, 1974, Hal 22) The commonly accepted definition of the curriculum
has changed from content of course of study and list of subject and courses to all the
experience which are offered to learnes unders the auspises or direction of the school.
13. (Johnson, 1967, hal 130) Kurikulum….a structured series of itended learning out
comes.
14. Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau
pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
15. (Beauchamp, 1968, hal 6) A curriculum is a written document which may contain
many ingredients, but basically it is the plant for education of pupils during their
enrollment in given school. Beauchamp lebih memberikan tekanan behwa kurikulum
adalah siatu rencana pendidikan atau pengajaran.
16. Caswel dan Chambell dalam buku mereka yang terkenal Curriculum Development
(1935), kurikulum….to be composed of all experience children have a under the guidance
of teacher.
17. Zais menjelaskan bahwa kurikulumbukan hanya merupakan rencana tertulis begi
pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang
memberi pedoman dan mengatur lingnkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam
kelas.
18. Menurut Robert S. Zais (1976, hal 3), kurikulum sebagai bidang studi mencakup :1.
The range of subject matters with which it is concerned (the substantive structure), and 2.
The procedures of inkiuri and practice it follows (the syntactical structure).
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/16/134-pengertian-kurikulum-lengkap/
19. Menurut George A. Beaucham (1976 hal 58-59), kurikulum sebagai bidang studi
membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga
sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan
bagian dari sistem persekolahan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Tahun : 2005
Halaman : 2-5
21. Pengertian kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran dapat ditemukan dari definisi
yang dikemukakan oleh Robert M. Hutchins (1936) yang menyatakan :
The curriculum should include grammar, reading, the toric and logic, and mathematic and
addition at the secondary level introduce the great books of the western world.
23. Dorris Lee dan Murray Lee (1940), menyatakan kurikulum sebagai : Those
experience of the child which the school in any way utilizes or attepts to influence.
24. H.H. Giles S. P, Mc Chutcen dan A. N Zechiel: The curriculum…The total
experience with which the school deals in educating young people.
Curriculum interpreted to mean all of the organized courses, activities and experience
Sanering dan Redenominasi tidak sama, ini untuk menjelaskan tentang kerancuan arti
sanering dan arti redenominasi yang menyebabkan (mungkin) sedikit keresahan
beberapa kalangan yang belum paham. Dari wikipedia disebutkan Sanering adalah
pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang. Hal yang sama tidak
dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat menurun. Berbeda
dengan redenominasi yang diikuti dengan diturunkankannya pula harga barang-barang,
sehingga daya belli masyarakat tidak menurun.
Dan Bank Indonesia menjelaskan perbedaannya secara rinci mengenai Sanering dan
Redenominasi ini. Begini rinciannya (copas dari sumbernya) :
• Pada redenominasi, tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama.
• Pada sanering, menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis.
3. Tujuan
• Pada redenominasi nilai uang terhadap barang tidak berubah, karena hanya cara
penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan.
• Pada sanering, nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil, karena
yang dipotong adalah nilainya.
6. Masa transisi
• Pada redenominasi, bila terjadi redenominasi tiga digit (tiga angka nol), maka
dengan uang sebanyak Rp 4,5 tetap dapat membeli 1 liter bensin. Karena harga 1
liter bensin juga dinyatakan dalam satuan pecahan yang sama (baru).
• Pada sanering, bila terjadi sanering per seribu rupiah, maka dengan Rp 4,5 hanya
dapat membeli 1/1000 atau 0,001 liter bensin. (Sumber: Tempointeraktif dan
Wikipedia )
• HOME
• BERITA
• VIDEO
• SPORT
• BOLA
• GAYA HIDUP
• KESEHATAN
• TEKNO
• OTOMOTIF
• BUSER
• MUSIK
• SHOWBIZ
• INDEKS
• Politik
• Hukum & Kriminal
• Sosial & Budaya
• Ekonomi & Bisnis
• Ibu Kota
• Daerah
• Program Khusus
• Luar Negeri
Search
Berita Terpopuler
04/08/2010 12:28
Liputan6.com, Jakarta: Bank Indonesia menegaskan bahwa redenominasi bukanlah
sanering atau pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang.
Redenominasi biasanya dilakukan dalam kondisi ekonomi yang stabil dan menuju ke arah
yang lebih sehat. Sedangkan sanering adalah pemotongan uang dalam kondisi
perekoniomian yang tidak sehat, dimana yang dipotong hanya nilai uangnya.
Dalam redenominasi, baik nilai barang maupun nilai uang hanya dihilangkan beberapa
angka nolnya saja. Dengan demikian redenominasi akan menyederhanakan penulisan
nilai barang dan jasa yang diikuti pula penyederhanaan penulisan alat pembayaran
(uang). Selanjutnya hal ini akan menyederhanakan sistem akuntasi dalam sistem
pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian.
Dalam Siaran pers yang ditandangani Direktur Perencanaan Strategis dan Humas, Dyah
N.K. Makhjiani, Selasa (3/8), Bank Indonesia menyatakan belum akan menerapkan
redenominasi dalam waktu dekat ini karena Bank Indonesia menyadari bahwa
redenominasi membutuhkan komitmen nasional serta waktu dan persiapan yang cukup
panjang.
Oleh karena itu dalam tahapan riset mengenai redenominasi ini Bank Indonesia akan
secara aktif melakukan diskusi dengan berbagai pihak untuk mencari masukan. Hasil
kajian yang dilakukan Bank Indonesia akan diserahkan kepada pihak-pihak terkait agar
dapat menjadi komitmen nasional.(mla)
Share
Bookmark
• Delicious
• Digg
• reddit
• Facebook
• StumbleUpon
Rencana Redenominasi Rupiah - Apa itu Redenominasi Rupiah - Berita terbaru kali
ini bukan tentang gosip video ariel dan cut tari, KD Raul, atau keong racun. Saat ini
giliran dari pemerintah nyebar gosip tentang Redenominasi mata uang rupiah. Istilah
apalagi itu? mungkin untuk para kawula muda kayak saya ini tidak pernah mendengar
istilah Redenominasi, atau cuma saya yang tidak tahu,hehe. Olehnya, melalui postingan
ini semoga bisa membantu menjelaskan apa itu Redenominasi dan kapan redenominasi
diberlakukan.
Rencana redenominasi rupiah ini, dikeluarkan oleh pihak Bank Indonesia melalui pejabat
sementara Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Kantor Kemenko
Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (2/8/2010) malam. Saya yakin
semenjak wacana Redenominasi ini dikeluarkan, anda juga akan bertanya apa itu
Redenominasi dan akan mencari tahu, insya Allah blog Pancallok bisa sedikit membantu
menjelaskan.
Apa itu Redenominasi, mungkin bisa saya jawab sendiri, Jiahh sok...hahah. Kan tadi
habis nonton berita di tv yang membahas soal rencana Redenominasi. Yang saya tangkap
mengenai pengertian Redenominasi ini :
Redenominasi ini sendiri tidak sama dengan yang pernah terjadi pada masa pemeritahan
Soekarno (orde lama). Redenominasi berbeda dengan Sanering. Redenominasi adalah
kebijakan yang dilakukan dengan memotong nominal mata uang dengan tidak
mengurangi nilai tukar mata uang itu sendiri, misalkan saya membeli sabun seharga RP
10.000, ketika diberlakukan Redenominasi maka saya tetap membayar sabun itu dengan
harga Rp 10 (pengurangan 3 digit angka), Sedangkan Sanering adalah pemotongan nilai
mata uang tetapi harga barangnya tetap sama. Misalkan saya membeli sabun seharga Rp
10.000 ketika Sanering berlaku maka uang saya menjadi Rp 10 sedangkan harga sabun
itu tetap Rp 10.000. Tentu sangat merugikan bukan,hahaha.
Untuk nomor 3 ini tampaknya saat ini belum bisa diterima masyarakat secepat mungkin,
butuh waktu yang panjang untuk membiasakan. Diharapkan masyarakat tidak
menimbulkan keresahan dalam bertransaksi.
Semua kekhawatiran itu sudah dipikir matang-matang pihak BI, mereka sudah
melakukan studi banding di Turki yang sukses melakukan redenominasi di 2004. Sudah
banyak negara-negara yang telah sukses melakukan Redenominasi, misalnya Turki,
Vietnam yang memiliki pecahan uang terbesar di dunia setelah Indonesia yaitu sebesar
500.000 Dong. dan tidak memperhitungkan negara Zimbabwe yang pernah mencetak
pecahan uang 100 miliar dolar Zimbabwe dalam satu lembar mata uang.
BAB I
1. A. Pendahuluan
Pembahasan dalam Bab I meliputi materi pokok Konsep dasar kurikulum yang melipui
pengertian kurikulum, kedudukan kurikulum dalam pendidikan, serta fungsi dan peranan
kurikulum. Pada akhir bahasan saudara diberi pertanyaan untuk latihan untuk
memperkuat pemahaman saudara berkenaan dengan materi yang sudah disajikan. Pada
akhir bahasan disediakan rangkuman untuk membantu saudara menyimpulkan materi.
Disediakan pula bacaan lanjutan dan daftar rujukan agar dapat dimanfaatkan oleh
saudara. Setelah saudara membaca Bab 1 diharapkan mampu:
Secara etimologis, kata “kurikukum” berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya adalah
currere. Kata ini digunakan untuk memberi nama lapangan perlombaan lari. Karena
dipakai untuk sebuah perlombaan, pada lapangan tersebut terdapat garis “start” dan batas
“finish”, untuk menunjukkan tempat memulai dan mengakhiri perlombaan. Dalam
perkembangannya, kata ini kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan.
Tyler (1949) memaknai kurikulum dengan bertolak dari empat pertanyaan mendasar yang
harus dijawab dalam mengembangkan kurikulum. Keempat pertanyaan tersebut
mencakup: (1) Apa tujuan yang harus dicapai oleh sekolah? (2) Pengalaman-pengalaman
belajar seperti apa yang dapat dilaksanakan guna mencapai tujuan dimaksud? (3)
Bagaimana pengalaman belajar diorganisasikan secara efektif? dan (4) Bagaimana cara
menentukan bahwa tujuan pendidikan telah dapat dicapai? Dulu pengembangan
kurikulum hanya semata-mata dilandasi pada perumusan tujuan. Dengan pendekatan
manajemen ilmiah dalam dunia industri, Bobbit (1924) menerapkan prinsip ini dengan
menetapkan tujuan yang meliputi keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan bagi
lulusan. Konsep tentang kurikulum sebagai tujuan banyak mempengaruhi dunia
pendidikan, terutama sekolah kejuruan.
Kurikulum sebagai kesempatan belajar yang terencana dapat pula diartikan sebagai
penyediaan lingkungan belajar di mana peserta didik dapat memahami seperangkat
makna dari lingkungan tersebut. Karena itu, model kurikulum seperti ini dapat dianggap
sebagai ‘kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran’ atau ‘kurikulum yang berpusat
pada kompetensi’. Sementara itu, pandangan kurikulum sebagai mata pelajaran diikuti
sampai hari ini, baik di jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun di perguruan
tinggi. Karena itu kita masih ingat pada kurikulum 1984 SMU, di mana program
kurikulumnya terdiri program inti dan program pilihan. Tiap program terdiri dari
kelompok mata pelajaran.
Jenis keempat adalah kurikulum sebagai pengalaman. Goodlad (dalam Saylor dkk, 1981),
membedakan kurikulum formal (formal currculum) dengan kurikulum yang diterima
peserta didik (experienced curriculum). Kesenjangan yang terlalu besar pada kedua jenis
kurikulum ini sangat mempengaruhi kualitas lulusan. Kalau kesenjangannya besar, maka
kualitasnya rendah, dan sebaliknya. Oleh karena itu, upaya pembinaan di lembaga
pendidikan dilakukan untuk memperkecil kesenjangan ini.
Muktiono Waspodo dengan merujuk pada tulisan Hilda Taba (1962) dalam bukunya
“Curriculum Development Theory and Practice” mengartikan kurikulum sebagai a plan
for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu,
pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat
rencana untuk peserta didik selama di sekolah. Undang-undang No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 Butir 9 UUSPN menyatakan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar.
Rumusan tentang kurikulum ini mengandung makna bahwa kurikulum meliputi rencana,
isi, dan bahan pelajaran dan cara penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Munculnya definisi kurikulum yang sangat beragam dipengaruhi oleh keadaan saat para
pakar mendefinisikannya. Namun demikian, menurut Yadi Mulyadi (2006), konsep
kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian, yang meliputi: (1)
kurikulum sebagai produk, (2) kurikulum sebagai program, (3) kurikulum sebagai hasil
yang diinginkan, dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.
Berdasarkan rumusan tersebut dapat diturunkan beberapa ciri kurikulum yang antara lain
sebagai berikut.
Inti sari pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dalam
pelaksanaannya bisa terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, atau di dalam masyarakat.
Di dalam keluarga, interaksi yang terjadi antara orang tua sebagai pendidik dengan anak
sebagai peserta didik. Interaksi terjadi bisa setiap saat, misalnya ketika orang tua bertemu
anaknya di meja makan, saat menjelang tidur, atau berdialog, atau kegiatan lainnya.
Semua itu berjalan secara alamiah tanpa perhitungan dan persiapan dengan tujuan dan
target tertentu. Karena kondisi dan sifat-sifat yang tidak formal, tidak adanya rancangan
konkret, dan bahkan ada kalanya tidak disadari, pendidikan dalam lingkungan keluarga
disebut pula sebagai pendidikan informal.
Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi proses pendidikan dengan berbagai bentuk.
Ada yang dilakukan secara formal seperti kursus atau pelatihan; dan ada pula yang tidak
formal seperti ceramah-ceramah, sarasehan, atau pergaulan hidup sehari-hari. Gurunya
juga bervariasi mulai dari yang berpendidikan formal guru sampai dengan mereka yang
menjadi guru hanya karena pengalaman.
Rencana Kegiatan
(Kurikulum)
Kegiatan
Evaluasi
Hilda Taba (dalam Sukmadinata, 1997) menyatakan bahwa perbedaan antara kurikulum
dan pengajaran bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan cakupannya.
Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan, isi, dan metode yang lebih luas atau lebih
umum, sedangkan yang lebih sempit dan lebih khusus menjadi tugas pengajaran.
Keduanya membentuk satu rentangan atau kontinum. Kurikulum terletak pada ujung
tujuan umum atau tujuan jangka panjang, sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu
yang lebih khusus atau tujuan dekat. Perbedaan keduanya dapat digambarkan sebagai
berikut.
KURIKULUM PENGAJARAN
Kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap upaya pendidikan seperti yang telah
digambarkan di atas. Uraian tentang pengertian kurikulum di atas diakui dapat
menimbulkan kesan bahwa kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga
pendidikan modern dan yang telah memiliki rencana tertulis. Sedangkan lembaga
pendidikan yang tidak memiliki rencana tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum.
Pengertian tersebut memang pengertian yang diberlakukan untuk semua unit pendidikan.
Secara administrative kurikulum memang harus terekam secara tertulis. Oleh karena itu,
kesan yang timbul tersebut memang ada benarnya .
Kurikulum dalam posisi sentralnya ini menunjukkan bahwa dalam setiap unit pendidikan,
kegiatan kependidikan yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik,
pendidik, sumber, dan lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap
interaksi akademik adalah jiwa dari pendidikan. Kegiatan pendidikan atau pengajaran
pun tidak dapat dilakukan tanpa interaksi; dan kurikulum adalah desain dari interaksi
tersebut. Jadi, kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga pendidikan terhadap
masyarakat.
Secara singkat, posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga. Pertama, kurikulum
adalah konstruk atau sosok yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di
masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan, atau dikembangkan.
Pengertian kurikulum tersebut didasarkan atas pandangan filosofis perenialisme dan
esensialisme. Kedua, kurikulum berposisi sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai
masalah sosial yang berkenaan dengan pendidikan. Posisi ini dicerminkan oleh
pengertian kurikulum yang didasarkan pada pandangan filosofi progresivisme. Ketiga,
kurikulum merupakan alat untuk membangun kehidupan masa depan, yang menempatkan
kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan rencana pengembangan dan pembangunan
bangsa sebagai dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan. Secara formal,
tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pendidikan diterjemahkan dalam bentuk tujuan
pendidikan nasional, tujuan pendidikan jenjang pendidikan, dan tujuan pendidikan
lembaga pendidikan.
1. A. Fungsi Kurikulum
Dii samping kurikulum bermanfaat bagi anak didik, ia juga mempunyai fungsi-fungsi lain
yakni:
Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan krusial untuk
mencapai, sehingga salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah meninjau kembali
tujuan yang selama ini digunakan oleh sekolah bersangkutan (Soetopo & Soemanto,
1993:17). Maksudnya, bila tujuan-tujuan yang diinginkan belum tercapai, orang akan
cendrung meninjau kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan itu, misalnya
dengan meninjau kurikulumnya. Di Indonesia, ada empat tujuan pendidikan utama yang
secara hierarkis dapat dikemukakan: Tujuan Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan
Kurikuler, Tujuan Instruksional
Bagi guru baru sebelum mengajar hal yang pertama harus diperoleh dan dipahami ialah
kurikulum. Lalu, kompetensi dasarnya. Setelah itu, barulah guru mencari berbagai
sumber bahan yang relevan untuk membuat silabus pengajaran. Sesuai dengan fungsinya
kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena itu, guru semestinya
mencermati tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan di mana ia
bekerja.Sebagai contoh fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas 2003, pasal 3).
Bagi Kepala Sekolah yang baru, hal pertama yang dipelajari adalah tujuan lembaga yang
akan dipimpinnya. Kemudian mencari dan mempelajari sungguh-sungguh kurikulum
yang digunakan. Selanjutnya, tugas kepala sekolah ialah melakukan supervisi kurikulum.
Yang dimaksud supervisi adalah semua usaha yang dilakukan supervisor dalam bentuk
pemberian bantuan, bimbingan, pengarahan motivasi, nasihat dan pengarahan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yang
pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sebetulnya yang menjadi sasaran
supervisi dalam pelaksanaan kurikulum bagi kepala sekolah adalah bagaimana guru
melaksanakan kurikulum yang berlaku.
Kurikulum adalah alat produsen dalam hal ini sekolah, sedangkan masyarakat adalah
konsumennya. Sudah barang tentu antara produsen dan konsumen harus sejalan.
Keluaran atau output kurikulum sekolah harus dapat link and match dengan kebutuhan
masyarakat.
Berikut ini berbagai jenis kurikulum sekolah dalam hubungannya dengan harapan
masyarakat.
• Pendidikan luar biasa kurikulumnya disediakan bagi peserta didik yang menyandang
kelainan untuk disiapkan agar dapat menyesuaikan didi dalam kehidupan masyarakat.
Penulisan buku ajar dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Penulis buku ajar
melakukan analisis instruksional untuk membuat dan menjabarkan berbagai pokok dan
subpokok bahasan. Setelah itu, baru menyusun program pelajaran untuk mata pelajaran
tertentu dengan dukungan berbagai sumber atau bahan yang relevan. Sumber atau bahan
yang digunakan dapat berupa bahan cetak (buku, makalah, majalah, jurnal, koran, hasil
penelitian dan sebagainya, yang diambil dari para nara sumber, pengalaman penulis
sendiri atau dari lingkungan).
Posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga. (1) kurikulum adalah konstruk atau
sosok yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa lalu kepada
generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan, atau dikembangkan. Pengertian
kurikulum tersebut didasarkan atas pandangan filosofis perenialisme dan esensialisme.
(2) kurikulum berposisi sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial
yang berkenaan dengan pendidikan. Posisi ini dicerminkan oleh pengertian kurikulum
yang didasarkan pada pandangan filosofi progresivisme. (3) kurikulum merupakan alat
untuk membangun kehidupan masa depan, yang menempatkan kehidupan masa lalu,
masa sekarang, dan rencana pengembangan dan pembangunan bangsa sebagai dasar
untuk mengembangkan kehidupan masa depan.
Kurikulum sangat penting bagi beberapa pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran
di sekolah. Beberapa pihak yang dimaksud anatara lain guru, kepala sekolah, masyaraka,
dan penulis buku ajar.
Ringkasan
Latihan/Tugas
Bacan Lanjutan
Idi, Abdullah.2007. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Aruzz
Media.
Rujukan
BAB II
KOMPONEN KURIKULUM
1. A. Pendahuluan
Pembahasan dalam Bab II meliputi materi pokok komponen kurikulum yang meliputi
materi Komponen Kurikulum dan Hubungan Antara Komponen Kurikulum dengan
kompetensi dasar memahami komponen kurikulum. Pada akhir bahasan saudara diberi
pertanyaan untuk latihan untuk memperkuat pemahaman saudara berkenaan dengan
materi yang sudah disajikan.Pada akhir bahasan disediakan rangkuman untuk membantu
saudara menyimpulkan materi. Disediakan pula bacaan lanjutan dan daftar rujukan agar
dapat dimanfaatkan oleh saudara. Setelah saudara mempelajari Bab II diharapkan
mampu:
Tujuan ini sangat berjenjang mulai tujuan yang sangat ideal sampai kepada tujuan yang
khusus.
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang sangat umum dan memerlukan
jangka waktu yang lama untuk mencapainya, melalui jenjang persekolahan, baik melalui
pendidikan formal ataupun non formal, dan informal. Tujuan pendidikan nasional ini
terdapat dalam setiap Undang-undang Republik Indonesia. Di Indonesi, misalnya, tujuan
pendidikan nasional senantiasa merujuk pada nilai-nilai yang terkandung pada falsafah
Pancasila.
Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa tujuan nasional pendidikan di Indonesia adalah untuk menciptakan
manusia Indonesia yang beiman, bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap, mandiri, dan memiliki rasa tanggung jawab. Sedangkan dalam
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk bekembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demkratis serta bertanggung jawab.
Mencermati rumusan itu, Nampak jelas adanya aspek-aspek perilaku yang harus dirubah,
baik yang berkenaan dengan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotor). Target yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional ini harus
menjadi jiwa dari tujuan-tujuan yang ada pada peningkatan di bawahnya atau dengan kata
lain bahwa tujuan-tujuan berikutnya harus berorientasi pada tujuan pendidikan nasional.
1. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan,
misalnya Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah
Menengah Umum (SMU), Perguruan tinggi (PT) dan semua tujuan lembaga pendidikan
lainnya. Artinya sesuatu yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah selesai mengikuti
proses pendidikan di suatu lembaga. Sudah barang tentu tujuan institusional harus
merupakan penjabaran dari tujuan umum pendidikan. Adanya kesinambungan jiwa dari
tujuan antar jenjang pendidikan, yakni dari SD, SLTP, SLTA, sampai PT, dirasakan
sangat penting dalam keseluruhan perkembangan peserta didik. Tujuan lembaga ini
seyogyanya mendasari visi dan misi lembaga itu yang pada akhirnya akan diwujudkan
melalui target pembelajaran.
Pada sisi lain tujuan institusional juga harus memperhatikan fungsi dan karakter dari
lembaganya, misalnya lembaga pendidikan kejuruan atau Sekolah menengah Kejuruan
(SMK), ia mempunyai target selain mencapai tujuan pendidikan nasional juga memiliki
tujuan khusus yang dicapai pada lembaganya.
1. Tujuan Kurikiler
Tujuan kurikuler dijabarkan dari tujuan lembaga pendidikan, sehingga sifatnya lebih
khusus dibandingkan dengan tujuan institusional. Tujuan kurikuler adalah tujuan-tujuan
bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencerminkan hakikat keilmuan yang ada di
dalamnya. Secara operasional tujuan kurikuler adalah rumusan kemampuan utuh yang
terstandarisasi dan diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah mereka
menyelesaikan atau menempuh bidang studi atau mata pelajaran tersebut. Di dalam
kurikulum tahun 2004 lebih ditekankan dengan istilah Standar Kompetensi,
konsekwensinya adalah kemampuan yang dibentuk pada siswa bukan hanya berkenaan
dengan penguasaan substansi kajian pengetahuan saja tetapi juga menyatu dengan aspek
nilai dasar dan kecakapan.
Setiap bidang studi atau mata pelajaran yang ada dalam suatu program lembaga
pendidikan itu memiliki tujuan kurikuler masing-masing. Oleh karena itu asumsinya
adalah tujuan institusional tercapai bila semua tujuan kurikuler yang ada di lembaga
pendidikan tersebut telah dikuasai oleh peserta didik. Misalnya tujuan kurikuler mata
pelajaran Matematika berbeda dengan tujuan kurikuler untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia. Selanjutnya, pada tingkat terendah terdapat tujuan pembelajaran yang harus
dicapai untuk setiap kali seorang guru melaksanakan kegiatan pembelajaran.
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran bersumber dan dijabarkan dari tujuan kurikuler. Tujuan ani adalah
tujuan yang langsung dihadapkan kepada peserta didik dan harus dicapai setelah mereka
menempuh pembelajaran. Oleh karena itu tujuan pembelajaran dirumuskan sebagai
kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mereka
menyelesaikan proses pembelajaran.
Terdapat dua jenjang tujuan pembelajaran (1) Tujuan Pembelajaran Umum dan (2) tujuan
Pembelajaran Khusus. Perbedaan kedua tujuan tersebut terletak pada kemampuan yang
diharapkan dikuasai peserta didik. Pada tujuan pembelajaran Umum sifatnya lebih luas
dan berbentuk kemampuan dasar yang utuh meliputi kemampuan aspek substantive,
sikap atau nilai dasar, serta keterampilan. Kurikulum 2004 mengistilahkannya dengan
Kompetensi Dasar . Sedangkan Tujuan pembelajaran Khusus sifatnya lebih operasional,
harus dapat diukur yang mengindikasikan cirri-ciri keberhasilan pada saat
berlangsungnya dan setelah proses pembelajaran. Dengan demikian Tujuan Pembelajaran
Khusus dikenal juga dengan istilah Indikator keberhasilan. Asumsinya bila semua
indicator keberhasilan dapat tercapai berarti Tujuan Pembelajaran Umum yang lebih
bersifat kemampuan atau kompetensi dasar yang utuh dapat dikuasai oleh peserta didik,
maka peserta didik akan memiliki kompetensi yanf standar atau standar kompetensi suatu
bidang secara utuh pula.
1. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik dengan
cara (1) menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan tingkah laku yang dapat
diamati, (2) menunjukkan stimulus yang membangkitkan tingkah laku peserta
didik, (3) memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat
digunakan peserta didik.
2. Menunjukkan mutu perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam
bentuk (1) kondisi atau lingkngan fisik, (2) kondisi atau lingkungan psikologis.
Hal lain yang perlu mendapat penekanan dari peranan tujuan sebagai salah stu komponen
kurikulum adalah memberikan gambaran atau arahan dalam memilih dan menentukan
komponen-komponen kurikulum berikutnya. Dalam kurikulum 2006 (standar isi) tujuan
ini tersajikan dalam rumusan kompetensi. Secara lengkap tingkat pencapaian itu adalah
sebagai berikut.
Isi atau bahan ajar berkenaan dengan pengetahuan ilmiah atau pengalaman belajar yang
akan dijadikan alat untuk merubah perilaku peserta didik selama proses pembelajaran.
Dalam menentukan isi kurikulum ini hendaknya disesuaikan dengan tingkat dan jenjang
pendidikan, perkembangan yang terjadi di masyarakat menyangkut tuntutan dan
kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sudah
barang tentu juga disesuaikan dengan kondisi peserta didik dalam pengertian
pertumbuhan dan perkembangannya pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan.
1. Bahan ajar harus dipilih sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Setiap
penyusunan kurikulum dimulai dengan merumuskan tujuan, yang umum sampai
yang khusus. Setelah itu ditentukan bahan ajar yang dianggap paling tepat
menghantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan itu
2. Bahan ajar dipilih karena berguna untuk menguasai suatu disiplin. Penguasaan
disiplin diperlukan sebagai prasyarat untuk melanjutkan pendidikan peserta didik.
Mengenai bahan ajar apa yang akan dipilih untuk merubah perilaku siswa disebut juga
dengan istilah Scope, yaitu ruang lingkup atau luas bahan ajar. Sedangkan sequence
berkenaan dengan urutan bahan ajar yang diberikan. Dalam menentukan kapan sebaiknya
bahan ajar itu dipilih sebagai sarana pembelajaran sesungguhnya tidak ada patokan yang
baku tetapi hendaknya memperhatikan rambu-rambu berikut ini:
Pada umumnya bahan ajar yang mudah dan sederhana lebih dahulu digunakan dari pada
yang sukar dan kompleks. Peserta didik mulai dihadapkan pada bilangan kecil sebelum
angka-angka yang besar. Mereka lebih dahulu mempelajari lingkungan dekat yang
dikenalnya secara langsung kemudian daerah yang lebih jauh (expanding Community).
Tidak selalu mudah menentukan yang manakah yang mudah dan manakah yang sukar.
Membaca permulaan dengan huruf ternyata lebih sukar dari pada memulainya dengan
kata-kata apabila sebelumnya kita tidak memiliki pengalaman apapun tentang membaca.
Tetapi bahan ajar memamng mempunyai tingkat-tingkat kesukaran.Kalimat panjang lebih
sukar dari pada kalimat pendek. Menghitung sejumlah benda lebih mudah dari pada
menghitung daya tahan suatu jembatan. Karena pada dasarnya makin banyak unsure yang
terlibat dalam suatu masalah, makin kompleks masalah itu, dan makin tinggi tingkat
kesulitannya.
Sesuatu yang baru hanya dapat dipahami berdasarkan pengetahuan atau pengalaman yang
telah dimiliki. Karena itu diusahakan adanya kontinuitas dalam bahan ajar. Bahan ajar
yang lampau menjadi syarat untuk memahami bahan ajar yang baru.
Kematangan diakibatkan oleh perkembangan kognitif yang terjadi pada peserta didik.
Piaget menyusun tahapannya ke dalam empat tahapan, (1) tahap sensorimotor, usia 0-2
tahun, (2) tahap praoperasional, usia 2-7 tahun, (3) tahap operasi konkret, usia 7-11
tahun, (4) tahap operasi formal, usia 11-15 tahun. Agar bahan ajar ini tidak menjadi
beban dan mempersulit peserta didik dalam mencapai tujuannya, maka seyogyanya
dipilih dengan mempertimbangkan tingkat kematangan konisi tersebut.
Demikian pula kita menginginkan agar bahan ajar ini menjadi fasilitator peserta didik
dalam menguasai tujuan, maka harus disesuaikan dengan usia mental mereka. Kita
mengetahui bahwa peserta didik yang berada dalam satu kelas pasti memiliki
kemampuan mental yang beraneka ragam. Memberikan bahan ajar yang sama untuk
peserta didik yang beragam kemampuan intelegensinya pasti merugikan meeka, sehingga
harus diambil tindakan yang adil.
Berkaitan dengan materi pelajaran atau bahan ajar Sukmadinata (2009) perlu diuraikan
sekuens bahan ajar.
Sekuens bahan ajar. Untuk mencapai tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan
bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topic-topik dan sub-subtopik tertentu. Tiap topic atau
subtopic mengandung ide-ide pokok yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Topik-topik atau sub-subtopik tersebut tersusun dalam sekuens tertentu yang membentuk
suatu sekuens bahan ajar. Ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan ajar.
4) Sekuens logis dan psikologis. Bahan ajar juga dapat disusun berdasarkan urutan
logis. Rowntree (1974: 77) melihat perbedaan antara sekuems logis dengan psikologis.
Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari
yang sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens logis bahan disusun dari
yang nyata kepada yang abstrak, dari benda-benda kepada teori, dari fungsi kepada
struktur, dari masalah bagaimana kepada masalah mengapa.
5) Sekuens spiral, dikembangkan oleh Bruner (1960). Bahan ajar dipusatkan pada
topic bahan tertentu. Dari topic atau pokok tersebut bahan diperluas dan diperdalam.
Topik atau pokok bahan ajar tersebut adalah sesuatu yang popular dan sederhana, tetapi
kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks.
6) Rangkaian kebelakang, (backward chaining), dikembangkan oleh Thomas
Gilbert (1962). Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur
ke belakang. Contoh, proses pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi 5
langkah, yaitu: (a) Pembatasan masalah, (b) Penyusunan hipotesisi, (c) Pengumpulan
data, (d) pengetesan hipotesisi, (e) Interpretasi hasil tes. Dalam mengajarnya mulai
dengan langkah (e), kemudian guru menyajikan data tentang sesuatu masalah dari
langkah (a) sampai (d), dan siswa diminta untuk membuat interpretasi hasilnya (e). Pada
kesempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c)
dan siswa diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesisi (d) dan seterusnya.
Penyusunan bahan ajar erat hubungannya dengan strategi pembelajaran. Pada saat guru
menyusun sequence suatu bahan ajar betul-betul bermakna dan mampu mempermudah
belajar peserta didik dalam mencapai tujuan yang ditargetkan.
Joice & Weil dalam Model of Teaching (1986) mengelompokkannya kedalam beberapa
rumpun;
1. Rumpun personal
Rumpun ini bertujuan untuk mengembangkan aspek sikap, emosi, dan pengembangan
pribadi. Model pembelajaran yang tepat, diantaranya adalah pertemuan kelas (the
classroom meeting) dan nondirective teaching)
1. Rumpun sosial
Rumpun ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kognisi dan afeksi, karena sasaran
utamanaya adalah mengembangkan hubungan social dan menciptakan terjadinya proses
demokrasi. Oleh karena itu model pembelajaran yang tepat di antaranya adalah
investigasi kelompok, bermain peran (role playing), inquiry, dan latiahan laboratory.
1. Rumpun behavioral
Duatu hal yang dapat memperlancar strategi pembelajran adalah adanya bantuan media.
Yang dimaksud media