You are on page 1of 51

Kreativitas Guru dan Memaknai Kurikulum

Oleh Dra. R. Hj. KEMALIA SABARINI


Sebagai sebuah konsekuensi dari kurikulum pendidikan seharusnya
dipertimbangkan
kembali dalam merancang kurikulum pendidikan untuk masa depan. Artinya
sebagai
konsekuensi dari misconception terhadap pengembangan kurikulum adalah
terjadinya "malapraktik" pendidikan yang pada gilirannya berdampak pada
rendahnya peran serta guru dalam proses pembelajaran di kelas.

Agar terhindar dari tindakan simplifikasi pemahaman terhadap kurikulum,


ada
baiknya jika secara singkat dibahas mengenai konsep kurikulum dalam
arti luas,
sehingga dapat dicermati kapan dan bagaimana guru dapat memberikan
kontribusinya dalam proses pengembangan kurikulum.

Definisi kurikulum, menurut Beane dkk (1986), yakni bahwa konsep


kurikulum
dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi:
(1)
kurikulum sebagai produk; (2) kurikulum sebagai program; (3) kurikulum
sebagai
hasil yang diinginkan: dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar
bagi
peserta didik.

Kurikulum sebagai produk merupakan hasil perencanaan, pengembangan, dan


perekayasaan kurikulum. Pengertian ini memiliki keuntungan berupa
kemungkinan
yang dapat dilakukan terkait dengan arah dan tujuan pendidikan secara
lebih
konkret dalam sebuah dokumen yang untuk selanjutnya diberi label
kurikulum.
Oleh karena itu, kurikulum dalam arti produk merupakan hasil yang
konkret yang
dapat diamati dalam bentuk dokumen hasil kerja sebuah tim pengembang
kurikulum.

Perlu diingat bahwa definisi tersebut memiliki kelemahan yakni adanya


pemaknaan
yang sempit terhadap kurikulum. Dalam hal ini kurikulum hanya dipandang
sebagai
dokumen yang memuat serentetan daftar pokok bahasan materi dari suatu
mata
pelajaran.

Kurikulum sebagai program secara esensial merupakan kurikulum yang


berbentuk
program-program pembelajaran secara riil. Dalam bentuk yang ekstrem,
kurikulum
sebagai program dapat termanifestasikan dalam serentetan daftar
pelajaran
ataupun pokok bahasan yang diajarkan pada kurun waktu tertentu seperti
halnya
dalam kurun waktu satu semester. Elaborasi atas interpretasi yang lebih
luas
dari definisi tersebut dapat mencakupi aspek-aspek akademik yang
kemungkinan
perlu dimiliki oleh sekolah dalam kerangka kegiatan pembelajaran suatu
kajian
ilmu tertentu.

Sementara keuntungan dalam pandang tersebut yaitu ; (1) dengan cepat


dapat
menunjukkan dan menjelaskan apa yang dimaksud kurikulum dengan lebih
konkret,
(2) dapat memahami bahwa kegiatan pembelajaran dapat terjadi dalam
setting yang
berbeda pada jenjang yang berbeda. Sedangkan kelemahannya adalah
munculnya
asumsi bahwa apa yang tampak dalam daftar pokok bahasan, itulah yang
harus
dipelajari oleh siswa.

Pandangan kurikulum sebagai hasil belajar yang ingin dicapai oleh para
siswa,
mendeskripsikan kurikulum sebagai pengetahuan, keterampilan, perilaku,
sikap
dan berbagai bentuk pemahaman terhadap bidang studi. Walau pengertian
ini lebih
konseptual, namun hasil belajar yang diinginkan siswa juga sering
dituangkan
dalam bentuk dokumen seperti halnya tujuan belajar, seperangkat konsep
yang
harus dikuasai, prinsip-prinsip belajar dan sebagainya.

Keuntungan dari cara pandang seperti ini yakni ; (1) kurikulum menjadi
sebuah
konsep, yang selanjutnya dapat dikembangkan dan dielaborasikan oleh
guru, siswa
dan masyarakat, sehingga tidak sekadar produk semata yang secara
"ritual" harus
diajarkan sebagaimana adanya tanpa mempertimbangkan konteks sosial dan
kultural
baik di sekolah maupun di masyarakat, dan (2) dapat menyusun kurikulum
menjadi
lebih manageable baik dari segi scope maupun sequen-nya. Adapun
kelemahannya
adalah adanya kesulitan bagi para guru maupun sekolah dalam menangani
secara
terpisah apa yang harus dipelajari oleh siswa dan cara mempelajarinya.

Untuk yang terakhir yang memberikan pemaknaan kurikulum sebagai


pengalaman
belajar, pada hakikatnya merupakan pemisahan yang sangat jelas dari
tiga
pemaknaan sebelumnya. Sebagai konsekuensinya apa yang direncanakan
dalam
kurikulum belum tentu berhasil sebagaimana yang diharapkan. Hal ini
tentu
banyak faktor yang memengaruhinya seperti halnya kemampuan guru dalam
menerapkan dan mengembangkan kurikulum dalam proses pembelajaran.
Artinya
sebaik apa pun kurikulumnya bila tidak didukung oleh guru yang
profesional
tentu tidak banyak memberikan makna terhadap siswa, demikian pula
sebaliknya.

Keuntungan dari pemaknaan tersebut setidaknya ada dua hal yaitu: (1)
pihak guru
maupun sekolah lebih memusatkan perhatiannya pada siswa dalam proses
pembelajaran, (2) guru akan lebih melibatkan semua pengalaman siswa.
Walau
demikian ada pula kelemahannya yaitu: (1) kurikulum terasa lebih
abstrak dan
kompleks jika dibandingkan dengan pemahaman yang sebelumnya, dan (2)
kurikulum
menjadi sangat komprehensif, sehingga tidak dapat dideskripsikan dalam
bentuk
yang sederhana. Sebagai konsekuensinya muncul terminologi mengenai
kurikulum
eksplisit (tertulis) dan implisit (tidak tertulis) atau kurikulum
tersembunyi
(hidden curriculum).***

Penulis, Guru SMA Negeri I Cicalengka Bandung

Pengertian Kurikulum (Lengkap)


OPINI
Ketut Juliantara
| 16 December 2009 | 15:42

20947
1
Nihil.

Judul : Kurikulum dan Pengajaran Tahun : 2008

Pengarang : Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Halaman : 5

Penerbit : Bumi Aksara

1. Kurikulum : suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar mengajar
di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya.

2. Kurikulum : adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah,


jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal.

Judul : Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah

Pengarang : Dr. h. Nana Sudjana Tahun : 2005


Penerbit : Sinar Baru Algensindo Halaman : 3,4,5,7,17

3. Kurikulum : niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program
pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah.

4. Kurikulum adalah niat dan rencana, proses belajar mengajar adalah pelaksanaanya.
Dalam proses tersebut ada dua subjek yang terlibat yakni guru dan siswa. Siswa adalah
subjek yang dibina dan guru adalah dubjek yang membina.

5. Curriculum dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari; dan
Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang harus di tempuh
oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan masalah tersebut
kurikulum dalam pendidikan di artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau disekesaikan anak didik untuk memperoleh ijasah.

6. Kurikulum adalah program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematis dan logis,
di berikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar,
kurikulum adalah niat, rencana atau harapan.

7. Kurikulum adalah hasil belajar yang diniati atau intended learning out comes.

8. Kurikulum adalah program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang di
harapkan yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara
sistematis, di berikan kepasa siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu
pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan kompetensi social anak didik.

9. Kurikulum adalah rencana atau program belajar dan pengajaran adalah pelaksanaan
atau operasionalisasi dari rencana atau program.

10. Kurukulum adalah alat atau saran untuk mencapai tujuan pendidikan melalui proses
pengajaran.

11. Kurikulum adalah sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan untuk anak didik.
Artinya, hasil belajar yang diinginkan yang diniati agar dimiliki anak.

Judul :Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Tahun : 2005

Pengarang : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata Halaman : 4,5,6

Penerbit : PT Remaja Rosdakarya, Bandung

12. (Ronald. C. Doll, 1974, Hal 22) The commonly accepted definition of the curriculum
has changed from content of course of study and list of subject and courses to all the
experience which are offered to learnes unders the auspises or direction of the school.
13. (Johnson, 1967, hal 130) Kurikulum….a structured series of itended learning out
comes.

14. Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau
pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

15. (Beauchamp, 1968, hal 6) A curriculum is a written document which may contain
many ingredients, but basically it is the plant for education of pupils during their
enrollment in given school. Beauchamp lebih memberikan tekanan behwa kurikulum
adalah siatu rencana pendidikan atau pengajaran.

16. Caswel dan Chambell dalam buku mereka yang terkenal Curriculum Development
(1935), kurikulum….to be composed of all experience children have a under the guidance
of teacher.

17. Zais menjelaskan bahwa kurikulumbukan hanya merupakan rencana tertulis begi
pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang
memberi pedoman dan mengatur lingnkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam
kelas.

18. Menurut Robert S. Zais (1976, hal 3), kurikulum sebagai bidang studi mencakup :1.
The range of subject matters with which it is concerned (the substantive structure), and 2.
The procedures of inkiuri and practice it follows (the syntactical structure).

19. Menurut George A. Beaucham (1976 hal 58-59), kurikulum sebagai bidang studi
membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga
sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan
bagian dari sistem persekolahan.

Judul : Seri Standar Nasional Pendidikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan

Pengarang : Mashur Muslich Tahun : 2008

Penerbit : Bumi Aksara Halaman : 1

20. UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidika Nasional Pasal 1 ayat 19

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Judul :Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pengarang : Dr. Wina Sanjaya, M. Pd.


Tahun : 2005

Halaman : 2-5

21. Pengertian kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran dapat ditemukan dari definisi
yang dikemukakan oleh Robert M. Hutchins (1936) yang menyatakan :

The curriculum should include grammar, reading, the toric and logic, and mathematic and
addition at the secondary level introduce the great books of the western world.

22. Pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung makna bahwa


kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik diluar maupun di dalam
sekolah asal kegiatan tersebut berasa di bawah tanggung jawab guru (sekolah).

23. Dorris Lee dan Murray Lee (1940), menyatakan kurikulum sebagai : Those
experience of the child which the school in any way utilizes or attepts to influence.

24. H.H. Giles S. P, Mc Chutcen dan A. N Zechiel: The curriculum…The total


experience with which the school deals in educating young people.

25. Romine (tokoh pendidikan) 1945

Curriculum interpreted to mean all of the organized courses, activities and experience
which pupils have under direction of school wether in the class room or not.

26. Saylor and Alexander (1956)

The curriculum is the sum total of schools efforts to influence learning, wheter in class
room, on the playground, or out of school.

27. Kurikulum sebagai rencana atau program belajar, Hilda Taba (1962):

A curriculum is a plan for learning therefore, whai is know about the learning process and
the development of the individual has bearing on the shaping of the curriculum.

28. Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) dan Peter F. Olivva (1982) kurikulum pada
dasarnya adalah sebuah perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan
sekolah.

Judul : Dasar- Dasar Kurikulum Bahasa

Pengarang : Prof.Dr. Henry Guntu Tarigan

Tahun : 1992

Halaman : 3
29. Kurikulum adalah suatu formulasi pedagogis yang termasuk paling penting dalam
konteks PBM.

Judul : Curriculum Development and Instructional Planning

Pengarang : Dr. H.Larry Winecoff

Tahun : 1988

Halaman : 1

30. The Curriculum is generally defined as a plan developed to facilitate the teaching /
learning procces under the direction and guidance of a school, college or university and
its staf member.

31. Curriculum includes all of the planed activities and events which take place under the
auspicies of and educational institution both formal and informal

Judul : Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran

Pengarang : Drs. Cece Wijaya,dkk

Tahun : 1988

Halaman : 24

32. Kurikulum dalam arti luas yaitu meliputi seluruh program dan kehidupan dalam
sekolah.

Judul : Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum

Pengarang : Prof. Drs. H. Darkir

Tahun : 2004

Halaman : 1, 2, 4, 5, 6

33. Kurikulum adalah alat untuk mencapai pendidikan.

34. Kurikulum adalah program pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program
yang direncanakan, diprogramkan dan dirancang yang berisi berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu yang lalu,sekarang maupun yang akan
datang.

35. Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik
atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapi tujuan
pendidikan.

36. William B. Ragam

Kurikulum adalah semua pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.

37. Robert S. Flaming

Kurikulum pada sekolah modern dapat didefinisikan sebagai seluruh pengalaman belajar
anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.

38. David Praff

Kurikulum adalah seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat pelatihan.

39. Donald F.Gay (1960)dalam Asnah Said, menggunakan beberapa perumusan


kurikulum sebagai berikut:

a. Kurikulum terdiri atas sejumlah bahan pelajaran yang secara logis.

b. Kurikulum terdiri atas pengalaman belajar yang direncanakan untuk


membawa perubahan perilaku anak.

c. Kurikulum merupakan desain kelompok social untuk menjadi


pengalaman belajar anak di sekolah.

d. Kurikulum terdiri atas semua pengalaman anak yang mereka lakukan


dan rasakan di bawah bimbingan belajar.

40. Nengly and Evaras (1976)

Kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan yang dilakukan oleh sekolah
untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang
paling baik.

41. Inlow (1966)

Kurikulum adalah susunan rangkaian dari hasil belajar yang disengaja. Kurikulum
menggambarkan (atau paling tidak mengantisipasi) dari hasil pengajaran.

42. Saylor (1958)

Kurikulum adalah keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi proses belajar


mengajar baik langsung di kelas tempat bermain, atau di luar sekolah.
Judul : Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru

Pengarang :Kunandar, S. Pd, M. Si, dalam 2007

Penerbit: PT. Raga Grafindo Persada Hal : 122-123

43. Dalam kamus Webster tahun 1955

Kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di


perguruan tinggi yang harus di tempatkan untuk mencapai suatu ijasah.

Judul : Asas-Asas Kurikulum.. Penerbit : Bumi Aksara

Pengarang : Prof. Dr. S. Nasution, M. A Halaman : 4,5,6,7,8

Beberapa definisi kurikulum dari beberapa ahli:

44. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning
for Better Teaching on Learning (1956), menjelaskan arti kurikulum sebagai
berikut” The curriculum is the sum totals of schools efforts to influence learning,
whether in the class room, on the play ground, or out of school. Jadi segala usaha
sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman
sekolah, atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa
yang disebut kegiatan ekstra kulikuler.
45. Harold B. Albertycs, dalam Reorganizing the High School Curriculum (1965)
memandang kurikulum sebagai ” all of the activities that are provided for student
by the school”.
46. B. Othanel smith, W. O. Stanley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum
sebagai ” a asequence of potential experiences set up in the school for the purpose
of displlning children and yoyuth in group ways of thinking and acting”.
47. William B. Ragan, dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966),
menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut : The tendency in recent decades has
been to use the term in a broader sense to refer to the whole life and program of
the school. The term is used…to include all the experiences of children for which
the school accepts responsibility. It denotes the results of efferots on the part of
the adults of the children the finest, most whole some influences that exist in the
culture.
48. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku school improvement.
Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar,
cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tanaga mengajar,
bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi dan hal-hal structural
mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemingkinan memilih mata pelajaran.
49. Alice Miel, dalam bukunya Changing the curriculum: a social process (1946),
Ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana
sekolah, keinginan, keyakinanpengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan
dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan personalia.
50. Edward A. Krug dalam The secondary school curriculum (1960)
menunjukkan pendirian yang terbatas tapi realitas tentang kurikulum. Definisinya
adalah ” A curriculum consists of the means used to achieve or carry out given
purpose of schooling
51. Smith dan kawan-kawan memandang kurikulum sebagai rangkaian
pengalaman yang secara potensial dapat di berikan pada anak.
52. Dalam kamus Webster (1955) kurikulum diberi arti : a. a course esp. a
specified fixed as in a school or college. As one leading to a degree. b. The whole
body of course offered in ad educational institution or department there of, the
usual sense. Disini kurukulum khusus digunakan dalam pendidikan dan
pengajaran, yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuluah di
perguruan tunggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijasah atau tingkat.

Sumber: Makalah Masalah Pengembangan Konsep Kurikulum oleh Rachmayanti


Tihan Tahun 2007

53. Kurikulum sebagai salah satu bentuk perubahan untuk memperbaiki proses
pendidikan sehingga tercipta suatu efektifitas sekolah dimana ada suatu
kombinasi antara apa yang telah dihasilkan sekolah (school output) dan apa yang
telah dimasukkan ke dalam sekolah (school input).

54. Kurikulum itu dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
direncanakan sebagai panduan guru untuk mengajar dan sisiwa untuk belajar.

55. Kurikulum merupakan tujuan dari pada hasil pembelajaran untuk menciptakan
interaksi siswa yang diharapkan.

56. Kurikulum adalah urutan pengalaman yang ditetapkan oleh sekolah untuk
mendisiplinkan cara berfikir dan bertindak (Valiga, T & Magel, C.)

57. Kurikulum secara pribadi adalah suatu jadwal dimana tidak mencakup semua
pelajaran yang menyangkut teori maupun praktek yang dibuat oleh lembaga
pendidikan untuk diterapkan oleh peserta didik selama mengikuti proses
pendidikan tertentu sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan pengajaran.

58. Kurikulum dapat dipandang sebagai produk dimana hal ini menunjukkan
suatu dokumen hasil perencanaan, pengembangan dan konstruksi kurikulum.
Konsep yang dominant adalah mengenai kurikulum sebagai bahan yang diajarkan
oleh guru dan dipelajari oleh murid.

59. Kurikulum sebagai program meliputi peristiwa di sekolah yang direncanakan


untuk mencapai tujuan pendidikan.
60. Kurikulum sebagai kegiatan belajar sehingga tidak hanya mementingkan
bahan tapi juga mementingkan proses belajar. Hal ini meliputi ketrampilan,
pengetahuan, sikap terhadap belajar dan mementingkan hasil.

61. Kurikulum sebagai pengalaman

62. Kurikulum merupakan langkah untuk menerjemahkan bahan yang tercantum


didalamnya sehingga dibutuhkan suatu strategi mengajar yang meliputi metode,
prosedur, dan teknik yang digunakan guru untuk mencapai suatu tujuan.

63. Kurikulum yaitu serangkaian interaksi global yang menyediakan bahan dasar
untuk mengajar yang bersifat khusus.

64. Kurikulum adalah suatu bagian dari manajemen pendidikan.

Sumber: www.bsn.or.id/SNI

65. Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang
mempunyai tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian
dilakukan evaluasi. (Badan Standardisasi Nasional SIN 19-7057-2004 tentang
Kurikulum Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan).
[1]

Sumber: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-kurikulum/

66. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai


rencana pelajaran di suatu sekolah atau pelajaran-pelajaran dan materi apa yang
harus ditempuh di sekolah.

67. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : ” A Curriculun is a


written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan
for the education of pupils during their enrollment in given school”.

68. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu
pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti
dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa
kurikulum yaitu to be composed of all the experiences children have under the
guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang
mengatakan bahwa : ” …the curriculum has changed from content of courses
study and list of subject and courses to all experiences which are offered to
learners under the auspices or direction of school.

69. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau
dalam empat dimensi, yaitu:
1. kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan
penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.

2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum


sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan,
alat-alat, dan waktu.

3. kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari


kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.

4. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum


sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni
tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta
didik.

70. Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1)
kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan
sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum
menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau
dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni
kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari
penerapan kurikulum.

Sumber: http://zulharman79.wordpress.com/2007/08/04/evaluasi-kurikulum-
pengertian-kepentingan-dan-masalah-yang-dihadapi/

71. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir
19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional);

72. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran
serta metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan.).

73. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan


mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan
penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-
mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa);

74. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk


mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi,
sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi
pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar
sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.

75. Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang


diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur
pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud
kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program
pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.

Sumber: http://destalyana.blogspot.com/2007/09/beberapa-pengertian-
kurikulum.html

Beberapa pengertian kurikulum, yaitu:

76. www.ppk.kpm.my/definasi.htm

” Suatu program pendidikan yang termasuk kurikulum dan kegiatan kokurikulum


yang merangkumi semua pengetahuan, kemahiran, norma, nilai, unsure
kebudayaan dan kepercayaan untuk membantu perkembangan seseorang murid
dengan sepenuhnya dari segi jasmani, rohani, mental dan emosi serta untuk
menanam dan mempertingkatkan nilai moral yang diingini dan untuk
menyampaikan pengetahuan”

Akta Pendidikan 1996 [Peraturan-peraturan (Kurikulum Kebangsaan)


Pendidikan 1997]

77. www.kopertis4.or.id

Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan


mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan
penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-
mengajar di perguruan tinggi.

(Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman


PenyusunanKurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa)

78. www.ciast.gov.my/backup/malay

Curriculum as, ‘All the learning which is planned andguided by the school,
whether it is carried on ingroups or individually, inside or outside the school.

ways of approaching curriculum theory and practice:


1. Curriculum as a body of knowledge to be transmitted.

2. Curriculum as an attempt to achieve certain ends in students - product.

3. Curriculum as process.

(quoted in Kelly 1983: 10; see also, Kelly 1999)

79. www.mail-archive.com/ppi@freelists.org/msg29777.html

Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat


jenis pengertian yang meliputi: (1) kurikulum sebagai produk; (2) kurikulum
sebagai program; (3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan: dan (4) kurikulum
sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.

(Beane dkk 1986)

80. www.karyanet.com.my/knet/ebook

‘Kurikulum’ dalam bahasa Latin mempunyai kata akar ‘curere’. Kata ini
bermaksud ‘laluan’ atau ‘jejak’. Secara yang lebih luas pula maksudnya ialah
‘jurusan’ seperti dalam rangkai kata jurusan peperangan’. Perkataan’kurikulum’
dalam bahasa Inggris mengandungi pengertian ‘jelmaan’ atau ‘metamorfosis’.
Paduan makna kedua-dua bahasa ini menghasilkan makna bahawa perkataan
kurikuluin’ ialah ‘laluan dan satu peringkat ke satu peningkat’. Perluasan makna
ini memberikan pengertian ‘kurikulum’ dalam perbendaharaan kata pendidikan
bahasa Inggeris sebagai jurusan pengajian yang diikuti di sekolah.

(Kliebard, 1982)

81. www.kopertis4.or.id

Kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out7 comes)


yang diharapkan dari suatu pembelajaran.Perencanaan tersebut disusun secara
terstrukturuntuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi
untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus
diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives)
pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

(Grayson 197)

82. www.kopertis4.or.id

Kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik.


Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi
kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya
gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang
terencana dari suatu institusi pendidikan.

(Harsono 2005)

83. www.hotnickname.blogspot.com

Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta
metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran

(Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003

tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan)

84. www.bsn.or.id/SNI

Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang


mempunyai tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian
dilakukan evaluasi

(Badan Standardisasi Nasional SNI 19-7057-2004 tentang

Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatankerja bagi dokter perusahaan)

85. www.metos2004.250free.com/curriculum/kurikulum.htm

Kurikulum dapat diartikan sebagai pengajian di sekolah dengan mengambil kira


kandungan dari masa lampau hingga masa kini. Pembentukan kurikulum
menekankan kepetingn dan keperluan masyarakat.

(John Dewey 1902;5

dalam bukunya ‘The Child and The Curriculum’)

86. www.destalyana.blogspot.com

Kurikulum dapat diartikan keseluruhan pengalaman, yang tak terarah dan terarah,
terumpu kepada perkembangan kebolehan individu atau satu siri latihan
pengalaman langsung secara sedar digunakan oleh sekolah untuk melengkap dan
menyempurnakan pendedahannya. Konsep beliau menekankan kepada
pemupukan perkembangan individu melalui segala pengalaman termasuk
pengalaman yang dirancangkan oleh sekolah.

(Frank Bobbit 1918,


dalam buku ‘The Curriculum’)

87. www.depdiknas.go.id/jurnal

Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk
dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa
kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik
selama di sekolah

(Hilda Taba ;1962

dalam bukunya “Curriculum Development Theory and Practice)

88.www.depdiknas.go.id/jurnal/35

Menurut Hasan Kurikulum bersifat fleksibilitas mengandung dua posisi. Pada


posisi pertama berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran
kependidikan bagi diklat. Dengan demikian, pada posisi teoritik yang harus
dikembangkan dalam kurikulum sebagai rencana. Pengertian kedua yaitu sebagai
kaidah pengembang kurikulum. Terdapatnya posisi pengembang ini karena
adanya perubahan pada pemikiran kependidikan atau pelatihan.

S. H. Hasan (1992)

Sumber: http://www.sabda.org/pepak/pustaka/020077/

89. Secara tradisional, “kurikulum” biasa dimengerti sebagai serangkaian program


yang berisi rencana-rencana pelajaran yang telah disusun sedemikian rupa yang
dapat dipakai secara langsung oleh guru untuk mengajar..

90. Dalam arti kontemporer “kurikulum” diartikan secara lebih luas, karena
kurikulum tidak lagi menekankan pada daftar isi materi rencana pelajaran yang
memiliki topik-topik yang telah disusun, tapi lebih menekankan kepada
pengalaman-pengalaman proses belajar mengajar yang dapat diberikan kepada
para murid dalam konteks dimana murid-murid berada.

91. Dalam konteks pelayanan anak Kristen “kurikulum” dimengerti sebagai


program pengajaran lengkap untuk anak-anak yang di dalamnya mencakup daftar
subyek/topik pengajaran dalam Alkitab yang telah diintegrasikan dengan
pengalaman-pengalaman untuk disesuaikan dengan konteks gereja setempat yang
berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab dan yang berpusat pada Kristus serta
dipimpin oleh Roh Kudus untuk tujuan pertumbuhan rohani murid (anak didik).

Sumber: http://maydina.multiply.com/journal/item/551/Apa_itu_kurikulum

92.M. Skilbeck (1984):


The learning experiences of students, in so far as they are expressed or
anticipated in goals and objectivies, plans and designs for learning and
implementation of these plans and design in school environments. (pengalaman-
pengalaman murid yang diekspresikan dan diantisipasikan dalam cita-cita dan
tujuan-tujuan, rencana-rencana dan desain-desain untuk belajar dan implementasi
dari rencana-rencana dan desain-desain tersebut di lingkungan sekolah.

93. J.Wiles & J.Bondi (1989):

The curriculum is a goal or a set of values, which are activated through a


development for students. The degree to which those experiences are a true
representation of the envisioned goal or goals is a direct function of the
effectiveness of the curriculum development efforts. (Kurikulum ialah seperangkat
nilai-nilai, yang digerakkan melalui suatu pengembangan proses kulminasi dalam
pengalaman-pengalaman di kelas untuk murid-murid. Tingkat terhadap
pengalaman tersebut merupakan suatu representasi yang benar terhadap cita-cita
yang diimpikan ialah suatu fungsi langsung daripada efektivitas dari usaha-usaha
pengembangan kurikulum)

94. Kurikulum ialah suatu patokan rencana-rencana dalam hal penyelenggaran


pembelajaran yang memiliki tujuan dan cita-cita tertentu yang berlandaskan pada
pengalaman-pengalaman pembelajaran sebelumnya, yang bersifat flexible (dapat
mengalami-mengalami perbaikan) dan didesain oleh sekolah agar murid-murid itu
memiliki representasi fungsi langsung di masyarakat.

Sumber:http://www.gpdi.us/index.php?
option=com_content&view=article&id=313:pengertian-
kurikulum&catid=54:pelnap&Itemid=25

95. Kurikulum adalah sederetan materi yang harus ditempuh atau diajarkan di
sekolah minggu. Materi yang dipelajari biasanya berupa pengalaman di masa
lampau artinya tentang pengalaman mengajar sebelumnya. Pengertian Kurikulum

96. Menurut Nasution, “Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.” ( Nasution,
kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hal.5).

97. Kurikulum merupakan suatu perencanaan dalam proses belajar dan mengajar
di sekolah minggu. Perencanaan mencakup seluruh aspek kehidupan dari anak
sekolah minggu. Baik itu Kognitif (pengetahuan/pikiran), afektif (perasaan) dan
behavior (tingkah laku).

Sumber: http://pakdesofa.blog.plasa.com/archives/16
98. Bam pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidangpendidikan
dengan arti sejumlah matapelajaran pada perguruan tinggi. Di dalam kamus
tersebut (Webster), kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu:

1) sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid di sekolah
atau perguruan tinggi untuk memoeroleh ijazah tertentu.

2) sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau
suatu departemen.

99. Kurikulum mempunyai berbagai macam arti, yaitu:

1) Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran

2) Kurikulum diartikan sebagai pengalaman belajar yang diperoleh murid dan


sekolah

3) Kurikulum diartikan sebagai rencana belajar murid

100. Menurut pandangan tradisional, sejumlah pelajaran yang harus ditempuh


murid di suatu sekolah ilulah yang merupakan kurikulum, sehingga menimlbulkan
kesan seolah-olah belajar di sekolah hanya sekedar mempelajari bukubuku teks
yang sudah ditentukan sebagai bah an pelajaran.

101. Sedangkan menurut pandangan modem, kurikulumlebih dan sekedar


rencanapelajaran. Kurikulum di sini dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi
dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini bertolak dari sesuatu yang
bersifat aktual sebagai suatu proses.

Sumber: http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/12/pengertian-
kurikulum.html

102. Dalam proses pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.

103. Kurikulum ditinjau dari asal katanya berasal dari bahasa Yunani yang mula-
mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere, yang berarti jarak
tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh
mulai dari start sampai dengan finish. Jarak dari start sampai finish ini disebut
currere (Subandijah, 1993: 1).

104. Pendapat lain mengatakan pada mulanya kurikulum dijumpai dalam dunia
atletik pada zaman Yunani kuno, yang berasal dari kata curir yang artinya pelari,
dan curere artinya tempat berpacu atau tempat berlomba. Sedangkan curriculum
mempunyai arti “jarak” yang harus ditempuh oleh pelari (Syafruddin Nurdin,
2002: 33).

105. Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang
berarti jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai
kehidupannya (Al-Syaibany, 1997: 478).

106. Apabila pengertian manhaj atau kurikulum dikaitkan dengan pendidikan,


maka berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-
orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap mereka (Al-Syaibany, 1997: 478).

Sumber:http://us.geocities.com/gpibimmanueldepok/Kur_BPK_PT.htm

107. Pengertian kurikulum dalam arti yang luas menyangkut seluruh aspek dalam
sebuah proses belajar-mengajar yang terjadi dalam upaya pendidikan yang
diterapkan dalam sebuah lembaga (keluarga, sekolah, gereja, masyarakat dlsb)
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

108. Kurikulum dalam pengertian yang sempit adalah bagian dari keseluruhan
aspek dalam sebuah proses belajar-mengajar yang tertuang secara tertulis dan
dipergunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh
sebuiah lembaga

Sumber: http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1518

109. Kurikulum diartikan sebagai: suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai
kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui uatu
pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus
tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis.

110. Oleh karena itu Oliva (1997:12) mengatakan

“Curriculum itself is a construct or concept, a verbalization of an


extremely complex idea or set of ideas”.

111. Pengaruh pandangan filosofi terhadap pengertian kurikulum ditandai oleh


pengertian kurikulum yang dinyatakan sebagai “subject matter”, “content” atau
bahkan “transfer of culture”.

112. Dalam istilah yang digunakan Tanner dan Tanner (1980:104) perennialism
mengembangkan kurikulum yang merupakan proses bagi “cultivation of the
rational powers: academic excellence” sedangkan essentialism memandang
kurikulum sebagai rencana untuk mengembangkan
“academic excellence dan cultivation of intellect”. (Tanner dan Tanner, 1980:109)
113. Kurikulum adalah “statement of objectives” (McDonald; Popham), ada yang
mengatakan bahwa kurikulum adalahrencana bagi guru untuk mengembangkan
proses pembelajaran atau instruction

(Saylor, Alexander,dan Lewis, 1981)

114. Kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisikan berbagai komponen


sebagai dasar bagi guru untuk mengembangkan kurikulum guru (Zais,1976:10).

115. Kurikulum adalah rencana yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga
tidak sedangkan apa yang terjadi di sekolah/kelas adalah sesuatu yang
benar-benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga
berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan.

116. Definisi yang dikemukakan oleh Unruh dan Unruh (1984:96)


mewakili pandangan ini dimana mereka menulis curriculum is defined as a plan
for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with purposes, with
what is to be learned, and with the result of instruction. Olivia (1997:8.)
mengatakan bahwa we may think of the curriculum as a program, a plan,
content, and learning experiences, whereas we may characterize instruction as
methods, the teaching act, implementation, and presentation.

117. Olivia (1997:8) termasuk orang yang setuju dengan pemisahan antara
kurikulum dengan pengajaran dan merumuskan kurikulum sebagai a plan or
program for all the
experiences that the learner encounters under the direction of the school.
Lebih lanjut ia mengatakan (Olivia, 1997:9) I feel that the cyclical has
much to recommend.

118. Marsh (1997:5) yang menulis curriculum is an interrelated set of plans and
experiences which a student completes under the guidance of the school.

119. Schubert (1986:6) dengan mengatakan the interpretation that teachers give
to subject matter and the classroom atmosphere constitutes the curriculum that
students actually
experience.

120. Dool (1993:57) memperkuat pendapatnya tentang kurikulum yang ada


sekarang dengan mengatakan:Education and curriculum have borrowed some
concepts from the stable, nonechange concept - for example, children following
the pattern of their
parents, IQ as discovering and quantifying an innate potentiality. However, for
the most part modernist curriculum thought have adopted the closed version, one
where - trough focusing - knowledge is transmitted, transferred. This is, I
believe, what our best contemporary schooling is all about. Transmission frames
our teaching-learning process.
121. Jacobs (1999) yang membahas mengenai kurikulum
di Afrika, Kurikulum diartikan dari pandangan kependidikan yang menempatkan
ilmu atau disiplin ilmu di atas segalanya (perennialism atau pun essentialism).

122. Kurikulum adalah materi yang dikembangkan dari disiplin ilmu; tujuan
adalah penguasaan konsep, teori, atau hal yang terkait dengan disiplin ilmu.

123. Definisi kurikulum oleh kelompok “conservative” (perenialism dan


essentialism), kelompok “romanticism” (romantic naturalism), “existentialism”
mau pun “progressive” (experimentalism, reconstructionism) hanya memusatkan
perhatian pada fungsi “transfer” dari apa yang sudah terjadi dan apa yang sedang
terjadi. Seperti dikemukakan oleh McNeil (1977:19):

124. Kurikulum merupakan rancangan dan kegiatan pendidikan yang secara


maksimal mengembangkan potensi kemanusiaan yang ada pada diri seseorang
baik sebagai individu mau pun sebagai anggota masyarakat untuk kehidupan
dirinya, masyarakat, dan bangsanya di masa mendatang.

125. Dalam pengertian “intrinsic” kependidikan maka kurikulum adalah jantung


pendidikan Artinya, semua gerak kehidupan kependidikan yang dilakukan
sekolah didasarkan pada apa yang direncanakan kurikulum.

126. Kurikulum adalah “construct” yang dibangun untuk mentransfer apa yang
sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan,
diteruskan atau dikembangkan.

127. Kurikulum sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah social


yang berkenaan dengan pendidikan.

128. Kurikulum untuk membangun kehidupan masa depan dimana kehidupan


masa lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan
pembangunan bangsa dijadikan dasar untuk mengembangkan kehidupan masa
depan.

Sumber: http://adogaloe.blogspot.com/2009/02/pengertian-dan-landasan-
kurikulum.html

129. Kurikulum adalah suatu teknik/cara yang digunakan dalam penyampaian


seluruh isi materi ajar secara urut, terstruktur dan berkesinambungan sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

130. B. Bara, Ch (2008), Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat


diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi: (1) kurikulum
sebagai produk; (2) kurikulum sebagai program; (3) kurikulum sebagai hasil yang
diinginkan: dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.
(Beane dkk 1986)

131. Menurut Hasan Kurikulum bersifat fleksibilitas mengandung dua posisi.


Pada posisi pertama berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran
kependidikan bagi diklat. Dengan demikian, pada posisi teoritik yang harus
dikembangkan dalam kurikulum sebagai rencana. Pengertian kedua yaitu
sebagai kaidah pengembang kurikulum. Terdapatnya posisi pengembang ini
karena adanya perubahan pada pemikiran kependidikan atau pelatihan. S. H.
Hasan (1992)

132.Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan


untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa
kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik
selama di sekolah
(Hilda Taba ;1962)

Sumber: http://dhammacitta.org/artikel/willy-yandi-wijaya/memahami-kurikulum-
pendidikan-buddhis

133. Kurikulum mencakup pengertian yang sempit, yaitu: seperangkat mata


pelajaran (materi) yang diajarkan pada lembaga pendidikan.

134. Kurikulum yaitu: segala metode, cara, atau sistem pembelajaran yang
diterapkan pada lembaga pendidikan, termasuk materi atau mata pelajaran
yang diajarkan dan tempat pelaksanaan pendidikan.

[1] www.bsn.or.id/SNI

Scribd
Upload a Document
Search Documents
Explore

Documents

• Books - Fiction
• Books - Non-fiction
• Health & Medicine
• Brochures/Catalogs
• Government Docs
• How-To Guides/Manuals
• Magazines/Newspapers
• Recipes/Menus
• School Work
• + all categories

• Featured
• Recent

People

• Authors
• Students
• Researchers
• Publishers
• Government & Nonprofits
• Businesses
• Musicians
• Artists & Designers
• Teachers
• + all categories

• Most Followed
• Popular

• Sign Up
• |
• Log In

/ 20

Download this Document for Free

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/16/134-pengertian-kurikulum-lengkap/

134 Pengertian Kurikulum (Lengkap)


KETUT JULIANTARA
| 16 Desember 2009 | 15:42
Judul : Kurikulum dan Pengajaran Tahun : 2008

Pengarang : Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Halaman : 5

Penerbit : Bumi Aksara

1. Kurikulum : suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar mengajar di bawah
bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.

2. Kurikulum : adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah,


jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal.

Judul : Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah

Pengarang : Dr. h. Nana Sudjana Tahun : 2005

Penerbit : Sinar Baru Algensindo Halaman : 3,4,5,7,17

3. Kurikulum : niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program
pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah.

4. Kurikulum adalah niat dan rencana, proses belajar mengajar adalah pelaksanaanya. Dalam proses
tersebut ada dua subjek yang terlibat yakni guru dan siswa. Siswa adalah subjek yang dibina dan guru
adalah dubjek yang membina.

5. Curriculum dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari; dan
Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang harus di tempuh
oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan masalah tersebut
kurikulum dalam pendidikan di artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau disekesaikan anak didik untuk memperoleh ijasah.

6. Kurikulum adalah program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematis dan logis,
di berikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar,
kurikulum adalah niat, rencana atau harapan.

7. Kurikulum adalah hasil belajar yang diniati atau intended learning out comes.
8. Kurikulum adalah program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang di
harapkan yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/16/134-pengertian-kurikulum-lengkap/
sistematis, di berikan kepasa siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu
pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan kompetensi social anak didik.
9. Kurikulum adalah rencana atau program belajar dan pengajaran adalah pelaksanaan
atau operasionalisasi dari rencana atau program.
10. Kurukulum adalah alat atau saran untuk mencapai tujuan pendidikan melalui proses
pengajaran.
11. Kurikulum adalah sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan untuk anak didik.
Artinya, hasil belajar yang diinginkan yang diniati agar dimiliki anak.

Judul :Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Tahun : 2005 Pengarang : Prof. Dr. Nana Syaodih

Sukmadinata Halaman : 4,5,6 Penerbit : PT Remaja Rosdakarya, Bandung

12. (Ronald. C. Doll, 1974, Hal 22) The commonly accepted definition of the curriculum
has changed from content of course of study and list of subject and courses to all the
experience which are offered to learnes unders the auspises or direction of the school.

13. (Johnson, 1967, hal 130) Kurikulum….a structured series of itended learning out
comes.
14. Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau
pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

15. (Beauchamp, 1968, hal 6) A curriculum is a written document which may contain
many ingredients, but basically it is the plant for education of pupils during their
enrollment in given school. Beauchamp lebih memberikan tekanan behwa kurikulum
adalah siatu rencana pendidikan atau pengajaran.

16. Caswel dan Chambell dalam buku mereka yang terkenal Curriculum Development
(1935), kurikulum….to be composed of all experience children have a under the guidance
of teacher.

17. Zais menjelaskan bahwa kurikulumbukan hanya merupakan rencana tertulis begi
pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang
memberi pedoman dan mengatur lingnkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam
kelas.

18. Menurut Robert S. Zais (1976, hal 3), kurikulum sebagai bidang studi mencakup :1.
The range of subject matters with which it is concerned (the substantive structure), and 2.
The procedures of inkiuri and practice it follows (the syntactical structure).

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/16/134-pengertian-kurikulum-lengkap/

19. Menurut George A. Beaucham (1976 hal 58-59), kurikulum sebagai bidang studi
membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga
sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan
bagian dari sistem persekolahan.

Judul : Seri Standar Nasional Pendidikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan

Pengarang : Mashur Muslich Tahun : 2008

Penerbit : Bumi Aksara Halaman : 1

20. UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidika Nasional Pasal 1 ayat 19

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Judul :Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pengarang : Dr. Wina Sanjaya, M. Pd.

Tahun : 2005

Halaman : 2-5

21. Pengertian kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran dapat ditemukan dari definisi
yang dikemukakan oleh Robert M. Hutchins (1936) yang menyatakan :
The curriculum should include grammar, reading, the toric and logic, and mathematic and
addition at the secondary level introduce the great books of the western world.

22. Pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung makna bahwa


kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik diluar maupun di dalam
sekolah asal kegiatan tersebut berasa di bawah tanggung jawab guru (sekolah).

23. Dorris Lee dan Murray Lee (1940), menyatakan kurikulum sebagai : Those
experience of the child which the school in any way utilizes or attepts to influence.
24. H.H. Giles S. P, Mc Chutcen dan A. N Zechiel: The curriculum…The total
experience with which the school deals in educating young people.

25. Romine (tokoh pendidikan) 1945

Curriculum interpreted to mean all of the organized courses, activities and experience

Sanering dan Redenominasi tidak sama, ini untuk menjelaskan tentang kerancuan arti
sanering dan arti redenominasi yang menyebabkan (mungkin) sedikit keresahan
beberapa kalangan yang belum paham. Dari wikipedia disebutkan Sanering adalah
pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang. Hal yang sama tidak
dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat menurun. Berbeda
dengan redenominasi yang diikuti dengan diturunkankannya pula harga barang-barang,
sehingga daya belli masyarakat tidak menurun.
Dan Bank Indonesia menjelaskan perbedaannya secara rinci mengenai Sanering dan
Redenominasi ini. Begini rinciannya (copas dari sumbernya) :

1. Pengertian Redenominasi dan Sanering

• Redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang


menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa
mengurangi nilai mata uang tersebut. Misal Rp 1.000 menjadi Rp 1. Hal yang
sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga daya
beli masyarakat tidak berubah.
• Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai
uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli
masyarakat menurun.

2. Dampak bagi masyarakat.

• Pada redenominasi, tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama.
• Pada sanering, menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis.

3. Tujuan

• Redenominasi bertujuan menyederhanakan pecahan uang agar


lebih efisien dan nyaman dalam melakuan transaksi.Tujuan berikutnya,
mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional.
• Sanering bertujuan mengurangi jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga-
harga. Dilakukan karena terjadi hiperinflasi (inflasi yang sangat tinggi).

4. Nilai uang terhadap barang.

• Pada redenominasi nilai uang terhadap barang tidak berubah, karena hanya cara
penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan.
• Pada sanering, nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil, karena
yang dipotong adalah nilainya.

5. Kondisi saat dilakukan.

• Redenominasi dilakukans saat kondisi makro ekonomi stabil. Ekonomi tumbuh


dan inflasi terkendali.
• Sanering dilakukan dalam kondisi makro ekonomi tidak sehat, inflasi sangat
tinggi (hiperinflasi).

6. Masa transisi

• Redenominasi dipersiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap,


agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.
• Sanering tidak ada masa transisi dan dilakukan secara tiba-tiba.

7. Contoh : untuk harga 1 liter bensin seharga Rp 4.500 per liter.

• Pada redenominasi, bila terjadi redenominasi tiga digit (tiga angka nol), maka
dengan uang sebanyak Rp 4,5 tetap dapat membeli 1 liter bensin. Karena harga 1
liter bensin juga dinyatakan dalam satuan pecahan yang sama (baru).
• Pada sanering, bila terjadi sanering per seribu rupiah, maka dengan Rp 4,5 hanya
dapat membeli 1/1000 atau 0,001 liter bensin. (Sumber: Tempointeraktif dan
Wikipedia )

• HOME
• BERITA
• VIDEO
• SPORT
• BOLA
• GAYA HIDUP
• KESEHATAN
• TEKNO
• OTOMOTIF
• BUSER
• MUSIK
• SHOWBIZ
• INDEKS

• Politik
• Hukum & Kriminal
• Sosial & Budaya
• Ekonomi & Bisnis
• Ibu Kota
• Daerah
• Program Khusus
• Luar Negeri

Search
Berita Terpopuler

• Pohon Natal Termewah di Dunia


• Gempa 5,5 SR Goyang Meulaboh
• Pohon Natal Kontruksi Kayu di Pontianak
• Wall Street Ditutup Menguat
• Libur Natal Ribuan Kendaraan Antre di Merak

• Ular Piton Terjepit di Bawah Mobil

• Kelas Rusak, Siswa Belajar di Teras

• Suami Siram Istri dengan Air Panas

• Ina Memecahkan Batu demi Keluarga

• Guru Sekolah Kristen Ketapang Minta Keadilan


Redenominasi Bukan Sanering
Tim Liputan 6 SCTV

04/08/2010 12:28
Liputan6.com, Jakarta: Bank Indonesia menegaskan bahwa redenominasi bukanlah
sanering atau pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang.
Redenominasi biasanya dilakukan dalam kondisi ekonomi yang stabil dan menuju ke arah
yang lebih sehat. Sedangkan sanering adalah pemotongan uang dalam kondisi
perekoniomian yang tidak sehat, dimana yang dipotong hanya nilai uangnya.

Dalam redenominasi, baik nilai barang maupun nilai uang hanya dihilangkan beberapa
angka nolnya saja. Dengan demikian redenominasi akan menyederhanakan penulisan
nilai barang dan jasa yang diikuti pula penyederhanaan penulisan alat pembayaran
(uang). Selanjutnya hal ini akan menyederhanakan sistem akuntasi dalam sistem
pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian.

Bank Indonesia memandang bahwa keberhasilan redenominasi sangat ditentukan oleh


berbagai hal yang saat ini tengah dikaji sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa
negara yang berhasil melakukannya.

Redenominasi tersebut bisanya dilakukan di saat ekspektasi inflasi berada di kisaran


rendah dan pergerakannya stabil, stabilitas perekonomian terjaga dan ada jaminan
terhadap stabilitas harga serta adanya kebutuhan dan kesiapan masyarakat.

Dalam Siaran pers yang ditandangani Direktur Perencanaan Strategis dan Humas, Dyah
N.K. Makhjiani, Selasa (3/8), Bank Indonesia menyatakan belum akan menerapkan
redenominasi dalam waktu dekat ini karena Bank Indonesia menyadari bahwa
redenominasi membutuhkan komitmen nasional serta waktu dan persiapan yang cukup
panjang.

Oleh karena itu dalam tahapan riset mengenai redenominasi ini Bank Indonesia akan
secara aktif melakukan diskusi dengan berbagai pihak untuk mencari masukan. Hasil
kajian yang dilakukan Bank Indonesia akan diserahkan kepada pihak-pihak terkait agar
dapat menjadi komitmen nasional.(mla)

Share

Email This to Friend


Print this document

Bookmark

• Delicious
• Digg
• reddit
• Facebook
• StumbleUpon

Ada 5 Komentar Untuk Artikel Ini.


Posting komentar Anda

kuy @ Minggu, 15 Agustus 2010 | 14:14


sosialisasinya dounk...jangan asal gunakan kebijakan....

Ir.Asrijun @ Senin, 09 Agustus 2010 | 13:41


bagusnya karena tidak repot menulis banyak angka NOL, n terlalu rendahnya nilai
rupiah, misalnya saat ini tidak ada lagi harga dibawah Rp 1.000,- permen hargaya 2 biji
seribu bukan Rp.500/biji

Zaenal @ Sabtu, 07 Agustus 2010 | 22:46


kalau sekedar penyederhanaan penulisan,lantas apa manfaatnya bagi masyarakat banyak
farras @ Sabtu, 07 Agustus 2010 | 21:09
ajak masyarakat untuk cerdas menyikapi ini....jika memang bukan sanering, semoga
memperkuat ekonomi Indonesia...maju Indonesia

dewi setiowati @ Jumat, 06 Agustus 2010 | 07:06


masyarakat pasti mendukung bila diikuti pemahaman dan sosialisasi yang
berkesinambungan,,, ini untuk menepis oknum/pihak yg tak seiring jalan untuk
kepentingan pribadi tertentu... Tetap satukan tangan dan hati... Majukan Bangsa

Rencana Redenominasi Rupiah - Apa itu Redenominasi Rupiah - Berita terbaru kali
ini bukan tentang gosip video ariel dan cut tari, KD Raul, atau keong racun. Saat ini
giliran dari pemerintah nyebar gosip tentang Redenominasi mata uang rupiah. Istilah
apalagi itu? mungkin untuk para kawula muda kayak saya ini tidak pernah mendengar
istilah Redenominasi, atau cuma saya yang tidak tahu,hehe. Olehnya, melalui postingan
ini semoga bisa membantu menjelaskan apa itu Redenominasi dan kapan redenominasi
diberlakukan.

Rencana redenominasi rupiah ini, dikeluarkan oleh pihak Bank Indonesia melalui pejabat
sementara Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Kantor Kemenko
Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (2/8/2010) malam. Saya yakin
semenjak wacana Redenominasi ini dikeluarkan, anda juga akan bertanya apa itu
Redenominasi dan akan mencari tahu, insya Allah blog Pancallok bisa sedikit membantu
menjelaskan.

Apa Itu Redenominasi

Apa itu Redenominasi, mungkin bisa saya jawab sendiri, Jiahh sok...hahah. Kan tadi
habis nonton berita di tv yang membahas soal rencana Redenominasi. Yang saya tangkap
mengenai pengertian Redenominasi ini :

Redenominasi adalah penyederhanaan atau pengurangan nominal mata uang Rupiah


tanpa memotong nilai tukar mata uang itu sendiri. Uang Rp 1.000 menjadi Rp 1, Rp
10.000 menjadi Rp 10, Rp 50.000 menjadi Rp 50. Artinya ada pengurangan 3 digit
nominal.
Redenominasi vs Sanering

Redenominasi ini sendiri tidak sama dengan yang pernah terjadi pada masa pemeritahan
Soekarno (orde lama). Redenominasi berbeda dengan Sanering. Redenominasi adalah
kebijakan yang dilakukan dengan memotong nominal mata uang dengan tidak
mengurangi nilai tukar mata uang itu sendiri, misalkan saya membeli sabun seharga RP
10.000, ketika diberlakukan Redenominasi maka saya tetap membayar sabun itu dengan
harga Rp 10 (pengurangan 3 digit angka), Sedangkan Sanering adalah pemotongan nilai
mata uang tetapi harga barangnya tetap sama. Misalkan saya membeli sabun seharga Rp
10.000 ketika Sanering berlaku maka uang saya menjadi Rp 10 sedangkan harga sabun
itu tetap Rp 10.000. Tentu sangat merugikan bukan,hahaha.

Persyaratan Diberlakukan Kebijakan Redenominasi

1. Ekspektasi inflasi harus berada di kisaran rendah dan pergerakannya stabil.


2. Stabilitas perekonomian terjaga dan jaminan stabilitas harga.
3. Kesiapan masyarakat

Untuk nomor 3 ini tampaknya saat ini belum bisa diterima masyarakat secepat mungkin,
butuh waktu yang panjang untuk membiasakan. Diharapkan masyarakat tidak
menimbulkan keresahan dalam bertransaksi.

Kapan Redenominasi Berlaku

Redenominasi menurut Bank Indonesia memerlukan waktu selama 10 tahun. Dimulai


tahap sosialisasi pada tahun 2011-2012 kemudian pada tahun 2013, dilakukan
Redenominasi sebagai masa transisi hingga tahun 2015. Nah pada masa transisi ini, akan
dipakai dua penilaian yang disebut istilah rupiah lama dan rupiah baru. Jadi anda bisa
membeli barang dengan harga Rp 100.000 bayarnya bisa pake uang rupiah lama yaitu
pecahan Rp 100.000 atau menggunakan uang rupiah baru yaitu Rp 100 (Redenominasi
rupiah).

Ini mungkin tampaknya membingungkan masyarakat nantinya ketika melakukan


transaksi apalagi pihak produsen itu sendiri juga akan memberikan 2 label harga, yaitu
harga rupiah lama dengan harga rupiah baru. Terkhusus pada masyarakat yang pernah
merasakan dirugikan karena kebijakan Sanering di masa orde lama.

Semua kekhawatiran itu sudah dipikir matang-matang pihak BI, mereka sudah
melakukan studi banding di Turki yang sukses melakukan redenominasi di 2004. Sudah
banyak negara-negara yang telah sukses melakukan Redenominasi, misalnya Turki,
Vietnam yang memiliki pecahan uang terbesar di dunia setelah Indonesia yaitu sebesar
500.000 Dong. dan tidak memperhitungkan negara Zimbabwe yang pernah mencetak
pecahan uang 100 miliar dolar Zimbabwe dalam satu lembar mata uang.

Rencana Redenominasi berlaku total pada tahun 2022.


// Labels: News // //

DASAR-DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB I

KONSEP DASAR KURIKULUM

1. A. Pendahuluan

Pembahasan dalam Bab I meliputi materi pokok Konsep dasar kurikulum yang melipui
pengertian kurikulum, kedudukan kurikulum dalam pendidikan, serta fungsi dan peranan
kurikulum. Pada akhir bahasan saudara diberi pertanyaan untuk latihan untuk
memperkuat pemahaman saudara berkenaan dengan materi yang sudah disajikan. Pada
akhir bahasan disediakan rangkuman untuk membantu saudara menyimpulkan materi.
Disediakan pula bacaan lanjutan dan daftar rujukan agar dapat dimanfaatkan oleh
saudara. Setelah saudara membaca Bab 1 diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian kurikulum menurut Tyler, Muktiono Waspodo, Undang-


undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Menjelaskan ciri kurikulum berdasarkan pengertian kurikulum menurut Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Membandingkan pendidikan informal, pendidikan non formal, dan pendidikan
formal ditinjau dari segi kurikulum
4. Menjelaskan kedudukan kurikulum dalam pendidikan
5. Menjelaskan fungsi kurikulum bagi peserta didik, fungsi kurikulum bagi guru,
fungsi kurikulum bagi kepala sekolah, fungsi kurikulum bagi masyarakat, fungsi
kurikulum bagi penulis buku.
1. B. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis, kata “kurikukum” berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya adalah
currere. Kata ini digunakan untuk memberi nama lapangan perlombaan lari. Karena
dipakai untuk sebuah perlombaan, pada lapangan tersebut terdapat garis “start” dan batas
“finish”, untuk menunjukkan tempat memulai dan mengakhiri perlombaan. Dalam
perkembangannya, kata ini kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan.

Tyler (1949) memaknai kurikulum dengan bertolak dari empat pertanyaan mendasar yang
harus dijawab dalam mengembangkan kurikulum. Keempat pertanyaan tersebut
mencakup: (1) Apa tujuan yang harus dicapai oleh sekolah? (2) Pengalaman-pengalaman
belajar seperti apa yang dapat dilaksanakan guna mencapai tujuan dimaksud? (3)
Bagaimana pengalaman belajar diorganisasikan secara efektif? dan (4) Bagaimana cara
menentukan bahwa tujuan pendidikan telah dapat dicapai? Dulu pengembangan
kurikulum hanya semata-mata dilandasi pada perumusan tujuan. Dengan pendekatan
manajemen ilmiah dalam dunia industri, Bobbit (1924) menerapkan prinsip ini dengan
menetapkan tujuan yang meliputi keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan bagi
lulusan. Konsep tentang kurikulum sebagai tujuan banyak mempengaruhi dunia
pendidikan, terutama sekolah kejuruan.

Kurikulum sebagai kesempatan belajar yang terencana dapat pula diartikan sebagai
penyediaan lingkungan belajar di mana peserta didik dapat memahami seperangkat
makna dari lingkungan tersebut. Karena itu, model kurikulum seperti ini dapat dianggap
sebagai ‘kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran’ atau ‘kurikulum yang berpusat
pada kompetensi’. Sementara itu, pandangan kurikulum sebagai mata pelajaran diikuti
sampai hari ini, baik di jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun di perguruan
tinggi. Karena itu kita masih ingat pada kurikulum 1984 SMU, di mana program
kurikulumnya terdiri program inti dan program pilihan. Tiap program terdiri dari
kelompok mata pelajaran.

Jenis keempat adalah kurikulum sebagai pengalaman. Goodlad (dalam Saylor dkk, 1981),
membedakan kurikulum formal (formal currculum) dengan kurikulum yang diterima
peserta didik (experienced curriculum). Kesenjangan yang terlalu besar pada kedua jenis
kurikulum ini sangat mempengaruhi kualitas lulusan. Kalau kesenjangannya besar, maka
kualitasnya rendah, dan sebaliknya. Oleh karena itu, upaya pembinaan di lembaga
pendidikan dilakukan untuk memperkecil kesenjangan ini.

Muktiono Waspodo dengan merujuk pada tulisan Hilda Taba (1962) dalam bukunya
“Curriculum Development Theory and Practice” mengartikan kurikulum sebagai a plan
for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu,
pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat
rencana untuk peserta didik selama di sekolah. Undang-undang No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 Butir 9 UUSPN menyatakan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar.
Rumusan tentang kurikulum ini mengandung makna bahwa kurikulum meliputi rencana,
isi, dan bahan pelajaran dan cara penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Munculnya definisi kurikulum yang sangat beragam dipengaruhi oleh keadaan saat para
pakar mendefinisikannya. Namun demikian, menurut Yadi Mulyadi (2006), konsep
kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian, yang meliputi: (1)
kurikulum sebagai produk, (2) kurikulum sebagai program, (3) kurikulum sebagai hasil
yang diinginkan, dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.

Kurikulum sebagai produk merupakan hasil perencanaan, pengembangan, dan


perekayasaan kurikulum. Oleh karena itu kurikulum dalam arti produk merupakan hasil
konkret yang dapat diamati dalam bentuk dokumen hasil kerja sebuah tim pengembang
kurikulum. Kurikulum sebagai program merupakan kurikulum yang berbentuk program-
program pengajaran yang riil.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan


kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berdasarkan rumusan tersebut dapat diturunkan beberapa ciri kurikulum yang antara lain
sebagai berikut.

1. Curriculum as a subject matter, yang menggambarkan kurikulum sebagai


kombinasi bahan untuk membentuk kerangka isi materi (content) yang akan
diajarkan.
2. Curriculum as experience, yang menggambarkan kurikulum sebagai seperangkat
pengalaman yang direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan
pedidikan.
3. urriculum as intention, yang menyatakan kurikulum sebagai suatu rencana, mulai
dari tujuan, sasaran dan juga evaluasinya.
4. Curiculum as cultural reproduction, yang menyiratkan kurikulum sebagai refleksi
suatu budaya masyarakat tertentu.
5. Curriculum as currere, yang menekankan kapasitas individu untuk berpartisipasi
dan mengonsepkan kembali pengalaman hidup seseorang.
1. C. Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan

Inti sari pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dalam
pelaksanaannya bisa terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, atau di dalam masyarakat.
Di dalam keluarga, interaksi yang terjadi antara orang tua sebagai pendidik dengan anak
sebagai peserta didik. Interaksi terjadi bisa setiap saat, misalnya ketika orang tua bertemu
anaknya di meja makan, saat menjelang tidur, atau berdialog, atau kegiatan lainnya.
Semua itu berjalan secara alamiah tanpa perhitungan dan persiapan dengan tujuan dan
target tertentu. Karena kondisi dan sifat-sifat yang tidak formal, tidak adanya rancangan
konkret, dan bahkan ada kalanya tidak disadari, pendidikan dalam lingkungan keluarga
disebut pula sebagai pendidikan informal.

Sebaliknya, pendidikan di lingkungan sekolah lebih terencana dan sistematis. Guru


sebagai pendidik telah dipersiapkan secara formal melalui lembaga pendidikan guru.
Mereka dibekali dengan berbagai kompetensi seperti kompetensi: kepribadian, sosial,
profesional, dan pedagogis yang memang sangat diperlukan oleh seorang guru. Di
sekolah guru melaksanakan fungsi sebagai pendidik secara sadar dan terencana
berdasarkan kurikulum yang telah disusun sebelumnya.

Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi proses pendidikan dengan berbagai bentuk.
Ada yang dilakukan secara formal seperti kursus atau pelatihan; dan ada pula yang tidak
formal seperti ceramah-ceramah, sarasehan, atau pergaulan hidup sehari-hari. Gurunya
juga bervariasi mulai dari yang berpendidikan formal guru sampai dengan mereka yang
menjadi guru hanya karena pengalaman.

Dari perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal mempunyai


beberapa karakteristik. Pertama, memiliki kurikulum tertulis yang tersusun secara
sistematis, jelas, dan rinci. Kedua, pelaksana kegiatan pendidikan telah dipersiapkan
secara formal sebagai pendidik yang telah dibekali dengan berbagai macam kompetensi.
Ketiga, kegiatan pendidikan dilaksanakan secara formal, terencana, dan diakhiri dengan
kegiatan penilaian untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Keempat, interaksi
berlangsung dalam situasi dan lingkungan tertentu dengan dukungan berbagai fasilitas
yang diperlukan. Dengan demikian, dibandingkan dengan pendidikan informal dan
nonformal, pendidikan formal memiliki sejumlah kelebihan. Dari segi isi, pendidikan
formal memiliki cakupan yang lebih luas karena tidak hanya berkaitan dengan masalah
pembinaan moral saja, tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dari segi fungsi,
pendidikan formal memiliki peran untuk membantu keterbatasan pendidikan anak dalam
mempersiapkan masa depan mereka. Dari sisi penyelenggaraan, pendidikan formal
memiliki dasar, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil yang lebih terencana,
sistematis, dan jelas.

Dalam pendidikan formal, kedudukan kurikulum dapat digambarkan sebagai berikut.

Rencana Kegiatan

(Kurikulum)
Kegiatan
Evaluasi

Gambar 1.1 Kedudukan Kurikulum dalam Sistem Pendidikan.

Gambar tersebut menunjukkan bahwa kurikulum bukanlah kegiatan, melainkan sebagai


program yang didesain, direncanakan, dikembangkan, dan dilaksanakan dalam suatu
situasi belajar mengajar yang sengaja diciptakan di sekolah. Berkaitan dengan hal itu,
kurikulum merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan
yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas.

Hilda Taba (dalam Sukmadinata, 1997) menyatakan bahwa perbedaan antara kurikulum
dan pengajaran bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan cakupannya.
Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan, isi, dan metode yang lebih luas atau lebih
umum, sedangkan yang lebih sempit dan lebih khusus menjadi tugas pengajaran.
Keduanya membentuk satu rentangan atau kontinum. Kurikulum terletak pada ujung
tujuan umum atau tujuan jangka panjang, sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu
yang lebih khusus atau tujuan dekat. Perbedaan keduanya dapat digambarkan sebagai
berikut.

Umum-jangka panjang Khusus-jangka pendek

KURIKULUM PENGAJARAN

Gambar 1.2. Bagan Kontinum kurikulum dan pengajaran

Kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap upaya pendidikan seperti yang telah
digambarkan di atas. Uraian tentang pengertian kurikulum di atas diakui dapat
menimbulkan kesan bahwa kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga
pendidikan modern dan yang telah memiliki rencana tertulis. Sedangkan lembaga
pendidikan yang tidak memiliki rencana tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum.
Pengertian tersebut memang pengertian yang diberlakukan untuk semua unit pendidikan.
Secara administrative kurikulum memang harus terekam secara tertulis. Oleh karena itu,
kesan yang timbul tersebut memang ada benarnya .

Kurikulum dalam posisi sentralnya ini menunjukkan bahwa dalam setiap unit pendidikan,
kegiatan kependidikan yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik,
pendidik, sumber, dan lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap
interaksi akademik adalah jiwa dari pendidikan. Kegiatan pendidikan atau pengajaran
pun tidak dapat dilakukan tanpa interaksi; dan kurikulum adalah desain dari interaksi
tersebut. Jadi, kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga pendidikan terhadap
masyarakat.

Dalam pengertian intrinsik kependidikan, kurikulum adalah jantung pendidikan. Artinya,


semua gerak kehidupan kependidikan yang dilakukan sekolah didasarkan pada apa yang
direncanakan dalam kurikulum. Kehidupan di sekolah adalah kehidupan yang dirancang
berdasarkan apa yang diinginkan kurikulum. Pengembangan potensi peserta didik
menjadi kualitas yang diharapkan didasarkan pada kurikulum. Proses belajar yang
dialami peserta didik di kelas, di sekolah, dan di luar sekolah dikembangkan berdasarkan
apa yang direncanakan dalam kurikulum. Kegiatan evaluasi untuk menentukan apakah
kualitas yang diharapkan sudah dimiliki oleh peserta didik dilakukan berdasarkan rencana
yang dicantumkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum adalah dasar dan
sekaligus pengontrol terhadap aktivitas pendidikan. Tanpa kurikulum yang jelas, apalagi
jika tidak ada kurikulum sama sekali, maka kehidupan pendidikan di suatu lembaga
menjadi tanpa arah dan tidak efektif dalam mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kualitas pribadi yang maksimal. Kurikulum harus memperhatikan tuntutan
masyarakat dan rencana bangsa untuk kehidupan masa mendatang. Problema masyarakat
harus dianggap sebagai tuntutan, menjadi kepeduliaan, dan masalah kurikulum.

Secara singkat, posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga. Pertama, kurikulum
adalah konstruk atau sosok yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di
masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan, atau dikembangkan.
Pengertian kurikulum tersebut didasarkan atas pandangan filosofis perenialisme dan
esensialisme. Kedua, kurikulum berposisi sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai
masalah sosial yang berkenaan dengan pendidikan. Posisi ini dicerminkan oleh
pengertian kurikulum yang didasarkan pada pandangan filosofi progresivisme. Ketiga,
kurikulum merupakan alat untuk membangun kehidupan masa depan, yang menempatkan
kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan rencana pengembangan dan pembangunan
bangsa sebagai dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan. Secara formal,
tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pendidikan diterjemahkan dalam bentuk tujuan
pendidikan nasional, tujuan pendidikan jenjang pendidikan, dan tujuan pendidikan
lembaga pendidikan.

1. A. Fungsi Kurikulum
Dii samping kurikulum bermanfaat bagi anak didik, ia juga mempunyai fungsi-fungsi lain
yakni:

1. Fungsi kurikulum dalam rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan

Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan krusial untuk
mencapai, sehingga salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah meninjau kembali
tujuan yang selama ini digunakan oleh sekolah bersangkutan (Soetopo & Soemanto,
1993:17). Maksudnya, bila tujuan-tujuan yang diinginkan belum tercapai, orang akan
cendrung meninjau kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan itu, misalnya
dengan meninjau kurikulumnya. Di Indonesia, ada empat tujuan pendidikan utama yang
secara hierarkis dapat dikemukakan: Tujuan Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan
Kurikuler, Tujuan Instruksional

1. Fungsi kurikulum bagi anak didik

Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu persiapan


bagi anak didik. Anak didik diharapkan mendapat sejumlaj pengalaman baru yang
dikemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, agar dapat
memenuhi bekal hidupnya nanti. Kalau kita kaitkan dengan pendidikan Islam, pendidikan
mesti diorientasikan kepada kepentingan peserta didik, dan perlu diberi bekal
pengetahuan untuk hidup pada zamannya kelak. Sebagai alat dalam mencapai tujuan
pendidikan, kurikulum diharapkan mampu menawarkan program-program pada anak
didik yang akan hidup pada zamannya, dengan latar belakang sosiohistoris dan cultural
yang berbeda dengan zaman di mana kedua orangtuanya berada.

1. Fungsi kurikulum bagi guru

Bagi guru baru sebelum mengajar hal yang pertama harus diperoleh dan dipahami ialah
kurikulum. Lalu, kompetensi dasarnya. Setelah itu, barulah guru mencari berbagai
sumber bahan yang relevan untuk membuat silabus pengajaran. Sesuai dengan fungsinya
kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena itu, guru semestinya
mencermati tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan di mana ia
bekerja.Sebagai contoh fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas 2003, pasal 3).

1. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah

Bagi Kepala Sekolah yang baru, hal pertama yang dipelajari adalah tujuan lembaga yang
akan dipimpinnya. Kemudian mencari dan mempelajari sungguh-sungguh kurikulum
yang digunakan. Selanjutnya, tugas kepala sekolah ialah melakukan supervisi kurikulum.
Yang dimaksud supervisi adalah semua usaha yang dilakukan supervisor dalam bentuk
pemberian bantuan, bimbingan, pengarahan motivasi, nasihat dan pengarahan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yang
pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sebetulnya yang menjadi sasaran
supervisi dalam pelaksanaan kurikulum bagi kepala sekolah adalah bagaimana guru
melaksanakan kurikulum yang berlaku.

1. Fungsi kurikulum bagi masyarakat

Kurikulum adalah alat produsen dalam hal ini sekolah, sedangkan masyarakat adalah
konsumennya. Sudah barang tentu antara produsen dan konsumen harus sejalan.
Keluaran atau output kurikulum sekolah harus dapat link and match dengan kebutuhan
masyarakat.

Berikut ini berbagai jenis kurikulum sekolah dalam hubungannya dengan harapan
masyarakat.

• Pendidikan umum kurikulumnya mengutamakan perluasan pengetahuan dan


peningkatan keterampilan dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkattingkat
akhir masa pendidikan.

• Pendidikan kejuruan kurikulumnya mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja


dalam bidang tertentu di masyarakat.

• Pendidikan keagamaan kurikulumnya menyiapkan penguasaan pengetahuan khusus


pendidikan agama yang bersangkutan dengan harapan lulusannya dapat menjadi pembina
agama yang baik di masyarakat.

• Pendidikan akademik kurikulumnya menyiapkan penguasaan ilmu pengetahuan agar


lulusannya dapat menjadi perintis atau pelopor pembangunan atas dasar konsep yang
tangguh.

• Pendidikan luar biasa kurikulumnya disediakan bagi peserta didik yang menyandang
kelainan untuk disiapkan agar dapat menyesuaikan didi dalam kehidupan masyarakat.

• Pendidikan kedinasan kurikulumnya disiapkan oleh suatu Departemen Pemerintah atau


Lembaga Pemerintah Nondepartemen dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan di masyarakat nantinya.

• Pendidikan profesional kurikulumnya menyiapkan penerapan keahlian tertentu dengan


harapan lulusannya dapat bekerja secara profesional di masyarakat.

1. Fungsi kurikulum bagi para penulis buku ajar

Penulisan buku ajar dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Penulis buku ajar
melakukan analisis instruksional untuk membuat dan menjabarkan berbagai pokok dan
subpokok bahasan. Setelah itu, baru menyusun program pelajaran untuk mata pelajaran
tertentu dengan dukungan berbagai sumber atau bahan yang relevan. Sumber atau bahan
yang digunakan dapat berupa bahan cetak (buku, makalah, majalah, jurnal, koran, hasil
penelitian dan sebagainya, yang diambil dari para nara sumber, pengalaman penulis
sendiri atau dari lingkungan).

Pengertian kurikulum menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem


Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 Butir 9 UUSPN menyatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar.

Posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga. (1) kurikulum adalah konstruk atau
sosok yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa lalu kepada
generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan, atau dikembangkan. Pengertian
kurikulum tersebut didasarkan atas pandangan filosofis perenialisme dan esensialisme.
(2) kurikulum berposisi sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial
yang berkenaan dengan pendidikan. Posisi ini dicerminkan oleh pengertian kurikulum
yang didasarkan pada pandangan filosofi progresivisme. (3) kurikulum merupakan alat
untuk membangun kehidupan masa depan, yang menempatkan kehidupan masa lalu,
masa sekarang, dan rencana pengembangan dan pembangunan bangsa sebagai dasar
untuk mengembangkan kehidupan masa depan.

Kurikulum sangat penting bagi beberapa pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran
di sekolah. Beberapa pihak yang dimaksud anatara lain guru, kepala sekolah, masyaraka,
dan penulis buku ajar.

Ringkasan

Latihan/Tugas

1. Jelaskan pengertian kurikulum menurut Tyler, Muktiono Waspodo, Undang-


undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ?
2. Jelaskan ciri kurikulum berdasarkan pengertian kurikulum menurut Undang-

undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ?

1. Bandingkan pendidikan informal, pendidikan non formal, dan pendidikan formal


ditinjau dari segi kurikulum ?
2. Jelaskan kedudukan kurikulum dalam pendidikan ?
3. Jelaskan fungsi kurikulum bagi peserta didik, fungsi kurikulum bagi guru, fungsi
kurikulum bagi kepala sekolah, fungsi kurikulum bagi masyarakat, fungsi
kurikulum bagi penulis buku ?

Bacan Lanjutan
Idi, Abdullah.2007. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Aruzz
Media.

Lise Chamisijatim, dkk. 2009. Pengembangan Kurikulum. Jakarta. Dikti

Rujukan

Idi, Abdullah.2007. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Aruzz


Media.

Lise Chamisijatim, dkk. 2009. Pengembangan Kurikulum. Jakarta. Dikti

BAB II

KOMPONEN KURIKULUM

1. A. Pendahuluan

Pembahasan dalam Bab II meliputi materi pokok komponen kurikulum yang meliputi
materi Komponen Kurikulum dan Hubungan Antara Komponen Kurikulum dengan
kompetensi dasar memahami komponen kurikulum. Pada akhir bahasan saudara diberi
pertanyaan untuk latihan untuk memperkuat pemahaman saudara berkenaan dengan
materi yang sudah disajikan.Pada akhir bahasan disediakan rangkuman untuk membantu
saudara menyimpulkan materi. Disediakan pula bacaan lanjutan dan daftar rujukan agar
dapat dimanfaatkan oleh saudara. Setelah saudara mempelajari Bab II diharapkan
mampu:

1. Mengidentifikasi dan menjelaskan komponen kurikulum.


2. Menganalisis setiap komponen kurikulum.
3. Membandingkan komponen kurikulum yang satu dengan komponen yang lain
4. Menilai pentingnya peranan komponen kurikulum dalam pendidikan.

1. Komponen Kurikulum. Een Y. Haenilah. (2008).


2. Komponen Tujuan

Tujuan ini sangat berjenjang mulai tujuan yang sangat ideal sampai kepada tujuan yang
khusus.

1. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang sangat umum dan memerlukan
jangka waktu yang lama untuk mencapainya, melalui jenjang persekolahan, baik melalui
pendidikan formal ataupun non formal, dan informal. Tujuan pendidikan nasional ini
terdapat dalam setiap Undang-undang Republik Indonesia. Di Indonesi, misalnya, tujuan
pendidikan nasional senantiasa merujuk pada nilai-nilai yang terkandung pada falsafah
Pancasila.
Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa tujuan nasional pendidikan di Indonesia adalah untuk menciptakan
manusia Indonesia yang beiman, bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap, mandiri, dan memiliki rasa tanggung jawab. Sedangkan dalam
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk bekembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demkratis serta bertanggung jawab.

Mencermati rumusan itu, Nampak jelas adanya aspek-aspek perilaku yang harus dirubah,
baik yang berkenaan dengan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotor). Target yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional ini harus
menjadi jiwa dari tujuan-tujuan yang ada pada peningkatan di bawahnya atau dengan kata
lain bahwa tujuan-tujuan berikutnya harus berorientasi pada tujuan pendidikan nasional.

1. Tujuan Institusional

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan,
misalnya Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah
Menengah Umum (SMU), Perguruan tinggi (PT) dan semua tujuan lembaga pendidikan
lainnya. Artinya sesuatu yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah selesai mengikuti
proses pendidikan di suatu lembaga. Sudah barang tentu tujuan institusional harus
merupakan penjabaran dari tujuan umum pendidikan. Adanya kesinambungan jiwa dari
tujuan antar jenjang pendidikan, yakni dari SD, SLTP, SLTA, sampai PT, dirasakan
sangat penting dalam keseluruhan perkembangan peserta didik. Tujuan lembaga ini
seyogyanya mendasari visi dan misi lembaga itu yang pada akhirnya akan diwujudkan
melalui target pembelajaran.

Pada sisi lain tujuan institusional juga harus memperhatikan fungsi dan karakter dari
lembaganya, misalnya lembaga pendidikan kejuruan atau Sekolah menengah Kejuruan
(SMK), ia mempunyai target selain mencapai tujuan pendidikan nasional juga memiliki
tujuan khusus yang dicapai pada lembaganya.

1. Tujuan Kurikiler

Tujuan kurikuler dijabarkan dari tujuan lembaga pendidikan, sehingga sifatnya lebih
khusus dibandingkan dengan tujuan institusional. Tujuan kurikuler adalah tujuan-tujuan
bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencerminkan hakikat keilmuan yang ada di
dalamnya. Secara operasional tujuan kurikuler adalah rumusan kemampuan utuh yang
terstandarisasi dan diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah mereka
menyelesaikan atau menempuh bidang studi atau mata pelajaran tersebut. Di dalam
kurikulum tahun 2004 lebih ditekankan dengan istilah Standar Kompetensi,
konsekwensinya adalah kemampuan yang dibentuk pada siswa bukan hanya berkenaan
dengan penguasaan substansi kajian pengetahuan saja tetapi juga menyatu dengan aspek
nilai dasar dan kecakapan.

Setiap bidang studi atau mata pelajaran yang ada dalam suatu program lembaga
pendidikan itu memiliki tujuan kurikuler masing-masing. Oleh karena itu asumsinya
adalah tujuan institusional tercapai bila semua tujuan kurikuler yang ada di lembaga
pendidikan tersebut telah dikuasai oleh peserta didik. Misalnya tujuan kurikuler mata
pelajaran Matematika berbeda dengan tujuan kurikuler untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia. Selanjutnya, pada tingkat terendah terdapat tujuan pembelajaran yang harus
dicapai untuk setiap kali seorang guru melaksanakan kegiatan pembelajaran.

1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran bersumber dan dijabarkan dari tujuan kurikuler. Tujuan ani adalah
tujuan yang langsung dihadapkan kepada peserta didik dan harus dicapai setelah mereka
menempuh pembelajaran. Oleh karena itu tujuan pembelajaran dirumuskan sebagai
kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mereka
menyelesaikan proses pembelajaran.

Terdapat dua jenjang tujuan pembelajaran (1) Tujuan Pembelajaran Umum dan (2) tujuan
Pembelajaran Khusus. Perbedaan kedua tujuan tersebut terletak pada kemampuan yang
diharapkan dikuasai peserta didik. Pada tujuan pembelajaran Umum sifatnya lebih luas
dan berbentuk kemampuan dasar yang utuh meliputi kemampuan aspek substantive,
sikap atau nilai dasar, serta keterampilan. Kurikulum 2004 mengistilahkannya dengan
Kompetensi Dasar . Sedangkan Tujuan pembelajaran Khusus sifatnya lebih operasional,
harus dapat diukur yang mengindikasikan cirri-ciri keberhasilan pada saat
berlangsungnya dan setelah proses pembelajaran. Dengan demikian Tujuan Pembelajaran
Khusus dikenal juga dengan istilah Indikator keberhasilan. Asumsinya bila semua
indicator keberhasilan dapat tercapai berarti Tujuan Pembelajaran Umum yang lebih
bersifat kemampuan atau kompetensi dasar yang utuh dapat dikuasai oleh peserta didik,
maka peserta didik akan memiliki kompetensi yanf standar atau standar kompetensi suatu
bidang secara utuh pula.

Untuk mempemudah mengkatagorisasikan, Bloom telah membaginya menjadi tiga


domain perilaku, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif
berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual atau berpikir.
Domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat,
dan nilai-nilai. Domain psikomotor menyangkut penguasaan dan pengembangan
keterampilan-keterampilan motorik. Setiap domain tersebut memiliki tingkatnya dari
yang terendah sampai yang tersulit. Bloom dalam Zais (1976) membagi domain kognitif
atas enam tingkatan, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa, dan
evaluasi. Untuk domain afektif, Krathwohl dan kawan-kawan (1974) membaginya
menjadi lima tingkatan yaitu mulai dari menerima, merespon, menilai, mengorganisasi
nilai, dan karakterisasi nilai-nilai. Sedangkan untuk domain psikomotor, Anita harrow
(1971) membaginya ke dalam enam jenjang yaitu gerakkan reflex, gerakkan dasar,
kecakapan mengamati, kecakapan jasmaniah, gerakkan keterampilan dan komunikasi
yang berkesinambungan.

Perumusan indikator keberhasilan memberikan beberapa keuntungan bagi guru,

1. Memudahkan guru dalam mengkomunikasikan maksud pembelajaran


2. Memudahkan guru dalam memilih dan menyusun bahan ajar
3. Memudahkan guru dalam memilih strategi dan media pembelajaran
4. Memudahkan guru dalam menentukan criteria pencapaian keberhasilan
pembelajaran
5. Dapat menjadi kendali atau pedoman guru selama mengelola pembelajarannya

Indikator keberhasilan tersebut akan memiliki sejumlah keuntungan, jika dirumuskan


berdasarkan beberpa criteria berikut ini;

1. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik dengan
cara (1) menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan tingkah laku yang dapat
diamati, (2) menunjukkan stimulus yang membangkitkan tingkah laku peserta
didik, (3) memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat
digunakan peserta didik.
2. Menunjukkan mutu perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam
bentuk (1) kondisi atau lingkngan fisik, (2) kondisi atau lingkungan psikologis.

Hal lain yang perlu mendapat penekanan dari peranan tujuan sebagai salah stu komponen
kurikulum adalah memberikan gambaran atau arahan dalam memilih dan menentukan
komponen-komponen kurikulum berikutnya. Dalam kurikulum 2006 (standar isi) tujuan
ini tersajikan dalam rumusan kompetensi. Secara lengkap tingkat pencapaian itu adalah
sebagai berikut.

1. Standar nasional pendidikan yaitu criteria minimal tentang system pendidikan di


seluruh wilayah hokum Negara kesatuan republic Indonesia. Artinya, tujuan
nasional telah dibakukan secara nasional. Badan yang mengawasinya adalah
badan Standar nasional pendidikan (BNSP), yaitu badan mandiri dan independen
yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi
standar nasional pendidikan.
2. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam criteria tentang kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang
harus dicapai oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
3. Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan
untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
4. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
5. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten
sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh
peserta didik.
6. Standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Standar Kompetensi Lulusan
meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata
pelajaran.
7. Standar kompetensi kelompok mata pelajaran (SK-KMP) adalah kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran yang
mencakup kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan
dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika dan jasmani, olahraga
dan kesehatan.
8. Standar kompetensi mata pelajaran (SK-MP) adalah kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester untuk
mata pelajaran tertentu.
9. Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi
terdiri atas sejmlah kompetensi dasar sebgai acuan baku yang harus dicapai dan
berlaku secara nasional.
10. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indicator
kompetensi.
1. Komponen Isi/Bahan Ajar

Isi atau bahan ajar berkenaan dengan pengetahuan ilmiah atau pengalaman belajar yang
akan dijadikan alat untuk merubah perilaku peserta didik selama proses pembelajaran.
Dalam menentukan isi kurikulum ini hendaknya disesuaikan dengan tingkat dan jenjang
pendidikan, perkembangan yang terjadi di masyarakat menyangkut tuntutan dan
kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sudah
barang tentu juga disesuaikan dengan kondisi peserta didik dalam pengertian
pertumbuhan dan perkembangannya pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan.

Terdapat sejumlah criteria yang digunakan untuk memilih bahan ajar;

1. Bahan ajar harus dipilih sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Setiap
penyusunan kurikulum dimulai dengan merumuskan tujuan, yang umum sampai
yang khusus. Setelah itu ditentukan bahan ajar yang dianggap paling tepat
menghantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan itu
2. Bahan ajar dipilih karena berguna untuk menguasai suatu disiplin. Penguasaan
disiplin diperlukan sebagai prasyarat untuk melanjutkan pendidikan peserta didik.

Mengenai bahan ajar apa yang akan dipilih untuk merubah perilaku siswa disebut juga
dengan istilah Scope, yaitu ruang lingkup atau luas bahan ajar. Sedangkan sequence
berkenaan dengan urutan bahan ajar yang diberikan. Dalam menentukan kapan sebaiknya
bahan ajar itu dipilih sebagai sarana pembelajaran sesungguhnya tidak ada patokan yang
baku tetapi hendaknya memperhatikan rambu-rambu berikut ini:

1. Taraf kesulitan bahan ajar

Pada umumnya bahan ajar yang mudah dan sederhana lebih dahulu digunakan dari pada
yang sukar dan kompleks. Peserta didik mulai dihadapkan pada bilangan kecil sebelum
angka-angka yang besar. Mereka lebih dahulu mempelajari lingkungan dekat yang
dikenalnya secara langsung kemudian daerah yang lebih jauh (expanding Community).
Tidak selalu mudah menentukan yang manakah yang mudah dan manakah yang sukar.
Membaca permulaan dengan huruf ternyata lebih sukar dari pada memulainya dengan
kata-kata apabila sebelumnya kita tidak memiliki pengalaman apapun tentang membaca.
Tetapi bahan ajar memamng mempunyai tingkat-tingkat kesukaran.Kalimat panjang lebih
sukar dari pada kalimat pendek. Menghitung sejumlah benda lebih mudah dari pada
menghitung daya tahan suatu jembatan. Karena pada dasarnya makin banyak unsure yang
terlibat dalam suatu masalah, makin kompleks masalah itu, dan makin tinggi tingkat
kesulitannya.

Karena kenyataan-kenyataan tersebut maka penempatan bahan ajar perlu


dipertimbangkan tingkat kesulitannya.

1. Apersepsi atau pengalaman lampau

Sesuatu yang baru hanya dapat dipahami berdasarkan pengetahuan atau pengalaman yang
telah dimiliki. Karena itu diusahakan adanya kontinuitas dalam bahan ajar. Bahan ajar
yang lampau menjadi syarat untuk memahami bahan ajar yang baru.

1. Kematangan peserta didik

Kematangan diakibatkan oleh perkembangan kognitif yang terjadi pada peserta didik.
Piaget menyusun tahapannya ke dalam empat tahapan, (1) tahap sensorimotor, usia 0-2
tahun, (2) tahap praoperasional, usia 2-7 tahun, (3) tahap operasi konkret, usia 7-11
tahun, (4) tahap operasi formal, usia 11-15 tahun. Agar bahan ajar ini tidak menjadi
beban dan mempersulit peserta didik dalam mencapai tujuannya, maka seyogyanya
dipilih dengan mempertimbangkan tingkat kematangan konisi tersebut.

1. Usia mental peserta didik

Demikian pula kita menginginkan agar bahan ajar ini menjadi fasilitator peserta didik
dalam menguasai tujuan, maka harus disesuaikan dengan usia mental mereka. Kita
mengetahui bahwa peserta didik yang berada dalam satu kelas pasti memiliki
kemampuan mental yang beraneka ragam. Memberikan bahan ajar yang sama untuk
peserta didik yang beragam kemampuan intelegensinya pasti merugikan meeka, sehingga
harus diambil tindakan yang adil.

1. Minat peserta didik


Minat peserta didik menjadi factor utama dalam penentuan bahan ajar atau paling tidak
guru mampu memilih bahan ajar yang dapat membangkitkan minat belajar peserta
didiknya.

Berkaitan dengan materi pelajaran atau bahan ajar Sukmadinata (2009) perlu diuraikan
sekuens bahan ajar.

Sekuens bahan ajar. Untuk mencapai tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan
bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topic-topik dan sub-subtopik tertentu. Tiap topic atau
subtopic mengandung ide-ide pokok yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Topik-topik atau sub-subtopik tersebut tersusun dalam sekuens tertentu yang membentuk
suatu sekuens bahan ajar. Ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan ajar.

1) Sekuens kronologis. Untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan


waktu, dapat digunakan sekuens kronologis. Peristiwa-peristiwa sejrah, perkembangan
historis suatu institusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun
sekuens kronologis.

2) Sekuens kausal. Masih berhubungan erat dengan sekuens kronologis adalah


sekuens kausal. Siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi
sebab atau pendahulu dari sesuatu peristiwa atau situasi lain. Dengan mempelajari
sesuatu yang menjadi sebab atau pendahulu para siswa akan menemukan akibatnya.
Menurut Rowntree (1974:75) “Sekune kausal cocok untuk menyusun bahan ajar dalam
bidang meteorogi dan geomorfologi”.

3) Sekuens struktural, Bagian-bagaian bahan ajar suatu bidang studi telah


mempunyai struktur tertentu. Penyusunan sekuens bahan ajar bidang studi tersebut perlu
disesuaikan dengan strukturnya. Dalam fisika tidak mungkin mengajarkan alat-alat optic,
tanpa terlebih dahulu mengajarkan pemantulan dan pembiasan cahaya, dan pemantulan
dan pembiasan cahaya tidak mungkin diajarkan tanpa terlebih dahulu mengajarkan
masalah cahaya. Masalah cahaya, pemantulan-pembiasan, dan alat-alat optic tersusun
secara structural.

4) Sekuens logis dan psikologis. Bahan ajar juga dapat disusun berdasarkan urutan
logis. Rowntree (1974: 77) melihat perbedaan antara sekuems logis dengan psikologis.
Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari
yang sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens logis bahan disusun dari
yang nyata kepada yang abstrak, dari benda-benda kepada teori, dari fungsi kepada
struktur, dari masalah bagaimana kepada masalah mengapa.

5) Sekuens spiral, dikembangkan oleh Bruner (1960). Bahan ajar dipusatkan pada
topic bahan tertentu. Dari topic atau pokok tersebut bahan diperluas dan diperdalam.
Topik atau pokok bahan ajar tersebut adalah sesuatu yang popular dan sederhana, tetapi
kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks.
6) Rangkaian kebelakang, (backward chaining), dikembangkan oleh Thomas
Gilbert (1962). Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur
ke belakang. Contoh, proses pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi 5
langkah, yaitu: (a) Pembatasan masalah, (b) Penyusunan hipotesisi, (c) Pengumpulan
data, (d) pengetesan hipotesisi, (e) Interpretasi hasil tes. Dalam mengajarnya mulai
dengan langkah (e), kemudian guru menyajikan data tentang sesuatu masalah dari
langkah (a) sampai (d), dan siswa diminta untuk membuat interpretasi hasilnya (e). Pada
kesempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c)
dan siswa diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesisi (d) dan seterusnya.

7) Sekuens berdasarlkan hirarkhi belajar. Model ini dikembangkan oleh gagne


(1965), dengan prosedur sebagai berikut: tujuan-tujuan khusus utama pembelajaran
dianalisis, kemudian dicari suatu hierarkhi urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut.Hierarkhi tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula
harus dikuasai siswa, berturut-turut sampai dengan perilaku terakhir. Untuk bidang studi
tertentu dan pokok-pokok bahasan tertentu hierarkhi juga dapat mengukuti hierarkhi tipe-
tipe belajar Gagne. Gane mengemukakan 8 tipe belajar yang tersusun secara hierarkhis
mulai dari yang paling sederhana: signal learning, stimulus-respon learning, motor-chain
learning, verbal association, multiple discrimination, concept learning, principle
learning, dan problem – solving leraning. (Gagne, 1970:63-64)

1. Komponen Strategi Pembelajaran

Penyusunan bahan ajar erat hubungannya dengan strategi pembelajaran. Pada saat guru
menyusun sequence suatu bahan ajar betul-betul bermakna dan mampu mempermudah
belajar peserta didik dalam mencapai tujuan yang ditargetkan.

Joice & Weil dalam Model of Teaching (1986) mengelompokkannya kedalam beberapa
rumpun;

1. Rumpun pemrosesan informasi (information Processing)

Rumpun ini mempunyai orientasi mengembangkan aspek kognisi melalui pengembangan


model pembelajaran Pencapaian konsep, berpikir induktif, inquiry, dan model advance
organizer.

1. Rumpun personal

Rumpun ini bertujuan untuk mengembangkan aspek sikap, emosi, dan pengembangan
pribadi. Model pembelajaran yang tepat, diantaranya adalah pertemuan kelas (the
classroom meeting) dan nondirective teaching)

1. Rumpun sosial

Rumpun ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kognisi dan afeksi, karena sasaran
utamanaya adalah mengembangkan hubungan social dan menciptakan terjadinya proses
demokrasi. Oleh karena itu model pembelajaran yang tepat di antaranya adalah
investigasi kelompok, bermain peran (role playing), inquiry, dan latiahan laboratory.

1. Rumpun behavioral

Rumpun ini bertujuan mengembangkan aspek psikomotor, sehingga model pembelajaran


yang tepat adalah mastery learning, assertive training, dan learning self-contrl.

Model-model pembelajaran di atas telah dipilah-pilah berdasarkan sasaran yang ingin


dicapai. Oleh karena itu setelah guru merumuskan beberapa tujuan khusus yang harus
dicapai peserta didik pada pembelajarannya, memilih bahan ajar, kemudian memilih
model dan strategi pembelajaran yang dapat menghantarkan peserta didik pada tujuan
yang akan dicapainya. Model yang harus dipilih oleh guru adalah yang sesuai dengan
tuntutan dari tujuan yang harus dikuasai oleh peserta didik itu. Sebab bagaimana pun
baiknya tujuan yang ingin dicapai, jika tidak diproses dengan strategi yang tepat, maka
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya akan sia-sia dan tidak akan menjadi bagian dari
perilaku peserta didik.

Duatu hal yang dapat memperlancar strategi pembelajran adalah adanya bantuan media.
Yang dimaksud media

You might also like