Professional Documents
Culture Documents
Pokok Pembahasan:
1. Respon peralihan (transient response)
2. Respon peralihan order-1
3. Respon peralihan order-2
4. Respon steady state (mantap)
Respon sistem adalah perubahan perilaku output terhadap perubahan sinyal input. Respon
sistem berupa kurva ini akan menjadi dasar untuk menganalisa karakteristik system selain
menggunakan persamaan/model matematika. Bentuk kurva respon sistem dapat dilihat
setelah mendapatkan sinyal input. Sinyal input yang diberikan untuk mengetahui karakteristis
system disebut sinyal test. Ada 3 tipe input sinyal test yang digunakan untuk menganalisa
system dari bentuk kurva response:
Transient response
Time response
Steady state response
R(s) G(s)
Magnitude response
Frequency response
Phase response
Fasa peralihan ini kemudian akan berhenti pada nilai dikisaran input/target dimana selisih
nilai akhir dengan target disebut steady state error. Jika dengan input atau gangguan yang
diberikan pada fasa transient kemudian tercapai output steady state maka dikatakan sistem
ini stabil. Jika sistem tidak stabil, output akan meningkat terus tanpa batas sampai sistem
merusak diri sendiri atau terdapat rangkaian pengaman yang memutus sistem.
C(t)
C(t)
t
2.3. Respon peralihan orde-1 dengan sinyal tes input ramp:
1
Persamaan system : G s
s 1
Sinyal input test: ramp r(t) = t, t ≥0
1
C ( s ) G ( s ).R ( s) 2
Tanggapan system: s (s 1)
C (t ) t e (1 / ) t , t 0
Bentuk Laplace R(s)=1/s2 dan = konstanta waktu
Kurva:
C(t)
n
Tanggapan system: C ( s ) G ( s ).R ( s ) Laplace R(s)=1/s
s (s s1 )(s s 2 )
Dengan mencari faktornya didapat:
A B C
C ( s ) G ( s).R(s )
s ( s s2 ) ( s s2 )
Dengan transformasi balik laplace didapat output c(t)
Output respon peralihan orde-2 baik dengan input tes impuls atau step, merupakan bentuk
eksponensial kompleks yang dapat diuraikan menjadi bentuk sinusoidal
Karakteristik respon system orde-2 terhadap input impuls dan step dipengaruhi oleh kondisi
nilai ζ
1. Jika ζ=0 maka redaman system α=0 sehingga system akan mengalami osilasi terus
dengan ωd= ωn dan ditunjukan dengan bentuk C (t ) (cos n t j sin n t ) . Sistem
3. Jika ζ=1 maka redamam sistem σ= ωn>0 sehingga sistem akan mengalami redamam
tanpa osilasi dengan ωd = ωn V1- ζ2 = 0, sehingga persamaan output respon
C (t ) e t e nt
4. Jika ζ>1 maka sistem dalam kondisi overdamp
4. Respon Steady State (mantap)
Saat sistem mencapai kondisi stabilnya, sinyal respon akan berhenti pada nilai dikisaran
input/target dimana selisih nilai akhir dengan target disebut steady state error. Besaran
error ini akan menjadi input buat subsistem selanjutnya. Besarnya kondisi steady state error
dinyatakan dengan koefisien error yang ditentukan oleh type dan input sistem. Tipe sistem
digunakan untuk memberikan ciri karakteristik sistem terhadap jumlah akar persamaan
karakteristik pada titik 0 pada bidang kompleks.
1. Tipe sistem 0, jika akar persamaan karakteristik bernilai 0 tidak ada (tidak terdapat
s=0 dari akar persamaan karakteristik) dan persamaan sistemnya:
K ( s z1)(s z 2)...
G' ( s)
(s p1)(s p 2)(s p3)...
2. Tipe sistem 1, jika akar persamaan karakteristik bernilai 0 ada 1 atau ada satu akar
persamaan karakteristik s=0 dan persamaan sistemnya:
K ( s z1)( s z 2)...
G' ( s)
s ( s p1)( s p 2)( s p3)...
3. Type sistem n, jika akar persamaan karakteristik bernilai 0 ada n atau ada n akar
persamaan karakteristik s=0 dan persamaan sistemnya:
K ( s z1)(s z 2)...
G' ( s) n
n=type sistem (0,1,2,3,…) bilangan bulat.
s ( s p1)(s p 2)(s p3)...
c(t ) ss lim
Kp G (s)
e(t ) ss s 0
Kv
d (t ) / dt ss
lim s
G( s)
e(t ) ss s0
Kp
d 2
c(t ) / dt 2
ss
lim s 2
G (s)
e(t ) ss s0
Dengan formula koefisien error ini maka bisa dihitung nilai-nilai koefisien error untuk
semua tipe sistem:
1. Tipe sistem 0: k .z1.z 2...
Kp k'
p1. p 2. p3...
Kv 0
Ka 0