You are on page 1of 46

TEORI BAHASA: stilistik dengan

penekanan linguistik

Bahan Kuliah untuk Mahasiswa S-2 Wacana Sastra


Smester II

Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S.


Sumber
► Simpson, Paul.2004. Stylistics: a resource
book for students. London and New
York:Routledge
Stilistik Modern
► Stilistik modern diperkaya oleh bidang-bidang lain
seperti teori-teori wacana, teori kebudayaan dan
kemasyarakatan, sehingga kita kemudian
mengenal stilistik feminimisme, stilistik kognitif,
stilistik wacana yang kemudian berkembang
menjadi cabang studi dalam bidang teori
feminimis, teori psikologi kognitif dan analisis
wacana. Di samping itu stilistik juga menjadi
metode dalam pengajaran dan pembelajaran
bahasa
Definisi Stilistik
► Stilistik
adalah suatu metode penapsiran
teks dengan menempatkan bahasa sebagai
hal yang utama. Bahasa sebagai hal yang
utama mengingat bahasa bervariasi, berpola
dan berstruktur dengan hirarkinya (struktur
bahasa, konteks dan makna) sehingga
dapat berfungsi dalam teks.
Objek kajian stilistik adalah teks
sastra
► Ada dua hubungan penting antara stilistik dan sastra :
Kreativitas dan inovasi dalam bahasa jangan dianggap
sebagai cadangan ekslusif dalam sastra.
Misalnya, bentuk-bentuk wacana: iklan, jurnalistik,
percakapan sehari-hari sering diungkapkan dengan stilistik
yang tinggi.
► Teknik analisis stilistik menguraikan pemahaman struktur
dan fungsi linguistik untuk memahami teks sastra. Jadi,
dalam stilistik harus bisa dijawab dua pertanyaan: (i)
Apakah yang dapat kita ketahui tentang sastra dengan
menguraikan stilistik? Atau, (ii) Apakah yang dapat kita
ketahui tentang bahasa dengan menguraikan stilistik?
Tujuan Stilistik

► Stilistik dimaksudkan untuk mengeksplorasi bahasa atau


secara khusus menguraikan kreativitas penggunaan
bahasa. Stilistik dapat memperkaya pandangan kita
tentang bahasa.
► Ada tiga prinsip stilistik:
(i) analisis stilistik dilakukan dengan ketat (ada kerangka
kerja yang pasti)

(ii) analisis stilistik dilakukan dengan acuan konsep yang


jelas

(iii) analisis stilistik dapat ditelusuri kebenaran ilmiahnya


oleh ahli stilistik lain
Stilistik dan Aspek Bahasa
ASPEK BAHASA ASPEK LINGUISTIK
Aspek Bunyi, bagaimana bunyi Fonologi, fonetik
diucapkan
Pola bahasa tulis, format teks pada Grafologi
halaman
Cara kata dibentuk, dan bagaimana Morfologi
struktur konstituennya
Cara kata dipadukan dengan kata lain
untuk membentuk frase dan kalimat Sintaksis dan tata bahasa
Kosakata Analisis leksikal; leksikologi
Makna kata dan kalimat Semantik
Cara kata dan kalimat digunakan dalam
situasinya; makna bahasa dalam Pragmatik; analisis wacana
konteks
Contoh penggalan teks:
aku ini binatang jalang

► Aspek fonetik/fonologi: /i/, /ang/


► Aspek morfologi: kata tanpa afiks
► Aspek sintaksis: kalimat tunggal
► Aspek semantik: lingual vs sosial
► Aspek pragmatik: lokusi (makna ungkapan) Ilokusi
(maksud dari pembicara: memberitahu, meminta, dll),
perlokusi (pengaruh ungkapan thd perilaku lawan bicara:
rasa simpati, rasa takut, tersinggung, dll.)
Tata Bahasa dan Gaya
► Tata bahasa : kalimat, klausa, frase, kata dan morfem dg strukturnya
sendiri bergantung pada tipologinya (tipe aglutinatif, tipe sintetik, tipe
isolatif).

► Diperlukan pemahaman kaidah-kaidah tata bahasa dan penggunaanya:


pasif vs bentuk aktif,
pronominal aku vs saya,
kalimat tanpa subjek vs kalimat bersubjek

Tanpa pemahaman kaidah, penganalisis tidak bisa menjelaskan ciri-ciri


bahasa
akhirnya tidak mampu mengungkapkan makna dan pesan teks.
Ritme dan Alunan Suku Kata
(Metrik/Metre)
► Unsur Ritme dan alunan suku kata berkaitan
dengan keras lemahnya alokasi tekanan suku kata
► Ritme atau nada yang memenuhi unsur fonologis
atau fonetik menghasilkan gaya atau stilistik yang
kuat.
► Puisi dari Thomas Gray: ‘ElegyWritten in a Country
Chuchyard’ (tahun 1751) memiliki pola Ritme dan
Alunan Suka Kata yang teratur (W = Weak/Suku
bertekanan lemah, S = Strong/suku bertekanan
kuat):
► The ploughman homeward plods his weary way
► The plough | man home | ward plods | his wea | ry
way
► W S W S W S W S W S
► De dum de dum de dum de dum de dum
STILISTIK NARATIF
► Hopper (1980 dikutif oleh Pastika 1999):
Teks naratif merupakan rangkaian peristiwa
secara kronologis. Peristiwa itu dapat
dibedakan atas dua bagian:
(i) peristiwa pelatardepanan
(ii) peristiwa pelatarbelakangan
Pelataran
► Pelatardepanan: rangkaian peristiwa inti
yang merupakan kerangka sebuah cerita.

► Pelatarbelakangan: peristiwa bukan inti


yang merupakan informasi tambahan
Narasi singkat dari informan (Labov
1972:360):

well this person had a little too much to drink


and he attacked me
and the friend came in
and she stopped it
Analisis Pelataran
► Rangkaian peristiwa pada contoh itu terjadi secara
kronologis.
► Tidak ada aspek pelatarbelakangan karena tidak
adanya kata, frase, klausa atau kalimat tambahan
yang berfungsi untuk menerangkan dimana,
kapan, pelakunya seperti apa, dengan apa dia
melakukan tindakan dans sebagainya.
► Jika teks tersebut dijadikan sebuah narasi maka
dia tidak menunjukkan adanya stilistik narasi
karena sangat kering dengan pengembangan ide
dan informasi tambahan. Atau banyak informasi
yang hilang dalam rangkaian peristiwa tersebut.
Alur Naratif (narrative plot) dan
Wacana Naratif (Narrative Discourse)
► Alur Naratif merupakan rangkaian cerita
atau peristiwa dalam suatu teks naratif.
► Wacana Naratif merupakan perangkat yang
mengembangkan isi dari alur cerita. Wacana
narasi biasanya ditunjang oleh perangkat
stilistik seperti kilas balik (flashback), previsi
(prevision) dan repetisi (repetition) yang
biasanya digunakan untuk menyela
rangkaian cerita dari plot naratif.
Model Struktur Naratif

Rangkaian Rangkaian Cerita Ranah


Cerita yang Diwujudkan Stilistik
Abstrak

PLOT WACANA media teks


kode sosiolinguistik
karakterisasi1:
tindakan dan peristiwa
karakterisasi 2:
pandangan struktur
tekstual intertekstualitas
Penjelasan bagan
► 1) Media Teks
Fisik saluran komunikasi tempat cerita itu dinarasikan:
filem dan novel, balet, musik, kartun.

► 2) Kode Sosiolinguistik
Kode sosiolinguistik mengungkapkan dengan bahasa
tentang sejarah, budaya dan latar bahasa yang
membentuk naratif.
Kode sosiolinguistik menempatkan naratif dalam waktu
dan tempat yang digambarkan oleh bentuk-bentuk bahasa
yang merefleksikan konteks sosiokultural.
Kode sosiolinguistik juga memberitahu pada kita tentang
variasi bahasa (sosial dan
Penjelasan bagan
(sambungan)
► 3) Karakterisasi elemen tindakan dan peristiwa
Bagaimana pengembangan tokoh cerita terjadi secara tiba-tiba dan
bagaimana tokoh cerita yang satu dengan tokoh cerita yang lain saling
berlawanan dalam tindakan dan peristiwa dalam cerita.

► 4) Karakterisasi pandangan
Mencari hubungan antara mode narasi dan pandangan tokoh cerita
serta pandangan narator.
Mode narasi, misalnya apakah naratif itu bergantung pada orang
pertama, orang ketiga bahkan orang kedua, sementara pandangan
adalah peristiwa dalam cerita dipandang dari persfektif satu tokoh
khusus ataukah dari narator yang serba tahu, atau merupakan
gabungan dari keduanya.
Penjelasan bagan
(sambungan)

► 5)
Struktur tekstual
Bagaimana unit-unit naratif disusun dalam cerita.
Dalam studi stilistik dikaji kepaduan narasi atau
unsur-unsur khusus dari naratif.

► 6)Intertekstual
Fiksi naratif tidak terjadi dalam kenyataan dan
bukan peristiwa sejarah tetapi dapat
mencerminkan teks atau citra lain baik secara
intertekstual yang tersirat maupun intertekstual
yang manifes/nyata
GAYA sebagai PILIHAN

► Dalam bahasa, perangkat linguistik yang


digunakan untuk mengakomodasi
pengalaman tindakan dan peristiwa disebut
dengan istilah transitivitas. Transitivitas
merupakan bagaimana makna itu dikodekan
ke dalam klausa dan bagaimana proses
yang berbeda direpresentasikan dalam
bahasa.
GAYA sebagai PILIHAN
(sambungan)

Ada tiga komponen proses:


► proses itu sendiri yang direpresentasikan dengan
frase verbal/predikat

► partisipan yang direpresentasikan dengan frase


benda

► sirkumstan: preposisi dan adverb sebagai


elemen keterangan (adjunct)
GAYA sebagai PILIHAN
(sambungan)

Ada enam tipe proses:


► 1) Proses material:
Ada dua peran partisipan dalam proses material:
ACTOR dan GOAL (suatu peran yang dapat atau
tidak dapat terlibat dalam proses), contoh:
(i) Anjing itu menggigit saya
AKTOR PROSES GOAL
(ii) Uangnya bertambah
AKTOR PROSES
GAYA sebagai PILIHAN
(sambungan)

► 2)Proses mental
Proses mental merupakan proses merasakan ;
melibatkan kognisi (yang dikodekan oleh verba
seperti berpikir, cemas), melibatkan reaksi
(dikodekan dengan verba suka dan benci),
melibatkan persepsi (dikodekan dengan verba
melihat atau mendengar); sementara peran
partsipan dibedakan atas Sensor dan Fenomena
contoh:
Proses Mental direpresentasikan dalam klausa
► (1) Joni memahami cerita itu (Kognisi)
Sensor Proses Fenomena

► (2) Ibu memperhatikan bunga itu (Persepsi)


Sensor Proses Fenomena

► (3) Dia membenci pelajaran sejarah (Reaksi)


 Sensor Proses Fenomena

► Peran Sensor dan Fenomena berhubungan secara


eksklusif pada proses mental
GAYA sebagai PILIHAN
(sambungan)

► 3) Proses behavioral
Perpaduan antara proses material dan proses
mental yang merepresentasikan aktifitas
‘merasakan’ dan ‘melakukan’, misalnya verba
bernapas atau batuk atau tertawa. Satu-
satunya partisipan dalam proses behavioral
disebut Pelaksana/Behaver, yaitu entitas
kesadaran yang melaksanakan kegiatan:
► (1) Mahasiswa itu tertidur pada saat kuliah saya
BEHAVER PROSES SIRKUMSTANCE
GAYA sebagai PILIHAN
(sambungan)

► 4) Proses verbalisasi
Prosses verbalisasi termasuk proses ‘mengatakan’ dan peran partisipan
adalah sebagai Pewicara/Sayer, sebagai Penerima/Receiver, dan ‘apa
yang dikatakan’/Verbiage:

► (1) Doni mengakatan bahwa adiknya sedang sakit


 PEWICARA PROSES VERBIAGE
► (2) Pak Mentri mengumumkan kebijakan baru pada DPR
PEWICARA PROSES VERBIAGE PENERIMA
MODEL TUTURAN DAN PIKIRAN

Penyampaian Tuturan:
► tuturan langsung
Contoh: Dia berkata, “Ibuku akan datang
besok.”
Atau: “Ibuku akan datang besok,” katanya
► tuturan tidak langsung
Contoh: Dia berkata bahwa ibunya akan datang
besok.
MODEL TUTURAN DAN PIKIRAN
(sambungan)

Penyampaian Pikiran:
► pikiran langsung
Toni khawatir, ‘Apakah Tuti masih
mencintaiku?’
► pikiran tak langsung
Toni khawatir apakah Tuti masih
mencintainya.
MODEL TUTURAN DAN PIKIRAN
(sambungan)

► DIALOG dan WACANA


► Dialod dalam drama
Lawan Bicara 1 Pesan Lawan Bicara 1
(naskah) (penonton/pendengar)

Lawan Bicara 2 Pesan Lawan Bicara 2


(tokoh A) (Tokoh B)
Memahami Dialog dalam Drama:
Konteks, Struktur, Strategi

► Konteks Fisikal
Dalam percakapan langsung, pembicara
ata pendengar berbagi konteks fisik yang
sama, meskipun dalam bentuk interaksi
lisan, media elektronik atau pembicaraan
telepon, pembicara dan pendengar secara
fisik terpisah.
Memahami Dialog dalam Drama:
Konteks, Struktur, Strategi
(sambungan)
► Konteks personal
Mengacu pada hubungan sosial dan
personaldi antara dua pihak yang
berinteraksi. Konteks personal juga
melalui jejaring sosial dan keanggotaan
kelompok, peran sosial dan institusi dari
pembicara atau pendengar, dan jarak
sosial dan jarak status di antara
partisipan.
Memahami Dialog dalam Drama:
Konteks, Struktur, Strategi
(sambungan)
► Konteks kognitif
Mengacu pada latar pengetahun yang
dimiliki bersama oleh sesama partisipan
yang berinteraksi. Konteks kognitif juga
memperluas pandangan partisipan
terhadap dunia, terhadap pengetahuan
budaya dan pengalaman masa lalu.
Makna (Ullman, 1962:62—63)
S

n
Sinonim
S

n1 n2 n3
Polisemi

S1 S2 S3

n
Dua kata peretama berhubungan dalam bunyi dan makna,
kata kedua dan ketiga berhubungan hanya dalam makna,
dan kata ketiga dan keempat berhubungan hanya dalam
bunyi saja:
‘cahaya’ ‘matahari’ ‘tidak gelap’ ‘ringan’
S1 S2 S3 S4

n1 n2 n3 n4
[light] [light] [light] [light]
Metafora (Knowles and Moon, 2006)
► Penggunaan bahasa yang mengacu pada
makna yang bukan makna aslinya dengan
menghubungkan dua hal.
mahkota =
- sebuah benda artistik yang di
tempatkan di kepala seorang
ratu/raja (makna asli)
- institusi kekuasaan (makna metaforik)
Metafora Konseptual
► Metafora merupakan suatu pemikiran atau
konsepsi;
(1) argumen adalah perang
Dia menyerang saya habis-habisan
dalam debat itu.
Dia telah memutar-balikkan fakta.
Jangan kamu ikuti pendapatnya.
► 2)Waktu adalah uang (waktu adalah komoditi)
Jangan buang-buang waktu
Saya tak punya waktu untuk itu
Kamu kehabisan waktu
Anda perlu mengatur waktu dengan baik.
Di sekolah itu menejemen waktunya baik
sekali.
► 3) Metafora komunikasi dan pemahaman
Pikirkan matang-matang sebelum
berttindak
Jangan jejali otakmu dengan pemikiran
kiri.
Berbesah hatilah ketika pendapatmu
ditolak mentah-mentah.
► 4)
Metafora dan Emosi
Pikiran, kata-kata dan ide yang
menyangkut emosi diasosiasika sebagai
benda fisik
Dia disambut dengan hangat
Hubungan yang sangat dekat
Ketika diberitahu soal itu, tiba-tiba
kemarahannya meledak.
Empat Kelompok Metafora
► 1)Metafora Antropomorfik
Benda tak bernyawa diasosiasikan dengan
bagian tubuh manusia
kaki gunung, mulut gua, paru-paru kota
(lungs of a town)
mouth or a river
► 2) Metafora Binatang
berjambul bebek
kelas kakap, kelas teri
ayam jantan dari timur
singa kebayoran
► 3) Nyata ke Abstrak
masa depannya cerah
bersemangat baja
Izin saya menggarisbawahi pokok-pokok
piran Pak Ketua tadi.
► 4) Metafor Sintetik
Metafora yang didasarkan atas trasnposisi dari satu
pengertian ke penghertian lain. Metafora yang
berkaitan dengan kelima indria (rasa, dengar, bunyi, raba,
lihat)
Kata-katanya kasar sekali
maksudnya jelas
wajahnya manis sekali
lakoni hidup penuh irama
dia orangnya brisik sekali

You might also like