You are on page 1of 49

NEMATODA (Cacing Gilik)

Cacing Usus
Nematoda usus yang penting bagi manusia adalah Ascaris lumbricoides (cacing gilik),
Trichinella spiralis (Trichinosis), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Enterobius
vermicularis (cacing kremi), Strongyloides stercoralis (diare Cochin-china),
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (cacing tambang) dan Dracunculus
medinensis (fiery serpent of the Isralites). E. Vermicularis dan T. Trichiura adalah parasit
yang hanya di usus. Cacing lain yang tercantum diatas memiliki fase usus dan jaringan.

Ascaris lumbricoides (cacing gilik usus besar)

Epidemiologi
Angka kesakitan global tahunan akibat infeksi ascaris diperkirakan sekitar 1 milyar
dengan kematian sebanyak 20.000. Ascariasis dapat terjadi pada semua umur, tetapi
lebih banyak dialami oleh kelompok umur 5-9 tahun. Angka kejadian lebih besar pada
populasi pedesaan yang miskin.

Morfologi
Cacing betina berukuran rata-rata 30 cm x 5 mm. Jantan lebih kecil.

Siklus Hidup (gambar 1)


Infeksi terjadi dengan menelan makanan yang terkontaminasi dengan telur infektif yang
pecah di usus bagian atas. Larva (250 x 15 mikrometer) menembus dinding usus dan
masuk ke venula atau limfatik. Larva masuk ke hati, jantung dan paru untuk mencapai
alveoli dalam waktu 1-7 hari, dimana selama waktu itu mereka tumbuh menjadi
sepanjang 1,5 cm. Mereka naik ke bronkus, naik ke trakea, lalu ke glottis, dan turun ke
esofagus, lalu ke usus halus dimana mereka menjadi matang dalam waktu 2-3 bulan.
Cacing betina dapat hidup di usus selama 12-18 bulan dan memiliki kemampuan
memproduksi 25 juta telur dengan rata-rata sehari sebanyak 200.000 (gambar 2). Telur
dikeluarkan dalam tinja, dan pada kondisi yang memungkinkan (21-31 derajat Celcius,
lembab, lingkungan dengan udara terbuka) larva infeksius terbentuk dalam telur. Telur
tahan terhadap desinfektan kimia dan bertahan selama beberapa bulan dalam sampah
rumah tangga, tetapi mati oleh panas (40 derajat Celcius selama 15 jam). Infeksinya dari
manusia ke manusia. Autoinfeksi dapat terjadi.

Gejala
Gejala berhubungan dengan jumlah cacing yang ada. Sepuluh sampai dua puluh cacing
tidak menimbulkan gejala kecuali dalam pemeriksaan tinja secara rutin. Keluhan yang
paling sering adalah nyeri perut yang kurang jelas. Pada kasus yang lebih berat, pasien
mungkin merasakan kurang bersemangat, kehilangan berat badan, anoreksia, perut
kembung, tinja sering lunak dan kadang-kadang muntah. Selama tahap paru-paru,
mungkin adalah periode singkat batuk, mengi, sesak napas dan rasa tidak nyaman di
bawah tulang dada. Hampir semua gejalanya berhubungan dengan keberadaan cacing
secara fisik.

Page 1 of 49
Gambar 1. Siklus Hidup Ascaris
Cacing dewasa hidup dalam lumen usus halus. Seekor cacing betina dapat menghasilkan sekitar 200.000 telur per
hari, yang dikeluarkan dengan tinja . Telur yang belum dibuahi dapat tertelan tetapi tidak infektif. Telur yang telah
dibuahi membentuk embrio dan menjadi infektif sesudah 18 hari sampai beberapa minggu , bergantung pada
kondisi lingkungan (optimum: lembab, hangat, depending on the environmental conditions (optimum: moist, warm,
tanah yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Sesudah telur-telur infektif di telan , larva menetas ,
menginvasi mukosa usus, dan dibawa melalui saluran portal, kemudian ke sirkulasi sistemik ke paru-paru . Larva
selanjutnya matang di paru-paru (10 sampai 14 hari), menembus ke dinding alveoli, naik ke cabang bronkus ke
tenggorokan, dan ditelan . Setelah sampai di usus halus, mereka berkembang menjadi cacing dewasa .
Dibutuhkan antara 2 dan 3 bulan mulai dari menelan telur yang infektif sampai menjadi betina dewasa yang dapat
bertelur. Cacing dewasa dapat hidup selama 1 sampai 2 tahun. CDC

Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada identifikasi dari telur-telur (40-70 mikrometer x 35-50
mikrometer – gambar 2) dalam tinja.

Page 2 of 49
Gambar 2

Telur Ascaris yang sudah dibuahi, masih dalam tahap uniseluler, ketika mereka dikeluarkan dalam tinja. Telur secara
normal berada dalam tahap ini ketika dikeluarkan di dalam tinja. (Perkembangan lengkap dari larva membutuhkan 18
hari pada kondisi yang mendukung). CDC DPDx Parasite Image Library

Telur, belum dibuahi (kiri) dan sudah dibuahi (kanan). Pada pasien yang ditemukan di Haiti. CDC DPDx Parasite
Image Library

Telur yang belum dibuahi. Pada lapisan luar terdapat penonjolan seperti puting susu yang tampak jelas. Anak laki-laki
berumur 10 tahun yang ditemukan di Cherokee, North Carolina. CDC DPDx Parasite Image Library

Page 3 of 49
Telur yang sudah dibuahi. Embrio terlihat dengan jelas di dalam telur. Ditemukan pada anak laki-laki berumur 10
tahun di Cherokee, North Carolina. CDC DPDx Parasite Image Library

Telur yang belum dibuahi tanpa lapisan luar yang menonjol seperti putting susu (dekortikasi). Ditemukan pada pasien
ketika survey di Bolivia. CDC DPDx Parasite Image Library

Telur yang mengandung larva, yang akan menjadi infektif bila dicerna. Ditemukan pada pasien di Léogane, Haiti.
CDC DPDx Parasite Image Library

Page 4 of 49
Dua telur yang telah dibuahi dari pasien yang sama, dimana embrio telah mulai berkembang (hal ini terjadi ketika
sample tinja tidak diproses selama beberapa hari tanpa lemari es). Embrio pada tahap awal pembelahan (4-6 sel)
dapat secara jelas dilihat. Catatan bahwa telur di sebelah kiri memiliki lapisan luar yang memiliki penonjolan seperti
putting susu yang sangat tipis. CDC DPDx Parasite Image Library

Larva menetas dari sebuah telur. CDC DPDx Parasite Image Library

Sebuah cacing Ascaris dewasa. Karakteristik diagnostik: ujungnya menyempit; panjangnya 15-35 cm (cacing betina
cenderung lebih besar). Cacing ini adalah betina, dibuktikan dengan ukuran dan sabuk genital (lekukan melingkar

Page 5 of 49
berwarna gelap di daerah bawah dari gambar). Cacing ini dikeluarkan oleh seorang anak perempuan di Florida. CDC
DPDx Parasite Image Library

Ascaris lumbricoides dewasa jantan dan betina. © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical
parasitology collection. Used with permission

Larva Ascaris lumbricoides pada potongan paru-paru (H&E) © Dr Peter Darben, Queensland University of
Technology clinical parasitology collection. Used with permission

Page 6 of 49
Terapi dan Pencegahan
Mebendazole, 200 mg, untuk dewasa dan 100 mg untuk anak-anak, selama 3 hari efektif.
Higiene yang baik adalah upaya pencegahan terbaik.

Trichinella spiralis (Trichinosis)

Epidemiologi
Trichinosis berhubungan dengan kualitas dari daging babi dan memakan daging yang
kurang matang. Survey autopsy mengindikasikan sekitar 2 persen dari populasi
terinfeksi. Angka kematiannya rendah.

Morfologi
Cacing jantan dewasa berukuran 3,5 mm x 60 mikrometer. Larva dalam jaringan (100
mikrometer x 5 mikrometer) seperti spiral dalam kapsul berbentuk lemon.

Siklus hidup
Infeksi terjadi dengan menelan larva yang terdapat dalam daging yang setengah matang,
yang dengan segera menginvasi mukosa usus dan secara seksual berdiferensiasi dalam
waktu 18-24 jam. Cacing betina, setelah pembuahan, menggali secara dalam pada
mukosa usus halus, dimana cacing jantan sebelumnya berada (tahap usus). Sekitar hari
ke-5 telur mulai menetas dalam cacing betina dan larva muda di simpan dalam mukosa,
yang dari tempat tersebut mereka mencapai limfatik, nodus limfe dan aliran darah
(migrasi larva). Penyebaran larva terjadi 4-16 minggu sesudah infeksi. Larva disimpan
dalam serat otot dan, dalam otot lurik, mereka membentuk kapsul yang mengalami
pengapuran untuk membentuk sebuah kista. Pada jaringan yang bukan lurik seperti
jantung dan otak, larva tidak mengalami pengapuran, mereka mati dan hancur. Kista
tetap ada selama beberapa tahun. Satu cacing betina dapat menghasilkan kurang lebih
1500 larva. Manusia adalah hospes terminal. Reservoirnya termasuk sebagian besar
binatang karnivora dan omnivore (Gambar 3 dan 4)

Page 7 of 49
Gambar 3

Trichinellosis didapatkan dengan mencerna daging yang mengandung kista (larva yang membentuk kista) dari
Trichinella. Sesudah paparan dengan asam lambung dan pepsin, larva dikeluarkan dari kista dan menginvasi
mukosa usus halus dimana mereka berkembang menjadi cacing dewasa (betina panjangnya 2.2 mm, jantang
ukurannya 1.2 mm; lama hidup dlam usus halus: 4 minggu). Sesudah 1 minggu, cacing betina melepaskan larva
yang bermigrasi ke otot lurik dimana mereka membentuk kista . Meskipun demikian Trichinella pseudospiralis,
tidak membentuk kista. Pembentukan kista diselesaikan dalam waktu 4-5 minggu dan larva yang membentuk kista
tetapi hidup selama beberapa tahun. Pencernaan dari larva yang membentuk kristal memulai siklus. Tikus dan
binatang pengerat sangat bertanggung jawab dalam mempertahankan endemisitas dari infeksi ini. Binatang
karnivora/omnivore, seperti babi atau beruang, memakan binatang pengerat yang terinfeksi atau daging dari binatang
lain. Hospes binatang yang berbeda berimplikasi pada siklus hidup dari berbagai spesies Trichinella. Manusia secara
tidak sengaja terinfeksi ketika memakan daging yang dimasak kurang matang dari binatang karnivora ini. (atau
memakan makanan yang terkontaminasi dengan daging tersebut). CDC DPDx Parasite Image Library

Larva Trichinella yang membentuk kista dalam jaringan otot yang tertekan. Larva yang berbentuk spiral dapat dilihat di
dalam kista. CDC DPDx Parasite Image Library

Page 8 of 49
Larva Trichinella, bebas dari kista mereka, bentuk khasnya berupa spiral; panjangnya: 0,8-1 mm. Beruang Alaska.
CDC DPDx Parasite Image Library

Larva Trichinella spiralis dalam potongan otot (H&E) dan otot © Dr Peter Darben, Queensland University of
Technology clinical parasitology collection. Used with permission

Gejala
Gejala trichinosis bergantung pada beratnya infeksi: infeksi ringan tidak memiliki gejala.
Bolus infeksi yang lebih besar menghasilkan gejala yang berhubungan dengan berat dan
tahap dari infeksi dan organ yang terlibat. (Tabel 1)

Patologi dan Imunologi


Patogenesis Trichinella berhubungan dengan keberadaan larva dalam jumlah besar pada
otot-otot vital dan reaksi hospes terhdap metabolit larva. Serat otot menjadi membengkak
karena edema dan rusak. Otot yang mengalami paralysis diinfiltrasi oleh neutrofil,
eosinofil dan limfosit. Splenomegali bergantung pada beratnya infeksi. Cacing
merangsang respon IgE yang kuat, yang mana, berkaitan dengan eosinofil, berpengaruh
terhadap kematian parasit.

Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada gejala, riwayat memakan daging mentah atau setengah
matang dan hasil laboratorium (eosinofilia, meningkatnya serum keratin fosfokinase dan
laktat dehidrogenase dan antibody terhadap T. spiralis)

Terapi dan Pengendalian


Steroid digunakan untuk mengobati gejala peradangan dan Mebendazole digunakan
untuk mengeliminasi cacing. Eliminasi infeksi parasit dalam babi dan memasak daging
sampai matang adalah cara yang terbaik untuk menghindari infeksi.

Page 9 of 49
Tabel 1
Gejala-gejala Trichinosis

Mukosa usus Sirkulasi dan otot Myocardium Otak dan selaput otak
(24-72 jam) (10-21 hari) (10-21 hari) (14-28 hari)

Nyeri dada,
takikardia,
Mual, muntah, Edema, konjungtivitis peri- Sakit kepala (supraorbital),
perubahan EKG,
diare, nyeri orbital, foto phobia, demam, vertigo, tinnitus, tuli, apatis,
edema pada
perut, sakit menggigil, berkeringat, nyeri delirium, koma, kehilangan
ekstremitas,
kepala. otot, spasme, eosinophilia. refleks.
thrombosis
pembuluh darah.

Trichuris Trichiura (cacing cambuk)

Epidemiologi
Trichuriasis adalah penyakit tropis pada anak-anak (5-15 tahun) di daerah pedesaan Asia
(65% dari 500-700 juta kasus). Meskipun demikian, juga ditemukan di Amerika,
terutama di Selatan dan terkonsentrasi dalam keluarga dan kelompok dengan kebiasaan
sanitasi yang buruk.

Morfologi
Cacing betina panjangnya 50 mm, ramping di depan (diameter 100 mikrometer) dan
lebih tebal di ujung belakang (diameter 500 mikrometer). Cacing jantang lebih kecil dan
mempunyai spiral di ujung belakang. Telur Trichuris berbentuk lemon atau bola dan
memiliki "terminal plugs" di kedua ujungnya.

Siklus hidup
Infeksi terjadi dengan mencerna telur yang mengandung embrio di tanah. Larva keluar
dari pelindungnya di usus halus bagian atas dan menembus villus dimana dia tetap disana
selama 3-10 hari. Setelah remaja, larva keluar ke sekum dan menempel di mukosa.
Mereka mencapai umur dapat bertelur dalam 30-90 hari sejak infeksi, menghasilkan
3000-10.000 telur setiap hari dan dapat hidup selama 5-6 tahun. Telur yang dikeluarkan
dalam tinja membentuk embrio di tanah yang lembab dalam waktu 2-3 minggu (Gambar
5 dan 6). Telur kurang tahan terhadap udara kering, panas dan dingin dibandingkan
dengan telur ascaris. Embrio mati pada suhu 37 derajat Celcius dalam waktu 15 menit.
Suhu 52 derajat Celcius dan -9 derajat Celcius juga mematikan.

Page 10 of 49
Gambar 5

Siklus Hidup Trichuris trichiura

Telur yang tidak mengandung embrio dikeluarkan dengan tinja (1). Di tanah, telur berkemang menjadi tahap 2 sel (2),
sebuah tahap pembelahan lanjut (3), dan kemudian mereka membentuk embrio (4); telur menjadi infektif dalam waktu
15-30 hari. Sesudah ditelan (tangan atau makanan yang terkontaminasi tanah), telur menetas dalam usus halus, dan
mengeluarkan larva (5) yang matang dan berkembang menjadi dewasa di usus besar (6). Cacing dewasa
(panjangnya kurang lebih 4 cm) hidup di dalam sekum dan kolon asenden. Cacing dewasa ditempatkan di tempat
tersebut, dengan bagian depan masuk ke dalam mukosa. Cacing betina mulai meletakkan telurnya 60-70 hari
sesudah infeksi. Cacing betina di sekum meletakkan antara 3.000 dan 20.000 telur per hari. Lama hidup cacing
dewasa adalah sekitar 1 tahun. CDC DPDx Parasite Image Library

Page 11 of 49
Gambar 6

Telur Trichuris trichuria dilihat pada sediaan basah. Karakteristik diagnostic adalah: bentuk barrel yang khas dan dua
ujungnya ada "plugs", yang ukuran tanpa pewarnaan: 50-54 µm x 22-23 µm. Lapisan luar dari pelindung telur
berwarna kuning kecoklatan (berbeda dengan kedua ujungnya yang bening). Telur belum mengandung embrio,
seperti telur ketikga dikeluarkan dengan tinja. CDC DPDx Parasite Image Library

Cacing dewasa Trichuris trichiura jantan dan betina © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical
parasitology collection. Used with permission

Telur Trichuris trichiura, tidak diwarnai dan dengan pewarnaan haematoxylin © Dr Peter Darben, Queensland
University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission

Gejala
Gejala sangat ditentukan oleh keberadaan cacing: kurang dari 10 cacing tidak
memberikan gejala. Infeksi yang lebih berat (misalnya trichuriasis berat pada anak-anak)
ditandai dengan keluarnya mucus yang banyak dalam waktu yang lama dan diare yang

Page 12 of 49
disertai dengan darah dengan nyeri perut dan rectum yang prolaps dan membengkak.
Infeksi mengakibatkan malnutrisi, kehilangan berat badan, anemia dan kadang-kadang
kematian.

Diagnosis
Diagnsosis didasarkan pada gejala dan keberadaan telur di dalam tinja (50-55 x 20-25
mikrometer).

Terapi dan Pengendalian


Mebendazol, 200 mg, untuk dewasa dan 100 mg untuk anak-anak, selama 3 hari cukup
efektif. Infeksi yang menyertainya harus diobati secara tepat. Perbaikan hygiene dan
sanitasi kebiasaan makan adalah pengendalian yang paling efektif.

Enterobius vermicularis (cacing kremi)

Epidemiologi
Enterobiasis sejauh ini adalah infeksi cacing yang paling lazim di Amerika (18 juta kasus
pada waktu tertentu). Infeksi di seluruh dunia adalah sekitar 210 juta. Ini adalah penyakit
anak-anak di daerah perkotaan dalam lingkungan yang padat (sekolah, tempat penitipan
anak, dan lain-lain). Orang dewasa mendapatkannya dari anak-anak mereka. Angka
kejadian pada orang kulit putih lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit hitam.

Morfologi
Cacing betina berukuran 8 mm x 0,5 mm, cacing jantan lebih kecil. Telur (60
mikrometer x 27 mikrometer) berbentuk ovoid tetapi datar asimetrik pada satu sisi
tubuhnya.

Siklus hidup
Infeksi terjadi ketika telur yang telah mengandung embrio ditelan dari lingkungan,
dengan kontak makanan atau tangan ke mulut. Larva yang mengandung embrio menetas
di duodenum dan menjadi remaja di jejunum dan ileum bagian atas. Cacing dewasa turun
ke ilium bagian bawah, sekum, usus besar dan hidup di sana selama 7-8 minggu. Cacing
betina yang hamil mengandung lebih dari 10.000 berpindah, pada malam hari, ke daerah
perianal dan menyimpan telurnya di sana. Telur akan matang pada lingkungan yang
teroksigenasi dan lembab, dan menjadi infeksius setelah 3-4 jam. Infeksi dari manusia ke
manusia sering terjadi. (Gambar 7 dan 8). Manusia adalah hospes satu-satunya.

Page 13 of 49
Gambar 7

Siklus hidup Enterobius vermicularis

Telur disimpan di lipatan perianal (1). Infeksi dari diri sendiri terjadi dengan memindahkan telur yang infektif ke mulut
dengan menggunakan tangan yang telah menggaruk daerah perianal (2). Penularan dari orang ke orang dapat terjadi
melalui penanganan pakaian atau linen tempat tidur yang telah terkontaminasi. Enterobiasis juga dapat diperoleh
melalui permukaan di lingkungan yang terkontaminasi dengan telur cacing kremi (misalnya, gorden, karpet). Sejumlah
kecil telur dapat ditularkan melalui udara dan dihirup. Telur-telur ini akan ditelan dan mengikuti perkembangan yang
sama dengan telur yang ditelan. Setelah telur ditelan, larva menetas di usus halus (3) dan cacing dewasa
berkembang di usus besar (4). Waktu interval dari menelan telur yang infektif sampai cacing tersebut menjadi cacing
betina yang mampu bertelur membutuhkan waktu satu bulan. Masa hidup cacing dewasa adalah selama dua bulan.
Cacing betina yang hamil berpindah di malam hari keluar dari anus dan meletakkan telurnya ketika merangkak ke kulit
di daerah perianal (5). Telur yang terdapat di dalam telur berkembang (telur menjadi infektif) dalam waktu 4-6 jam
dalam kondisi yang optimal (1). Retroinfeksi, or berpindahnya larva yang baru menetas dari kulit anus kembali ke
rectum, dapat terjadi tetapi seberapa seringnya hal ini terjadi masih belum diketahui. CDC

Page 14 of 49
Gambar 8

Enterobius vermicularis dewasa jantang dan betina © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical
parasitology collection. Used with permission

Enterobius vermicularis dewasa dalam potongan appendix – usus buntu (H&E) © Dr Peter Darben, Queensland
University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission

A B C

Tiga telur Enterobius vermicularis dikumpulkan dari pasien yang sama pada tabung Swube (gagang yang dilapisi
dengan plester), diperiksa secara langsung pada lapangan yang terang. Karakteristik diagnostic adalah: ukuran 50-60
µm x 20-32 µm; bentuk memanjang yang khas, dengan satu sisi konveks dan satu sisi datar; pelindungnya tidak
berwarna (disini terlihat seperti halo – daerah kosong – di sekeliling telur). Telur A mengandung embrio, sementara
pada B dan C mengandung lebih banyak larva yang telah berdiferensiasi, yang kekhasannya adalah seperti spiral.
CDC DPDx Parasite Image Library

Page 15 of 49
Gejala
Enterobiasis relative kurang berbahaya dan jarang sekali menghasilkan lesi yang serius.
Gejala yang paling sering adalah iritasi perianal, perineal dan vagina yang disebabkan
oleh perpindahan cacing betina. Rasa gatal menimbulkan kesulitan tidur (insomnia) dan
kurang istirahat. Pada sebagian kasus gejala saluran pencernaan (nyeri, mual, muntah,
dan lain-lain) juga timbul. Distress kejiwaaan pada ibu rumah tanggal, perasaan bersalah,
dan keinginan untuk menyembunyikan infeksi dari teman-temannya dan mertuanya
mungkin merupakan trauma yang paling penting dari parasit yang persisten dan
menimbulkan rasa gatal ini.

Diagnosis
Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing dewasa atau telur di daerah perianal,
khususnya pada waktu malam. Plester plastic atau lak ban digunakan untuk mendapatkan
telur.

Terapi dan Pengendalian


Dua dosis (10 mg/kg; maksimum 1 gram masing-masing) dari Pyrantel Pamoat diberikan
pada dua minggu terpisah memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Mebendazole
merupakan alternative. Seluruh keluarga harus diobati, untuk mencegah infeksi kembali.
Sprei dan pakaian dalam harus disanitasi diantara dua waktu terapi. Kebersihan pribadi
merupakan pencegahan yang paling efektif.

Strongyloides stercoralis (cacing benang)

Epidemiologi
Infeksi cacing benang, juga dikenal sebagai diare Cochin-China, diperkirakan sebanyak
50-100 juta kasus di seluruh dunia, sebagai sebuah infeksi di daerah tropis dan sub tropis
dengan sanitasi yang buruk. Di Amerika Serikat, infeksi ini banyak ditemukan di bagian
Selatan dan diantara orang-orang Puerto Rico.

Morfologi
Ukuran dan bentuk dari cacing benang bervariasi bergantung pada apakah dia berupa
parasit atau yang hidup bebas. Cacing betina yang merupakan parasit lebih besar (2,2
mm x 45 mikrometer) dibandingkan dengan yang hidup bebas (1 mm x 60 mikrometer)
(gambar 10). Telur, ketika diletakkan berukuran 55 mikrometer x 30 mikrometer.

Siklus hidup (gambar 9)


Larva infektif dari S. stercoralis menembus kulit manusia, memasuki sirkulasi vena dan
melewati jantung kanan untuk menuju ke paru-paru, dimana mereka menembus masuk
ke alveoli. Dari sana, parasit remaja naik ke glottis, ditelan, dan mencapai bagian atas
dari usus halus, dimana mereka berkembang menjadi dewasa. Cacing betina yang
mampu bertelur berkembang dalam waktu 28 hari sejak infeksi. Telur di mukosa usus
menetas dan berkembang menjadi larva rhabditiformis dalam tubuh manusia. Larva ini
dapat menembus mukosa dan masuk ke sirkulasi darah, paru-paru, glottis, duodenum dan
jejunum, jadi mereka meneruskan siklus autoinfeksi. Alternatifnya, mereka dikeluarkan
dalam tinja, berkembang menjadi larva filariformis yang infektif dan masuk ke hospes
lain untuk menyelesaikan siklus langsung. Jika tidak ada hospes yang sesuai yang
ditemukan, larva matang menjadi cacing yang hidup bebas dan meletakkan telur dalam
tanah. Telur menetas dalam tanah dan menghasilkan larva rhabditiformis yang

Page 16 of 49
berkembang menjadi larva filariformis dan masuk ke hospes yang baru (siklus tidak
langsung), atau matang menjadi cacing dewasa untuk mengulang siklus hidup bebas.

Gambar 9

Siklus hidup Strongyloides kompleks diantara cacing-cacing dengan perubahan antara siklus hidup bebas dan
parasitik, dan kemampuannya untuk autoinfeksi dan berkembangbiak dalam hospes. Ada dua jenis siklus yang ada:
Siklus hidup bebas: Larva rhabditiform dikeluarkan dalam tinja (1) (lihat "siklus Parasitik" dibawah) dapat kehilangan
kulit dua kali dan menjadi larva filariformis yang infektif (perkembangan langsung) (6) atau berganti kulit empat kali
dan menjadi cacing dewasa jantan dan betina yang hidup bebas (2) yang kawin dan menghasilkan telur (3) yang
darinya larva rhabditiformis menetas (4). Yang terakhir akan berkembang (5) menjadi generasi baru dari cacing
dewasa yang hidup bebas (sebagaimana yang digambarkan dalam (2)), atau menjadi larva filariformis yang infektif
(6). Larva filariformis menembus kulit hospes manusia untuk memulai siklus parasitic (lihat dibawah (6).
Siklus parasitic: Larva filariformis dalam tanah yang terkontaminasi menembus kulit manusia (6), dan dibawa ke paru
dimana mereka menembus ruang alveolar; mereka terus ke cabang bronkus ke faring, ditelan dan kemudian
mencapai usus halus (7). Dalam usus halus mereka berganti kulit dua kali dan menjadi cacing betina dewasa (8).
Cacing betina hidup seperti jarring laba-laba di epitel usus halus dan melakukan reproduksi tanpa pembuahan dan
menghasilkan telur (9), yang menghasilkan larva rhabditiformis. Larva rhabditiformis dapat dikeluarkan melalui tinja (1)
(lihat "siklus hidup bebas" diatas), atau dapat menyebabkan autoinfeksi (10). Pada autoinfeksi, larva rhabditiform
menjadi larva filariform yang infektif. Yang dapat menembus baik mukosa usus (autoinfeksi internal) atau kulit dari
daerah perianal (autoinfeksi eksternal); pada kasus tersebut, larva filariformis dapat mengikuti rute yang telah
dijelaskan sebelumnya, dibawa ke paru, cabang bronkus, faring, dan usus halus dimana mereka matang menjadi
dewasa; atau mereka mungkin menyebar secara luas dalam tubuh. Sampai sekarang, angka kejadian autoinfeksi
pada manusia akibat infeksi cacing hanya dikenal pada infeksi Strongyloides stercoralis dan Capillaria philippinensis.
Dalam kasus Strongyloides, autoinfeksi dapat menjelaskan kemungkinan infeksi yang persisten selama bertahun-
tahun pada orang yang tidak pernah berada di daerah endemis dan hiperinfeksi pada individu yang mengalami
penurunan daya tahan tubuh. CDC DPDx Parasite Image

Page 17 of 49
Gambar 10

Strongyloides stercoralis. Struktur esophagus dapat dilihat dengan mudah pada larva ini; dia terdiri dari bagian depan
yang berbentuk tongkat tebal; penyempitan di bagian tengah; dan bulbus di bagian belakang. CDC DPDx Parasite
Image Library

Strongyloides stercoralis. Perhatikan alat kelamin primordial yang menetap di bagian tengah dari larva; perhatikan
juga kista Entamoeba coli dekat ekor dari larva. CDC DPDx Parasite Image Library

Larva rhabditiformis Strongyloides stercoralis © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical
parasitology collection. Used with permission

Gejala
Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala. Penetrasi kulit menyebabkan rasa gatal dan
bintik kemerahan. Selama migrasi, organisme menyebabkan pneumonia yang disebabkan
oleh cacing dan, di duodenum, mereka menyebabkan nyeri terbakar di tengah
epigastrium dan nyeri tekan disertai dengan mual dan muntah. Diare dan konstipasi dapat
terjadi. Infeksi berat dan kronis mengakibatkan anemia, kehilangan berat badan dan
disentri berdarah yang kronis. Infeksi bakteri sekunder pada mukosa yang rusak dapat
menimbulkan komplikasi yang serius.

Page 18 of 49
Diagnosis
Keberadaan larva rhabditiformis bebas (gambar 10) dalam tinja merupakan diagnostic.
Kultur tinja selama 24 jam akan menghasilkan larva filariformis.

Terapi dan Pengendalian


Ivermectin atau thiabendazole dapat digunakan secara efektif. Infeksi langsung dan tidak
langsung dikendalikan dengan perbaikan hygiene dan autoinfeksi dikendalikan dengan
kemoterapi.

Necator americanes dan Ancylostoma duodenale (Cacing tambang)

Epidemiologi
Cacing tambang menjadi parasit bagi 900 juta manusia di seluruh dunia dan
menyebabkan kehilangan darah sebanyak 7 juta liter. Ankilostomiasis adalah infeksi
cacing tambang yang paling sering ditemukan dan merupakan yang kedua hanya
terhadap ascariasis dalam infeksi yang disebabkan oleh parasit cacing. N. americanes
(cacing tambang dunia baru) paling lazim di Amerika, Afrika tengah dan selatan, Asia
selatan, Indonesia, Australia dan Kepulauan Pasifik. A. duodenale (cacing tambang dunia
lama) merupakan spesies yang dominan di daerah Mediterania dan Asia utara.

Morfologi
Cacing tambang betina dewasa berukuran sekitar 11 mm x 50 mikrometer. Cacing jantan
lebih kecil. Ujung depan dari N. americanes dilengkapi dengan sepasang lempeng
pemotong berbentuk kurva, sedangkan A. duodenale dilengkapi dengan dua pasang gigi
atau lebih. Ukuran telur cacing tambang adalah 60 mikrometer x 35 mikrometer.

Siklus hidup (gambar 11 dan 12)


Siklus hidup cacing tambang identik dengan cacing benang, kecuali bahwa cacing
tambang tidak dapat hidup bebas atau tidak menjalani siklus autoinfeksi. Lebih jauh lagi,
A. duodenale dapat juga menginfeksi melalui jalur oral.

Page 19 of 49
Gambar 11

Siklus hidup Cacing Tambang.


Telur dikeluarkan dalam tinja (1), dan pada kondisi yang menguntungkan (lembab, hangat, terlindung dari matahari),
larva menetas dalam 1 sampai 2 hari. Larva rhabditiformis yang dikeluarkan tumbuh di dalam tinja dan/atau tanah (2),
dan sesudah 5-10 hari (dan dua kali pergantian kulit) mereka menjadi larva filariformis (tahap ketiga) yang infektif (3).
Larva yang infektif ini dapat bertahan selama 3-4 minggu dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan. Pada
kontak dengan hospes manusia, larva menembus kulit dan dibawa melalui vena ke jantung dan kemudian ke paru.
Mereka menembus ke alveoli paru, naik ke cabang bronkus ke faring, dan ditelan (4) Larva mencapai usus halus,
dimana mereka tinggal dan matang menjadi dewasa. Cacing dewasa hidup di lumen usus halus, dimana mereka
menempel ke dinding usus menyebabkan hospes kehilangan darah (5). Sebagian besar cacing dewasa dieliminasi
dalam waktu 1-2 tahun, tetapi dapat mencapai rekor beberapa tahun.
Sebagian larva A. duodenale setelah menembus kulit hospes, dapat menjadi dorman (dalam usus atau otot). Selain
itu, infeksi oleh A. duodenale mungkin dapat juga terjadi melalui oral dan “transmammary”. Meskipun demikian N.
americanus, membutuhkan fase migrasi melewati paru. CDC DPDx Parasite Image Library

Page 20 of 49
Gambar 12

Telur cacing tambang diperiksa pada sediaan basah (telur Ancylostoma duodenale dan Necator americanus tidak
dapat dibedakan secara morfologis). Karakteristik diagnostik: Ukuran 57-76 µm x 35-47 µm, bentuk oval atau ellips,
berdinding tipis. Embrio di B sudah memulai pembelahan selular dan pada awal tahap perkembangan (gastrulal).
CDC DPDx Parasite Image Library

Ancylostoma duodenale dewasa jantan dan betina © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical
parasitology collection. Used with permission

Page 21 of 49
Larva filariformis cacing tambang © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology
collection. Used with permission

Necator americanus dewasa betina ujung depan © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical
parasitology collection. Used with permission

Necator americanus dewasa, ujung belakang © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical
parasitology collection. Used with permission

Page 22 of 49
Necator americanus dewasa betina, ujung depan dan belakang © Dr Peter Darben, Queensland University of
Technology clinical parasitology collection. Used with permission

Telur cacing tambang © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology
collection. Used with permission

Gejala
Gejala infeksi cacing tambang bergantung pada tempat dimana cacing berada (Tabel 2)
dan beban yang diakibatkan oleh cacing. Infeksi yang ringan tidak dapat diketahui.

Tabel 2. Gambaran klinis dari penyakit cacing tambang

Tempat Gejala-gejala Patogenesis

Invasi kulit dan migrasi larva di bawah


Kulit Eritem lokal, makula, papul (sangat gagal)
kulit

Bronkitis, pneumonitis dan, kadang- Migrasi larva melalui paru, bronkus, dan
Paru
kadang, eosinophilia trakea

Saluran Anoreksia, nyeri epigastrium dan Penempelan cacing dewasa dan cedera
pencernaan perdarahan saluran pencernaan pada mukosa usus bagian atas

Defisiensi besi, anemia, hipoproteinemia,


Hematologi Kehilangan darah melalui usus
edema, gagal jantung

Page 23 of 49
Diagnosis
Diagnosis dilakukan dengan mengidentifikasi telur cacing tambang dalam sediaan tinja
segar atau yang diawetkan. Spesies cacing tambang tidak dapat dibedkan berdasarkan
morfologi telur.

Terapi dan pengendalian


Mebendazole, 200 mg, untuk dewasa dan 100 mg untuk anak-anak, selama 3 hari efektif.
Sanitasi adalah metode utama untuk pengendalian: pembuangan tinja yang baik dan
menghindari kontak dengan bahan-bahan yang terinfeksi tinja.

Dracunculus medinensis (cacing Guinea; fiery serpent of the Israelites)

Epidemiologi
Cacing Guinea diperkirakan menginfeksi sekitar 50 juta orang di Afrika Utara, Barat dan
Tengah, Asia Barat Daya, West Indies dan Afrika Selatan timur laut.

Morfologi
Cacing dewasa betina berukuran 50-120 cm x 1 m dan cacing jantang setengah ukuran
tersebut

Siklus hidup
Infeksi disebabkan oleh menelan air yang terkontaminasi dengan air flea (Cyclops) yang
terinfeksi larva. Larva rhabtidiformis menembus dinding saluran pencernaan manusia,
tinggal di jaringan penghubung longgar dan matang menjadi bentuk dewasa dalam waktu
10-12 minggu. Dalam waktu satu tahun, cacing betina dewasa pindah ke jaringan bawah
kulit dari organ yang secara normal kontak dengan air dan mengeluarkan larvanya ke air
(gambar 13). Larva diambil oleh Cyclops, dimana mereka berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu 2-3 minggu.

Page 24 of 49
Manusia terinfeksi dengan meminum air yang tidak disaring yang mengandung copepods (crustacea kecil) yang
terinfeksi oleh larva D. medinensis . Setelah ditelan, copepods mati dan mengeluarkan larva, yang menembus
lambung hospes dan dinding usus dan masuk ke rongga perut dan ruang retroperitoneal . Sesudah matang
menjadi dewasa dan melakukan kopulasi, cacing jantang mati dan cacing betina (panjang: 70 sampai 120 cm) pindah
ke dalam jaringan bawah kulit dekat permukaan kulit . Sekitar satu tahun sesudah infeksi, cacing betina
merangsang sebuah gelembung dalam kulit, umumnya pada bagian ekstremitas bawah sebelah distal, yang ruptur.
Ketika lesi ini kontak dengan air, sebuah hubungan yang dilakukan pasien untuk menyembuhkan rasa tidak enak
setempat tersebut, cacing betina keluar dan melepaskan larva . Larva di telan oleh copepod dan sesudah dua
minggu (dan dua kali pergantian kulit) berkembang menjadi larva infektif . Penelanan copepods menutup siklus
CDC DPDx Parasite Image Library

Gambar 13

A B
A, B: Cacing betina guinea merangsang gelembung yang nyeri (A); sesudah pecahnya gelembung tersebut, cacing
keluar sebagai filamen keputihan (B) di tengah dari ulkus yang nyeri yang mana sering timbul infeksi sekunder.
(Images contributed by Global 2000/The Carter Center, Atlanta, Georgia). CDC

Page 25 of 49
Cacing Dracunculus medinensis bergelung di tongkat. Cacing ini secara bertahap keluar dari tubuh dengan memutar
tongkat. CDC/Dr. Myron Schultz

Gejala
Jika cacing tidak mencapai kulit, dia akan mati dan menyebabkan reaksi ringan. Pada
jaringan superfisial, dia melepaskan zat toksik yang menyebabkan reaksi peradangan
lokal dalam bentuk gelembung yang nyeri, steril dengan eksudat berupa serum. Cacing
tinggal di terowongan bahwa kulit dengan ujung belakangnya berada di bawah
gelembung, yang mengandung cairan kuning jernih. Adanya terowongan ditandai dengan
rasa sakit dan pembengkakan. Kontaminasi gelembung menimbulkan abses, selulitis,
ulkus yang luas dan nekrosis.

Diagnosis
Diagnosis dibuat dari gelembung setempat, cacing atau larva. Kerangka cacing di bawah
kulit dapat ditampilkan dengan cahaya yang dipantulkan.

Terapi
Terapi termasuk mengeluarkan cacing guinea dewasa dengan memutarnya beberapa
sentimeter per hari atau lebih disukai dengan insisi multipel dibawah pembiusan lokal.
Metronidazol efektif membunuh cacing. Perlindungan air minum dari kontaminasi
dengan Cyclops dan larva merupakan cara pencegahan yang efektif.

Toxocara canis dan T. Catti (larva migran visceral)


Ini adalah cacing tambang pada anjing dan kucing tetapi mereka dapat menginfeksi
manusia dan menyebabkan kerusakan pada organ dalam. Telur dari tinja binatang yang
terinfeksi ditelan oleh manusia dan menetas di usus. Larva menembus mukosa, masuk ke
sirkulasi dan dibawa ke hati, paru, mata dan organ-organ lain dimana mereka
menyebabkan nekrosis peradangan. Gejala-gejala berhubungan dengan reaksi
peradangan pada tempat infeksi. Konsekuensi paling serius dari infeksi adalah
kehilangan penglihatan jika cacing berlokasi di mata. Terapi termasuk Mebendazole
untuk mengeliminasi cacing dan prednison untuk gejala peradangan. Menghindari anjing
dan kucing yang terkontaminasi merupakan pencegahan terbaik (gambar 14 dan 15)

Gambar 14

Page 26 of 49
Telur Toxocara canis. Telur-telur ini dikeluarkan dalam tinja anjing, khususnya tinja “puppies”. Manusia tidak
menghasilkan atau mengeluarkan telur, dan oleh karena itu telur bukan merupakan temuan diagnostik pada
toxocariasis manusia! Telur disebelah kiri dibuahi tetapi belum mengandung embrio, sementara telur disebelah kanan
mengandung larva yang berkembang sempurna. Telur yang terakhir akan infektif jika ditelan oleh manusia (biasanya
anak-anak). CDC DPDx Parasite Image Library

Telur Toxocara canis (cacing tambang anjing), mengandung embrio © Dr Peter Darben, Queensland University of
Technology clinical parasitology collection. Used with permission

Page 27 of 49
Gambar 15

Siklus hidup Toxocara


Toxocara canis menyelesaikan siklus hidupnya dalam tubuh anjing, manusia mendapatkan infeksi ini sebagai hospes
yang tidak sengaja. Setelah ditelan oleh anjing, telur yang infektif mengeluarkan larva yang menembus dinding
lambung dan bermigrasi ke berbagai jaringan, dimana mereka membentuk kista jika anjing lebih tua dari 5 minggu.
Pada anjing yang lebih muda, larva bermigrasi melalui paru, cabang bronkus, dan esofagus; cacing dewasa
berkembang dan meletakkan telurnya di usus halus. Pada anjing yang lebih tua, tahap pembentukan kista diaktivasi
kembali selama kehamilan, dan menginfeksi melalui rute transplasenta dan transmammary pada puppies. Manusia
adalah hospes paratenik yang menjadi terinfeksi dengan menelan telur yang infektif dalam tanah yang terkontaminasi.
Sesudah ditelan, telur mengeluarkan larva yang menembus dinding usus dan dibawa oleh sirkulasi ke berbagai
jaringan (hati, jantung, paru, otot, mata). Ketika larva tidak menjalani perkembangan lebih lanjut di tempat ini, mereka
dapat menyebabkan reaksi lokal yang berat yang menjadi dasar dari toxocariasis. CDC

Page 28 of 49
Ancylostoma braziliensis (larva yang bermigrasi di kulit, creeping eruption)
Creeping eruption adalah sering terjadi di negara-negara tropis dan subtropis dan di
Amerika terutama disepanjang negara-negara gurun pasir dan Atlantik selatan. Bentuk
cacing tambang pada anjing dan kucing tetapi larva filariformis pada tinja binatang dapat
menginfeksi manusia dan menyebabkan erupsi kulit. Sejak larva memiliki
kecenderungan untuk bergerak-gerak, erupsi berpindah dalam kulit disekitar tempat
infeksi. Gejala berlangsung selama keberadaan larva yang bervariasi dari 2-10 minggu.
Infeksi ringan dapat diobati dengan membekukan daerah yang terlibat. Infeksi yang lebih
berat diobati dengan Mebendazole. Infeksi dapat dicegah dengan menyingkirkan air dan
tanah yang terkontaminasi dengan tinja yang terinfeksi (gambar 16 dan 12)

Gambar 16

Ancylostoma brasiliense dewasa jantan dan betina. © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical
parasitology collection. Used with permission

A B

Telur cacing tambang diperiksa pada sediaan basah (telur Ancylostoma duodenale dan Necator americanus tidak
dapat dibedakan secara morfologis) Karakteristik diagnostik: Ukurannya: 57-76 µm x 35-47 µm, berbentuk oval atau
ellips, berdinding tipis. Embrio pada gambar B telah memulai pembelahan selular dan sedang dalam tahap
perkembangan (gastrula). CDC DPDx Parasite Image Library

Gambar 17 (sama dengan Gambar 11)

Page 29 of 49
CACING DARAH DAN JARINGAN
Parasit darah dan jaringan yang utama pada manusia adalah mikrofilaria. Termasuk di
dalamnya Wuchereria bancrofti dan W. (Brugia) Malayi, Onchocerca volvulus, dan Loa
loa (cacing mata).

Wuchereria bancrofti dan W. (Brugia) malayi (kaki gajah = elephantiasis)

Epidemiologi
W. bancrofti (gambar 18) adalah patogen manusia dan tersebut di daerah tropis di
seluruh dunia, sedangkan B. malayi (gambar 19) menginfeksi sejumlah binatang liar dan
peliharaan dan terbatas di Asia Tenggara. Nyamuk adalah vektor untuk kedua parasit ini.

Morfologi
Kedua organisme ini sangat mirip dalam morfologi dan penyakit yang mereka sebabkan
(gambar 18 dan 19). Cacing betina dewasa W. bancrofti yang ditemukan dalam kelenjar
getah bening dan saluran getah bening berukuran 10 cm x 250 mikrometer dimana
cacing jantan hanya setengah dari ukuran tersebut. Mikrofilaria yang ditemukan dalam
darah hanya berukuran 260 mikrometer x 10 mikrometer. Cacing dewasa B. malayi
hanya setengah dari ukuran W. bancrofti tetapi mikrofilaria mereka hanya sedikit lebih
kecil dibandingkan dengan W. bancrofti.

Siklus Hidup
Larva filariformis masuk ke tubuh manusia ketika nyamuk menggigit dan larva tersebut
bermigrasi ke berbagai organ. Disana, mereka mungkin membutuhkan waktu sampai
satu tahun untuk matang dan menghasilkan mikrofilaria yang bermigrasi ke limfatik
(gambar 19) dan, pada waktu malam, memasuki sirkulasi darah. Nyamuk diinfeksi ketika
mengisap darah. Mikrofilaria tumbuh 4 sampai 5 kali di dalam tubuh nyamuk dan
menjadi infektif bagi manusia.

Page 30 of 49
Gambar 18

A
Spesies yang berbeda dari genus-genus dari nyamuk berikut ini adalah vektor dari filariasis yang diakibatkan oleh W.
bancrofti bergantung pada distribusi geografis. Diantara mereka adalah: Culex (C. annulirostris, C. bitaeniorhynchus,
C. quinquefasciatus, and C. pipiens); Anopheles (A. arabinensis, A. bancroftii, A. farauti, A. funestus, A. gambiae, A.
koliensis, A. melas, A. merus, A. punctulatus and A. wellcomei); Aedes (A. aegypti, A. aquasalis, A. bellator, A. cooki,
A. darlingi, A. kochi, A. polynesiensis, A. pseudoscutellaris, A. rotumae, A. scapularis, and A. vigilax); Mansonia (M.
pseudotitillans, M. uniformis); Coquillettidia (C. juxtamansonia). Selama mengisap darah, nyamuk yang terinfeksi
membawa larva filaria tahap ketiga ke kulit dari hospes manusia, dimana mereka menembus ke dalam luka gigitan.
. Mereka berkembang menjadi dewasa yang umumnya tinggal di limfatik . Cacing betina panjangnya 80-100 mm
dan diameternya 0,24 sampai 30 mm, sementara cacing jantan berukuran sekitar 40 mm x 1 mm. Cacing dewasa
menghasilkan mikrofilaria berukuran 244-296 μm x 7.5-10 μm, yang berselubung dan memiliki periodisitas nokturnal,
kecuali mikrofilaria Pasifik Selatan yang tidak memiliki periodisitas tersebut. Mikrofilaria bermigrasi ke limfe dan
pembuluh darah bergerak secara aktif melalui limfe dan darah . Seekor nyamuk menelan mikrofilaria selama
menghisap darah . Sesudah dicerna, mikrofilaria kehilangan selubung mereka dan sebagian dari mereka melalui
dinding proventriculus dan bagian jantung dari lambung tengah nyamuk dan mencapai otot thoraks . Disana
mikrofilaria berkembang menjadi larva tahap pertama dan kemudian menjadi larva tahap ketiga yang infektif .
Larva tahap ketiga yang infektif bermigrasi melalui rongga tubuh ke prosbocis nyamuk dan dapat menginfeksi
manusia lain ketika nyamuk menghisap darah . CDC DPDx Parasite Image Library

Page 31 of 49
B
Mikrofilaria Wuchereria bancrofti, dari seorang pasien di Haiti. Apusan darah tebal dengan hematoxylin. Mikrofilaria
berselubung, tubuhnya berbentuk kurva, dan ekornya menyempit sampai ke satu titik. The nuclear column (sel yang
terdiri dari badan dari mikrofilaria) di paket secara renggang, sel dapat dilihat secara individual dan tidak sampai
memanjang sampai ke ujung ekor. Selubung terwarnai secara ringan dengan hematoxylin. CDC DPDx Parasite Image
Library

C
Mikrofilaria Wuchereria bancrofti dikumpulkan dengan filtrasi dengan membran nukleopore. Pewarnaan Giemsa, yang
tidak menunjukkan selubung dari selubung spesies ini (pewarnaan hematoxylin akan mewarnai selubung secara
ringan). Lubang membran dapat dilihat. CDC DPDx Parasite Image Library

Gambar 19

A
Mikrofilaria Brugia malayi. Apusan darah tebal, pewarnaan hematoxylin. Seperti Wuchereria bancrofti, spesies ini
mempunyai selubung (diwarnai tipis dalam hematoxylin). Berbeda dari Wuchereria, mikrofilaria dalam spesies ini
spiralnya lebih rapat, dan “nuclear column” telah rapat paketnya, mencegah visualisasi dari masing-masing sel. CDC
DPDx Parasite Image Library

Page 32 of 49
B
Detil dari mikrofilaria Brugia malayi menunjukkan ekor yang menyempit, dengan nuklei subterminal dan terminal
(terlihat sebagai pembengkakan pada panah), dipisahkan oleh sebuah gap tanpa nuklei. Ini adalah karakteristik dari
B. malayi. CDC DPDx Parasite Image Library

C
Wuchereria bancrofti dewasa pada potongan kelenjar getah bening (H&E) © Dr Peter Darben, Queensland University
of Technology clinical parasitology collection. Used with permission

D
Mikrofilaria Wuchereria bancrofti di darah tepi, pewarnaan giemsa © Dr Peter Darben, Queensland University of
Technology clinical parasitology collection. Used with permission

Page 33 of 49
E
Vektor yang khas untuk filariasis akibat Brugia malayi adalah spesies nyamuk dan genus Mansonia dan Aedes.
Selama menghisap darah, nyamuk yang terinfeksi memasukkan larva filarial tahap ketiga ke kulit hospes manusia,
dimana mereka menembus ke dalam luka gigitan . Mereka berkembang menjadi dewasa yang biasanya tinggal di
limfatik . Cacing dewasa menyerupai Wuchereria bancrofti tetapi lebih kecil. Cacing betina panjangnya 43-55 mm
dan lebarnya 130-170 μm, dan cacing dewasa panjangnya 13-23 mm dan lebarnya 70-80 μm. Cacing dewasa
menghasilkan mikrofilaria, berukuran panjang 177-230 μm dan lebar 5-7 μm, yang terbungkus dan mempunyai
periodisitas nocturnal. Mikrofilaria bermigrasi ke limfe dan memasuki aliran darah mencapai darah perifer . Seekor
nyamuk menelan mikrofilaria ketika menghisap darah . Sesudah di telan, mikrofilaria kehilangan selubung mereka
dan menembus proventrikulus dan bagian jantung dari lambung tengah untuk mencapai otot thoraks. . Disana
mikrofilaria berkembang menjadi larva tahap pertama dan kemudian menjadi larva tahap ketiga . Larva tahap
ketiga bermigrasi melalui rongga tubuh ke prosbocis nyamuk dan dapat menginfeksi manusia lain ketika nyamuk
menghisap darah . CDC DPDx Parasite Image Library

Gambar 20

Elephantiasis pada tungkai bawah karena filariasis. Luzon, Philippines. CDC

Page 34 of 49
Limfangitis skrotum karena filariasis CDC

Pembesaran nodus limfe Inguinal akibat filariasis. CDC

Histopatologi menunjukkan potongan dari cacing Dirofilaria dalam mata. CDC

Page 35 of 49
Kepala desa yang sudah tua melepaskan bajunya sebelum mandi. Dia memiliki elephantiasis pada tungkai kiri,
hidrokel besar, kulit leopard dan nodul onchocerciasis secara jelas dilihat pada badannya WHO/TDR/Crump

Kepala desa yang sudah tua melepaskan bajunya sebelum mandi. Dia memiliki elephantiasis pada tungkai kiri,
hidrokel besar, kulit leopard dan nodul onchocerciasis secara jelas dilihat pada badannya WHO/TDR/Crump

Page 36 of 49
Kepala desa yang sudah tua duduk membasahi dirinya diluar rumah dengan air dalam baskom. Dia menderita
elephantiasis dari tungkai kiri, hidrokel besar, kulit leopard pada nodul onchocerciasis. WHO/TDR/Crump

Page 37 of 49
Kepala desa yang sudah tua duduk membasahi dirinya diluar rumah dengan air dalam baskom. Dia menderita
elephantiasis dari tungkai kiri, hidrokel besar, kulit leopard pada nodul onchocerciasis. WHO/TDR/Crump

Page 38 of 49
Seorang tua dengan hidrokel, elephantiasis tungkai, buah zakar yang menggantung, kulit leopard dan nodul
onchocerciasis. WHO/TDR/Crump

Page 39 of 49
Seorang tua dengan hidrokel, elephantiasis dari tungkai, buah zakar yang menggantung dan kulit seperti leopard.
WHO/TDR/Crump

Kaki penduduk desa pria menunjukkan elephantiasis dan lesi kulit tungkai bawah kiri dan kaki WHO/TDR/Crump

Page 40 of 49
Wanita ini menderita elephantiasis pada tungkai kanan dan edema pada kaki kiri. WHO/TDR/Crump

Gejala-gejala
Gejala-gejala termasuk limfadenitis dan demam tinggi yang berulang setiap 8-10
minggu, yang berakhir 3 sampai 7 hari. Ada limfadenitis prograsif yang berhubungan
dengan respon peradangan terhadap keberadaan parasit dalam saluran limfe dan jaringan.
Ketika cacing mati, reaksi berlanjut dan menghasilkan granuloma fibrin yang
berkembang dengan cepat yang menghambat saluran limfe dan menyebabkan limfedema
dan elephantiasis (gambar 20). Kulit yang teregang rentan terhadap cedera trauma dan
infeksi. Mikrofilaria menyebabkan eosinofilia dan splenomegali. Tidak semua infeksi
menyebabkan elephantiasis. Prognosis, dengan ketiadaan elephantiasis, adalah baik.

Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada riwayat gigitan nyamuk di daerah endemis, temuan klinis dan
keberadaan dari mikrofilaria dalam darah sampel yang dikumpulkan pada malam hari.

Terapi dan Pengendalian

Page 41 of 49
Diethylcarbamazine dengan cepat membunuh cacing dewasa atau mensterilkan cacing
jantan. Diberikan 2 mg/kg secara oral selama 14 hari. Steroid membantu menyembuhkan
gejala peradangan. Iklim yang lebih dingin mengurangi reaksi peradangan.

Onchocerca volvulus (Blinding filariasis; river blindness)

Epidemiologi
Onchocerciasis banyak ditemukan di bagian selatan, tengah dan barat Afrika, dimana
penyakit merupakan penyebab utama dari kebutaan. Di Amerika, ditemukan di
Guatemala, Mexico, Colombia dan Venezuela. Penyakit ini terbatas pada masyarakat
dataran rendah dengan aliran kecil yang mengalir cepat dimana lalat hitam berkembang
biak. Manusia adalah hospes satu-satunya.

Morfologi
Onchocerca betina dewasa berukuran 50 cm x 300 mikrometer, cacing jantang lebih
kecil. Larva infektif dari O. volvulus berukuran 500 mikrometer x 25 mikrometer
(gambar 21)

Gambar 21

Mikrofilaria Onchocerca volvulus, dari potongan kulit dari seorang pasien di Guatemala. Sediaan basah. Sebagian
karakteristik penting dari mikrofilaria dari spesies ini diperlihatkan disini: tidak ada selubung, ekornya menyempit dan
secara tajam berbentuk sudut pada ujungnya. CDC DPDx Parasite Image Library

Page 42 of 49
Onchocerca volvulus. CDC/Dr. Lee Moore

Ujung posterior Onchocerca volvulus. CDC/Dr. Lee Moore

Page 43 of 49
Wajah dari seorang pasien laki-laki buta dalam onchocerciasis ward. WHO/TDR/Crump

Onchocerca volvulus dewasa dalam potongan tumor (H&E) © Dr Peter Darben, Queensland University of
Technology clinical parasitology collection. Used with permission

Histopatologi dari nodul Onchocerca volvulus. Onchocerciasis. CDC/Dr. Mae Melvin

Page 44 of 49
Seorang tua, buta akibat onchocerciasis. WHO/TDR/Crump

Siklus Hidup Onchocerca volvulus.


Ketika menghisap darah, lalat hitam yang teinfeksi (genus Simulium) memasukkan larva filarial tahap ketiga ke kulit
dari hospes manusia, dimana mereka menembus ke dalam luka gigitan . Di jaringan bawah kulit larva
berkembang menjadi filarial dewasa, yang biasanya tinggal di nodul di jaringan penghubung bawah kulit . Cacing
dewasa dapat hidup sekitar 15 tahun. Sebagian nodul mungkin mengandung cacing jantan dan betina. Cacing betina
panjangnya 33-50 cm dan diameternya 270-400 μm, sementara itu cacing jantan berukuran 19-42 mm x 130-210
μm. Dalam nodul bawah kulit, cacing betina mampu menghasilan mikrofilaria selama 9 tahun. Mikrofilaria berukuran
220-360 µm x 5-9 µm dan tidak memiliki selubung, memiliki panjang umur yang dapat mencapai 2 tahun. Mereka
kadang-kadang ditemukan dalam darah perifer, urin, dan sputum, tetapi khasnya ditemukan dalam kulit dan jaringan
penghubung bawah kulit . Lalat hitam menelan mikrofilaria ketika menghisap darah . Sesudah menelan,
mikrofilaria bermigrasi dari lambung tengah lalat hitam melalui rongga tubuh ke otot dada . Di sana mikrofilaria
berkembang menjadi larva tahap pertama dan selanjutnya menjadi larva infektif tahap ketiga . Larva infektif

Page 45 of 49
tahap ketiga bermigrasi ke proboscis lalat hitam dan dapat menginfeksi manusia lain ketika lalat menghisap darah
. CDC DPDx Parasite Image Library

Siklus Hidup
Larva infektif disuntukkan ke dalam kulit manusia oleh lalat hitam betina (Simulium
damnosum) dimana mereka berkemang menjadi cacing dewasa dalam waktu 8-10 bulan.
Cacing dewasa biasanya berupa kelompok cacing yang berbentuk spiral (2-3 betina dan
1-2 jantan). Betina yang hamil mengeluarkan larva mikrofilaria, yang biasanya
disebarkan ke kulit. Mereka diambil oleh lalat hitam ketika mengisap darah. Larva
bermigrasi dari lambung lalat hitam ke otot dada dimana mereka berkembang menjadi
larva infektif dalam waktu 6-8 hari. Larva ini bermigrasi ke kepala lalat dan kemudian
ditularkan ke hospes kedua.

Gejala-gejala
Onchocerciasis menghasilkan lesi nodular dan eritematosa pada kulit dan jaringan bawah
kulit karena respon peradangan kronik akibat infeksi cacing yang sering terjadi. Selama
masa inkubasi 10-12 bulan, ditemukan eosinophilia dan urtikaria. Keterlibatan mata
berupa terperangkapnya mikrofilaria di kornea, koroid, iris dan kamar depan,
mengakibatkan fotofobia, lakrimasi dan kebutaan (gambar 21)

Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada gejala, riwayat paparan terhadap lalat hitam dan keberadaan
mikrofilaria dalam nodul.

Terapi dan Pengendalian


Dietilkarbamazin efektif dalam membunuh cacing. Kerusakan dari mikrofilaria
menyebabkan reaksi alergi yang ekstrim yang dapat dikendalikan dengan kortikosteroid.
Upaya pencegahan diantaranya pengendalian vector, pengobatan individu yang terinfeksi
dan menghindari lalat hitam.

Loa loa (cacing mata)


Loasis terbatas pada daerah hutan hujan ekuatorial Afrika. Angka kejadian pada daerah
endemis sangat bervariasi (8-75 persen). Betina, yang lebih besar, berukuran 60 mm x
500 mikrometer; jantan berukuran 35 mm x 300 mikrometer (gambar 22). Mikrofilaria
yang bersirkulasi berukuran 300 mikrometer x 7 mikrometer; larva infektif dalam lalat
berukuran 200 mikrometer x 30 mikrometer. Siklus hidup dari Loa loa (gambar 23) sama
dengan onchocerca kecuali bahwa vector bagi cacing ini adalah lalat rusa. Infeksi
menyebabkan pembengkakan bawah kulit (Calabar), berdiameter 5-10 cm, ditandai
dengan eritem dan angioderma, biasanya pada ekstremitas. Organisme bermigrasi ke
bawah kulit dengan kecepatan satu inchi setiap satu menit. Akibatnya, pembengkakan
tampak secara spontan, bertahan selama 4-7 hari dan menghilang, dan dikenal sebagai
pembengkakan Calabar. Cacing biasanya tidak menyebabkan masalah yang serius,
kecuali ketika melalui konjungtiva mata atau jembatan hidung. Diagnosis didasarkan
pada gejala, riwayat dari gigitan lalat rusa dan adanya eosinophilia. Penyembuhan dari
cacing dari konjungtiva dapat dilakukan. Terapi dan pengendalian sama dengan
onchocerciasis.

Page 46 of 49
Gambar 22

Ujung posterior Loa loa. CDC/Dr. Lee Moore

Loa loa, agen dari filariasis. Anterior end. CDC/Dr. Lee Moore

Page 47 of 49
Mikrofilaria dari Loa loa (kanan) dan Mansonella perstans (kiri). Pasien ditemukan di Cameroon. Apusan darah tebal
yang diwarnai dengan hematoxylin. Loa-loa memiliki selubung, dengan kolumna nuclei yang relative padat; ekornya
menyempit dan sering kali berbentuk spiral, dan nuclei memanjang sampai ujung ekor. Mansonella perstans lebih
kecil, tidak ada selubuh, dan memiliki ekor yang tidak tajam dengan nuclei memanjang sampai ujung ekor. CDC

Gambar 23

Vektor filariasis Loa loa adalah lalat dari dua spesies dari genus Chrysops, C. silacea dan C. dimidiata. Ketika
menghisap darah, lalat yang terinfeksi (genus Chrysops, lalat yang menggigit disiang hari) memasukkan larva tahap
ketiga ke dalam kulit dari hospes manusia, dimana mereka menembus ke dalam luka gigitan . Larva berkembang
menjadi dewasa yang umumnya menempati jaringan bawah kulit . Cacing betina panjangnya 40-70 mm dan
diameternya 0.5 mm, sementara yang jantan panjangnya 30-34 mm dan diameternya 0.35-0.43 mm. Cacing dewasa
menghasilkan mikrofilaria berukuran 250-300 μm x 6-8 μm, yang terbungkus dan memiliki periodisitas diurnal.
Mikrofilaia ditemukan di cairan spinal, urin dan sputum. Selama siang hari mereka ditemukan dalam darah perifer,
tetapi selama fase nonsirkulasi, mereka ditemukan di paru-paru . Lalat menelan mikrofilaria ketika menghisap
darah . Sesudah ditelan, mikrofilaria kehilangan selubungnya dan bermigrasi dari lambung tengah lalat melalui
rongga tubuh ke otot dada dari artropoda . Disana mikrofilaria berkembang menjadi larva tahap pertama dan
selanjutnya menjadi larva tahap ketiga . Larva tahap ketiga yang infektif bermigrasi ke proboscis lalat dan
dapat menginfeksi manusia lain ketika lalat tersebut menghisap darah . CDC DPDx Parasite Image Library

Page 48 of 49
Ringkasan

Organisme Penularan Gejala-gejala Diagnosis Terapi

Ascaris Nyeri perut, kehilangan berat Tinja: telur oval kortikoid


Oro-fecal Mebendazole
lumbricoides badan, perut kembung (40-70x35-50 μm)

Bergantung pada lokasi cacing


dan bebannya: gastroenteritis; Riwayat penyakit,
Daging babi Kortikosteroid
Trichinella edema, nyeri otot, spasme; eosinophilia, biopsy otot,
yang setengah dan
spiralis eosinophilia, takikardia, demam,
matang serologi Mebendazole
menggigil, sakit kepala vertigo,
delirium, koma, dan lain-lain.

Trichuris Nyeri perut, diare berdarah, Tinja: telur berbentuk lemon


Oro-fecal Mebendazole
trichiura prolaps rectum (50-55 x 20-25μm)

Tinja: telur yang Pyrental


Gatal di sekitar anus, nyeri
Enterobius mengandung embryo
Oro-fecal perut jarang terjadi, mual, pamoate atau
vermicularis (60x27 μm), datar pada satu
muntah Mebendazole
sisinya

Gatal pada tempat infeksi,


kemerahan akibat migrasi larva,
Strongyloides Tanah-kulit, pneumonia akibat cacing, nyeri Tinja: larva rhabditiform Ivermectin atau
stercoralis autoinfeksi ulu hati, mual, muntah, disentri (250x 20-25μm) Thiabendazole
berdarah, kehilangan berat
badan dan anemia

Necator
americanes; Eritema makulopapular (ground
Ancylostoma Oro-fecal
itch), broncho-pneumonitis, Tinja: telur oval
duodenale (telur);
nyeri epigastrium, perdarah tersegmentasi (60 x 30 20- Mebendazole
penetrasi kulit
saluran pencernaan, anemia, 25μm)
(larva)
(Cacing edema
tambang)

Dracunculus Oral: cyclops Kulit yang sangat panas, iritasi,


Pemeriksaan fisik Mebendazole
medinensis dalam air peradangan

Wuchereria
bancrofti; W. Riwayat penyakit,
Demam berulang, limfadenitis, Mebendazole;
brugia malayi pemeriksaan fisik,
Gigitan nyamuk splenomegali, limfedema, Diethyl-
mikrofilaria dalam darah
elephantiasis carbamazine
(sample malam hari)
(elephantiasis)

Riwayat penyakit,
Mebendazole;
Onchocerca Gigitan lalat Nodul dan lesi kulit kemerahan, pemeriksaan fisik,
Diethyl-
volvulus hitam eosinophilia, urtikaria, kebutaan mikrofilaria dalam aspirasi
carbamazine
nodul

Sama dengan
Loa loa Lalat rusa Seperti pada onchocerciasis Seperti pada onchocerciasis
diatas

Page 49 of 49

You might also like