You are on page 1of 8

KASUS MALPRAKTEK DI DUNIA KEDOKTERAN

Posted by Mimin-ATN on 11:16 AM

Di Indonesia kasus malpraktik di rumah sakit seringkali kita dengar. Baru-baru ini
bahkan seorang ibu dijebloskan ke penjara karena mempublikasikan kasus malpraktik
yang dialaminya ke internet. Ternyata tidak hanya di Indonesia, bahkan di negara
maju seperti Amerika pun kasus-kasus malpraktik di dunia kedokteran ini juga pernah
terjadi. Namanya juga manusia, tempatnya salah, tapi demi keadilan harus ada
kompensasi untuk korban malpraktik ini, bukan malahan dituntut karena alasan
pencemaran nama baik segala.

• Klinik Inseminasi yang Salah Menggunakan Sperma

Saat Nancy Andrews, warga Commack, New York, hamil setelah mengikuti
program vitro fertilization, pasangan suami istri ini sama sekali tidak menduga
bahwa anak yang dilahirkannya memiliki kulit dengan warna gelap yang sama
sekali tidak ada kaitannya dengan ciri fisik mereka. Dari test DNA yang
kemudian dilakukan diperkirakan telah terjadi kesalahan dimana para dokter di
New York Medical Services for Reproductive Medicine secara tidak sengaja
menggunakan sperma dari laki-laki lain yang bukan milik suaminya dan
kemudian diensiminasi ke sel telur Nancy. Pasangan ini tetap membesarkan sang
bayi Jessica yang lahir pada tanggal 19 Oktober 2004 seperti layaknya darah
dagingnya sendiri meski secara genetis telah terjadi kesalahan. Meskipun
demikian pasangan ini tetap memperkarakan pemilik klinik tersebut atas kejadian
yang tergolong malpraktik ini ke pengadilan. Nggak kebayang, ikut program bayi
tabung, terus ternyata (misalnya) anak yang lahir kulitnya item, rambutnya
keriting, padahal babe sama emaknya gak ada yang kulitnya item, apalagi
keriting. Gimana tuh perasaanya? Hehe...
• Cangkok Jantung dan Paru-paru yang Salah

Jésica Santillán, 17 tahun, meninggal 2 minggu setelah menjalani cangkok


jantung dan paru-paru yang berasal dari pasien yang golongan darahnya tidak
sama dengannya. Tim dokter di Duke University Medical Center gagal dalam
memeriksa kecocokan darah sebelum operasi dilakukan. Setelah sekian detik
operasi transplantasi untuk mencoba membalikkan keadaan karena kesalahan fatal
itu, Jésica mengalami gagal otak dan komplikasi yang membawanya ke kematian.

Jésica, imigran asal Mexico, tiba di Amerika Serikat tiga tahun sebelum menjalani
pengobatan penyakit jantung untuk mempertahankan hidupnya. Dengan
transplantasi jantung dan paru-paru di Duke University Hospital, Durham, N.C.,
alih-alih memperbaiki kondisinya, yang terjadi justru keadaan menjadi bertambah
buruk. Jésica, yang bergolongan darah O, malah menerima organ dari donor yang
bergolongan darah A.
Kesalahan fatal ini membuatnya dalam kondisi koma, dan meninggal ketika usaha
para dokter untuk berusaha menggantikannya dengan organ yang kompatibel
gagal. Rumah sakit mengklaim telah terjadi human-error yang mengakibatkan
kematian Jesica, selain prosedur yang cacat untuk memastikan kompatibilitas
transplantasi organ. Setelah itu diberitakan telah terjadi kesepakatan tertutup
antara rumah sakit dan keluarga soal ini. Tidak seorangpun, baik dari pihak
keluarga atau rumah sakit yang mau memberikan komentar atas kasus ini.
• Testikel yang Berharga US $200.000 Dollar (2,2 Miliar Rupiah)

Satu lagi kesalahan fatal di meja operasi, ketika para ahli bedah keliru membuang
testikel sebelah kanan yang masih sehat dari seorang veteran Angkatan Udara AS
Benjamin Houghton (47 tahun). Pasien ini mengeluh sakit dan pengecilan testikel
sebelah kirinya. Lalu para dokter memutuskan untuk menjadualkan operasi
pembedahan untuk membuang testikel yang bermasalah tersebut karena khawatir
akan timbulnya kanker. Kesalahan-kesalahan terjadi sejak dari proses formulir
perijinan hingga kegagalan personil medis untuk menentukan sisi pembedahan
sebelum prosedur operasi dilaksanakan. Kesalahan yang terjadi di West Los
Angeles VA Medical Center ini membawa pada tuntutan hukum atas rumah sakit
yang diajukan oleh Houghton dan istrinya. Beuh, masih untung cuma testikel,
gimana coba kalo yang diangkat testisnya? Alamak...

• Prosedur Invasive Jantung Terbuka... Tapi Salah Pasien...

Joan Morris (nama samaran), seorang nenek berusia 67 tahun, diminta bantuannya
dalam suatu pembelajaran di rumah sakit untuk cerebral angiography (ilmu
mengenai darah pada otak). Sehari setelahnya, secara tidak sengaja dia "terpaksa"
dijadikan objek studi mengenai invasive cardiac electrophysiology.
Setelah sesi angiography, pasien ini dipindahkan ke ruangan yang lain yang
bukan merupakan ruangan asalnya. Kesalahan yang "direncanakan" terjadi
keesokan harinya saat paginya pasien ini dibawa untuk suatu prosedur jantung
terbuka. Dia berada di atas meja operasi yang mestinya bukan untuk dia selama
satu jam. Para dokter membuat irisan pada pangkal pahanya, menusuk sebuah
arterinya, menyambungnya ke sebuah pipa pembuluh lalu ke atas ke jantungnya
(suatu prosedur yang mengakibatkan resiko tinggi terjadinya pendarahan, infeksi,
serangan jantung, dan stroke). Kemudian tiba-tiba telepon berdering, dan seorang
dokter dari bagian lain bertanya "Apa yang kalian lakukan dengann pasienku?"
Tidak ada yang salah dengan jantungnya. Kardiologis yang melakukan prosedur
itu mencek data wanita itu dan baru menyadari kesalahan fatal telah terjadi. Studi
itu langsung distop, setelah rekondisi wanita malang itu akhirnya dikembalikan ke
kamar asalnya, beruntungya, dalam kondisi yang masih stabil.

• Suvenir Sepanjang 13 Inch

Donald Church, 49 tahun, mempunyai tumor di perutnya saat ia tiba di University


of Washington Medical Center di Seattle pada bulan Juni 2000. Setelah
meninggalkan rumah sakit itu, tumornya hilang - tapi satu alat operasi (retractor)
malah menggantikan tempat tumornya. Ternyata dokter yang menanganinya
secara tidak sengaja meninggalkan retractor sepanjang 13 inch di perutnya. Hal
ini bukan kejadian yang pertama terjadi di klinik itu. Empat kasus yang sama
pernah terjadi di klinik yang sama antara tahun 1997 dan 2000. Masih untung,
ahli bedah masih bisa mengambil lagi retraktor yang ketinggalan itu segera
setelah diketahui. Akibat dari peristiwa ini, Church mengalami konsekuensi
gangguan fungsi perutnya. Klinik tersebut akhirnya setuju membayar Church
sebesar US $97.000 (1 miliar rupiah) sebagai kompensasinya.

• Rumah Sakit Salah Posisi Operasi Otak...Untuk Ketiga Kalinya dalam


Setahun
Untuk ketiga kalinya dalam tahun yang sama, dokter-dokter di Rhode Island
Hospital melakukan operasi pada sisi kepala yang salah pada pasien-pasiennya.
Yang terakhir terjadi pada tanggal 23 November 2007. Seorang nenek berusia 82
tahun membutuhkan operasi untuk menghentikan pendarahan di antara otaknya
dan tengkorak kepalanya. Seorang ahli bedah syaraf di rumah sakit itu mulai
melakukan pembedahan dengan membuat lubang pada bagian sisi kanan kepala
pasien, meski sebenarnya hasil CT scan memperlihatkan bahwa pendarahan
terjadi pada bagian sisi kiri, menurut laporan media lokal. Beruntung dokter
bedah ini segera menyadari kesalahannya dan segera menutup kembali lubang
operasi yang salah dan melakukannya kembali pada sisi kiri kepala pasien.
Kondisi pasien dilaporkan stabil pada hari Minggunya.
Kasus yang sama disebut-sebut juga terjadi pada bulan Februari, dimana seorang
dokter yang lain juga melakukan operasi pada sisi kepala yang salah. Dan pada
Agustus, lagi-lagi seorang kakek berusia 86 thaun menjadi korbannya, setelah
nyawanya tidak terselamatkan akibat operasi pada kepalanya, tapi pada sisi yang
salah dari kepalanya.

• Dokter yang Mengamputasi Kaki yang Salah


Mungkin kasus yang satu ini adalah kasus malpraktik yang paling banyak
dipulikasikan. Seorang dokter di Tampa (Florida) melakukan kesalahan dengan
mengamputasi kaki yang salah terhadap pasiennya, Willie King (52 tahun), pada
bulan Februari 1995.
Pada akhirnya diketahui telah terjadi rangkaian kesalahan sebelum proses
amputasi pada kaki yang salah itu. Saat tim operasi bedah menyadari kesalahan
mereka semuanya sudah terlambat, kaki yang seharusnya masih sehat terlanjur
dipotong! Akibat dari peristiwa ini ijin ahli bedah di rumah sakit itu di cabut
untuk waktu 6 bulan dan didenda sebesar US $10.000 dollar (100 juta lebih).
University Community Hospital, rumah sakit dimana operasi dilakukan
membayar US $900.000 dollar (hampir 1 milyar) pada King sebagai kompensasi
dan dokter-dokter yang terlibat di operasi itu turut "menyumbang" US $250.000
(lebih dari 250 juta).

Ginjal Sehat yang Tidak Sengaja Dibuang

Di St. Louis Park, Minnesota, seorang pasien dirujuk ke Park Nicollet Methodist
Hospital untuk dibuang salah satu ginjalnya yang rusak akibat tumor yang diduga
merupakan sel-sel kanker. Tapi yang terjadi kemudian, justru yang dibuang
adalah ginjal yang sehat!
"Hal ini baru disadari keesokan harinya setelah operasi, saat patologis yang
meneliti sampel ginjal tersebut tidak menemukan kerusakan apapun padanya."
ujar Samuel Carlson, M.D. dan pejabat di Park Nicollet. Ginjal yang diduga
potensial diserang kanker justru masih tertinggal di tempatnya dan masih
berfungsi. Demi privasi dan permintaan keluarga, tidak ada detil laporan
mengenai pasien ini yang dipublikasikan.

• Terbangun Saat Operasi Membuatnya Bunuh Diri

Keluarga dari seseorang di West Virginia mengklaim telah terjadi pembiusan


yang tidak cukup saat proses operasi dan mengakibatkan sang pasien bisa
merasakan setiap irisan dari pisau bedah dan menjadikannya trauma berat.
Trauma ini menurut keluarga itu membuat pasien itu melakukan bunuh diri dua
minggu kemudian.
Sherman Sizemore dikirim ke Raleigh General Hospital di Beckley, W.Va., pada
tanggal 29 Januari 2006 untuk dilakukan tindakan operasi berkenaan dengan rasa
sakit di perutnya. Tapi, saat operasi dilakukan, pasien ini dilaporkan mengalami
fenomena dimana yang dkenal dengan nama anesthetic awareness atau kesadaran
selama pembiusan, yang membuat pasien bisa merasakan sakit atau
ketidaknyamanan selama operasi berlangsung, sementara dia sendiri tidak bisa
bergerak atau melakukan komunikasi dengan dokternya. Menurut komplain yang
diajukan, anesthesiologis menyuntikkan obat bius pada pasien tapi gagal membuat
mati rasa pasien hingga 16 menit setelah irisan pertama di perutnya. Anggota
keluarga pasien tersebut mengatakan hal itu membuat trauma berat karena sadar
saat sedang dioperasi tapi sama sekali tidak bisa bergerak atau
mengkomunikasikannya dengan dokter yang akhirnya mendorongnya melakukan
bunuh diri.

• Bypass Arteri yang Salah


Dua bulan setelah melakukan operasi double bypass jantung untuk menyelamatkan
nyawanya, artis komedian Dana Carvey yang mengasuh acara tv Saturday Night Live
membuat pernyataan mengejutkan dimana dokter bedah cardiac yang menanganinya
telah melakukan bypass pada arteri jantung yang salah. Akibatnya dibutuhkan operasi
darurat untuk membuka kembali penyumbatan yang bisa mengakibatkan dia terbunuh.
Menanggapi tuntutan sebesar 7,5 juta dollar yang diajukan oleh Dana, dokter itu dengan
jujur mengatakan bahwa telah terjadi kesalahan yang diakibatkan karena arteri Dana
mempunyai situasi yang tidak biasa di jantungnya. Tapi Dana menyangkalnya :"Ini
seperti membuang ginjal yang salah itu. Ini suatu kesalahn besar yang terjadi." ujar
entertainer itu pada People Magazine.

You might also like