You are on page 1of 32

N A S O NIO MU

N I IM ND
TR
A

IA
M

PA
N

L
TA

A
L

O N D IA L
W O R LD H
R
G

EM
E
U

ER

N S TA I
N

U
I

N G U GE O
L E PATRIM
sekapur sirih
R ubrik Laporan Utama Jejak Leuser edisi ini menampilkan isi Rencana Strategis Pengelolaan Taman Nasional
Gunung Leuser tahun 2006-2010 yang telah tersusun. ‘Pangsa pasar’ yang beraneka ragam menjadi pemicu utama
dimuatnya Renstra tersebut pada Jejak Leuser. Dan hal ini semata-mata didasari keinginan untuk dapat
memperlihatkan, mengenalkan, mengakrabkan, dan ‘mencintakan’ Taman Nasional Gunung Leuser sebagai salah satu aset
berharga dunia kepada semua lapisan masyarakat. Tulisan di dalam Laporan Utama ini di’comot’ dari booklet Renstra yang
juga telah disusun pada tahun 2007 ini.

Didasari oleh ketakjuban babarapa teman kepada rombongan kedih di Bukit Lawang, Redaksi JL memasukkan tulisan
tentang Presbitys thomasi di ‘Kehati’, sekedar untuk mengenalkan dan syukur-syukur selanjutnya menjadi titik awal untuk
ikut serta melindungi hewan cantik tersebut. Pada rubrik Khasanah, melalui pengetahuan dan bahan-bahan yang telah
dibaca, Rina Purwaningsih mencoba menjelaskan kenapa gambut mudah terbakar. Kita tidak bisa memungkiri, di musim
kemarau Indonesia banyak terkepung asap yang salah satunya karena kebakaran yang terjadi di lahan gambut.

Pada Edisi ke-9 ini, ada tiga judul muncul di rubrik Wacana. Berangkat dari inspirasi yang dia peroleh ketika bertemu dan
berbicara dengan Pak Wiratno (mantan Ka. Balai TNGL), Bobby menulis tentang ketauhidan dalam menjelajahi dunia
konservasi. Di ‘Wacana’ ini, dalam bentuk cerita fiksi ilmiah dan diinspirasi oleh orang-orang di sekelilingnya, Ujang
memunculkan tokoh Forest Gam yang menyampaikan segala buah uneg-uneg-nya dengan judul Penerawangan Seorang
Forest Gam. Masih di rubrik yang sama, Ipul (panggilan akrab Saiful Bahri), menuliskan obsesi dia untuk membentuk bumi
yang lebih sehat dengan gerakannya yang ‘bertema’ Gerakan Ekologis Internasional. Akhirnya, salah satu staf Yayasan
Gajah Sumatera (YaGaSu) berkesempatan memberikan sebuah karya puisinya tentang sang gajah di rubrik Wanasastra.

Terima kasih kepada Bapak Nurhadi Utomo atas sambutannya di buletin edisi ini.... Menyenangi pekerjaan, kata Pak Nur.
Terima kasih juga redaksi sampaikan kepada para penulis dan semua pihak yang membantu penerbitan JL edisi IX ini.

Selamat Membaca.

b u l e t i n

Jejak Leuser
Pelindung Diterbitkan oleh:
Kepala Balai Besar TNGL Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser
Jl. Suka Cita 12 Kel. Suka Maju
Pemimpin Redaksi Medan Johor, Medan, Sumatera Utara
Bisro Sya'bani Telp/ Fax. (061) 7879378
Email: jejakleuser@yahoo.co.id
Dewan Redaksi
Ratna Hendratmoko
Subhan Catatan Redaksi
Redaksi Buletin “Jejak Leuser” menerima sumbangan
Ujang Wisnu Barata tulisan yang berkaitan dengan aspek konservasi. Tulisan
diketik dengan spasi tunggal, maksimal 5 halaman dan
Distribusi minimal 3 halaman A4 dengan font Times New Roman 11.
Naskah dikirim ke email : jejakleuser@yahoo.co.id dengan
Rebowo Wasgito disertai identitas diri (termasuk foto penulis), serta
foto-foto dan/atau gambar-gambar yang dapat mendukung
tema tulisan. Naskah yang dikirimkan menjadi hak penuh
Administrasi redaksi Buletin “Jejak Leuser” untuk dilakukan proses
editing seperlunya.
Melinda Jenny L. Toruan

Umum Cover depan :Kedih di Bukit Lawang (foto: Suer Suryadi)


Komala Oloan Lubis Cover belakang :Artikel www.detik.com 27/04/2007
Design‘n Layout :Bisro Sya’bani
5 Rencana Strategis Leuser

MENU
MENU HARI HARI
14 Tentang Kedih....

INI
17 Mengapa Gambut Mudah Terbakar?
20 Tauhid di Balik Konservasi

INI
23 Penerawangan Seorang Forest Gam
26 Gerakan Ekologis Internasional
4 DARI KEPALA BALAI
Jejak Leuser

29 SEPUTAR KITA

30 INTERMEZZO

31 WANASASTRA
Menyenangi Pekerjaan
Menyenangi Pekerjaan

DARI
DARI KEPALA
Oleh : Nurhadi Utomo*)

KEPALA
M engapa kita bekerja? Banyak alasan atau
jawaban yang dapat disampaikan untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Semua jawaban
kantor mungkin menjadi hal yang dapat 'dimaklumkan',
tapi bagaimana kalau lebih dari separuh pegawai
melakukan hal-hal seperti di atas. Saya sangat yakin

BALAI
yang ada tidak akan ada yang salah. Artinya bahwa semua kinerja kantor tersebut super buruk, maukah seperti itu?
orang, asal mau menjawab, tentu akan menjawab dengan Jawabannya tentu saja TIDAK, atau bahkan biarkan
benar. Tentu saja tergantung dari mana cara pandang kita, saja....EGP, emang gua pikirin.
yah... tentu juga terkait dengan siapa yang bertanya.
Bagi saya yang penting bagaimana keadaan di atas tidak
Dari sekian banyak jawaban, pasti ada yang akan terjadi di Balai Besar TN Gunung Leuser. Kalau kelakuan
menjawab, “untuk apa pertanyaan itu dijawab, bekerja itu terjadi pada satu dua orang, mari kita obati, kita
kan sudah menjadi naluri buat orang yang sehat lahir carikan jamunya. Trus, bagi pegawai yang merasa sudah
batin”. Jawaban seperti itu rasa-rasanya cukup semangat bekerja, mereka tetap masih
akan keluar dari orang yang sudah cukup memerlukan 'vitamin', perlu ditambah 'energi
dewasa. Bagaimana jikalau jawaban atas drink' sehingga bertambah semangat plus

BALAI
pertanyaan awal tadi dilontarkan anak- vitalitas meningkat.
anak? Pasti jawabannya akan lain lagi.
Sudahlah, kita akan nambah pusing kalau Salah satu resep obat, jamu, atau vitamin
hanya mempermasalahakan pertanyaan itu. yang paling penting adalah MENYENANGI
Akan lebih fokus, dan tentu tidak PEKERJAAN. Ibarat orang yang sedang
memusingkan, apabila jawaban atas jatuh cinta, apapun kondisinya selalu ingin
pertanyaan itu terarah pada hasil tetap memadu kasih... bahkan saat tidak
pekerjaan. Dalam artian bahwa orang pegang duit sekalipun. Jadi kuncinya adalah
bekerja adalah untuk mendapatkan sebuah menyenangi. Terus, siapa yang akan menjadi
penghasilan, entah itu berupa uang atau kekasih itu? Dalam konteks bekerja di
penghargaan lain. BBTNGL, jawaban itu tentunya adalah tugas
dan tanggung jawab sebagai pegawai Balai
Semisal, kita sebagai pegawai negeri, Besar Taman Nasional Gunung Leuser.
penghasilan jelas sangat diperlukan. Namun kita tidak Apabila kita menyenangi pekerjaan yang ada di TNGL,
dapat hanya mengejar uang atau penghargaan saja, saya yakin, seiring itu kita juga akan memperoleh
keduanya harus dapat seiring sejalan. Ada pameo “ada penghasilan dan penghargaan yang lebih dari cukup, lebih
uang Abang disayang, tak ada uang Abang melayang”, tinggi lagi. Itu karena, dengan menyenangi pekerjaan kita,
artinya hanya mau kerja kalau jelas bayarannya. Inilah kinerja kita pasti akan meningkat, inovasi dan motivasi
akibatnya kalau orientasi utama kerja adalah uang semata. melesat jauh untuk menjadikan Leuser sebagai center of
Sebaliknya, kalau kita bekerja hanya untuk mendapatkan excellent.
penghargaan atau bayaran berupa ucapan 'terima kasih',
Jejak Leuser

bagaimana kita bisa makan? Pertanyaan sekarang, bagaimana dengan 'kekasih gelap'?
Wah, yang ini sulit untuk dijawab....mungkin itu termasuk
Yang lebih repot lagi bila sudah kerja keras tapi kategori korupsi. Namun, pegawai yang mempunyai
penghasilan tetap rendah (baca: tidak cukup untuk penghasilan lain di luar jam kantor, misalnya sebagai
menutup keperluan hidup), apalagi tidak ada penghargaan penulis, saya kira hal itu sah-sah saja dan harus didorong
sedikitpun atas apa yang telah dikerjakan. Untuk banyak pula.***
orang yang mengalami keadaan tersebut, akibatnya
adalah: kerja malas-malasan dan seperlunya, ke tempat *) Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser
kerja hanya untuk isi daftar hadir, setor muka kalau ada
bos, dan tingkah-tingkah lain yang cukup untuk Email: nhd_utm@yahoo.com
mengelabui kemalasannya. Satu-dua orang dalam satu

Vol. 3 No 7 Tahun 2007


4
Rencana Strategis Leuser

LAPORAN
LAPORAN UTAMAUTAMA
Oleh: Tim TNGL *)

Setelah melalui proses yang panjang, Rencana Strategis Pengelolaan Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2006-
2010 akhirnya tersusun juga. Ringkasan dari Renstra TNGL dalam bentuk booklet (yang penerbitannya didukung
penuh oleh UNESCO dan Pemerintah Spanyol) juga telah ‘disebarkan’ oleh pengelola TN. Gunung Leuser demi
tersosialisasinya kondisi, visi, misi, serta strategi Manajeman TNGL dalam mengelola kawasan kawasan
konservasi tersebut beserta kawasan di sekitarnya.
Jejak Leuser, sebagai media informasi tentang TN Gunung Leuser (dan konservasi alam pada umumnya) berusaha
juga menjadi ‘corong’ tersosialisasinya Renstra TNGL tersebut. Tulisan di bawah ini di’comot’ dari booklet
Rencana Strategis Pengelolaan Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2006-2010 yang telah disusun.

Sejarah 1934 saat dilakukan pertemuan wakil pemuka adat dan


Pada tahun 1920-an Pemerintah Kolonial Belanda Pemerintah Kolonial Belanda di Tapaktuan. Pertemuan
memberikan ijin kepada seorang ahli geologi Belanda itu menghasilkan “Deklarasi Tapaktuan”, yang
bernama F.C. Van Heurn untuk meneliti dan ditandatangani oleh perwakilan pemuka adat dan
mengeksplorasi sumber minyak dan mineral yang Perwakilan Gubernur Hindia Belanda di Aceh pada saat
diperkirakan banyak terdapat di Aceh. Setelah melakukan itu (Gouverneur van Atjeh en Onderhoorigheden,
penelitian tersebut, Van Heurn menyatakan bahwa Vaardezen), yang berlaku sejak 1 Januari 1934 (Deze
kawasan yang diteliti tidak ditemukan kandungan mineral regeling treedt in werking met ingang 1 Januari 1934).
yang besar dan menyatakan bahwa pemuka-pemuka adat Deklarasi Tapaktuan mencerminkan tekad masyarakat
setempat menginginkan agar mereka peduli terhadap Aceh untuk melestarian kawasan Leuser untuk selamanya
barisan-barisan pegunungan berhutan lebat yang ada di sekaligus juga mengatur sanksi pidananya (penjara dan
Gunung Leuser. denda). Dalam salah satu paragraf Deklarasi Tapaktuan
disebutkan sebagai berikut:
Sebagai gantinya, Van Heurn mendiskusikan hasil
pertemuannya dan menawarkan kepada para wakil “Kami Oeloebalang dari Landschap Gajo Loeos, Poelau
pemuka adat (para Datoek dan Oeloebalang) untuk Nas, Meuke', Laboehan Hadji, Manggeng, Lho' Pawoh
mendesak Pemerintah Kolonial Belanda memberikan Noord, Blang Pidie, dan Bestuurcommissie dari
Jejak Leuser

status kawasan konservasi (Suaka Margasatwa/Wildlife Landschap Bambel, Onderafdeeling Gajo dan Alas.
Sanctuary). Setelah berdiskusi dengan Komisi Belanda Menimbang bahwa perloe sekali diadakannja peratoeran
untuk Perlindungan Alam pada bulan Agustus 1928, jang memperlindoengi segala djenis benda dan segala
diusulkanlah kepada Pemerintah Kolonial Belanda untuk padang-padang jang diasingkan boeat persediaan. Oleh
membentuk Suaka Alam di Aceh Barat seluas 928.000 ha karena itoe, dilarang dalam tanah persediaan ini
dan melindungi kawasan yang terbentang dari Singkil mentjari hewan jang hidoep, menangkapnja,
(pada hulu Sungai Simpang Kiri) di bagian selatan, meloekainja, atau memboenoeh mati, mengganggoe
sepanjang Bukit Barisan, ke arah lembah Sungai Tripa sarang dari binatang-binatang itoe, mengeloearkan
dan Rawa Pantai Meulaboh, di bagian utara. hidoep ataoe mati ataoe sebagian dari binatang itoe
lantaran itoe memoendoerkan banjaknja binatang”
Usulan tersebut direalisasikan pada tanggal 6 Februari
Vol. 3 No. 7 Tahun 2007
5
Tabel 1. Kronologis Sejarah Penetapan Taman Nasional Gunung Leuser
Tanggal/Tahun Keputusan Isi Keputusan
1927 - Pemimpin lokal Aceh meminta kepada Pemerintah Hindia Belanda
untuk melindungi kawasan Lembah Alas dari penebangan.
Agustus 1928 - Usulan pertama diajukan oleh Dr.Van Heurn kepada Pemerintah
Belanda untuk melindungi kawasan Singkil (hulu Sungai Simpang
Kiri) bagian selatan, sepanjang Bukit Barisan, ke arah Lembah
Sungai Tripa dan Rawa Pantai Meulaboh, di bagian utara.
6 Februari 1934 Deklarasi Tapaktuan Tekad perwakilan masyarakat lokal untuk melestarikan kawasan
Leuser untuk selamanya sekaligus juga mengatur sanksi pidananya
(penjara dan denda). Deklarasi ditandatangani oleh Gubernur Hindia
Belanda.
3 Juli 1934 Zelfbestuurs Belsuit (ZB) Pembentukan Suaka Alam Gunung Leuser seluas 142.800 ha
No. 317/35
8 Agustus 1935 ZB No.138 Pembentukan kelompok hutan Langkat Sekundur. Tata batas
dilakukan pada 12 Agustus 1936.
26 Oktober 1936 ZB No. 122/AGR Pembentukan Suaka Margasatwa Kluet seluas 20.000 ha
30 Oktober 1938 Keputusan Sultan Langkat Penetapan Kelompok Hutan Langkat Sekundur, Langkat Selatan,
dan Langkat Barat sebagai Suaka Margasatwa Sekundur dengan
nama Wilhelmina Katen, dengan total luas 213.985 ha.
10 Desember 1976 SK Menteri Pertanian No. Penunjukan SM Kappi seluas 150.000 ha
69/Kpts/Um/12/1976
6 Maret 1980 SK Menteri Pertanian No. Deklarasi TN Gunung Leuser seluas 792.675 ha
811/Kpts/Um/ II/1980
7 Maret 1980 SK Dirjen Kehutanan No. Sub Balai Kawasan Pelestarian Alam (KPA) Gunung Leuser diberi
719/Dj/VII/1/1980 kewenangan mengelola TNGL
1981 TNGL ditetapkan sebagai Cagar Biosfir oleh UNESCO atas usulan
Pemerintah Indonesia
3 Maret 1982 SK Menteri Pertanian No. Penunjukan Hutan Wisata Lawe Gurah, yang berasal dari sebagian
166/Kpts/Um/3/ 1982 SM Kappi (7.200 ha), dan Hutan Lindung Serbolangit (2.000 ha)
1982 SK Menteri Pertanian No. TNGL di Sumatera Utara seluas 213.985 ha, gabungan dari SM
923/Kpts/UM/12/ 1982 Langkat Selatan, SM Langkat Barat, SM & TW Sekundur
1982 SK Menteri Pertanian No. TNGL di DI Aceh seluas 586.500 ha, gabungan dari SM Kluet, SM
924/Kpts/UM/12/ 1982 Gn. Leuser, SM Kappi, dan TW Lawe Gurah.
12 Mei 1984 SK Menteri Kehutanan Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Balai TNGL di bawah Dirjen
No. 096/Kpts-II/1984 PHPA
11 Desember 1984 SK Dirjen PHPA No. 46/ Penunjukan wilayah kerja TNGL, mencakup SM Gn. Leuser, SM
Kpts/VI-Sek/84 Langkat Barat, SM Langkat Selatan, SM Sekundur, SM Kappi, SM
Kluet, TW Lawe Gurah, TW Sekundur, Hutan Lindung Serbolangit
dan Hutan Produksi Terbatas Sembabala.
1984 Ditetapkan sebagai ASEAN Park Heritage
1997 SK Menteri Kehutanan Penunjukan TNGL seluas 1.094.692 ha
No. 276/Kpts-II/1997
10 Juni 2002 SK Menteri Kehutanan Organisasi dan Tata Kerja Taman Nasional, sebagaimana telah
No. 6186/Kpts-II/2002 diganti dengan Permenhut No. 03 Tahun 2007
Juli 2004 Keputusan Komite Penetapan TNGL, TNKS, dan TNBBS sebagai kelompok Tropical
Warisan Dunia Rainforest Heritage of Sumatra
1 Februari 2007 PerMenHut No. P.03/ Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional
Menhut-II/2007

Untuk mempertegas kewenangan pengelolaan, diterbitkanlah Fungsional. Dalam rangka optimalisasi, TNGL ditingkatkan
Keputusan Menteri Kehutanan No. 6186/Kpts-II/2002 statusnya menjadi Balai Besar. Di dalam PerMenHut
tentang Organisasi dan Tata Kerja Taman Nasional, No.P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, dicantumkan
Kehutanan Nomor P.29/Menhut-II/2006. Kepala Unit Struktur Balai Besar Taman Nasional yang dipimpin oleh
Pelaksana Teknis (Balai TN) membawahi Kepala Sub Bagian seorang Direktur setingkat Eselon IIb.
TU, Kepala Seksi Wilayah, dan Kelompok Jabatan
Vol. 3 No 7 Tahun 2007
6
Pengakuan Global kawasan Indo-Malaya. Leuser merupakan habitat sebagian
TNGL mendapatkan 2 status yang berskala global besar fauna Sumatera, mulai dari mamalia, burung, reptilia,
yaitu sebagai Cagar Biosfer pada tahun 1981 dan amfibia, ikan, dan hewan tak bertulang belakang
sebagai Warisan Dunia pada tahun 2004. Kedua status (avertebrata). Selama ini tercatat 380 spesies burung, 350 di
tersebut ditetapkan oleh Unesco dan World Heritage antaranya merupakan spesies yang tinggal di Leuser. Leuser

LAPORAN
Committee atas usulan Pemerintah Indonesia, setelah juga merupakan habitat bagi 36 dari 50 spesies burung

LAPORAN UTAMAUTAMA
melalui suatu proses seleksi yang ketat. “Sundaland”. Sebanyak 129 spesies (65%) dari 205 spesies
mamalia besar dan kecil di Sumatera ditemukan di Leuser,
Cagar Biosfer didefinisikan sebagai kawasan termasuk orangutan sumatera (Pongo abelii), harimau
ekosistem daratan atau pesisir yang diakui oleh sumatera (Panthera tigris sumatrae), badak sumatera
Program MAB-UNESCO untuk mempromosikan (Dicerorhinus sumatrensis), gajah sumatera (Elephas
keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam. maximus sumatranus), owa (Hylobathes lar), kedih
Sebagai hasil KTT Bumi 1992, berbagai fungsi Cagar (Presbytis thomasii). Selain itu, di TNGL juga ditemukan
Biosfer serta Jaringan Cagar Biosfer Dunia telah lebih dari 4.000 spesies tumbuhan, termasuk 3 dari 15
didefinisikan dan diuraikan dalam “Strategi Seville spesies tumbuhan parasit Rafflesia, dan berbagai spesies
dan Kerangka Hukum Jaringan Dunia” (LIPI, 2004). tumbuhan obat (Brimacombe & Elliot, 1996).

Konvensi Warisan Dunia mengenai Perlindungan Sebagai laboratorium alam, TNGL merupakan surga bagi
Warisan Budaya dan Alam diadopsi pada sidang ke 17 peneliti dari manca negara dan Indonesia. Misalnya, Stasiun
Konferensi Umum UNESCO di Paris tanggal 16 Riset Ketambe di Aceh Tenggara telah menjadi salah satu
November 1972, dan berlaku efektif sejak 17 stasiun riset terbesar sejak tahun 1971, namun tetap menjadi
Desember 1975. Sampai dengan bulan Maret 2005, lokasi yang menarik minat peneliti sampai saat ini. Selain
Konvensi Warisan Dunia telah diratifikasi oleh lebih itu, terdapat pula Stasiun Riset Suaq Belimbing di
dari 180 negara, termasuk Indonesia melalui Tapaktuan, Aceh Selatan yang terkenal sebagai tempat
Keputusan Presiden Nomor 29 tahun 1989. Hingga penelitian orangutan rawa.
tahun 2006, terdapat 830 situs di 138 negara yang telah
tercantum di dalam Daftar Warisan Dunia, terdiri dari Flora dan Fauna
644 situs budaya, 162 situs alami dan 24 situs TNGL merupakan habitat dari 4 mamalia sebagai spesies
campuran. kunci, yaitu: orangutan sumatera, harimau sumatera, gajah
sumatera, dan badak sumatera.
Sampai saat ini, Indonesia memiliki 9 situs yang
tercantum dalam Daftar Warisan Dunia. Candi Vegetasi di kawasan TNGL termasuk flora Sumatera, erat
Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), situs hubungannya dengan flora di Semenanjung Malaysia, Pulau
arkeologis Sangiran (1996) yang termasuk dalam Situs Kalimantan, Pulau Jawa dan bahkan Philipina. Formasi
Warisan Budaya. Sedangkan Situs Warisan Alam vegetasi alami di TNGL ditetapkan berdasarkan 5 kriteria,
adalah, TN. Ujung Kulon (1991), TN.Komodo (1991), yaitu bioklimat (zona klimatik ketinggian dengan berbagai
TN. Lorentz (1999) dan TRHS, Tropical Rainforest formasi floristiknya). Empat kriteria lainnya adalah
Heritage of Sumatra (2004), yaitu hutan hujan tropis hubungan antara komposisi floristik dengan biogeografi,
Sumatera yang terdiri dari TN.Gunung Leuser, TN. hidrologi, tipe batuan dasar dan tanah. Van Steenis yang
Kerinci Seblat dan TN.Bukit Barisan Selatan. Ketiga melakukan penelitian pada tahun 1937 (de Wilde W.J.J.O
kawasan ini ditetapkan pada Sidang ke 28 Komite dan B.E.E.Duyfjes, 1996), membagi wilayah tumbuh-
Warisan Dunia yang berlangsung di Suzhou, Cina, tumbuhan di TNGL atas 4 (empat) zona, yaitu : Zona Tropika
pada tanggal 27 Juni sampai 7 Juli 2004. (zona hutan dipterocarp dataran rendah) pada 0-1000 m dpl;
0-300-500 m dpl untuk Subzona dataran rendah, dan 500-
Mengingat adanya ancaman yang serius di kawasan 1000 m untuk Subzona Colline, Zona peralihan dari Zona
TRHS ini, World Heritage Committee mengirim Tropika ke Zona Colline dan Zona Sub-Montane (1000-
utusan untuk melakukan Reactive Monitoring Mission. 1500 m dpl), Zona Montane (1500-2400 m), dan Zona Sub
Salah satu hasilnya menyarankan agar pemerintah Alphine (2.400 - 2.600-3400 m dpl).
Indonesia membuat Emergency Action Plan (EAP)
Jejak Leuser

untuk mengatasi ancaman dan permasalahan terhadap Kawasan Ekosistem Leuser dan TNGL: Ekosistem yang
keutuhan TRHS. Rencana Strategi ini merupakan salah Rentan
satu bagian dari kerangka penyelesaian masalah sesuai Kawasan TNGL dan lansekap di sekitarnya seluas 2,6 juta
EAP. Ha yang disebut sebagai Kawasan Ekosistem Leuser (KEL),
merupakan kawasan hutan tropis yang kaya
keanekaragaman hayati sekaligus rentan. Kawasan ini juga
Laboratorium Alam merupakan habitat penting bagi fauna kunci seperti gajah
MacKinnon & MacKinnon (1986) menyatakan bahwa sumatera, harimau sumatera, badak sumatera, dan orangutan
Leuser mendapatkan skor tertinggi untuk kontribusi sumatera.
konservasi terhadap kawasan konservasi di seluruh

Vol. 3 No. 7 Tahun 2007


7
Sistem lahan berpedoman pada prinsip ekologi, yang Pola kerja yang tidak jelas itu juga ditemukan pada resort-
s a l i n g k e t e rg a n t u n g a n d e n g a n t i p e b a t u a n , resort sebagai unit terkecil pengelolaan; dan
hidroklimatologi, bentuk lahan, jenis tanah, dan 3. Kapasitas, motivasi, dan jumlah sumberdaya manusia dan
organisme. Dinyatakan oleh RePPProt (1988) bahwa dari kepemimpinan yang masih lemah. Dari 204 staf Balai
78 sistem lahan di Pulau Sumatera, 42 sistem lahan dapat TNGL, sebagian besar atau lebih dari 50% telah memiliki
ditemukan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). masa kerja lebih dari 16 tahun dan mendekati masa pensiun.
Sedangkan 20 sistem lahan di KEL adalah berbukit dan
bergunung, dengan kelerengan >40%. Kawasan dengan Untuk mengatasi persoalan tersebut, diperlukan leadership yang
kelerengan yang seperti ini meliputi luasan 86% dari dapat membawa Balai TNGL menjadi organisasi yang memiliki
seluruh KEL. Faktor lainnya adalah iklim, khususnya visi, misi, strategi, aksi, dan program yang jelas. Diperlukan pula
curah hujan. Di bagian barat Bukit Barisan, curah hujan kemampuan untuk membangun berbagai pola kemitraan,
mencapai 3.000-4.500 mm/tahun, dan di bagian timur kerjasama, dan kolaborasi multipihak termasuk dengan
Bukit Barisan mencapai 2.000-3.000 mm/tahun. Rata-rata pemerintah daerah, untuk mengelola TNGL secara sinergis di
curah hujan di TNGL/KEL sebesar 1.000-2.767 masa depan.
mm/tahun. Berbagai faktor alam tersebut merupakan salah
satu penyebab rentannya kompleks KEL dari berbagai Dalam Renstra ini telah dilakukan analisa SWOT (Strength,
bentuk eksploitasi. Weakness, Opportunity, Threat). Analisa Kekuatan dan
Kelemahan dilakukan terhadap kondisi internal, sedangkan
Kawasan Ekosistem Leuser termasuk TNGL menyuplai air analisa Ancaman dan Kesempatan dilakukan terhadap kondisi
bagi 4 juta masyarakat yang tinggal di NAD dan Sumatera eksternal.
Utara. Sebanyak 9 kabupaten tergantung pada jasa
lingkungan TNGL dalam bentuk ketersediaan air
konsumsi, air pengairan, penjaga kesuburan tanah, Kondisi Lingkungan Eksternal
mengendalikan banjir, dan sebagainya. Daerah Aliran a. Dinamika Geopolitik di Provinsi NAD
Sungai (DAS) yang dilindungi oleh TNGL dan Ekosistem Analisis terhadap perkembangan Lingkungan Eksternal di
Leuser sebanyak 5 DAS di wilayah Prop. NAD, yaitu DAS sekitar Balai TNGL sangat penting untuk menentukan arah
Jambo Aye, Tamiang-Langsa, Singkil, Sikulat-Tripa, dan organisasi ke depan. Perkembangan yang dimaksud antara lain:
Baru-Kluet. Sedangkan yang berada di wilayah Prop. perubahan penggunaan lahan (misalnya perluasan perkebunan
Sumatera Utara adalah DAS Besitang, Lepan, dan Wampu sawit, pembangunan jalan); perubahan kebijakan
Sei Ular. (pembangunan kabupaten, propinsi, dan nasional pasca
reformasi dan pasca perjanjian damai di NAD, ditetapkannya
Studi yang dilakukan oleh Beukering, dkk (2003), Nilai UU No 11/2006 tentang Pemerintahan Aceh); dinamika politik
Ekonomi Total Ekosistem Leuser, termasuk TNGL di (lahirnya beberapa kabupaten baru dan pilkada); perubahan peta
dalamnya, dihitung dengan suku bunga 4% selama 30 strategis industri perkayuan (meningkatnya permintaan kayu
tahun adalah USD 7.0 milyar (bila terdeforestasi), USD pada tingkat regional dan global, kebijakan soft landing industri
9.5 milyar (bila dikonservasi), dan USD 9.1 milyar (bila perkayuan nasional). Perubahan-perubahan tersebut merupakan
dimanfaatkan secara lestari). Hal ini menunjukkan betapa bagian dari proses-proses dinamis yang secara langsung dan
peran kawasan hutan di Ekosistem Leuser dan TNGL tidak langsung mempengaruhi arah dan pengelolaan TNGL ke
sangat besar untuk menjaga stabilitas ekosistem dan depan.
keberlanjutan pembangunan khususnya di daerah hilir
yang sarat dengan penggunaan lahan produktif dan aset- Dengan terbitnya UU No.11/2006 tentang Pemerintahan Aceh
aset pembangunan strategis. yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur No.52 tahun
2006 tentang pembentukan Badan Pengelola Kawasan
Kondisi Lingkungan Internal Ekosistem Leuser (BP-KEL), maka muncul persoalan
Mempertimbangkan wilayah pengelolaan taman nasional kewenangan pengelolaan KEL di Propinsi NAD, yang
seluas lebih dari 1 juta Ha atau 16 kali luas Singapura, sebenarnya tidak perlu terjadi. Pengelolaan kawasan seluas lebih
maka akan muncul persoalan kelembagaan dan dari 2,6 juta hektar tentu memerlukan dukungan para pihak.
sumberdaya manusia di Balai TNGL. Terdapat 3 kelompok Sampai saat ini, TNGL secara legal masih dikelola oleh Balai
persoalan mendasar, yaitu: Besar TNGL sesuai UU No.5 tahun 1990 dan Permenhut No.
P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT
1. Sarana dan prasarana yang terbatas, baik dari segi Taman Nasional.
kuantitas dan kualitas. Hampir 80% sarana dan
prasarana pengelolaan telah lapuk, rusak, dan sudah Kajian hukum terhadap Peraturan Gubernur tersebut
waktunya diganti karena merupakan hasil pengadaan menunjukkan beberapa hal yang menarik. Bahwa di dalam Pasal
sejak tahun 1980 dan 1990; 10 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 11/2006 tentang Pemerintahan
2. Sistem manajemen yang belum efektif. Arah Aceh, dinyatakan bahwa Pemerintah Aceh dapat membentuk
organisasi tidak jelas khususnya untuk merespon lembaga, badan, atau komisi dengan persetujuan DPRA.
perkembangan dan perubahan tata guna lahan dan Ketentuan tatacara pembentukan lembaga, badan, atau komisi
geopolitik di kabupaten-kabupaten di sekitar TNGL. tersebut harus diatur lebih lanjut dengan Qanun. Namun

Vol. 3 No 7 Tahun 2007


8
demikian, hingga saat ini, Qanun yang dimaksud Perubahan penggunaan lahan di Kab. Langkat berpengaruh
belum diterbitkan. Sementara itu, BP-KEL dibentuk besar terhadap pola tekanan dan perubahan tutupan hutan di
berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 52 tahun TNGL. Berkembangnya perkebunan sawit skala kecil dan
2006, tanpa didahului penerbitan Qanun sebagaimana skala besar memerlukan ruang untuk pengembangannya.
dimaksud poin pertama. Dengan demikian, Sampai tahun 1998, tidak kurang dari 1,2 juta hektar
pembentukan Badan Pengelola KEL bertentangan perkebunan sawit yang menguasai pola penggunaan lahan di

LAPORAN
LAPORAN UTAMAUTAMA
dengan pasal 10 dan pasal 242 UU No. 11/2006. Sumatera Utara. Hal ini mendorong semakin meningkatnya
penyerobotan kawasan TNGL untuk dijadikan kebun sawit
Pengambil kebijakan di masa mendatang didorong oleh petani kecil dan/atau perusahaan-perusahaan sawit
untuk lebih terbuka di dalam pengelolaan sumberdaya skala sedang dan besar.
alam, termasuk di TNGL. Adanya kesamaan visi, misi,
dan strategi untuk mencapai sinergitas kerja Berdasarkan analisis Citra Landsat 2005, sekitar 3.000-
merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan lagi. Oleh 4.000 hektar kawasan TNGL di Seksi Konservasi Wilayah
karena itu, para pihak perlu duduk bersama untuk IV Besitang telah terbuka dan berubah menjadi kebun sawit.
membangun komunikasi yang efektif sehingga Tidak kurang dari 18.000 hektar lagi, berpotensi rusak jika
melahirkan kesepahaman dan kerjasama yang tidak dilakukan upaya-upaya yang sistematis dan konsisten.
produktif. Penegakan hukum, pembangunan pola-pola penjagaan dan
rehabilitasi kawasan bersama masyarakat merupakan
b. Perubahan Penggunaan Lahan di Prop.Sumatera pilihan-pilihan rasional, agar kawasan kembali pulih.
Utara

Jejak Leuser

Vol. 3 No. 7 Tahun 2007


9
Analisis SWOT
Tabel 2. Analisis SWOT
Lingkungan Internal
Kekuatan (Strengths/S) Kelemahan (Weaknesses/W)
 Jumlah staf yang cukup (200 orang), dengan kapasitas  Tidak jelasnya arah organisasi, al. Perencanaan
Lingkungan Ancaman teknis, motivasi kerja, dan manajerial yang relatif lemah. TNGL tidak didasarkan pada persoalan strategis dan
Eksternal (Threats/T)  Pendanaan untuk kegiatan setiap tahun mencukupi data informasi yang up to date dan akurat.
namun tidak diinvestasikan untuk menyelesaikan  Lemahnya kepemimpinan di tingkat Balai, Seksi
persoalan strategis. Wilayah Konservasi, Polhut, dan PEH.
 Memiliki kewenangan dan hak untuk berkoordinasi dan  Sistem kerja tertutup soliter tidak mendorong
kerjasama multipihak (internal dengan pemerintah daerah terbangunnya jejaring kerja multipihak di berbagai
dan jajarannya) maupun dengan mitra namun kurang tingkatan.
dipergunakan.  Meluasnya perkebunan sawit di sekitar TNGL,
 TNGL merupakan UPT Pusat, namun di tingkat Eselon I meningkatkan perambahan, atau okupasi dan konflik
Departemen Kehutanan masih perlu koordinasi program- yang berat ke dalam kawasan (kasus Besitang).
program, al.program Gerhan untuk mendukung program  Illegal logging yang didukung oknum militer dan tidak
rehabilitasi di TNGL. diproses secara hukum.
 Ditunjuknya TNGL sebagai salah satu dari 21 TN Model  Kapasitas dan motivasi kerja staf yang lemah dapat
Kesempatan dapat meningkatkan investasi dan fokus pembangunan ditingkatkan melalui berbagai pelatihan, magang,
(Opportuni- TNGL. studi banding, dengan dukungan dan kerjasama
ties/O)  Komitmen jajaran penegak hukum (khususnya di wilayah dengan mitra.
Kab. Langkat) mendukung proses penegakan hukum di  Mendapatkan dukungan kelengkapan sarana dan
TNGL wilayah Sumut. prasarana pengelolaan dari mitra dan Pusat
 Dukungan Menteri Kehutanan dalam pemberantasan mengingat 80% dari sarana dan prasarana telah
illegal logging dan perambahan di taman-taman nasional rusak.
di tingkat Pusat yang konsisten.  Lemahnya sistem perencanaan dan sistem kerja yang
 Peran strategis Pusat Koordinasi Pembangunan dan tidak jelas diperbaiki dengan menyusun Rencana
Pengendalian pembangunan Kehutanan (Pusdal- Strategis TNGL yang dikoordinasikan dan
banghut) Regional I yang berkomitmen mendukung disosialisasikan dengan Pemda, mitra terkait untuk
TNGL, sebagai studi kasus penyelesaian persoalan mendapatkan Agenda Bersama dan dukungan.
perambahan di taman nasional.  Pemekaran kabupaten/kota/kecamatan/desa
 Dukungan dari mitra TNGL mulai meningkat, al. berakibat meningkatnya koordinasi, komunikasi dan
UNESCO, FFI, YLI, SOCP, YEL, Walhi NAD, OIC, WCS, potensi konflik. Pemekaran kecamatan, desa, yang
Unsyiah, BRR, dan mitra lokal lainnya. tidak memperhatikan kawasan TNGL.
 UU No.11/2006 yang mendukung TNGL perlu
ditindaklanjuti, dalam bentuk penyusunan Qanun.

Persoalan-Persoalan Strategis pertanian, kebutuhan kayu untuk konsumsi lokal, dan


Berdasarkan kajian sampai dengan tahun 2000, di seluruh sinergitas pembangunan antara kabupaten dengan TNGL.
TNGL telah terjadi deforestasi (kawasan yang sudah tidak Persoalan khusus yang terjadi di Kabupaten Gayo Lues adalah
berhutan) seluas 18.089 Ha. Sedangkan kawasan TNGL yang penanaman ganja di dalam kawasan taman nasional,
mengalami degradasi (kawasan yang mengalami penurunan khususnya di wilayah Blok Hutan Agusan, Kappi dan Blang
kualitas akibat berbagai gangguan) seluas 142.087 Ha. Beke.
Terdapat 65 titik rawan, yaitu lokasi-lokasi yang mengalami
berbagai tingkatan gangguan dan kerusakan. Titik-titik rawan Di Kabupaten Langkat, persoalan kerusakan kawasan TNGL
tersebut masih akan berkembang terus apabila upaya-upaya dipicu oleh meluasnya perkebunan sawit di sekitar taman
preventif dan represif tidak dilakukan secara konsisten dan nasional, menyebabkan perambahan ke dalam taman
berkesinambungan. Persoalan strategis di TNGL terdapat di nasional, penguasaan lahan, jual beli lahan, illegal logging,
Kabupaten Aceh Tenggara dan Kab. Langkat. dan keberadaan pengungsi asal Aceh. Terdapat 3 kecamatan
yang mengalami perubahan lahan menjadi perkebunan sawit,
Di Kab. Aceh Tenggara, isu strategisnya adalah keterbatasan yaitu Kecamatan Bohorok, Kec. Sei Lepan, dan Kec.
lahan untuk pembangunan, perluasan pemukiman, lahan Besitang.

Bersiap menyelamatkan TNGL


Vol. 3 No 7 Tahun 2007
10
komprehensif dalam skala waktu yang cukup panjang. Hal
Visi, Misi, dan Strategi ini penting untuk diketahui dalam kaitannya dengan proses
Mempertimbangkan hasil analisis SWOT terhadap pembelajaran tentang efektivitas pengelolaan dan kebijakan-
kondisi Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal kebijakan (baik internal maupun eksternal) di masa lalu.
yang berkembang, khususnya sejak era desentralisasi Dengan demikian, kita tidak akan mengulangi kesalahan
dan berlanjut dengan dicapainya perdamaian di Prop. atau kegagalan yang sama seperti yang terjadi di masa lalu.

LAPORAN
LAPORAN UTAMAUTAMA
NAD, maka Balai TNGL menyusun Visi, Misi, dan Catatan sejarah ini juga akan dapat mengungkap keterlibatan
Strategi organisasi untuk 5 tahun ke depan sebagai staf-staf dalam konflik-konflik maupun dalam kasus-kasus
berikut: ilegal, yang justru merugikan kelestarian taman nasional.
Informasi ini akan bermanfaat sebagai bahan untuk
VISI pembinaan staf internal.
Dengan dijiwai oleh Visi Direktorat Jenderal PHKA,
dan dengan mencermati perkembangan manajemen dan 2. Strategi 2: Membangun kapasitas, motivasi, sistem dan
hasil yang telah dicapai pada periode 2005-2006, maka paradigma kerja Kepala Seksi Wilayah, PEH, dan Polhut
Visi Balai TNGL adalah : “Pengelolaan TN. Gunung Pembangunan kapasitas dan motivasi ini sangat strategis.
Leuser efektif yang didukung dan bermanfaat bagi Kepala Seksi Wilayah bertanggung jawab terhadap kinerja
para pihak”. resort-resort sebagai unit manajemen terkecil pengelolaan
taman nasional. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas,
MISI motivasi, sistem dan paradigma kerja kelompok, pada
Untuk mencapai Visi tersebut, maka Balai TNGL lapisan ke dua dan ke tiga ini menjadi sangat strategis. Upaya
menetapkan Misi sebagai berikut : peningkatan kapasitas, motivasi, sistem dan paradigma kerja
1. Meningkatnya kapasitas staf-manajerial, teknis, akan dilakukan melalui berbagai pelatihan, seminar,
kepemimpinan, dan jaringan kerja di tingkat Balai lokalatih, magang, studi banding, dan praktik kerja dalam
Besar, Balai Wilayah, Seksi Wilayah, Polhut, PEH, bidang-bidang tertentu, yang diperlukan. Beberapa arahan
dan Resort. strategi untuk kelompok ini adalah sebagai berikut:
2. Efektifnya pengelolaan TN.Gunung Leuser a. Kelompok fungsional PEH, akan diarahkan menjadi
berdasarkan prinsip perlindungan, pengawetan dan kelompok-kelompok spesialis (Specialist Group),
pemanfaatan di tingkat Resort dan Seksi Wilayah. sesuai dengan bidang minat dan kebutuhan. Mereka
3. Efektifnya upaya perlindungan terhadap habitat diarahkan untuk menjadi mobile team yang akan
dan spesies kunci, dan penegakan hukum secara bergerak di tingkat lapangan, di tingkat Resort maupun
sinergis dengan jajaran penegak hukum di seluruh di tingkat Balai sesuai dengan kebutuhan dan prioritas.
lini. Tugas mereka adalah membantu pengumpulan dan
4. Optimalnya pemanfaatan yang lestari dari potensi analisis data, informasi, dan pendampingan dalam
jasa lingkungan, hasil hutan bukan kayu, penanganan persoalan-persoalan lapangan berdasarkan
ekowisata, penelitian dan pengembangan, dan substansi konservasi dan peraturan perundang-
pendidikan lingkungan. undangan.
5. Efektifnya jejaring kerja dan kolaborasi b. Kelompok fungsional Polhut akan diarahkan untuk
pengelolaan TN.Gunung Leuser dalam berbagai mendukung resort-resort, dan di tingkat Seksi
skala, fokus, dan tingkatan. Konservasi Wilayah (SKW), serta mendukung
mobilisasi Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat (SPORC),
STRATEGI maupun dengan pihak Polres dan Polda. Di beberapa
Untuk tercapainya pernyataan Visi (Tujuan) dan Misi Seksi Wilayah akan dibentuk Tim Reaksi Cepat Polhut
(Sasaran), beberapa strategi akan dilakukan oleh Balai yang akan mendukung dan merespon kebutuhan
TN.Gunung Leuser, adalah sebagai berikut: informasi yang diperlukan oleh SPORC maupun bagi
kepentingan manajemen taman nasional.
1. Strategi 1: Penelusuran Sejarah Kerusakan c. Kelompok PPNS diarahkan untuk menjadi garda depan
Kawasan penyidikan kasus-kasus pelanggaran hukum.
Penelusuran sejarah dan pemetaan stakeholder yang Peningkatan kapasitas dan pengalaman dilakukan
terlibat, terhadap persoalan-persoalan strategis yang dengan mendorong kelompok ini untuk magang di
terjadi, antara lain kerusakan kawasan akibat Polres setempat dalam menangani kasus-kasus hukum,
Jejak Leuser

perambahan, illegal logging, klaim lahan, perburuan sekaligus membangun jejaring kerja.
dan perdagangan satwa liar dilindungi, dan lain
sebagainya. Hasil penelusuran sejarah ini masih harus 3. Strategi 3 : Membangun jejaring kerja antar UPT dan
diverifikasi melalui dialog dengan resource persons, dengan Mitra Kunci
yang berasal dari staf senior maupun mitra kunci. Hasil Pembangunan jejaring kerja sangat diperlukan untuk
kajian ini kemudian dijadikan sebagai baseline status mengatasi berbagai gap yang terjadi di dalam pengelolaan
kawasan TN.Gunung Leuser. Dengan demikian, TNGL yang lebih efektif. Gap tersebut menyangkut data
perubahan akibat intervensi manajemen akan dapat dan informasi, kapasitas teknis, manajerial, dan
lebih diukur dan dipertanggungjawabkan. Hasil kepemimpinan, keahlian (expertise) di banyak bidang
penelusuran sejarah juga akan membantu kita untuk keilmuan, kampanye penyadaran, dan pendanaan. Upaya
memahami dinamika persoalan secara lebih membangun dan meningkatkan jejaring kerja ini dimulai
Vol. 3 No. 7 Tahun 2007
11
dari mitra strategis yang telah bekerja lama dan memiliki kepada paradigma pengelolaan yang inklusif. Yang melibatkan
komitmen dengan pelestarian TNGL, dan kemudian para pihak secara proporsional dan berkelanjutan.
dilanjutkan dengan membangun jejaring kerja yang baru.
Dalam paradigma baru pengelolaan TNGL, masyarakat Era otonomi daerah dan demokratisasi pengelolaan sumberdaya
setempat diposisikan sebagai mitra taman nasional. alam, termasuk pengelolaan taman-taman nasional, menuntut
Masyarakat sebagai bagian dari solusi pengelolaan taman perubahan-perubahan yang mendasar dari birokrasi pengelola
nasional. Aliansi strategis juga akan dibangun dengan taman-taman nasional tersebut. Balai TN.Gunung Leuser telah
beberapa pihak, khususnya yang menyangkut kampanye menyambutnya dengan digelarnya dialog para pihak untuk
penegakan hukum, pembentukan forum-forum penegakan mengkritisi Rencana Strategis TNGL (2006-2010) pada tanggal
hukum, dan kampanye penanggulangan illegal logging, 4-6 Desember 2006. Respon dari mitra, baik pemerintah daerah,
perambahan kawasan, dan perburuan satwa. LSM, dan masyarakat cukup baik terhadap upaya membuka diri
dari Balai TN.Gunung Leuser tersebut.
Pengembangan iptek dilakukan dengan memberdayakan
stasiun-stasiun riset melalui peningkatan jejaring kerja Ke depan, sinergitas pembangunan kabupaten dan balai
dengan universitas setempat, universitas nasional dan/atau TN.Gunung Leuser merupakan suatu keharusan. Komunikasi
internasional, serta pusat-pusat studi secara bertahap, harus terus ditingkatkan untuk membangun saling percaya
sistematis, dan konsisten. TNGL yang merupakan habitat (mutual-trust) dari semua pihak yang memiliki kepedulian
dari 4000 spesies tumbuhan merupakan laboratorium alam terhadap pelestarian hutan di satu sisi dan upaya meningkatkan
dan surga bagi penelitian dan pengembangan di masa kesejahteraan masyarakat di sisi yang lain.
depan. Misalnya, Stasiun Riset Ketambe merupakan
stasiun penelitian primata (orangutan) tertua dan Posisi TN.Gunung Leuser yang telah mendapatkan pengakuan
terpenting di dunia. Ke depan, akan segera dibuka kembali global, Cagar Biosfer dan Warisan Dunia Tropical Rainforest
Stasiun Riset Suaq Belimbing, dan beberapa pos pemantau Heritage of Sumatra, perlu disikapi dengan meningkatkan
penting seperti di Agusan. Prinsip pengembangan ini juga jaringan global untuk mendukung upaya pengelolaan yang lebih
berpegang pada paradigma baru, yaitu melalui penguatan efisien dan efektif. Upaya tersebut telah direspon dengan
jejaring kerja, seperti saat ini yang telah dilakukan dengan dukungan UNESCO dan Pemerintah Spanyol serta World
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), di Banda Aceh yang Heritage Center (WHC) di Paris, dalam meningkatkan kapasitas
didukung dengan BRR-Aceh Nias. Saat ini telah dan sarana/prasarana Balai TN.Gunung Leuser.
ditandatangani Nota Kesepahaman dengan Rektor
Unsyiah pada tanggal 18 Juli 2006. Nota Kesepahaman ini Pemerintah Pusat merespon perkembangan tersebut dari segi
adalah awal untuk dibangunnya Kelompok Kerja peningkatan kelembagaan Balai TN.Gunung Leuser. Hal
Pemberdayaan Stasiun Riset Ketambe dan Suaq tersebut terimplementasi dengan berubahnya status Balai
Belimbing. TN.Gunung Leuser menjadi Balai Besar TN.Gunung Leuser,
dengan Kepala Balai Besar setingkat Eselon II atau direktur.
Jejaring kerja internal harus dibangun dengan Balai KSDA Dengan demikian, diharapkan efektivitas pengelolaan semakin
Sumatera Utara I dan II, Balai KSDA Aceh, Dinas meningkat, karena akan didukung oleh 3 Kepala Bidang
Kehutanan Propinsi NAD dan Sumut, serta beberapa Dinas Pengelolaan TN (Eselon III) yang didukung oleh 6 Kepala Seksi
Kehutanan di kabupaten sekitar TNGL. Sedangkan Wilayah. Kepala BPTN tersebut diharapkan akan meningkatkan
jejaring kerja eksternal, dibangun dengan mitra-mitra komunikasi dan kerjasama dengan kabupaten-kabupaten di
strategis, antara lain dengan UNESCO-Pemerintah sekitar TN.Gunung Leuser.
Spanyol, Yayasan Leuser Internasional, Fauna & Flora
International, Orangutan Information Center, Sumatran Namun demikian, upaya-upaya peningkatan kelembagaan
Orangutan Conservation Programme, Walhi NAD dan tersebut masih harus diiringi dengan peningkatan budaya kerja,
Walhi Sumut, Yayasan Ekowisata Leuser, Jurusan motivasi kerja, dan pengembangan jaringan kemitraan yang luas.
Biologi/Kehutanan USU di Medan dan Unsyiah di Banda Tanpa dukungan kemitraan yang jelas dan konkrit, maka Balai
Aceh, serta Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan di Banda TN.Gunung Leuser akan kembali terpuruk pada paradigma
Aceh. Sedangkan mitra strategis di tingkat nasional, antara lama, yaitu pengelolaan taman nasional yang terfokus pada
lain LIPI, UNAS, IPB, UGM, dan lain sebagainya. Dalam perlindungan dan pengamanan kawasan semata. Mitra-mitra
hal penegakan hukum, jaringan kerja dan forum-forum strategis, seperti pemerintah daerah baik di kabupaten maupun
perlu dibangun dengan pihak Polres/Polsek di 9 kabupaten propinsi, lembaga-lembaga internasional, seperti UNESCO,
di sekitar TNGL, Polda Sumut dan NAD, jajaran AECI (Ministerio de Asuntos Exteriores y de Cooperacion)
Kejaksaan Negeri, dan Pengadilan Negeri. Pemerintah Spanyol, Yayasan Leuser Internasional (YLI), Walhi
Sumatera Utara, Walhi NAD, Sumatran Orangutan Conservation
Refleksi ke Depan Programme (SOCP), Orangutan Information Center (OIC),
Mempertimbangkan perubahan-perubahan sosial, Fauna & Flora International (FFI), World Wide Fund for Nature
ekonomi, budaya, dan dinamika politik nasional dan (WWF), Wildlife Conservation Society (WCS), dan lembaga-
khususnya lahirnya stabilitas politik regional di wilayah lembaga lokal, seperti Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT),
Nanggroe Aceh Darussalam, pasca perjanjian damai, dan Gerakan Pecinta alam Leuser (Gepal), Organisasi Petani Pecinta
pemilihan kepala daerah, maka arah pengelolaan TNGL Ekosistem Leuser (Oppel) Besitang, Kedatukan Besitang dan
harus dipertajam. Paradigma pengelolaan harus dirubah Kedatukan Sei Lepan di Langkat, Konservasi Leuser (KONSER)
dari pendekatan yang tertutup dan eksklusif menuju di Kutacane, Universitas (Unsyiah, USU), Pusat-pusat
Vol. 3 No 7 Tahun 2007
12
Studi/Kajian, perlu terus membangun upaya bersama Magister Perencanaan Kota dan Daerah.
untuk melestarikan Leuser, serta mendorong UGM,Yogyakarta.
dikembangkannya pemanfaatan jasa lingkungan yang Ellis, S., Singleton, I., Andayani, N., Traylor-Holzer, K.,&
lestari.*** Supriatna, J. 2006. Sumatran Orangutan
Conservation Action Plan. Washington,DC and
Jakarta, Indonesia: Conservation International

LAPORAN
LAPORAN UTAMAUTAMA
Greenomics Indonesia. 2003. Preliminary Economic and
*) Wiratno (Kabid Pemolaan dan Pengembangan, Policy Assessment in Northern Sumatra Corridor.
Direktorat Konservasi Kawasan, PHKA - mantan Ka. Document sumitted to Conservation International
Balai TNGL 2005-2007) Indonesia.
Ratna Hendratmoko (BBTNGL) Kartodihardjo, H & A. Supriono. The impact of sectoral
Ujang Wisnu Barata (BPTN Wil.III-TNGL) development on natural forest conversion and
Subhan (SPTN Wil.VI-TNGL) degradation: The case of timber and tree crop
Bisro Sya’bani (BBTNGL) plantations in Indonesia. CIFOR.Occasional Paper
Rina Purwaningsih (UNESCO) No.26 (E). January, 2000.
Suer Suryadi (UNESCO) Kompas. Malaysia Kuasai 330.300 Hektar Lahan Sawit.
Koen Meyers (UNESCO). Kompas, 25 Agustus 2006.
Leuser Management Unit. 2002. Pelebaran dan Peningkatan
Jalan Poros Lintas Tengah Blangkejeren-Kutacane-
Daftar Rujukan Propinsi Sumatera Utara Sebagai Alternatif Jalan di
Dalam Kawasan Lindung Ekosistem Leuser. Program
Anonim. 1992. Sumatera Utara Dalam Angka. Pengembangan Leuser. Januari 2002.
Kerjasama Kantor Statistik Propinsi Sumatera LIPI. 2004. Panduan Cagar Biosfer di Indonesia. Panitia
Utara dan Badan Perencanaan Pembangunan Man and Biosphere (MAB) Indonesia. Lembaga Ilmu
Daerah Tingkat I Propinsi Sumatera Utara. Pengetahuan Indonesia. Jakarta.2004.
Anonim. 1998. Sumatera Utara Dalam Angka 1998. MacKinnon, J & K.MacKinnon. 1986. Review on Protected
Kerjasama Kantor Statistik Propinsi Sumatera Areas System in the Indo-Malayan Realm, IUCN and
Utara dan Badan Perencanaan Pembangunan UNEP, Gland Switzerland.
Daerah Tingkat I Propinsi Sumatera Utara. Melalatoa, M.J. 1982. Kebudayaan Gayo. PN.Balai
Bryson.J.M. & R.C. Einsweiler. 1987. Strategic Pustaka. Jakarta.
Planning: Threats and Opportunities for Nico van Strien : The Rhino of Gunung Leuser National Park.
Planners. Planners Press. American Planning Dalam van Schaik CP dan J.Supriatna. 1999.
Association.Chicago, Illionis, Washington,DC. LEUSER. A Sumatran Sanctuary. Yayasan Bina Sains
Brimacombe, J. & S.Elliot. 1996. Medicinal Plants in Hayati Indonenesia.
Gunung Leuser Nacional Park, Dalam Schaik PanEco, YEL & Yayasan Ekowisata Sumatra. 2001. Siapkah
van., CP. and J. Supriatna (Ed.). LEUSER. A Menuju Ekowisata. Prosiding Seminar dan
Sumatran Sanctuary. Yayasan Bina Sains Lokakarya Strategi Pengembangan Ekowisata di
Hayati Indonesia Daerah Bukitlawang. Medan 17-18 April 2001.
C.G.G. van Beek. 1996. Geology, Geomorphology and Sumatera.
Climate of Gunung Leuser National Park. Schaik van., CP. & J. Supriatna (Ed.). 1996. LEUSER. A
Dalam Schaik van., CP. and J. Supriatna (Ed.) Sumatran Sanctuary. Yayasan Bina Sains Hayati
1996. LEUSER. A Sumatran Sanctuary. Yayasan Indonesia.
Bina Sains Hayati Indonesia. Sidik Pramono dan Ahmad Arif. Jika Aceh Menjadi Tiga.
Covey, S. 1997. The 7 Habits of Highly Effective Kompas 14 Agustus 2006.
People. Covey Leadership Center. Binarupa Sofia A. 1999. Pengetahuan Visi dan Misi Nasional.
Aksara, Jakarta. Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.
Departemen Kehutanan, Bappenas, & Kantor Menteri Soedarsono, Ari.M. 1999. Perencanaan Strategis (Sebuah
Negara Lingkungan Hidup. Oktober 2001. Isu- Persepsi Praktis). Widyaiswara Utama, Pusat Diklat
isu Mengenai Usulan Jalan di Dalam Kawasan Kehutanan, Bogor.
Ekosistem Leuser. Jakarta Soedarsono, Ari.M. 1999. Lingkungan Eksternal.
Jejak Leuser

Dinas Sumberdaya Air Prop. NAD Departemen Widyaiswara Utama. Pusat Diklat Kehutanan, Bogor.
Pekerjaan Umum. 2006. Data Sungai. Satuan Suharto, DJ. 2006. Profil Stasiun Penelitian Ketambe. Balai
Kerja Non Vertikal tertentu Pengendalian Banjir TN.Gunung Leuser. Januari 2006 (dokumen tidak
dan Pengaman Pantai Prop. NAD. Banda Aceh. dipublikasikan).
Direktorat Jenderal PHKA. 2006. Rencana Strategis TNGL. 1994. Rencana Pengelolaan TNGL (1995-2020)
(Renstra) Direktorat Jenderal Perlindungan Buku II dan III. Kutacane, Maret 1995.
Hutan dan Konservasi Alam Tahun 2005-2009 TNGL. 2000. Draft Review RP TNGL (2000-2026).
(Penyempurnaan).Jakarta Kutacane.
Djunaedi, A. 2001. Teknik Penyusunan Rencana TNGL. 2007. Rencana Strategis 2006-2010 Taman Nasional
Strategis Wilayah. Program Pasca Sarjana Gunung Leuser. Kutacane

Vol. 3 No. 7 Tahun 2007


13
Tentang Kedih....
Oleh: Bisro Sya’bani *)

Gubraaakkk!!!! Kresek kresek kresek.... Suara apaan tuuuhh...?!


Pak Rasnan langsung loncat hampir 2 kilometer (masa siiiihhh?Spiderman kaleee...) dari peraduannya di kamar 27 di
sebuah penginapan Bukit Lawang. Belum hilang kaget karena suara tadi, di depan Pak Rasnan yang udah keluar kamar,
berloncatan beberapa sosok putih hitam dari pohon ke pohon. Kang Suer yang ternyata juga udah keluar kamar, dengan
kamera Lumix-nya akhirya berhasil mengabadikan makhluk-makhluk itu, walaupun dengan susah payah karena gerakan
mereka yang lumayan sigap. Makhluk apaan siiii.??? Oalahhh ternyata Kedih to..... (yang jelas nama ini bukan diambil dari
judul buku La Tahzan, Jangan Berkedih...).
Kedih? Sebangsa monyet juga ya?Kita kenalan dengan kedih yukk...

K edih, dalam bahasa ilmiahnya Presbitys thomasi


adalah salah satu jenis primata dengan 'corak'
warna yang khas, antara hitam, abu-abu dan putih
(jadi ga begitu boros tinta kalau mau nge-print foto kedih,
cukup pakai tinta hitam aja...). Fauna yang dalam bahasa
kedih memang berbeda. Tidak perlu dijelaskan secara
mendetil dalam tulisan ini, silahkan diperhatikan saja wujud
kedih pada gambar-gambar yang menyertai tulisan ini. Bagus
kan...?

inggrisnya disebut Dari ukuran fisiknya, rata-rata berat kedih adalah 6,69
Thomas's Leaf- kilogram untuk betina dewasa dan 6,67 kilogram untuk jantan
monkey ini hanya dewasa. Panjang ekor antara 500 sampai 850 mm, dan
terdapat di Pulau panjang badan plus kepala sekitar 420 sampai dengan 620
Sumatera, utamanya di mm (Colijn dan Muchtar, 1996). Selanjutnya mari kita lihat
bagian utara pulaunya silsilah kedih dari sisi taksonominya:
si Naga Bonar ini...
K a t a Wi l s o n ( d i Kingdom : Animalia
bukunya yang Phylum : Chordata
diterbitkan tahun Subphylum : Vertebrata
1976), kedih paling Class : Mammalia
banyak ditemui di Order : Primates
pinggir-pinggir Sungai Suborder : Haplorrhini
Wampu dan Sungai Family : Cercopithecidae
Simpang Kiri. Subfamily : Colobinae
Makhluk ini banyak Species : Presbytis thomasi
ditemukan di tegakan
karet dan bisa hidup di hutan primer maupun hutan Kedih mengkonsumsi buah-buahan, daun-daunan, dan biji-
sekunder. bijian sebagai makanannya. Namun demikian, primata ini
juga hobi makan bunga, ranting, tangkai kelapa, tangkai daun,
Dibandingkan dengan primata yang lain, corak warna burung-burung kecil, telor burung, ganggang, dan beberapa

Vol. 3 No 7 Tahun 2007


14
jenis serangga. Kebanyakan, mereka minum dari air tahun. Masa kehamilan kedih berkisar antara lima
yang tekandung dalam buah-buahan dan air yang sampai dengan enam bulan. Primata ini rata-rata hanya
tersimpan pada lubang-lubang pohon, namun banyak melahirkan satu anak dalam setiap persalinannya,
juga kedih yang minum dari air sungai. kadang juga kembar dua sih (walaupun sangat jarang).
Kedih nggak pernah melahirkan kembar tiga atau lebih.
Aktifitas primata unik ini banyak berada di atas pohon Si kedih kecil akan selalu bersama emak-nya sekitar 12

K
yang tinggi. Mereka turun ke tanah rata-rata hanya sampai 15 bulan, atau sampai dianggap sudah bisa

K EE
sekali dalam sehari, itupun cuma untuk nyari semut, mandiri penuh. Namun, junior ini baru akan mencapai
jamur payung, tanah, dan keong untuk makanannya. masa aqil baligh pada usia 4 atau 5 tahun. Selama masa
Mereka lebih sering turun ke tanah apabila dikelilingi perawatan tersebut, kedih kecil dikursus banyak

H AH
oleh teman-teman kelompoknya. Kunkun (1986) ketrampilan untuk bekal hidup mandiri; mencari
bilang, setidaknya ada tiga waktu utama makan makan, memanjat, dan bagaimana menghadapi
mereka; pagi, siang, dan menjelang sore (kayak minum mangsa.
obat yah...). Ketika mereka berististirahat siang,

TI A T I
mereka cenderung memilih pohon yang berdaun atau Dalam masa pemeliharaan kedih kecil, sang induk
beranting banyak, sekedar untuk berlindung dari sinar menyingkir dari kelompoknya. Dan betina lain dalam
matahari. Sedangkan pada malam hari, kedih memilih kelompok itu tidak jarang ikut juga jagain (ngemong) si
posisi pada puncak pohon dan menghadap area terbuka. kecil. Kedih kecil tidak melakukan kontak dengan
Sambil memata-matai pemangsa kalee yaa...Pemangsa jantan dewasa sampai dengan umur 10 bulan. Kenapa
potensial mereka antara lain: macan tutul (Neofelis yah...? berikut ini ada sebuah alasan yang mungkin bisa
nebulosa), harimau (Panthera tigris), kucing hutan menjelaskan hal tersebut; terkadang ada sebuah
(Catopuma temminckii) dan ular piton (Python kebiasaan dari jantan di dalam ataupun di luar
reticulatus) (Sterck, 1997). kelompok yang sengaja membunuh sang bayi agar
siklus kesuburan ibu bayi itu kembali normal dengan
Kedih termasuk jenis arboreal dan yang juga diurnal. lebih cepat. Nah loo....
Dan banyaknya anggota dalam satu kelompok kedih
sangat bervariasi, yaitu antara 3 sampai dengan 21 ekor Para kedih berkomunikasai antar mereka dengan suara-
(Kunkun, 1986) dan punya luas teritori 500-800 meter suara khas-nya. Suara mereka terdengar paling sering
persegi. Dalam setiap kelompoknya, mereka dan paling keras ketika fajar menyingsing, saat sang
mempunyai hierarki, dimana ranking-nya tergantung matahari mulai menampakkan dirinya dari ujung timur.
pada tingkat umur dan atau kemampuan individu untuk Suara-suara itu mereka gunakan untuk berbagai macam
mengalahkan individu yang lain dalam kelompoknya 'fungsi'; pada waktu kawin, menyerang,
(bahasa mudahnya; paling jagoan). Kedih mempunyai mempertahankan wilayah, dan lain-lain. Pada saat
dua cara untuk perlindungan mereka dari pemangsa, berinisiatif untuk melakukan perkawinan, suara-suara
yaitu: kebiasaannya yang arboreal dan memproduksi itu dibarengi dengan aroma-aroma tertentu
panggilan (alarm) ketika kelompoknya berada di (Andromeda Oxford Ltd, 2001; Eimerl and DeVore,
sekelilingnya. 1965).

Rata-rata hidup spesies yang oleh CITES dimasukkan Suara panggilan kedih ini ada banyak sekali
ke dalam appendix II ini adalah 20 tahun, itu bila di macamnya. Sebagai contoh, jantan alpha membuat
alam liar. Namun kalau bukan di hidupan liar, mereka rangkaian suara "choom" manakala ia sedang terkejut;
rata-rata mampu hidup selama 29 tahun. Hal ini dan ketika terjadi pertemuan dalam satu kelompok
kemungkinan besar disebabkan faktor tidak adanya ataupun dengan kelompok lain, mereka membuat
pemangsa alami, perkelahian antar anggota kelompok, rangkaian suara "kak" dan " ngkung" bunyi. Dan saat
serta faktor habitat alaminya yang semakin menyempit terancam, kedih muda seringkali mengeluarkan suara
dan rusak. "kek" dan " wek" secara bersahutan. Selain itu, pada
betina yang sedang agresif, mereka membuat rangkaian
Sistem kawin kedih sampai sekarang masih banyak suara "kuk". (Gurmaya, 1986).
diperdebatkan. Dalam Encyclopedia of Mammals
disebutkan bahwa primata itu monogami, namun Yaahhh…. Dengan semakin banyaknya senjata api di
Jejak Leuser

Steenbeck, et.al (1999) menyebutkan bahwa sering dalam hutan dan perusakan hutan itu sendiri di Pulau
terjadi, terdapat beberapa betina dan satu jantan yang Sumatera, hal itu langsung nggak langsung
sedang breeding di dalam satu kelompok. Betina berpengaruh dengan keberadaan kedih di hidupan liar.
memulai sebuah 'perkawinan' dengan menggoda Apa hubungannya? Semua sudah tau jawabannya…
jantan, misalnya dengan cara melepaskan bau-bauan Namun, hal di atas bukan melulu menjadi penyebab
tertentu dan atau menunjukkan genital. menurunnya populasi kedih. Kebiasaan pembunuhan
terhadap kedih junior oleh kedih jantan dewasa demi
Kedih tidak mengenal yang namanya musim kawin, mendapatkan masa kesuburan sang ibu bayi juga
pokoknya nggak ada batasan..hmmmm. Namun menjadi penyebab berkurangnya populasi kedih,
interval masa kehamilan kedih sekitar 1,5 sampai 2 meskipun efeknya tidak terlalu besar sih...

Vol. 3 No. 7 Tahun 2007


15
Koen Meyers
Kedih-kedih hutan Bukit Lawang

http://animaldiversity.ummz.umich.edu/local/redirect.php
Akhirnya........ masih penasaran gimana wujud kedih yang /http://www.nature-
sebenarnya...? Di Leuser ada banyakkkkkk, silahkan, conservation.or.id/primates/presbytis_thomasi.ht
please, datang dan liat mereka di Ketambe atau ml
Bukitlawang...***
Kunkun, J.G. 1986. Ecology and behavior of Presbytis
*) PEH Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser di thomasi in northern Sumatra. Primates. Vol.
Medan 27(2), 151-172.

Bahan Bacaan: Steenbeck, R., C. van Schaik. 2001. Competition and


group sive in Thomas's langurs (Presbytis
Andromeda Oxford Ltd. 2001. Colobus and Leaf thomasi): the folivore paradox revisited.
Monkeys. Pp. 380-393 in D. Macdonald, ed. The Behavioral Ecology and Sociobiology, 49(2-3):
Encyclopedia of Mammals, Vol. II: Primates and 100-110. Diakses pada 6 November 2007 di
Large Herbivores, 2nd Edition. 132 West 31st http://animaldiversity.ummz.umich.edu/local/redi
Street, New York NY 10001: Facts on File, Inc.. rect.php/http://www.springerlink.com/media/gmu
avwqywj238ypgdmwk/Contributions/X/E/T/3/X
Colijn, E., M. Muchtar. 1996. "Primates of Indonesia-- ET3VU7B5K8Q97CN.pdf
Presbytis thomasi (Collet, 1893)" (On-line). The
Indonesian Nature Conservation Database. Wilson, C.C. and Wilson, W.L. 1976. Behavioral and
Diakses pada 6 Oktober 2007 di Morphological Variation among Primate
Populations in Sumatra. Yearbook of Physical
http://animaldiversity.ummz.umich.edu/local/redirect.php Anthropology. Vol. 20, 207-233. Diakses pada 6
/http://www.nature- Oktober 2007 di
conservation.or.id/primates/presbytis_thomasi.ht http://www.theprimata.com/presbytis_thomasi.ht
ml. ml

Gurmaya, K. 1986. Ecology and Behavior of Presbytis


thomasi in Northern Sumatra. Primates, 27(2):
151-172. Diakses pada 6 Oktober 2007 di
Vol. 3 No 7 Tahun 2007
16
KHASANAH
KHASANAH
Mengapa
MengapaTanah
TanahGambut
GambutMudah Terbakar?
Mudah Terbakar?
Oleh: Rina Purwaningsih *)

T idak ada api, tetapi mengapa ada asap? Mungkin


pertanyaan ini sering muncul di wilayah
Kalimantan dan Sumatera sebagai penyebab
kabut asap pekat yang sering terjadi di dua pulau besar
tersebut. Data penelitian menunjukkan bahwa polusi
air tinggi dan pH-nya rendah (pH 3-5). Bahan
organik ini terdiri atas akumulasi sisa-sisa vegetasi
yang telah mengalami humifikasi tetapi belum
mengalami mineralisasi. USDA mengklasifikasikan
tanah organik ini ke dalam ordo Histosol. Gambut
asap yang terjadi di Indonesia, termasuk terbentuk jika proses humifikasi lebih
emisi karbon berasal dari kebakaran di lahan besar daripada proses mineralisasi.
gambut yang justru hanya menutupi 10-14% Kondisi ini terjadi jika tanaman
dari daratan Indonesia. Tanah gambut adalah mengalami mati lemas dalam air atau
jenis tanah yang mudah terbakar. Selain itu bagian tanaman terendam air,
juga menghasilkan lebih banyak asap dan membentuk endapan-endapan yang
emisi karbon. Luas lahan gambut di dunia mengandung persentase organik
berkisar 38 juta ha dan lebih dari 50 % sangat tinggi. Proses terjadinya
berada di Indonesia. Lahan gambut di akumulasi bahan organik disebut
Indonesia memiliki luasan sekitar 26 juta proses paludisasi yang merupakan
Jejak Leuser

hektar dan tersebar di sebagian Pulau proses geogenik (bukan pedogenik),


Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya. dan dapat dianggap sebagai
pembentukan bahan induk dimana
Bagaimana Tanah Gambut Terbentuk? tanah Histosol kemudian akan
t e r b e n t u k . B a k t e r i a n a e ro b
Tanah gambut atau disebut juga tanah memproses pembusukan dan
organik (Organosol) mengandung bahan penguraian, sehingga terjadi
organik sangat tinggi (lebih dari 65%) dekomposisi membentuk humus.
sehingga tidak mengalami perkembangan Dalam proses pembentukan tanah
profil ke arah terbentuknya horison-horison yang secara terus-menerus, bahan organik yang masih
berbeda, berwarna coklat kelam sampai hitam, berkadar kasar mengalami dekomposisi menjadi lebih halus.
Vol. 3 No. 7 Tahun 2007
17
Dekomposisi bahan organik dipengaruhi oleh beberapa sifat vegetasi asal, iklim, topografi, dan sifat kimia airnya.
faktor yaitu: kelembaban, susunan bahan organik,
kemasaman, aktivitas mikroorganisme dan waktu Berdasarkan faktor pembentuknya, tanah gambut di
(Broadbent, 1962). Secara umum tanah gambut Indonesia dibedakan menjadi 3 (Polak, 1941) yaitu :
mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) tinggi,
kejenuhan basa rendah, kandungan K, Ca, Mg, P rendah, 1. Gambut Ombrogen yang terbentuk terutama
kandungan unsur mikro (Cu, Zn, Mn, dan B) rendah. Tanah disebabkan oleh pengaruh curah hujan yang airnya
gambut memiliki sifat penurunan permukaan tanah yang tergenang. Gambut ombrogen terjadi di daerah iklim
besar setelah dilakukan drainase, memiliki daya hantar samudera dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun
hidrolik horizontal yang sangat besar dan vertikal sangat (lebih dari 3000 mm tiap tahun) dan tanpa perbedaan
kecil, memiliki daya tahan rendah sehingga tanaman musim yang mencolok. Gambut ini terdapat di hampir
mudah tumbang/roboh, dan memiliki sifat mengering tak seperlima pulau Sumatera, meluas sepanjang pantai
balik yang menurunkan daya retensi air dan membuat peka Malaya, Kalimantan dan pantai selatan Irian jaya.
erosi. Tebal gambut berkisar antara 0,5 sampai 16 meter
terbentuk dari sisa-sisa hutan yang membusuk menjadi
Berdasarkan kematangannya, gambut dibedakan menjadi massa berwarna coklat berkerangka dahan dan batang
3 yaitu : dalam genangan air; sehingga kekurangan O2 dan
pohon-pohonnya berakar-hawa.
1. Fibrik, dekomposisinya paling sedikit sehingga 2. Gambut Topogen, terbentuk terutama karena
masih banyak mengandung serabut, berat jenis sangat pengaruh topografi. Gambut ini terbentuk dalam
rendah (BJ kurang dari 0.1), kadar air tinggi berwarna depresi topografik di rawa-rawa di Indonesia, baik di
coklat. Jadi gambut disebut fibrik apabila bahan dataran rendah maupun di pegunungan tinggi. Gambut
vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasikan atau ini meluas di Rawa Lakbok, Pangandaran, Rawa
sedikit mengalami dekomposisi. Pening, Jatiroto, tanah Payau di Deli (Sumatera) dan
2. Hemik. Merupakan peralihan dengan dekomposisi danau-danau di Kalimantan Selatan. Vegetasinya
separuhnya, masih banyak mengandung serabut terdiri atas species rumput, paku, pohon dan semak
dengan BJ antara 0.07-0.18, kadar air tinggi dan belukar. Di Rawa Lakbok tebal gambut mencapai 3
berwarna lebih kelam. sampai 6 meter.
3. Saprik. Dekomposisinya paling lanjut, kurang 3. Gambut Pegunungan. Terbentuknya gambut ini
mengandung serabut, BJ 0.2 atau lebih, kadar air tidak didorong oleh adanya depresi atau plateau di puncak
terlalu tinggi dengan warna hitam dan coklat kelam. pegunungan api yang telah mati dan kemudian tidak
Pada gambut saprik bahan vegetatif sama sekali sudah menjadi telaga, tetapi hanya merupakan rawa-rawa
tidak dapat diidentifikasikan lagi. yang ditumbuhi vegetasi Hydrophyta dan Cyperaceae
atau juga sphagnum seperti yang ditemukan di gunung
Bisa dikatakan bahwa gambut hanya akan terbentuk jika Papandayan. Vageler (1930) berpendapat bahwa
terdapat biomass atau vegetasi yang melimpah di suatu gambut pegunungan di daerah khatulistiwa hanya
kawasan yang mengalami hambatan dalam proses terbentuk di tempat yang tinggi, iklimnya menyerupai
dekomposisinya. Faktor penghambat utamanya adalah iklim daerah sedang seperti tebentuknya gambut di
genangan air sepanjang tahun atau kondisi rawa. plateau Dieng.
Sementara itu cara pengendapan gambut tergantung pada
www.greenpeace.org

Kebakaran hutan gambut


Vol. 3 No 7 Tahun 2007
18
Pada kondisi normal lahan gambut merupakan lahan adanya kebakaran di tanah gambut. Metode yang
yang sulit terbakar secara alami, mengingat tingginya digunakan untuk menentukan lokasi dan distribusi
kandungan air di dalam gambut tersebut. Namun pada menggunakan data NOAA-AVHRR adalah dengan
kondisi cuaca yang ekstrim atau luar biasa keringnya memanfaatkan data kanal 3 (kanal inframerah sedang)
maka lahan gambut akan dengan mudah terbakar baik dengan panjang gelombang 3,55 3,93 µm dan kanal 4
secara alami maupun disengaja. Seperti kondisi cuaca (kanal inframerah panjang) dengan panjang

KHASANAH
KHASANAH
di Indonesia yang terjadi saat ini. Sekali terbakar maka gelombang 10,3 11,3 µm. Formula yang digunakan
akan sulit sekali memadamkannya, karena gambut untuk menentukan titik panas adalah :
terbakar di atas dan di bawah permukaan. Lahan
gambut yang dikeringkan secara sengaja sangat mudah T b3 - T b4 > 20 °K
menjadi kering. Walaupun tanah gambut miskin hara T b3 > 320°K atau 46.850 C (malam hari)
dan sangat sulit dimanfaatkan untuk usaha pertanian,
namun tetap saja semakin banyak lahan gambut yang T b3 - T b4 > 20 °K
dibalak dan dikeringkan. Dalam kegiatan ini biasanya T b3 > 330°K atau 56.850 C (siang hari)
kawasan gambut dibuat kanal-kanal untuk
mengeringkannya, menyediakan akses untuk Dimana T b3 dan T b4 adalah suhu kecerahan
pembalakan, dan untuk menyiapkan lahan bagi usaha (brightness temperature) kanal 3 dan kanal 4
pertanian. Pembuatan kanal tersebut mengakibatkan (PSDAL LAPAN, 2006).
turunnya permukaan air tanah dan menghilangkan air
di permukaan tanah. Setelah kering maka gambut akan Kebakaran di tanah gambut yang merupakan
kehilangan sifat-sifat alaminya yang seperti spon yang kebakaran bawah tanah memang sulit terpantau oleh
mempunyai kemampuan menahan air yang baik. satelit, karena panas yang muncul di permukaan tanah
Dalam kondisi yang alami, lahan gambut mempunyai kadang suhunya tidak sampai 42 derajat celcius.
fungsi ekologi yang penting yaitu mengatur tata air di
dalam dan permukaan tanah, dan kemudian Untuk mencegah kebakaran di lahan gambut adalah
melepaskannya secara kontinyu dan perlahan-lahan. dengan membiarkannya dalam keadaan alami. Artinya,
Kondisi ini menyebabkan air akan tetap mengalir dan drainase/pengeringan dan konversi kawasan gambut
karenanya kejadian banjir di musim penghujan dan harus dicegah. Kalaupun sudah terlajur rusak adalah
kekeringan di musim kemarau dapat diminimalkan. setidaknya dengan mengkonversinya dalam keadaan
alami dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
Apabila api di lahan gambut tidak dapat dipadamkan pengelolaan air yang baik. Pemanfaatan lahan gambut
maka api akan tetap menyala terutama yang di bawah yang lestari adalah dengan tetap memperhatikan aspek
permukaan dalam jangka waktu yang cukup lama konservasi sumberdaya alam dan air secara
(bahkan tahunan) dan dapat memicu kebakaran baru berkelanjutan yang sesuai dengan pengembangan dan
apabila cuaca menjadi lebih kering lagi. Sementara api pertumbuhan wilayah yang berdasar pada kriteria
yang menyala di bawah permukaan akan merusak kesesuaian lahannya. Pemanfaatan lahan gambut yang
sistem perakaran pohon sehingga pohon-pohon telah ada hendaknya diintensifkan dengan
tersebut menjadi tidak stabil kemudian tumbang atau memperbaiki teknik aplikasinya dan meminimalkan
mati yang akan menjadi bahan bakar potensial pemukaan lahan gambut baru.***
berikutnya.
*) Junior Project Assistant for GLNP, UNESCO
Tidak Terdeteksi oleh Satelit

Satelit NOAA-AVHRR (National Oceanic and Bahan Bacaan


Atmospheric Administration-Advanced Very High
Resolution Radiometer) sebagai salah satu satelit cuaca Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan
yang mampu mendeteksi keberadaan titik panas Pedogensis. Akademika Pressindo.
(hotspot) kadang tidak mampu menunjukkan indikasi www.lapanrs.com/SMBA/smba.php
Jejak Leuser

Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka;


namun terkadang kita melihat dan
menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga
kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka.

Alexander Graham Bell,


Penemu dan Mantan Presiden National Geographic Society

Vol. 3 No. 7 Tahun 2007


19
Tauhid di Balik Konservasi
(Kenang-kenangan dari dan untuk Pak Wir, Mantan Kepala Balai TNGL)

Oleh: Bobby Nopandry *)

S udah sejak lama saya menyimpan ide bahwa


perjuangan konservasi itu 'mirip' dengan perjuangan
agama. Kata mirip itu saya beri tanda kutip karena
sebenarnya saya malu membandingkan agama, sebuah hal
yang sangat suci dan bersifat illahiyah,
Sampai kemudian, beberapa hari yang lalu, ide ini
kembali muncul dirangsang oleh diskusi menarik yang
disampaikan oleh Ir Wiratno MSc, mantan Kepala Balai
Taman Nasional Gunung Leuser. Pak Wir, begitu beliau
biasa kami sapa, pada diskusi itu memberikan
dengan hal keduniaan yang fana. sebuah pandangan baru : bahwa perjuangan
konservasi itu bukanlah sekedar mirip dan
Perjuangan konservasi adalah upaya menyerupai perjuangan menegakkan tauhid,
menjaga kelestarian alam ini yang bahkan perjuangan konservasi itu malah
simultan dengan upaya penjaminan menyimpan nilai-nilai tauhid! Dan perjuangan
kesejahteraan masyarakat, sangat konservasi itu dapat juga menjadi bagian dari
duniawi. Hal ini, menurut perasaan perjuangan agama !
saya, sepertinya tidak layak untuk
disandingkan dengan perjuangan Kesimpulan ini memang tidak secara eksplisit
agama. Dakwah, syiar, dan jihad agama dinyatakan Pak Wir dengan redaksi seperti di atas.
itukan kerjanya para nabi-nabi dan para Beberapa contoh pengalaman, pengamatan dan
penerusnya (Islam : ulama dan ummat) perenungannya dalam dunia konservasi yang
yang berusaha menegakkan keyakinan beliau sampaikan dalam diskusi itulah yang
terhadap Allah SWT, Tuhan YME atau mengarahkan saya pada kesimpulan tersebut.
tauhid ke segenap penjuru alam.
Pengorbanan
Oleh karena itulah saya lebih menyukai kata mirip, untuk
menyatakan kemuliaan level perjuangan agama. Akan
tetapi, tetap harus saya tekankan bahwa perjuangan Sesuatu yang hampir selalu ada dalam kisah-kisah
konservasi itu benar-benar 'mirip' dengan perjuangan perjuangan agama adalah pengorbanan (sacrifice).
agama. Bahkan sepertinya tiada perjuangan tanpa pengorbanan
dalam bidang ini. Dan memang, konsep berkorban adalah
Ide ini lama mengendap dalam pikiran dan benak saya. tipikal perjuangan agama yang memiliki konsep

Vol. 3 No 7 Tahun 2007


20
mujahadah di dalamnya. Nilai-nilai pengorbanan, keharusan adanya unsur
keikhlasan dalam perjuangan dan kepuasan batiniah
Mujahadah mengacu pada perbuatan melawan dan yang mengiringi kesuksesan perjuangan aktivitas
meninggalkan nafsu dalam upaya mendahulukan konservasi setidaknya menyerupai faktor serupa dalam
kepentingan perjuangan agama, yang memang selalu perjuangan agama. Kedua bidang ini juga sama-sama
bertentangan dengan nafsu. Mengorbankan harta, tidak menjadikan unsur materi sebagai tolok ukur

W
WAC
meluangkan waktu dan masa, rela untuk dianggap keberhasilan. Materi bagi perjuangan agama, demikian
'asing' (terkadang) sesuai dengan aturan agama juga dalam perjuangan konservasi, adalah alat (tool)
merupakan sebagian contoh tindakan yang untuk mencapai tujuan, bukan menjadi maksud
bertentangan dengan nafsu diri : sayang dengan harta, (purpose).
memanfaatkan waktu luang untuk rihat, dan untuk

AA NCA A N A
tidak dianggap berbeda (freak). Kalaupun ada sebagian aktivis konservasi yang
menjadikan materi sebagai maksud perjuangannya
Nafsu manusia selalu beriringan dengan keinginan maka golongan ini dapat disebut telah 'tersesat di jalan
memenangkan ego dan selalu berujung pada upaya yang benar' !! Aktivis konservasi yang menjadikan
memenuhi hasrat (desire). Hasrat ini dapat berupa materi bagi individu sebagai maksud perjuangan akan
hasrat akan materi maupun non materi, seperti merusak keseluruhan perjuangannya. Tidak ada lagi
penghargaan sosial dan pengakuan diri. Semua ini, nilai keberhasilan dalam penyimpangan pemikiran dan
dalam perjuangan agama, harus dikesampingkan perbuatan seperti ini.
apabila berhadapan dengan kepentingan perjuangan.
Ini pula yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Tugas kekhalifahan
SAW dengan penolakannya akan tawaran kekuasaan,
harta, dan wanita dari para penguasa Mekkah saat
beliau diminta meninggalkan dakwah. Alam ini sangat luas terbentang. Luasnya dunia yang
secara fisik kita pijak dan kita sebut sebagai bumi ini
Perjuangan konservasi, tentu memililiki hal serupa. sama kita mafhumi mengorbit pada sebuah bintang
Ego plus hasrat materi dan non materi juga harus bernama matahari. Matahari, adalah sebuah bintang
dikesampingkan dan dinomorsekiankan dalam yang tersudut pencil di tengah sebuah galaksi, Bima
perjuangan konservasi, seperti pada perjuangan agama Sakti.
di atas.
Salah satu contoh ke-mujahadah-an dalam perjuangan Galaksi ini rupanya merupakan bagian dari ribuan
konservasi adalah bersedia untuk melawan arus bahkan jutaan gugusan galaksi di sebuah 'lahan'
pemikiran yang awam. Bekerja di bidang ini bernama alam semesta. Alam semesta yang ternyata
mengharuskan para aktivisnya untuk berdiri di sampai saat ini masih terus berekspansi dan
seberang stake holder kehutanan dan lingkungan hidup berkembang. Membayangkan ini, menjadi sungguh
lainnya, yang (kebanyakan) memandang sumberdaya kecil rupanya planet bumi yang menjadi penyokong
alam ini sebagai komoditi ekonomi semata. hidup umat bernama manusia. Kita, manusia, rupanya
berada di sebuah sudut yang sangat kecil di tengah
Banyak pihak yang selalu memunculkan pandangan bentangan alam semesta yang sangat luas.
dan pertanyaan seperti : ”Mana yang lebih penting
antara melindungi hutan dan hewan-hewan dengan Namun hebatnya, manusia ternyata memiliki sebuah
kepentingan masyarakat yang sangat membutuhkan tanggung jawab yang besar sebagai khalifah di muka
lahan ?” atau, ”Apakah cagar alam dan taman-taman bumi ini. Bentuk tanggung jawab berupa tugas
nasional itu hanya untuk kepentingan para peneliti ?”, menjaga, memanfaatkan dan melestarikan kehidupan
dan beberapa bentuk pertanyaan lain yang serupa. (komponen biotik) di muka bumi beserta segenap
penyokongnya (komponen abiotik).
Pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan seperti ini
sebenarnya sebuah ironi tersendiri bagi aktivis Nah, pekerjaan dan perjuangan konservasi, menurut
konservasi. Sebab, pandangan ini kemudian berujung Pak Wir, merupakan pilihan yang sangat tepat untuk
pada stigma bahwa aktivitas kaum konservasionis menjalankan tugas kekhalifahan ini. Bekerja di bidang
Jejak Leuser

'berada di seberang konsep pembangunan' yang konservasi memberi kesempatan bagi kita untuk
dilekatkan pada mereka. Sementara, pada hakikatnya menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi
saat itu mereka sedang berjuang demi kepentingan kehidupan. ”Memberi manfaat buat alam”, begitu
masyarakat itu sendiri. Bahkan, perjuangan ini istilah yang beliau sampaikan.
memiliki ciri yang sangat mulia: tidak terlihat secara
kasat mata manfaatnya (karena sebenarnya manfaat Toh sama-sama diketahui oleh para aktivis konservasi
lingkungan itu tidak terhitung) dan tidak hanya untuk bahwa yang mereka perjuangkan sehari-harinya
kepentingan manusia saat ini, tetapi juga bagi manusia adalah menciptakan keseimbangan pemanfaatan
yang hidup di masa yang akan datang. sumberdaya alam dengan kebutuhan manusia sebagai
efek proses berbudaya. Konservasi bukan melulu

Vol. 3 No. 7 Tahun 2007


21
melarang manusia memungut hasil alam. Namun yang 'kebetulan' yang sangat menguntungkan. Munculnya
ingin kita capai adalah keberlanjutan segenap potensi orang-orang yang tepat untuk menyelesaikan suatu
sumberdaya alam di muka bumi ini. Sehingga, dapat masalah, datangnya sumber dana atau sponsor dari sumber
dinikmati dengan cara yang variatif dan lestari oleh seluruh yang tak disangka-sangka, atau terjadinya beberapa
manusia, yang hidup saat ini maupun di masa yang akan kejadian tak terduga merupakan contoh-contohnya.
datang.
Ini bukan klenik ! Toh dunia konservasi memang jauh dari
Membaca (Iqra') klenik, walaupun terkadang dalam praktiknya di lapangan
harus menghormati nilai-nilai klenik terutama yang dianut
masyarakat sebagai mitra kerja. Apa yang ingin
Bekerja dan berjuang di bidang konservasi tentu memberi disampaikan adalah fakta bahwa seringkali bantuan
kesempatan yang besar sekali bagi pelakunya untuk muncul di tengah-tengah kebuntuan usaha dan perjuangan
berinteraksi dengan alam dan lingkungan. Berbagai proses melestarikan alam ini. Ini, adalah termasuk dari tanda-
ekologi, bentangan alam dengan balutan keluarbiasaaan tanda dan pesan dari Tuhan untuk dapat kita baca dan
penciptaan dan fenomenanya tentu seringkali menyertai cerna.
dan menjadi pengalaman hidup pekerja konservasi. Untuk
pejuang konservasi yang jeli, tentu hal-hal seperti ini dapat Akan tetapi, tentu saja saya juga sepakat bahwa proses
menjadi bahan perenungan dan pelajaran untuk dikaji. 'membaca' ini sangat relatif. Apa yang bagi sebagian orang
Dengan analisis yang logis kajian ini akan mengarah pada dapat dianggap sebagai pesan dari Sang Pencipta sangat
sebuah kesimpulan akan kebenaran dan kebesaran Sang mungkin dibaca sebagai fenomena teknis yang biasa saja
Pencipta, Allah SWT. bagi sebagian lainnya. Menjadi beriman memang
merupakan sebuah pilihan, walaupun tidak boleh
Dalam agama Islam sendiri, kekhususan bagi manusia dan menjadikan kita ingkar akan kekuasaan Allah untuk
umat yang beriman untuk dapat 'membaca' pesan-pesan menentukan dengan takdir-Nya.
illahiyah dari lingkungan sekitar (fisik dan sosial) sudah
benar-benar ditekankan sejak awal. Karena, kata pertama Penutup
dari Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW adalah ”Iqra'!”, yang berarti ”Bacalah !”. Hal ini Menjadi aktivis atau pejuang konservasi merupakan
menjadi bukti bahwa Allah sendiri memang selalu pilihan. Pilihan yang sangat baik untuk menentukan lahan
'menuliskan' pesan-pesan ketuhanan pada lingkungan bekerja, karena seperti bidang pekerjaan lainnya bidang
sekitar dan menyuruh kita untuk membacanya. Pada alam ini juga selalu menyimpan nilai ibadah. Namun ternyata,
dan isinya, pada orang-orang dan lingkungan sosial di dalam memperjuangkan konservasi, pesan, tanda, dan
sekitar kita dan pada kejadian-kejadian di sekeliling kita. nilai-nilai ke-Tuhanan lebih banyak terserak di segenap
penjuru ruang kerja. Memudahkan dan menjadi nikmat
Siapa lagi yang bisa lebih banyak memiliki kesempatan tersendiri bagi aktivis yang mau membuka mata,
untuk membaca tanda-tanda ini selain dari aktivis membaca kekuasaan-Nya.
konservasi -pekerja yang pekerjaannya memang selalu
berkaitan dengan mayapada alam- ? Memang tidak harus Pak Wir memang sudah kami (saya dan teman-teman)
dari tanda-tanda yang tertulis pada alam, sebenarnya. Pada anggap sebagai 'guru' kami di bidang konservasi. Dari Pak
proses perjuangangan konservasi itu sendiri, seringkali Wir juga kami banyak belajar berbagai sisi menarik dunia
pesan-pesan illahiyah juga muncul. 'Invisible Hand', konservasi ini. Dari beliau pula kami peroleh 'perenungan'
begitu istilah yang diberikan Pak Wir, mengutip perkataan ini. Ngobrol dengan Pak Wir memang selalu
Adam Smith-yang terkenal dengan Teori Kepuasan-nya. menumbuhkan inspirasi. Terima kasih dan selamat
bertugas di tempat baru, Pak !
Di tengah-tengah ke'teruk'an perjuangan konservasi, yang
memang sangat membutuhkan keseimbangan akal dan hati *) Staf Bidang KSDA Wilayah II Padang Sidempuan-
dalam menjalankannya, sering muncul berbagai Balai Besar KSDA Sumut

Apa yang saya saksikan di Alam adalah sebuah tatanan agung yang tidak dapat kita pahami dengan
sangat tidak menyeluruh, dan hal itu sudah semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa berpikir
dilingkupi perasaan "rendah hati."

Einstein

Vol. 3 No 7 Tahun 2007


22
W
WAC
PENERAWANGAN SEORANG FOREST GAM

AA NCA A N A
Tuangan Refleksi & Otokritik Organisasi
Oleh : Ujang Wisnu Barata*)

F orest Gam adalah gambaran sosok yang lugu dan


idealis, mirip dengan tokoh Forest Gump yang
diperankan oleh Tom Hanks dalam film yang
judulnya juga ”Forest Gump”. Bedanya adalah, Forest
Gam tinggal di pinggiran ”Gunung Lengser”, lahir dan
lembah hutan Gunung Lengser. Katanya forest itu
artinya hutan, sedangkan gam, menurut legenda
setempat, adalah sekelompok pahlawan yang tinggal di
Gunung Lengser, dan konon sering muncul membantu
masyarakat pada saat-saat dibutuhkan (layaknya tokoh
besar di lingkungan asri, rumahnya persis Robin Hood dari hutan Nottingham,
di lembah Gunung Lengser yang terkenal England). ”Jadi Forest Gam artinya
seantero jagat itu. Meskipun telah sekian kurang lebih adalah Pahlawan dari
lama berkelana, sekolah keluar kota Hutan,” begitu katanya (Iya, percaya aja
hingga menjadi sarjana, dan bekerja deh..).
pindah-pindah tempat, namun orang
bilang dia tetap saja pola pikirnya ”agak Forest Gam dikenal pemurung dan
ndeso”. penyendiri. Sesekali, setelah pulang
kerja, sehabis shalat maghrib, dia selalu
Sekarang dia bekerja di Balai Taman menyempatkan untuk ”menenangkan
Gunung Lengser. Dia dapat bagian kerja diri”. (Itulah yang membuat orang lain
di lapangan, bukan orang kantoran, berpikiran dia gila. ”Forest Gam suka
karena dia memang tidak begitu bisa (atau bertapa,” kata mereka). Biasanya dia
Jejak Leuser

suka) tugas-tugas kantoran. Tugasnya duduk di kursi panjang di halaman


adalah menjaga kelestarian, keawetan, belakang rumahnya sambil menatap
dan kemanfaatan Gunung Lengser siluet panorama Gunung Lengser yang
sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat disinari terang bulan. Tak lupa bawaan wajibnya yaitu
termasuk dirinya. Begitu katanya (wah, dasar satu buah kotak seukuran papan catur berisi coklat
idealis.....). Apabila dihitung masa kerjanya, maka dia berbentuk bulat-bulat (lagi-lagi mirip Tom Hanks... Eh,
termasuk orang baru, karena baru 3 tahun dia menjadi Forest Gump).
staf Balai Taman Gunung Lengser ini.
Malam ini, Forest Gam melakukan ritualnya itu......
Kenapa namanya Forest Gam? Mungkin karena lahir di

Vol. 3 No. 7 Tahun 2007


23
Gunung Lengser Itu Seksi permasalahan riil yang ada di dalamnya adalah
sekolahku.” Kenapa jawabanku seperti itu? Aku cuma
Gunung Lengser... Apa yang pertama terlintas ketika pingin lebih pede dalam mengemban titel, apapun jenis
pertama mendengar nama ini? Bagi seorang petualang, ini titelnya setelah lulus dari sekolah itu, sekaligus mencari
adalah tempat antah berantah yang penuh tantangan. jawaban aman, seandainya karena satu dan lain hal,
Bayangin, untuk mendaki sampai ke puncaknya, kita harus (terutama karena masalah ketidakmampuan secara
berjalan selama 7 hari!! Dia terletak di tengah dari bukit finansial), aku memang tidak akan pernah bisa sekolah lagi
sekelilingnya yang entah berapa puncak dulu harus kita (bukankah sekolah jaman sekarang ini perlu biaya sangat
lewati untuk sampai ke puncak idaman, negeri di atas awan. mahal??). Dalam hal ini aku masih memiliki nilai-nilai
Tapi, bagi seorang petualang sejati, bukankah semakin idealis bahwa sekolah, dan apapun yang didapat dari sana
menantang dan semakin sulit itu menjadi hal yang sangat (apalagi kalo dibiayai negara) memiliki pesan luhur untuk
menarik untuk ditaklukkan?! Bagi seorang konservasionis dapat menampakkan nilai guna & dipertanggungjawabkan
dan peneliti, Gunung Lengser merupakan fenomena pada masyarakat dalam dunia nyata. Jadi sebenarnya mana
tersendiri, laboratorium alam… Tempat dimana berjuta- yang lebih penting, sekolah atau aktualisasi diri di
juta misteri kejadian alam masih menantang untuk dicari lapangan/masyarakat ? Huwaduh……celakalah yang
tahu penyebabnya, berjuta-juta potensi tersembunyi masih menafikan salah satu diantara kedua opsi tersebut, jelas
menarik untuk dicari tahu kegunaannya…berjuta-juta dua-duanya bak mur dan baut yang saling melengkapi !!
kelangkaan yang harus dicari tahu cara melindungi dan
menyelamatkannya…berjuta-juta dunia lain!! Bagi Tentang jabatan dan status sosial, kembali seorang teman
seorang pebisnis yang oportunis, money/project oriented, yang lain pernah bertanya, ''Dulu kamu aktif di LSM, trus
dan para pencari keuntungan sesaat, Gunung Lengser kerja di swasta, trus sekarang jadi PNS, kok jadi kayak
merupakan tempat eksploitasi besar-besaran. Bahan orang bingung gitu, tapi bener juga pilihanmu, PNS
tambang, kayu, satwa langka, air, belum lagi lansekap-nya, meskipun gaji kecil tapi hidup lebih nyaman, kerja nggak
gua-gua waletnya, madunya, rotannya, getah damarnya, kerja digaji dan hasil sampingannya lebih banyak, status
ganjanya… Yang bagi mereka, semua itu bisa dijual, dalam sosial pun naik karena jadi pejabat, iya kan ?'' Saat itu dan
arti sempit dan sebenar-benarnya ''menjual diri''. Bahkan sampai saat ini jawabanku juga masih sama, '' LSM,
keragaman konfliknya, bagi sementara orang/sebagian Swasta, atau PNS, ketiganya hanya baju/kendaraan yang
kelompok merupakan ''alat'' untuk memproyekkan membawa aku menuju ke tujuan hidupku. Setidaknya,
konservasi demi kesinambungan eksistensinya. Bak gadis sampai saat ini aku masih konsisten dalam hal
cantik yang keseksian dan kecantikannya tak menyandang julukan sebagai rimbawan, karena di
tertandingi…itulah Gunung Lengser. Semua orang pingin ketiganya yang kuurusin adalah masalah hutan. Mengapa
mendekat, memandang, bahkan kalo perlu merengkuh dan ?? Yah, karena aku cuma tahu ilmu kehutanan saja….
memilikinya. Medan perebutan semua
pihak….Pemerintah, LSM, peneliti hingga politisi, dan Ketika ''dunia keproyekan'' pelan-pelan menjadi santapan
tentunya internal organisasi Balai sendiri, semuanya punya wajib. Dunia yang kerap jauh dari substansi, penuh
kepentingan. Akankah Gunung Lengser hancur dengan pernak-pernik administrasi serta liku-liku birokrasi, dan
adanya benturan kepentingan itu?? Mungkinkah benturan aku harus turun langsung mengawal dunia itu, harus
kepentingan itu justru bisa diramu menjadi sinergi yang berusaha tahu, dan, harus siap konsekuensinya (itu yang
saling mengisi dan menguatkan….. aku bayangkan, begitu banyak ketakutan berkecamuk
tanpa bermaksud menjadi paranoid). Apakah badai itu
Taman Gunung Lengser sebagai sebuah organisasi. Apa akan menerjang, atau ini justru bisa dijadikan ''my new
yang bisa diceritakan dari sini?? Begitu banyak yang bisa challenge'', tantangan baru untuk memadukan idealisme
diceritakan atau mungkin nggak perlu dipikirkan….. sebagai rimbawan dengan tuntutan proyek? Bagaimana
menjadikan suatu kegiatan tersentuh substansi
Aku…..Rimbawan?! permasalahannya, tapi secara keproyekan juga ''aman'', itu
wejangan yang aku coba cerna betul-betul dari salah
Kembali ke hutan…….. Back to the jungle.. Forester, seorang pemimpin di tempat kerjaku. Bersama beliau, aku
rimbawan, sungguh sebuah julukan mentereng dan merasa ''nemu''.
memiliki konsekuensi besar bagi siapapun
penyandangnya. Bukankah bagi mereka hutan adalah Ini Duniaku….. ?!
“maha taman tempat kita bekerja”? Bukankah bagi mereka
hutan adalah tempat aktualisasi diri, tempat Aku masih ingat dengan jelas. Hari itu, ketika pertama kali
membanggakan diri, tempat mengimplementasikan dan menginjakkan kompleks kantor, tidur di salah satu mess
menguji segala teori di ”lapangan”, bukan masalah menjadi yang jarang ditempati, tengah malam. Paginya, hari
besar atau tetap kecil, namun hutan merupakan pertama secara resmi kerja sebagai staf Balai Taman
tempat/ruang dimana golongan ini eksis. Itu idealnya!! Gunung Lengser (begitu semangatnya sampai baju dibikin
wangi dan sepatu kubuat mengkilap), aku menuju kantor.
Pernah seorang kawan bertanya “kapan kamu rencanakan Ups……sepii….. Lha kok ruangannya banyak yang kotor.
sekolah lagi??” Saat itu dan sampai saat ini sepertinya Bahkan di salah satu ruangan (yang katanya ruangan itu
jawabanku masih sama, “kawasan, masyarakat, dan semua bakal calon ruangan kerjaku), meja, kursi, komputer,

Vol. 3 No 7 Tahun 2007


24
lemari, buku-buku, arsip kantor, semuanya nggak “kawah candradimuka Taman Gunung Lengser”
terurus. selama 3 tahun ini. Yang sangat membekas adalah
tentang bagaimana ”menyelesaikan masalah”, bukan
Menurutku, akan ada 2 reaksi manusiawi ketika sekedar ”menyelesaikan pekerjaan”. Aku merasakan
seseorang menghadapi situasi yang kuhadapi saat itu. hal yang jauh berbeda sekarang, kerja keras dan
Pertama, dia akan bersikap : ''waduh, sialan…..aku kemajuan, apapun bentuknya adalah hal yang patut

W
WAC
bakalan sengsara di sini''. Kedua, dia akan bersikap : diapresiasi. Aku sadar, inilah duniaku, yang sekarang
''oke, ini butuh kerja keras!'' Kedua sikap tersebut dan entah sampai kapan akan terus berproses.
otomatis akan menghasilkan sikap turunan lainnya. Meskipun, untuk mengubah sikap mental seseorang
Untuk yang loyo dan bersikap seolah-olah sial dan kadang butuh ”mukjizat”.
bakal sengsara, selanjutnya akan cenderung menjadi

AA NCA A N A
oportunis, minimalis dan tidak produktif karena sikap Sekonyong-konyong, terdengar sayup-sayup lagu yang
turunan pasrah-nya. “Maen aman” adalah ujung- menyentuh jiwa, yang syairnya sangat dikenal, lagu
ujungnya. Untuk yang kedua, dia akan memiliki sikap ”Untuk Kita Renungkan”, lagunya Ebiet G. Ade.
turunan yang justru sebaliknya, sikap dasar
memberontak yang ingin merubah sistem. Jadi aku Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
harus bersikap seperti apa?? Maaf, untuk yang ini Suci lahir dan di dalam bathin
nggak perlu harus dikatakan atau ditunjukkan…. Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Sikapku hanya satu, dimanapun, eksistensi-lah yang Singkirkan debu yang masih melekat.....
ingin kupelihara…..bahwa orang merasakan aku ada,
dan juga merasakan ”ada yang lain” ketika aku tidak Tapi tiba-tiba ......”Gam....Gam....Gam!! Bangun!!
ada, itu lebih dari cukup. Jika orang lain sudah bisa Bangun!! Ada truk keluar dari bukit Lengser,
merasakan keberadaanku, terserah orang itu sepertinya bawa kayu!!”.. Forest Gam terbangun,
memberikan penilaian apa terhadapku, orang macam ”Aa....apaaa? Kamu Pet.....ada aa...apa?”. Ternyata itu
apa aku. si Peter Pan, teman kerjanya. ”Kayuuu.... Ayo Gam,
buruan....kita kejar, ini sudah A satu, kawan-kawan
Dan…..bagaimana sekarang setelah tiga tahun berada intel sudah bergerak duluan tadi”, sahut Peter Pan.
di lingkungan seperti itu?? Inilah perang ”Oke Pet, nih kunci mobil, kamu yang nyopir, jangan
sesungguhnya…..idealisme versus realitas…..teori sampe keburu di delapan enam-kan!”.
versus diversitas persoalan…..bagaimana baiknya
versus bagaimana bagusnya. Banyak lagi Hal-hal seperti itulah yang membuat hidup Forest Gam
pertentangan-pertentangan berkecamuk…. Dunia ini jadi lebih hidup. Akhirnya, jalan itulah yang dia pilih,
sungguh beragam!! Buatku, inilah kehidupan terlibat permasalahan riil di lapangan dan berusaha
sesungguhnya, tantangannya nggak pernah habis menjiwai tugas pokok sebagai abdi negara. Dan....dia
dengan intensitas yang sukar dikira-kira. Beragam tersibukkan lagi dalam rutinitas kesehariannya. Kerja
taktik-cara-metode perlu dikembangkan. Inilah tempat adalah ibadah, di dalam ibadah akan selalu ada totalitas
menguji ilmu dan juga…...iman!! Manajemen konflik, dan keikhlasan yang didasari oleh ”niat yang tulus”.
manajemen emosi, manajemen kepentingan….. Forest Gam percaya itu..

Perang batin yang nyata kualami adalah, ”apakah


segala sesuatu itu hanya bisa dinilai dengan uang,
apakah tidak ada ruang untuk hal lain agar sesuatu itu
menjadi bernilai selain semata-mata tentang uang??” Cerita ini bisa dikategorikan jenis fiksi ilmiah, karena
Bagaimana dengan ketulusan, etos kerja, dan diilhami oleh pengalaman beberapa orang.
silaturahmi sebagai satu keluarga besar?? Dimana jiwa Apabila ada kemiripan nama dan karakter, itu sama
korsa, pengabdian, dan keikhlasan?? Ternyata ilmu dan sekali tidak disengaja dan tanpa tendensi apapun.
pelajaran mahal ini baru benar-benar kutemui saat ini. Tiada Kemajuan Tanpa Keberanian untuk Melangkah
Pernahkah kamu mengalami bagaimana sakitnya --- sekian —
ketika kita datang dengan niat baik dan tulus untuk
membantu, tapi orang masih saja menaruh curiga?
Jejak Leuser

Akhirnya, disinilah aku berproses… *) PEH pada BPTN III-Stabat, Balai Besar Taman
Nasional Gunung Leuser.
Banyak hal positif yang didapat dalam berproses di

Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras.
Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan.

Thomas A. Edison,
Vol. 3 No. 7 Tahun 2007
25
GERAKAN EKOLOGIS INTERNASIONAL
Oleh : Saiful Bahri *)

I nformasi dan komunikasi seakan telah membuat dunia


seperti tanpa batas. Karena itu melalui komunikasi dan
informasi bilateral dan multilateral, hubungan antar
pribadi bahkan antar bangsa dapat lebih dipererat lagi.
Informasi dan komunikasi telah menjadi sarana penting
Laju pembangunan yang timpang dan tidak seimbang
mendorong gerak ekonomi pasar sebagai bentuk
penumpukan kapital pada sebagian kecil kelompok yang
mewarisi jaringan modal tidak terbatas dalam lingkup
untuk memperkuat berbagai sendi-sendi pembangunan koneksi dan fasilitas. Enam miliar penduduk bumi, apabila
ekologi global, menciptakan saling dilakukan hegemoni ekonomi yang berorientasi
pengertian, mendorong kemajuan pasar, akan menginvestasikan kembali ekonomi
sosial, saling menghormati budaya dunia yang tidak seimbang. Dan pada satu sisi lain
dan nilai bangsa serta memperteguh akan menanam konflik sosial karena kapitalisasi
keterpaduan di lintas horizontal dan telah mengoyak dan meruntuhkan modal sosial dan
vertikal enam miliar penduduk bumi. selanjutnya lahirlah 'dua saudara kembar';
masyarakat extra legal dan mikro fasisme. Lagi-lagi
Hal tersebut menjadi sebuah kita akan dihadapkan kepada dilema kemiskinan dan
motivasi pihak-pihak tertentu dalam kebodohan dan akhirnya sumberdaya alam-lah yang
mengupayakan pembangunan sosial juga akan menjadi korban nyata dan utama secara
yang mandiri di berbagai belahan langsung maupun tidak langsung. Kemarin, sekarang
nasional bahkan di bumi ini. dan esok...!
Berbagai upaya dilakukan dengan
tanpa lelah untuk menciptakan Dengan melihat kenyataan di atas, tanpa tendensi
sebuah titik kesadaran kehidupan politik apapun, gerakan ekologis global sudah
berbangsa yang lebih baik. Salah seharusnya diratifikasi ke tingkat dusun dan harus
satunya adalah pada tataran di tingkat memiliki sumbu idealisme yang kuat dan memiliki
pedesaan. Pedesaan adalah salah satu spektrum ke seluruh arah dan sendi kehidupan
sub-system dari gerak global pembangunan dunia. masyarakat untuk mewujudkan pembangunan yang
Pedesaan diharapkan mampu mempertajam gerakan berkelanjutan. Dan abad 21 bukan hanya kekhawatiran
tersebut agar lebih mengutamakan dan memprioritaskan terhadap bencana nuklir dan perang, bukan pula pada
arahnya kepada titik titik konsentrasi ekologis, ekonomi, pemanasan global karena emisi gas rumah kaca yang
budaya, pendidikan serta mendapatkan hak dan mandat meruntuhkan ozon serta bencana alam yang selalu menjadi
'ekososial' dalam pengelolaan sumberdaya alam yang mimpi buruk, tetapi pada klimaks yang monumental, yaitu
terdapat di sekitarnya untuk mewujudkan pembangunan 'pembantaian' umat manusia dan mahluk hidup diseluruh
yang lebih adil dan pembangunan yang berkelanjutan. dunia oleh pemiskinan dan pembodohan yang terencana
Vol. 3 No 7 Tahun 2007
26
Bisro Sya’bani
W
WAC
AA NCA A N A
Konferensi Rakyat Pedesaan Leuser, Juni 2007 - pijakan awal desa sekitar TNGL untuk masa depan alam

dengan senjata yang lebih berbahaya dari ancaman suatu solidaritas horizontal dan kesetiakawanan sosial
nuklir, yaitu berupa pemusnahan sumberdaya alam. di sepanjang perbatasan sumberdaya alam secara serasi
Revitalisasi menyeluruh terhadap kebijakan dan harmoni untuk membangun kemandirian seluruh
pengelolaan sumberdaya alam di seluruh dunia harus penduduk desa dalam upaya membebaskan diri dari
segera dilakukan dan sebuah hukum baku karena kemiskinan dan kebodohan. Dan sudah saatnya rakyat
keselamatan rakyat adalah sebuah hukum yang paling desa bangkit dan bersatu untuk mengelola desanya
tertinggi dari hukum apapun dan dimanapun (salus masing-masing dengan metoda clusterisasi sebagai
populi suprema lex). Dan gerakan penyelamatan bumi penyeimbang dan penyelamat negara saat hantaman
akan lebih nyata dan dipastikan memiliki sumbu globalisasi tahun 2020 yang penulis lihat merupakan
interaksi yang lebih kuat apabila dilakukan oleh bentuk dari neo-imperialisme dan neo-liberalisme. Dan
penduduk desa yang berada di sumberdaya alam pada saat itulah kita akan menyadari bahwa Republik
tersebut daripada para komparador yang berwajah Indonesia adalah negara penentu konfigurasi dan
ganda maupun parasit yang menumpang hidup di percaturan dunia. Namun bukan dari keberadaan nuklir
wacana ekologi. dan militer, juga bukan dari perebutan sumber minyak
dan bahan tambang lain tetapi dari kebangkitan
Kelahiran momentum di atas seharusnya juga semangat ber-ekologi sebagai penghasil devisa utama
didukung oleh seluruh umat manusia dan bukan suatu di abad 21 yang akan melahirkan momentum BIO-
ketakutan yang pantas kita rasakan ketika rakyat desa EKONOMI.
berbondong-bondong menyatakan pendapat mulia di
Konferensi Rakyat Pedesaan Leuser tentang Bumi Dan desa-desa berbatas langsung dengan sumberdaya
pada bulan Juni 2007 yang lalu. Dan jangan lagi alamnya akan berada di garis terdepan Republik
penduduk desa ditakut-takuti ketika kita akan bangkit Indonesia dalam menghadapi kebodohan. Yang amat
Jejak Leuser

bersama, karena ini bukan untuk menuju pada arah disedihkan sekarang, banyak oknum dari kelas
gerakan inkonstitusional tetapi melakukan apa yang menengah dan intelektual yang berada dibelakang layar
telah banyak dilupakan oleh bangsa kita, melakukan konspirasi pemusnahan hutan untuk
mempertahankan apa yang hijau dari jamrud pemenuhan kebutuhan jangka pendek. Kegagalan kelas
khatulistiwa negeri ini. Sebuah gerakan yang pantas menengah dalam mengelola sumberdaya alam tersebut
dan harus dilakukan oleh semua orang di semua adalah awal daripada kebangkrutan negara.
tempat di setiap waktu untuk keberlanjutan Pertarungan politik dunia sedikit banyak akan
sumberdaya alamnya dan juga untuk keberlanjutan melahirkan peperangan, terutama pada sektor
kehidupannya agar sumberdaya alam itu dapat perebutan sumberdaya alam atas bahan baku produksi.
menghidupinya, bagaimana ekonomi dan ekologi Dan peperangan selalu menciptakan keruntuhan
dapat berjalan seirama dan bagaimana terbangunnya ekonomi, dan selanjutnya akan bangkit menuju ledakan

Vol. 3 No. 7 Tahun 2007


27
ekonomi, dan kemudian tidak dapat diprediksi akan menghianati negara walaupun sebenarnya justru negaralah
mengarah kemana; apakah menuju ke pelestarian yang telah menghianati rakyat dengan seolah-olah melepas
sumberdaya alam atau bahkan malah penghancuran total. tanggung jawabnya untuk mensejahterakan rakyat
Tetapi, keterpengaruhan tersebut tidak semata-mata hanya pedesaan. Dan harus diingat selalu oleh negara, bukan
dilakukan oleh kelas menengah, akan tetapi hegemoni sekedar dukungan pembiayaan yang dibutuhkan oleh
negara melalui pemerintah juga sangat menentukan rakyat tetapi yang paling vital adalah keberpihakan,
menggelindingnya bola salju tersebut. Kegagalan sehingga pembangunan kehutanan dengan pembangunan
pemerintah dalam mengelola sumberdaya alamnya adalah regional akan terintegrasi. Keberpihakan pembangunan
asal muasal hulu ledak degradasi hutan karena Indonesia pada pedesaan akan memberikan kepercayan yang tinggi
masih menganut pada patronase “bahwa hutan dikuasai rakyat kepada negara, mengembalikan puing-puing modal
oleh pemerintah “ bukan oleh negara yang didalamnya sosial yang berserakan, memutus rantai extralegal dan
terakomodasi kepentingan dan partisipasi rakyat. Maka microfasisme. Dan pada saat itulah rakyat desa akan dapat
amat sangat disayangkan ketika sebagian organisasi non memahami arti negara, menghargai sumberdaya alam
pemerintah yang bergerak di bidang konservasi hanya sebagai alat produksi, dan secara otomatis peraturan
sebagai komparador asing, memposisikan diri sebagai perundangan akan dicintai bukan ditakuti. Dan untuk
agen, meniru birokrasi pemerintah yang kebanyakan semua rangkaian hal tersebut diatas, maka gerakan
bertele-tele dan mengorientasikan visi non profit-nya ekologis nasional harus hadir dan menempatkan posisinya
untuk penumpukan aset organisasinya bukan pada fungsi secara terhormat dari hati yang berkenan seluruh rakyat
semestinya. Kejahatan intelektual seperti inilah yang Indonesia dengan keikhlasan menuju pembangunan
menjadi benalu ekologi yang pantas untuk segera berkelanjutan.
diberantas.
Bandul zamanpun berubah, pergeseran garis orbit
Disamping itu, sektor swasta adalah salah satu aktor utama dominasi dunia dapat dipastikan akan kembali pada cita-
pengendali perekonomian. Mereka berpotensi memeras cita Konferensi Asia Afrika. Dan saat ini mensublimasi
aset dari desa untuk ditumpuk menjadi rantai modal di dalam gerakan ekologis internasional akan menentukan
perkotaan sehingga ketimpangan antara desa dan kota kebangkitan Asia, Afrika dan Amerika Latin dalam sebuah
menjadi semakin nyata. Terjadinya pelarian modal yang Poros Ekologi Dunia. Dan peradapan Abad 21 adalah
cukup besar dari desa akan mendongkrak ekonomi di satu tentang apa yang kita pikirkan, apa yang kita rencanakan
pihak tertentu saja dan pemerataan pembangunan yang dan kita lakukan sekarang, agar dapat bersimbiosis dan
diharapkan hanyalah sebuah mimpi belaka serta bermetamorfosa dengan berbagai spektrum alam.
menambah panjang daftar penindas terhadap desa. Indonesia sudah seharusnya menjadi negara pemimpin
Sebagian oknum di sektor swasta tersebut berusaha bagi keseimbangan ekologi global di beberapa dekade
mengendalikan harga seluruh hasil bumi sehingga petani mendatang karena kekayaan hayati yang kita miliki dan
hanya mengharapkan “harga belas kasihan“ atas produksi sudah saatnya negara-negara maju membayar hutang
yang mereka hasilkan dengan jerih payah dan keringatnya ekologisnya selama beratus-ratus tahun lalu dan beratus-
sendiri. Rakyat desa hanya dapat mampu tumbuh setinggi ratus tahun mendatang atas cadangan karbon,
ilalang-ilalang…!!. Setelah rangkaian fase tersebut, bioprospecting dan biopiracy milik negara Indonesia dan
kemiskinan dan kebodohan rakyat pedesaan secara negara-negara kaya hayati lainnya. Dan ekologi bukan
alamiah bermetamorfosa menjadi extra legal, dan hanya berarti sebagai devisa, tetapi juga merupakan
kombinasi kelas menengah menjadi microfasisme. 'Dua kekuatan Indonesia dalam menentukan arah geopolitik
saudara kembar' tersebut membangun gelombang distorsi internasional dan tentang keberlanjutan Kutub Utara dan
sosial untuk memecahkan modal sosial yang merupakan Kutub Selatan yang akan menenggelamkan seluruh umat
aset kebangsaan Republik Indonesia sejak berdiri dan manusia di muka bumi apabila pemanasan global terus
keluar dari imperialisme selama 350 tahun. Dan distorsi menerus berlangsung, apalagi tanpa keberadaan hutan.
sosial ini dipaksakan harus selesai dengan peraturan Dan akhirnya, penduduk desa berbatasan dengan
perundangan yang 'beraroma mistik' dan dikelola oleh sumberdaya alamnya akan menghantarkan pada posisi
kaum microfasisme. Sumberdaya alam akhirnya menjadi diplomatik Republik Indonesia di mata dunia. Dan kini,
korban nyata dari adesi-kohesi antara extralegal dan sudah saatnya desa menuntut hak-haknya agar rakyat desa
microfasisme, gelombang perpecahan modal sosial akan dapat melakukan kewajiban melindungi enam miliar
seperti rayap yang meruntuhkan supremasi negara dari penduduk di muka bumi.***
dalam dan tidak terdeteksi oleh negara dan dikelola oleh
aktor aktor “politik praktis” sebagai komoditi menuju
kekuasaan. *) Deputi Perencanaan dan kebijakan strategis Kawasan
Ekowisata Tangkahan - Lembaga Pariwisata
Secara umum, saat ini negara (dalam konteks Tangkahan
pembangunan kehutanan) belum mampu menjawab Kader Konservasi Alam (KKA) Departemen
permasalahan dasar yang terjadi, rakyat seringkali dituduh Kehutanan RI juara I tingkat Nasional 2006

Vol. 3 No 7 Tahun 2007


28
SEPUTAR
SEPUTAR KITA
1 2 3

Di Visitor Center Men-deres karet Nonton mawas sarapan

4 6
5

Jepretan Jurnalis Spanyol Pisang untuk Abdul Tanam yuk tanam....

KITA
7 8 9

Arungi Jeram Bohorok Pamer ‘orangutan’ dari UNESCO Ulos untuk Bu Menteri

Dari Madrid ke Bukit Lawang

K embali, Leuser kedatangan tamu dari Negeri


Matador, Spanyol. Pada tanggal 9 Desember
2007 Menteri Lingkungan Hidup Negeri
Spanyol, Ms. Christina Narbona Ruiz dan rombingan
mengunjungi Bukit Lawang TNGL. Dalam
Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk melihat
berbagai obyek wisata di Bukit lawang serta sebagai
bagian dari penguatan kerjasama antara Pemerintah
Spanyol dan Pemerintah Indonesia (dalam hal ini
Departemen Kehutanan Dirjen PHKA) dalam
rombongan ini ikut serta pula Ms. Amparo Rambla peningkatan pengelolaan Tropical Rainforest Heritage
(Sub-Direktorat Jenderal Hubungan Internasional, of Sumatra (TRHS) di waktu yang akan datang.
Kementerian Lingkungan Hidup Spanyol), Ms. Josefa
Roma (Direktur Komunikasi, Kementerian Dalam kunjungan selama sehari penuh tersebut,
Jejak Leuser

Lingkungan Hidup Spanyol), Mrs. Aurora Bernaldez rombongan dengan didampingi Kepala Balai Besar
Dicenta (Duta Besar Spanyol untuk Indonesia), Mr. TNGL, Ir. Nurhadi Utomo beserta staf, mengunjungi
Luiz Mateos (Deputy Chief of Mission of the Spanish Visitor Center Bukit Lawang yang telah direnovasi
Embassy), Mr. Javier Urrionabarrenechea Agus dengan support Pemerintah Spanyol, melakukan short
(AECI, Spanish Embassy), dan 7 orang jurnalis dari tracking dalam kawasan TNGL di sekitar Bukit
media di Spanyol. Ikut mendampingi dalam Lawang, mengunjungi Stasiun Pengamatan
rombongan tersebut adalah Mr. Koen Meyers, Ms. Orangutan Bukit Lawang, serta penanaman memorial
Aranc, dan Mr. Suer Suryadi dari UNESCO Jakarta trees sebagai upaya pengkayaan pakan satwa dan
Office. konservasi jenis..***
-rh-

Vol. 3 No. 7 Tahun 2007


29
yang berbahaya di lingkungan kita
1. BEKAS BOTOL AIR MINERAL sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan

INTERMEZZO
INTERMEZZO
Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung
memakai dan memakai ulang botol plastik dan dianggap sebagai "pelindung" makanan. Sebetulnya tidak tepat
Melihat datangnya Pak Menteri Nontonbegitu,
barengtergantung
film konservasi ‘Panas’mulai
jenis bahan kemasan. Sebaiknya di kelompok kecil
menaruhnya di Mobil atau di kantor. Kebiasaan ini tidak
baik, karena bahan plastik botol (disebut juga sebagai sekarang anda cermat memilik kemasan makanan. Kemasan
Polyethylene terephthalate atau PET) yang dipakai di pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan,
botol-botol ini mengandung zat2 karsinogen (atau kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada
DEHA). Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali saja, Jika begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer
anda ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung
seminggu, dan harus ditaruh ditempat yang jauh dari dengan makanan.Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi
matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat makanan yang dikemasnya. Inilah ranking teratas bahan
lapisan plastik rusak dan zat karsinogen itu bisa masuk ke kemasan makanan yang perlu anda waspadai.
air yang Kita minum. Lebih baik membeli botol air yang A. Kertas.
memang untuk dipakai berulang-ulang, jangan memakai Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan
botol plastik. majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan,
Sebuah persembahan terdeteksidebat
Ceria sebelum mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang
2. PENGGEMAR SATE ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui
Kalau anda makan sate, jangan lupa makan timun saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran
setelahnya. Karena ketika kita makan sate sebetulnya ikut darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain,
juga karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat seperti: ginjal, hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal
menyebabkan kanker. Untuk itu kita punya obatnya yaitu pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor
timun yang disarankan untuk dimakan setelah makan sate. (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan). Keracunan
Karena sate mempunyai zat karsinogen (penyebab yang terjadipun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar
kanker) tetapi timun ternyata punya anti karsinogen. Jadi dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal,
jangan lupa makan timun setelah makan sate. memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan
seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe goreng yang
3. UDANG DAN VITAMIN C dibungkus dengan koran karena pengetahuan yang kurang dari
si penjual, padahal bahan yang panas dan berlemak
Jangan makan
“Hotel” udang
peserta setelah anda makan vitamin C
konferensi mempermudah berpindahnya timbal ke makanan tersebut.
karena ini akan menyebabkan keracunan dari racun Sebagai usaha pencegahan, taruhlah makanan jajanan tersebut
arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari udang di atas piring.
dan vitamin C di dalam tubuh dan berakibat keracunan
yang fatal dalam hitungan jam. B.Styrofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi
4 . MI INSTAN salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan.
Untuk para penggemar mie instan, pastikan anda punya Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan
selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari setelah anda keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini
mengkonsumsi mie instan, jika anda akan menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah
mengkonsumsinya lagi. Dari informasi kedokteran, kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat
ternyata terdapat lilin yang melapisi mie instan. Itu Foto:dipegang.
Bisro Selain
Sy. itu, bahan tersebut Juga mampu
sebabnya mengapa mie instan tidak lengket satu sama mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman
Arahan
lainnya Pak dimasak.
ketika Menteri Konsumsi mie instan setiap hari dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan
akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti yang dikemas, biaya murah, lebih Aman, serta ringan. Pada Juli
kanker. Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang
Jejak Leuser

tidak punya waktu lagi untuk memasak, sehingga Mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan
diputuskannya untuk mengkonsumsi mie instan setiap sangat berbahaya. Residu Itu dapat menyebabkan endocrine
hari. Akhirnya dia menderita kanker. Dokternya disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat
mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya lilin adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi
dalam mie instan tersebut. Dokter tersebut mengatakan manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.***
bahwa tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua)
hari untuk membersihkan lilin tersebut. tulisan di atas di-copy dari pesan seorang teman ke
5. BAHAYA DIBALIK KEMASAN MAKANAN bisro_s@yahoo.com. jadilah sahabat untuk orang lain dengan
Tampilan sama, semangat sama-Lindungi Leuser menyebarkan informasi ini.
Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang
Tampilan sama, semangat sama-Lindungi Leuser Sekedar refreshing

Vol. 3 No 7 Tahun 2007


30
WANASASTRA
WANASASTRA
Gajah Ngamuk
Gersang semua
Hijauku telah tak ada
Hampa terasa di dada
Semua yang ada perlahan dimusnah.
Tanpa peduli akan hidupku, hidup keluargaku dan hidup teman-temanku.

Mereka lari membawa lari harta tanah leluhurku.


Tinggal puing-puing tandus rumahku yang dianggap tidak berharga.
Sekarang, dimana tempat kami menjalani hidup?
Sedangkan hampir semua yang ada telah dimusnah.
Kini yang ada hanya rasa sedih dan marah.

Jangan salahkan aku ketika semua rasa itu menjadi dendam.


Kan kuhentikan semua langkah-langkah yang telah hancurkan rumahku.
Kan kuhancurkan semua mereka yang telah membunuh semua cintaku.
Kan kubuat mereka merasakan apa yang telah aku rasakan.
Kehilangan keluarga tercinta.
Kehilangan sahabat tersayang.
Dan kehilangan rumah harapan.
Jejak Leuser

Jangan pernah salahkan aku...

Mira Delima
Education Officer YaGaSu - Banda Aceh

Vol. 3 No. 7 Tahun 2007


31
Bagaimana...?

Sumber dana: DIPA Balai Besar TNGL Tahun 2007

You might also like