You are on page 1of 6

HUBUNGAN URUTAN KELAHIRAN ANAK DENGAN PERILAKU DALAM

INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMAN 60 JAKARTA

Dependent variable : perilaku dalam interaksi sosial


Indipendent variable : Urutan Kelahiran
Metode penelitian : Kuantitatif
Referensi jurnal :
1. The Effects of Birth Order on Interpersonal Relationships – Renee M. Schilling
2. birth order, sibling competition, and human behavior – Frank J. Sulloway
3.. Empirical Studies Indicating Significant Birth- Order Related Personality
Differences- Daniel Eckstein
Dasar teori :
1. Alfred Adler
Alfred Adler itu adalah yang pertama kali mengakui urutan kelahiran sebagai faktor
penting dalam pengembangan kepribadian. Adler percaya bahwa "anak-anak meskipun
memiliki orangtua yang sama dan tumbuh dalam keluarga yang mempunyai pengaturan
hampir sama, mereka tidak memiliki lingkungan sosial yang identik" (Hjelle & Ziegler
1992). Adler juga melaporkan karakteristik pada tiap-tiap urutan kelahiran. Anak tertua
cenderung konservatif, berorientasi kekuasaan, dan cenderung ke arah kepemimpinan
(Hjelle & Ziegler 1992). Anak tunggal, menurut Adler, cenderung menjadi tergantung
dan egois (Hjelle dan Ziegler 1992). Adler juga dikutip mengatakan, "Satu-satunya anak
memiliki kesulitan dengan setiap kegiatan mandiri dan cepat atau lambat mereka menjadi
sia-sia dalam hidup" (Leman 2000). Selain itu, anak tengah biasanya berorientasi prestasi,
tetapi dapat menetapkan tujuan realistis yang akan berakhir dengan kegagalan. Akhirnya,
si bungsu cenderung menjadi sangat termotivasi untuk mengalahkan kakak di berbagai
prestasi (Hjelle & Ziegler 1992).

2. Walter Toman (1961)


Walter Toman (1961) juga meneliti urutan kelahiran. Bukunya, Keluarga
Constellation, tidak membahas posisi empat urutan kelahiran, tapi sebelas. Ini termasuk:
tertua saudara, adik bungsu, saudara perempuan tertua, adik bungsu, saudara perempuan
tertua, saudara perempuan tertua, adik bungsu laki-laki, perantara posisi saudara, satu-
satunya anak, dan kembar (Toman 1961). Hal ini membuat urutan kelahiran lebih rumit
ketika mengukur karakteristik dan tipe hubungan. Namun, penelitian lebih lanjut
mendukung kenyataan bahwa ukuran keluarga dan jenis kelamin saudara kandung
berdampak pada faktor urutan kelahiran (Toman 1961).

3. Ernst dan Angst (1983)


Ernst dan Angst (1983) mengembangkan penelitian yang meneliti pentingnya jenis
kelamin saudara kandung. Studi ini mengusulkan hipotesis peniruan dan kontras hipotesis
(Ernst & Angst 1983). Dalam imitasi hipotesis, para peneliti diharapkan anak dengan
saudara kandung lawan jenis untuk mengembangkan karakteristik dari lawan jenis
(misalnya, seorang gadis dengan saudara laki-laki akan kurang feminin daripada seorang
gadis dengan saudara perempuan). Hipotesis Kontras berpendapat bahwa lawan jenis
saudara akan sangat memperkuat stereotip peran gender (misalnya, seorang gadis dengan
saudara laki-laki akan lebih feminin daripada seorang gadis dengan saudara perempuan).
Ini merupakan faktor penting dalam menentukan pembentukan persahabatan dekat (Ernst
& Angst 1983).
Fenomena :

Kepribadian Seseorang Menurut Urutan Kelahiran


Salah satu psikolog beraliran neo-freudian, Alfred Adler, melakukan penelitian dan
mendalilkan pengaruh urutan anak terhadap kepribadiannya. Ia mengamati, anak-anak sesuai
urutan kelahirannya dalam keluarga memegang posisi kekuasaan yang berbeda. Pencarian
identitas dan perhatian dipengaruhi oleh posisi urutannya. Perbedaan lingkungan yang hadir
pada anak pertama, tengah, dan bungsu juga bisa membawa mereka pada kepribadian yang
berbeda.
Dalam dalilnya, seperti dikutip dari forum diskusi psikologi di sebuah situs psikologi,
disebutkan bahwa dalam pandangan Adler semua anak berusaha menjadi superior dan
berjuang demi mendapat perhatian,serta kasih sayang orangtuanya. Mereka umumnya
berkompetisi untuk menarik perhatian. Kondisi ini membentuk kepribadian mereka berbeda
dan mencerminkan usaha mencari perhatian.
Disebutkan Adler, setiap anak lahir dalam tahapan berbeda. Sebagai contoh, anak
pertama lahir dalam keluarga kecil, sehingga ía menerima banyak perhatian. Lalu anak kedua
lahir dalam keluarga yang sudah terdapat anak yang lebih tua. Pada tahap ini, anak pertama
umumnya lebih vokal dalam memberitahu adiknya atas apa yang harus dikerjakan serta
bagaimana mengerjakannya.
Di sisi lain, anak kedua cenderung mengamati anak pertama. Ia merasa harus
berkompetisi untuk mendapat perhatian dan kasih sayang. Anak kedua menemukan jalan
yang berlainan untuk menjadi pusat perhatian. Mereka cenderung memilih jenis olahraga,
hobi, dan areal yang berbeda dalam mencapai sesuatu. Sama halnya dengan ciri kepribadian
mereka yang berbeda.
Anak terakhir biasanya mempunyai tantangan lebih sulit lagi. Terlebih pada masa ini,
keluarga sudah dipenuhi oleh anak yang jumlahnya tidak satu, dengan usia lebih tua pula.
Anak bungsu cenderung tidak sekuat yang dilihat. Mereka lebih bébas membentuk
kepribadiannya, dan tidak dituntut menjadi high achiever.
Mereka tidak mendapat tekanan kuat dari orangtua untuk mencapai sesuatu lebih
tinggi. Sebaliknya, mereka mendapat tekanan untuk tetap menjadi ‘bayi” atau anak kecil.
Dengan begitu mereka tidak bisa tumbuh dengan cepat, walaupun menurut Adler, anak
bungsu lebih santai dan lebih bebas.
Urutan anak dalam keluarga sangat kompleks. Faktor seperti usia orangtua, urutan
anak serta jenis kelamin saudara, agama, dan keyakinan budaya serta variabel penting lainnya
juga berperan dalam membuat tahapan atas sesuatu yang dipelajari anak.
Ciri Anak Berdasarkan Urutan Kelahiran Menurut Roslina Verauli, MPsi.,
karakteristik anak bisa dilihat berdasarkan urutan kelahiran seperti yang disebutkan bapak
psikologi individual, Alfred Adler. Yaitu :
Sulung
* Kerap terbebani dengan harapan atau keinginan orangtua. Anak pertama sangat penting
bagi ego orangtua. Itu sebabnya, si sulung didorong untuk mencapai standar sangat tinggi
sebagai representasi orangtua.
* Cenderung tertekan.
* Senang menjadi pusat perhatian. Perkembangan kepribadiannya lebih optimal saat ia
memperoleh perhatian.
* Orangtua cenderung lebih memperhatikan dalam mendidik anak pertama.
* Anak pertama biasanya seorang high achiever (memiliki keinginan berprestasi tinggi).
Saat adik lahir, ia mempunyai tempat kehormatan bagi adik. Meski begitu, saat pusat
perhatiannya terganggu oleh adik, ia bisa iri dan tidak aman.
* Cenderung diberi tanggung jawab oleh orangtua untuk menjaga adiknya.
* Belajar bertanggung jawab dan mandiri melalui kegiatan sehari-hari.
* Dapat diandalkan.
* Cenderung terikat pada aturan-aturan.
* Dominan, konservatif, dan otoriter.
* Mempunyai pemikiran yang tajam.
* Lebih sensitif.
* Banyak anak pertama yang mendapat posisi puncak seperti direktur atau CEO. Tak sedikit
anak pertama yang merasa menderita karena tidak sukses.
Anak kedua atau tengah
* Cenderung lebih mandiri sehingga dapat membentuk karakternya sendiri. Misalnya, sang
ibu menggendong adik dan bapak memegang kakak, ia tidak tahu harus bergantung pada
siapa. Akhirnya ia menjadi anak yang lebih mandiri.
* Karena terabaikan, anak kedua atau tengah cenderung mempunyai motivasi tinggi, bisa
dalam hal prestasi maupun sosialisasi.
* Cenderung lebih bebas dari harapan orangtua dan independen.
* Pandai melihat situasi.
* Aturan yang diterapkan lebih longgar. Anak kedua umurnnya diperbolehkan melakukan
hal-hal tertentu dengan sedikit batasan.
* Berjiwa petualang. Suka berteman dan hidup berkelompok.
* Bebas mengekspresikan kepribadiannya yang unik.
* Cenderung lebih ekspresif. Berambisi untuk melampaui kakaknya, terlebih bila jarak
usianya berdekatan.
* Walau cenderung suka melawan, anak kedua biasanya lebih mudah beradaptasi.
* Tidak rapi.
* Memiliki bakat seni.
* Cenderung sangat membutuhkan kasih sayang.
* Kerap kesulitan menggambarkan kepribadiannya.
* Cenderung merasa tidak disayang orangtua dan merasa tidak bisa lebih baik daripada
kakaknya.
Bungsu
* Tergolong anak yang sulit karena mempunyai kakak yang dijadikan model.
* Kerap merasa inferior (rendah diri), tidak sehebat kakak-kakaknya.
* Dalam pengasuhan kerap dibantu orang sekitar, sehingga tidak terlalu sadar dengan potensi
dirinya.
* Cenderung dimanjakan dan kasih sayang banyak tercurah padanya. Lebih merasa aman.
* Cenderung tidak dewasa dan kurang bertanggung jawab.
* Biasanya paham bahwa mereka termasuk spesial.
* Dianggap sebagal “anak kecil” terus menerus.
* Aturan yang diberlakukan padanya lebih longgar.
* Hanya diberi sedikit tanggung jawab dalam keluarga.
* Umumnya tidak diberi banyak tugas, dan tak perlu mengasuh adik.
* Sedikitnya pengalaman dalam belajar bertanggung jawab membuat si bungsu menghindari
tanggung jawab dan komitmen, terutama bila orangtua senang memperlakukannya sebagai
“bayi”.
* Lebih spontan dan mempunyai jiwa yang lebih bebas.
* Banyak komedian dan pembawa acara merupakan anak tengah atau anak bungsu karena
bebas mengembangkan kepribadian mereka yang unik.
Diterbitkan di: Juli 09, 2009

Sumber : http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1911828-kepribadian-seseorang-
menurut-urutan-kelahiran/
TUGAS

SEMINAR TOPIK PILIHAN

Nama : Ajeng Noviandini


NIM : 0724090051
Jadwal : selasa, 11.10 – 12.50, AC6004
Psikologi YAI (2010)

You might also like