Professional Documents
Culture Documents
Hasan Surya
Parameter yang Umum
Pada Name Plate
• Daya (MVA)
• Level Tegangan (Vp/Vs)
• Frequensi
• Efisiensi
• Impedansi (%)
• Vektor Group
Pada Katalog
• Impedansi urutan (positif dan zero)
• Basic Insulation Level
• Temperatur
• dll
Daya Transformator
• Menyatakan kemampuan transformator untuk memindahkan daya dari sisi primer ke
sekunder pada level tegangan yang telah dispesifikasikan
• SPLN 8° : 1978 IEC 76 – 1 (1976)
200*
250*
25*
315*
5 31,5
400*
6,3 40
500*
8 50*
500*
10 63
630*
12,5 80
630*
16* 100*
800*
20 125
1000*
160*
1250*
1600* dst
Level tegangan
• Menyatakan level tegangan Line to Line (Teg
sistem) pada sisi primer dan sekunder
• Frekuensi menyatakan besarnya frekuensi
tegangan yang diaplikasikan pada
Transformator
• Efisiensi Menyatakan besarnya efisiensi
transformator pada nilai daya pengenalnya
Impedansi Trafo
• Impedansi menyatakan besarnya Impedansi
lilitan Transformator sekaligus menyatakan
besarnya tegangan hubung singkat
• Contoh Impedansi 10%
• Impedansi = 0,1 x KV2/ MVA
• Pada saat percobaan hubung singkat, untuk
mendapatkan arus nominal diperlukan
tegangan 10% dari tegangan kerja
Vektor Grup
• Menyatakan hubungan Belitan primer dan
sekunder Trafo
• Menyatakan beda fasa tegangan line to netral
dari belitan primer dan sekunder
• Diperlukan ketika kita akan memparalel
Generator
• Terminal pada sisi
tegangan tinggi
diberi label hurup
+ kapital seperti A, B,
dan C. sedang pada
A A
1 2
V A2 A
sisi tegangan rendah
a 1 + a 2 V a2a
1
diberi hurup kecil
1
seperti a, b dan c.
Polaritas terminal
ditandai dengan
index 1 dan 2.
• Dibentuk pada masing-
masing sisi dengan
menghubungkan terminal
berindex 1,
• Dari gambar ini terlihat
bahwa beda fasa antara
primer dan sekunder adalah
0. Sehingga hubungan ini
disebut juga Yy0.
• Bila lilitan pada sekunder
dibalik akan diperoleh
hubungan dengan beda fasa
180.
• Bila beda fasa antara
primer dan sekunder 0,
hubungan ini disebut Dd0.
• Beda fasa antara tegangan
primer dan sekunder
dapat juga dibuat 180,
dengan membentuk
hubungan segitiga a2b1,
b2c1 dan c2a1..
• Dari gambar terlihat bahwa A B C
tegangan fasa netral pada
sisi delta tertinggal 30o + + +
30o c2
B
• Hubungan ini juga dapat C 2
2
b
dibuat dalam hubungan + (b )
2
30o
A B C
+ + +
A 2
A 1
B 2
B 1
C2 C 1
a 2 + a 1
b 2 + b 1
c2 + c1
a b c
(a )
a 2
A 2
b 2
C 2 B 2
c2
(b )
Klassifikasi trafo-trafo (menurut VDE)
Group 1 ; pergeseran phasa nol (Yy0 ; Dd0 ; Dzo)
Group 2 ; pergeseran phasa 1500 (Dy5 : Yd 5; Yz 5)
Group 3 ; pergeseran phasa 1800 (Dy6 ; Yy6; Dz6)
Group 4 ; pergeseran phase 3300 (Dy11,; Yd11 ; Yz 11)
Pembebanan Trafo
• Terdapat tiga Sifat Beban
• Resistif Pemanas (Kompor Listrik, Setrika,
Lampu Pijar, Dispenser, dll)
• Induktif Beban memiliki Kumparan, Induktif
Murni (Induktor, Ballast, Trafo beban Nol)
Praktis (Lampu TL, Motor2 Listrik)
• Kapasitif Kapasitor
BEBAN RESISTIF
I
V s
R
Vm
i Sin t
R
BEBAN INDUKTIF
IL
V s
L
V s C
Ia.
Phasor diagram connected to a voltage V
Ef
Cos = power factor
jIXs = rotor angle Ef
I
jIXs
V
I
E - V
Regulasi = X 100 %
V
• Komponen Regulasi tegangan :
• Tegangan pembangkitan E
• ImpedansTransformatorZ = Ra + j Xs
• Arus beban dan Faktor daya Cos I
• E = V + I (Cos + j Sin )(Ra + j Xs
Efisiensi Transformator
• Didefinisikan sebagai perbandingan antara daya
keluaran dan daya masukan.
Poutput
Pinput
Rugi Tembaga
• terjadi dalam resistansi belitan transformator ketika transformator
mensuplai arus beban. diukur dalam prosentase beban penuh, dapat
ditulis : Pcu = I2 R
• Rugi tembaga tidak konstan bergantung pada beban
RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR
Load (Stray) loss
• Disebabkan oleh induksi bocor yang menghasilkan arus eddy pada tangki
dan konduktor
Dielectric Loss
• Rugi-rugi ini terjadi bahan isolasi terutama pada minyak dan bahan isolasi
padat.
• PLN menetapkan nilai maksimum bagi rugi total ( dalam % terhadap daya
pengenal), yaitu rugi besi dan tembaga pada 75 C faktor daya 1,0 dan
beban 100 %
Poutput Losses
1-
Poutput losses Poutput Losses
• Karena beban dapat bervariasi, baik besar arus maupun faktor dayanya,
maka efisiensi trafo dipengaruhi pulam oleh faktor daya, yang dinyatakan
dengan
V2 .I 2 .Cos 2
V2 .I 2 .Cos 2 Pi I 22 .R 2
Efisiensi
• Perubahan Efisiensi terhadap faktor kerja ( cos ) beban dapat dinyatakan
sebagai
rugi
1-
V2 I 2 . cos rugi
Pemilihan Rating
Impedansi Zsc
Total Rugi-rugi
BEBAN PENUH,
BEBAN PENUH,
Arus Io pada sisi
faktor daya = 1,
20 K V
faktor daya = 1
400 V
Rated
TR 400 Volt
KVA
T=75 C
Io Volt KVA
Oc Susut Umur
80 0,125
86 0,25
92 0,5
98 1,0
104 2,0
110 4,0
116 8,0
122 16,0
128 32,0
134 64,0
140 128,0
Susut Umur Transformator
• Dalam SPLN 17 A ; 1979, lampiran A, sub ayat 2.2. diberikan
pengertian dan contoh perhitungan mengenai susut umur (use of
life) sbb :
Contoh 1 :
Transformator dibebani 10 jam pada 0c = 104 C dan 14
jam pada 0c = 86 C. Susut umurnya = 10 x 2 + 14 x 0,25 =
23,5 jam (harian). Karena masih kurang dari 24 jam,
transformator tidak mengalami kenaikan susut umur,
sehingga tetap sesuai dengan desain
Susut Umur Transformator
• Contoh 2 :
• Transformator dibebani 4 jam pada 0c = 110 (pada beban
puncak) dan 20 jam pada 0c = 90 C. Susut umurnya = 4 x 4 +
20 x 0,9 ( intrapolasi ) = 24 jam umur, selama 24 jam. Ini juga
berarti mengalami susut umur yang normal
•
• Contoh 3 :
• Transformator dibebani 12 jam pada suhu 0c 104 C dan 12
jam pada 0c = 90 C. Susut umurnya = 12 x 2 + 12 x 1 = 36 jam
umur, selama 24 jam. Ini berarti susut umurnya normal,
sehingga umurnya menjadi 2/3 x 30 tahun = 20 tahun.
KERJA PERALEL TRANSFORMATOR
• paralel dua buah trafo dilakukan apabila tenaga yang ditransformsilkan
lebih besar dari pada kapasitas (kemampuan) dari trafo yang sudah
terpasang
• dua buah trafo disebut paralel apabila tegangan primer dua buah trafo
berasal dari sumber tegangan yang sama, sehingga sisi sekunder trafo
dihubungkan satu dengan lain.
Primer
Ip1 Ip2
1E1 2E1
Trafo 1 Trafo 2
1e2 2e2
S
Skunderr
Syarat Kerja Paralel
• Perbadingan transformasi kedua trafo tersebut
harus sama
• Prosentasi impedansi ( % Z ) sama
• Vektor group yang sama.
Perbadingan transformasi
• Bila Tegangan primer masing-masing trafo adalah IE1, dan 2E1,
maka sebelum sekumder kita hubungkan dengan saklar S, kita
ukur tegangan induksi sekunder masing-masing trafo (beban nol)
• Dalam hal nilai a sama, maka bila kedua trafo dihubungkan
paralel (sisi primer dan sekunder) baik dalam keadaan beban nol
maupun berbeban, kedua sisi sekunder tidak akan mengalir arus
sirkulasi Is