You are on page 1of 10

GROUP 3

• FAUZIAH MUTMAINNAH
• AFDALIA NARJIANTI
• ANDI NURUL KHADIJAH
• FADIAH IZZATI SALIM
• MARLINA
• MOCH. IMAM NUR FADLI
 Politik Luar Negeri
Indonesia

Peran Aktif Indonesia Di Dunia


Internasional
Konfrensi Asia-Afrika di Bandung
 Deklarasi Juanda
 pengiriman Pasukan Garuda
 Politik Luar Negeri Indonesia

Sifat politik luar negeri Indonesia yang bebas-


aktif berawal dari konsepsi Wakil Presiden
Mohad Hatta dalam pidatonya yang berjudul
“mendayung di antara Dua Karang”
Kemunculan sifat politik luar negeri Indonesia
didasari oleh kondisi Perang Dingin dalam konstelasi
politik global.
Dalam konstelasi hubungan dunia internasional,
posisi dan peraan aktif suatu negara dapat dilihhat dari
dua hal.
• Pertama, bagaimana iaa ebangun hubungan
diplomasi dengan negara-negara lain.
• Kedua, posisi suatu negara di dalam sistem global
dapat dilihat pada parameter bagaiman negara
tersebut dapat empenaruhi negara lain untuk
mengikuti strateginya.
Rumusan sifat politik luar negeri Indonesia
1. Bebas-Aktif. Sifat ini dilandasi oleh alinea keempat di dalam
pembukaan UUD 1945 yang menyaakan bahwa Indonesia
turut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
2. Anti-Kolonialisme. Politik lar negeri Indonesia dilandasi oleh
keinginan untuk menghapuskan segala bentuk penjajahan di
muka bumi
3. Orientasi pada kepentingan nasional. Selain sifatnya yang
bebas-aktif, politik luar negeri Indonesia semata-mata
ditujukan untuk pencapaian kepentingan nasional.
4. Demokratis. Sifat ini bararti bahwa segala keputusan konvensi
yang dilakukan oleh Indonesia dengan negara lainharus
mendapatkan persetujuan dari wakil rakyat melali DPR
Pilar Utama Politik Luar Negeri

1. Undang-Undang Dasar 1945


2. Manifesto Politik Republik ndonesia yang dijadikan Garis
Besar Haluan Negara berdasarkan Tap. MPRS
No.1/MPRS/I/1960
3. Pedoman Pelaksanaan Manifesto Politik Repiblik
Indonesia, yang berasal dari amanant Presiden 17 Agustus
1960 dengan nama “Jalannya Revolusi Kita”.
4. Garis-garis Besar Politik Luar Negeri RI yang berasala
dari pidato Presiden Soekarno di depan sidang umum PBB
30 September 1960 yang berjudul “To Build the World a
New”.
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno,
arah politik luar negeri Indonesia tidak
mengarah pada dua kubu, baik blok barat,
maupun blok Timur, serta tidak pula ke dalam
Kubu non-Blok. Namun mengembangkan konsep
bahwa pembagian blok di dalam konstelasi
global pada saat itu terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu Old Emerging forces (Oldefos) dan New
Emerging Forces (Nefos)
Garis-garis Dasar Politik Luar Negeri RI
berdasarkan pada UUD 1945, dengan sifat bebas
dan aktif, yang menekankan pada sifat anti-
imperialisme dan anti-kolonialisme. Dalam
kebijakan itu ditekankan pula bahwa tujuan dari
politik luar negeri RI adalah mengabdi pada
perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia
penuh, mengabdi pada perjuangan untuk
kemerdekaan nasional dari selruh bangsa-
bangsa di dunia, serta mengabdi pada
perjuangan untuk membela perdamaian dunia.
Akan tetapi, terjadinya politik konfrontasi terhadap
Malaysia, Singapura dan Inggris pada masa orde lama
tidak memrnikan sifat politik luar negeri Indonesia yang
bebas-aktif. Indonesia juga condong memihak negara-
negara komunis. Keberhasilan diplomasi Indonesia diuji
pada penyelesaian konfrontasi dengan Malaysia melalui
persetujuan Bangkok. Setelah melalui perundingan pada
29 Mei 1966-1 Juni 1966 maka kedua pihak menyepakati
penyelesaian masalah konfrontasi dan menandatangani
pakta persetujuan normalisasi hubungan yang diikuti
dengan pembukaan hbungan dipomatik antara kedua
negara. Pengembalian arah politik luar negeri yang bebas-
aktif juga ditandai dengan normalisasi hubungan
singapura
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto,
politik luar negeri Indonesia mengalami
penyempurnaan seiring dikeluarkannya Tap.
MPRS No. XII/MPRS/1966 yang berisi tentang
penegasan kembali landasan kebijakan politik
luar negeri Indonesia.

You might also like