You are on page 1of 14

TUGAS HUKUM INTERNASIONAL

“Perkembangan Kedudukan ASEAN

Sebagai Subyek Hukum Internasional

Dalam Era Globalisasi”

Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Hukum Internasional

oleh:

Devina Irene Immaculata / 2009-050-112

BAB I
Pendahuluan

Secara Umum Subyek hukum diartikan sebagai pendukung hak dan

kewajiban, jadi pengertian subyek hukum internasional adalah pendukung hak dan

kewajiban dalam hukum internasional. Pendukung hak dan kewajiban dalam hukum

internasional dewasa ini ternyata tidak terbatas pada Negara tetapi juga meliputi

subyek hukum internasional lainnya. Hal ini dikarenakan dewasa ini sering dengan

tingkat kemajuan di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi dimana

kebutuhan manusia semakin meningkat cepat sehingga menimbulkan interaksi yang

semakin kompleks.

Munculnya organisasi - organisasi Internasional baik yang bersifat bilateral,

regional maupun multilateral dengan berbagai kepentingan dan latar belakang yang

mendasari pada akhirnya mampu untuk dianggap sebagai subyek hukum

internasional. Begitu juga dengan keberadaan individu atau kelompok individu

(belligerent) yang pada akhirnya dapat pula diakui sebagai subyek hukum

Internasional.

Pada awal mula, dari kelahiran dan pertumbuhan hukum internasional, hanya

negaralah yang dipandang sebagai subjek hukum internasional1. Subyek hukum

internasional yang mengadakan perjanjian adalah anggota masyarakat bangsa -

bangsa, termasuk juga lembaga-lembaga internasional dan negara-negara. Dari

definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan ciri-ciri bahwa pihak - pihak yang

mengadakan perjanjian saling menyetujui antara pihak-pihak yang dapat

menimbulkan hak dan kewajiban dalam bidang internasional2.

1
Yordan Gunawan, Subyek Hukum Internasional, http://telagahati.wordpress.com (ditelusuri 28
oktober 2007).
2
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Bina Cipta, 1990, hlm 68.
Dewasa ini subjek - subjek hukum internasional yang diakui oleh

masyarakat internasional, adalah:

1. Negara

Mengenai Hak dan Kewajiban Negara, kualifikasi suatu negara

untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional3 adalah:

a. penduduk yang tetap;

b. wilayah tertentu;

c. pemerintahan;

d. kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain

2. Organisasi Internasional

Klasifikasi organisasi internasional menurut Theodore A

Couloumbis dan James H. Wolfe :

a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global

dengan maksud dan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah

Perserikatan Bangsa Bangsa ;

b. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan

maksud dan tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World

Bank, UNESCO, International Monetary Fund, International Labor

Organization, dan lain-lain;

c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud


3
Konvensi Montevideo, 1949.
dan tujuan global, antara lain: Association of South East Asian Nation

(ASEAN), Europe Union, South Pasific Forum, South Asian Regional

Cooperation, gulf Cooperation Council4.

3. Palang Merah Internasional

Sebenarnya Palang Merah Internasional, hanyalah merupakan

salah satu jenis organisasi internasional. Namun karena faktor sejarah,

keberadaan Palang Merah Internasional di dalam hubungan dan hukum

internasional menjadi sangat unik dan di samping itu juga menjadi sangat

strategis. Pada awal mulanya, Palang Merah Internasional merupakan

organisasi dalam ruang lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima

orang berkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant dan

bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan

oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpati dan meluas di

banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di

masing-masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negar-negara itu

kemudian dihimpun menjadi Palang Merah Internasional (International

Committee of the Red Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss5.

4. Tahta Suci Vatikan

Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional

berdasarkan Traktat Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah

Italia dan Tahta Suci Vatikan mengenai penyerahan sebidang tanah di

4
Dadot Eko Prasetyo, Subyek Hukum Internasional, http://warok.info/subjek-hukum-internasional/
(ditelusuri 21 juli 2010).
5
Phartiana I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju, 2003, hlm 123.
Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat dipandang sebagai

pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum

internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan kewenangannya,

tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada

bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan

moral saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan

umat Katholik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia. Oleh

karena itu, banyak negara membuka hubungan diplomatik dengan Tahta

Suci, dengan cara menempatkan kedutaan besarnya di Vatikan dan

demikian juga sebaliknya Tahta Suci juga menempatkan kedutaan besarnya

di berbagai negara6.

5. Kaum Pemberontak / Beligerensi (belligerent)

Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari

masalah dalam negeri suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian

sepenuhnya merupakan urusan negara yang bersangkutan. Namun apabila

pemberontakan tersebut bersenjata dan terus berkembang, seperti perang

saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke

negara-negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil oleh adalah

mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi

yang berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan

tidak bersahabat oleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi.

Dengan pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut pandang negara yang

mengakuinya, kaum pemberontak menempati status sebagai pribadi atau

subyek hukum internasional.

6
Phartiana I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju, 2003, hlm 125.
6. Individu

Pertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah hukum internasional yang

memberikan hak dan membebani kewajiban serta tanggungjawab secara langsung

kepada individu semakin bertambah pesat, terutama setelah Perang Dunia II. Lahirnya

Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human

Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa konvensi-

konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, dan hal ini semakin mengukuhkan

eksistensi individu sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.

Subyek hukum internasional yang mengadakan perjanjian adalah anggota

masyarakat bangsa-bangsa, termasuk juga lembaga-lembaga internasional dan negara-

negara. Dari definisi tersebut, dapat ditarik persamaan mengenai ciri-ciri perjanjian

internasional bahwa pihak-pihak yang mengadakan perjanjian saling menyetujui

antara pihak-pihak yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban dalam bidang

internasional.

Seperti yang sudah di jelaskan, Organisasi Internasional adalah suatu bentuk

organisasi dari gabungan beberapa negara atau bentuk unit fungsi yang

memiliki tujuan bersama mencapai persetujuan yg juga merupakan isi dari

perjanjian atau charter. Contoh organisasi-organisasi internasional salah

satunya adalah ASEAN.

ASEAN

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (PERBARA) atau lebih

populer dengan sebutan Association of Southeast Asia Nations (ASEAN)

merupakan sebuah organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di


kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui

Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya,

serta memajukan perdamaian di tingkat regionalnya7. Negara-negara anggota

ASEAN mengadakan rapat umum pada setiap bulan November.

Prinsip-prinsip utama ASEAN adalah sebagai berikut:

a. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah

nasional, dan identitas nasional setiap negara

b. Hak untuk setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional bebas

daripada campur tangan, subversif atau koersi pihak luar

c. Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota

d. Penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan damai

e. Menolak penggunaan kekuatan yang mematikan

f. Kerjasama efektif antara anggota

Anggota ASEAN :

Kini ASEAN beranggotakan semua negara di Asia tenggara (kecuali Timor

Leste dan Papua Nugini)8. Berikut ini adalah negara-negara anggota ASEAN:

7
Wikipedia, Organisasi Internasional, http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_internasional (ditelusuri
13 september 2010).
8
Meyhero, Organisasi Internasional, http://meyhero.wordpress.com/2009/10/28/organisasi-
internasional/ (ditelusuri 28 oktober 2009).
a. Indonesia

b. Filipina

c. Malaysia

d. Singapura

e. Thailand

f. Brunei Darrussalam

g. Vietnam

h. Laos

i. Myanmar

j. Kamboja

Sebagai organisasi Internasional yang bersifat regional, ASEAN masuk juga dalam

subyek hukum internasional yang bertugas sebagai pemilik, pemegang atau

pendukung hak dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional9. Subyek

Hukum Internasional juga dapat didefinisikan sebagai pihak yang dapat dibebani hak

dan kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional atau setiap negara, badan

hukum (internasional) atau manusia yang memiliki hak dan kewajiban dalam

hubungan internasional10.

Seperti yang di katakan H.E. Rodolfo C Severino, Jr. Sekretaris-Jenderal

ASEAN Pada Forum Kedelapan, di Kuala Lumpur tanggal 15 Maret 1998, “It so

happens that, in the past eight months, the countries of Southeast Asia have been
9
Yuneroz, Pengantar Hukum Internasional, http://yuneroz.blog.uns.ac.id/2010/09/22/pengantar-
hukum-internasional/ (ditelusuri 22 september 2010).
10
Hendra Herawan Huzna, Subyek dan Obyek Hukum Internasional,
http://younkhendra.wordpress.com/2009/01/26/tugas-mt-kul-hukum-internasional/ (ditelusuri 26
januari 2009).
confronted by three challenges that they have never had to face before - the financial

crisis, the haze across parts of the region, and Cambodia” 11. Pada forum Kedelapan

tersebut, H.E. Rodolfo C Severino, Jr. mengungkapkan bahwa, selama delapan bulan

terakhir pada masa tersebut, Negara – Negara ASEAN sedang menghadapi tiga

tantangan yang sebelumnya mereka tidak pernah hadapi, seperti masalah krisis

keuangan, kabut di berbagai wilayah, dan masalah Kamboja.

BAB II

PEMBAHASAN

Selama 44 tahun ini, ASEAN telah mencapai prestasi yang mengagumkan di

bidang politik, ekonomi dan kerja sama regional, dan menjadi organisasi internasional

paling penting di kawasan Asia Tenggara dan salah satu kekuatan regional yang tidak

11
H.E Rodolfo C. Severino, JR., ASEAN : Rises To The Challenge, Jakarta : The ASEAN Secretariat,
1999, hlm 21.
boleh diremehkan di arena internasional.

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) semulanya dikenal

dengan Perhimpunan Asia Tenggara yang didirikan pada tanggal 31 Juli tahun 1961,

dengan Malaya (Malaysia), Filipina dan Thailand sebagai tiga anggotanya. Tanggal 7

dan 8 Agustus tahun 1967, para menteri luar negeri dari Indonesia, Singapura,

Thailand, dan Filipina serta Wakil Perdana Menteri Malaysia mengadakan pertemuan

di Bangkok, dan mengumumkan Deklarasi Berdirinya Perhimpunan Bangsa-Bangsa

Asia Tenggara, yaitutu Deklarasi Bangkok, berarti resmi berdirinya ASEAN12.

Tahun 1970-an adalah masa perkembangan dan diperkokohnya ASEAN.

Waktu itu Amerika Serikat dan Uni Sovyet bertarung sengit untuk merebut

lingkungan pengaruh di seluruh jagad. Menanggapi situasi itu, negara-negara anggota

ASEAN yang ingin menentukan nasibnya sendiri sudah menyadari betapa pentingnya

untuk meningkatkan kerja sama keamanan kolektif dalam rangka menyeimbangi

pengendalian negara-negara adi kuasa terhadap kawasan Asia Tenggara. Tahun 1971,

ASEAN dalam pertemuannya di Kuala Lumpur mengumumkan Deklarasi Netralisasi

Asia Tenggara, mengumumkan target pembangunan Asia Tenggara yang "damai,

bebas dan netral". Tahun 1973, ASEAN secara kolektif memboikot "sistem keamanan

kolektif Asia" yang dikemukan oleh Uni Sovyet. Tahun 1976, Pertemuan Puncak

Pertama ASEAN menandatangani Perjanjian Kerja Sama Persahabatan Asia Tenggara

dan Deklarasi Koordinasi ASEAN, menandakan penampilan ASEAN di arena

internasional sebagai kekuatan regional. Tahun 1984, Brunei masuk menjadi anggota

ASEAN.

Sejak tahun 1990-an, ASEAN memasuki tahap perkembangan pesat.


12
China Radio Internasional Online, Proses Perkembangan ASEAN,
http://indonesian.cri.cn/1/2007/08/06/1@69058.htm (ditelusuri 6 agustus 2007)
Berakhirnya konfigruasi konfrontasi antara dua kutub juga menyediakan peluang

strategis bagi ASEAN untuk melakukan kerja sama semua arah antar anggota dan

dengan negara yang bukan anggota ASEAN. Tahun 1992, Pertemuan Puncak Ke-4

ASEAN mengajukan tiga strategi, yaitu "memperdalam kerja sama, menerima

anggota baru, dan mendirikan mekanisme dialog keamanan multilateral regional".

Sejak itu, ASEAN berangsur-angsur menerima Vietnam (1995), Laos (1997),

Myanmar (1997) dan Kamboja (1999) sebagai anggota baru. Dengan demikian,

ASEAN akhirnya menjadi satu kelompok negara yang beranggotakan 10 negara

dengan luasnya 4,48 juta kilometer dan jumlah penduduk melampaui 500 juta jiwa.

Terhitung sampai akhir tahun 2006, nilai total Produk Domestik Bruto (PDB)

ASEAN mencapai 500 miliar dolar Amerika, dan PDB perkapitanya mencapai 1.000

dolar Amerika. Saat itu ASEAN mempunyai dua negara peninjau (Timor Leste dan

Papua Nugini) serta 10 negara mitra dialog (AS, Tiongkok, Jepang, India, Korea

Selatan, Australia, Uni Eropa, Selandia Baru, Kanada dan Rusia).

ASEAN berusaha mendorong pengintegrasian kawasan untuk meningkatkan

kekuatan keseluruhan. Zona perdagangan bebas ASEAN diaktifkan tanggal 1 Januari

tahun 2002. Tujuannya ialah mewujudkan bea masuk nol persen. Oktober tahun 2003,

Pertemuan Puncak ASEAN menerima baik Deklarasi Bali, yang antara lain berbunyi

membangun ASEAN sebagai masyarakat ekonomi, keamanan dan kebudayaan

sebelum tahun 2020. Para pemimpin ASEAN tahun 2005 mengajukan rencana

penyusunan Piagam PBB, agar perkembangan ASEAN menjadi lebih mekanistik.

Sejak tahun 2005, para menteri ekonomi dari 10 negara anggota ASEAN telah

menandatangani tiga persetujuan tentang pembangunan masyarakat ekonomi, yang

menyangkut bidang-bidang perdagangan, pariwisata, penerbangan, pergudangan dan

distribusi serta pembebasan visa. Mei tahun 2006, pertemuan menteri pertahanan
pertama ASEAN digelar. Pertemuan ini khusus memperhatikan penyelesaian masalah

keamanan non tradisional, antara lain, pembajakan di laut, terorisme dan kejahatan

lintas negara.

ASEAN menaruh perhatian pula pada pembinaan mekanisme musyawarah

intern, dan secara berangsur-angsur mendirikan serangkaian mekanisme kerja, antara

lain, pertemuan puncak, pertemuan menlu, komisi eksekutif, pertemuan menteri

ekonomi, pertemuan tingkat menteri lainnya, Sekretariat ASEAN, Panitia Ad Hok

serta lembaga swadaya dan semi pemerintah. Kesemua mekanisme itu telah

menyediakan jaminank uat untuk memelihara persatuan intern ASEAN, menangani

persengketaan antar anggota dan mendorong maju perkembangan bersama.

Sejalan dengan terus meningkatnya kekuatan ekonomi dan daya pengaruh,

ASEAN memainkan peranan yang semakin besar dalam urusan regional dan

internasional. Juli tahun 1994, Forum Kawasan ASEAN didirikan. Para peserta forum

itu terutama bertukar pendapat mengenai masalah politik dan keamanan Asia dan

Pasifik yang menjadi perhatian bersama. Tahun 1997, setelah terjadi krisis moneter

Asia, ASEAN untuk pertama kali mengadakan pertemuan 10 plus tiga dengan para

pemimpin dari Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan. Oktober tahun 1994, ASEAN

memprakarasi Konferensi Asia-Eropa untuk melakukan penjajakan menyeluruh

dengan para pemimpin Tiongkok, Jepang, Korea Selatan serta Komisi Uni Eropa

tentang peningkatan dialog politik, dan kerja sama ekonomi. September tahun 1999,

atas prakarsa ASEAN, Forum Kerja Sama Asia Timur-Amerika Latin resmi didirikan.

Dalam perkembangannya, ASEAN telah mampu mengatasi segala tantangan,

baik dari dalam maupun dari luar, terutama selama dasawarsa terakhir ini. Di masa

depan ASEAN masih akan menghadapi berbagai tantangan , baik yang dapat di
jadikan peluang maupun yang menghambat13.

Dalam kerja sama politik, solidaritas ASEAN telah menunjukkan hasil yang

konkret dalam merumuskan sikap bersama baik dalam masalah regional maupun

masalah internasional. ASEAN telah dapat mengatasi segala permasalahan dengan

semangat kebersamaan dan saling percaya serta dapat mewujudkan stabilitas dan

perdamaian kawasan.

Kerja sama ASEAN di bidang ekonomi telah menunjukkan kemajuan –

kemajuan yang mantap pada akhir – akhir ini, antara lain, di hapuskannya hambatan –

hambatan perdagangan dan penanaman modal intra-ASEAN melalui pelaksanaan

ASEAN Preferential Trade Arrangement (PTA) dan ASEAN Industrial Joint Ventures

(AIJV) yang telah disempurnakan; pembentukan perusahaan reasuransi ASEAN;

penggunaan mata uang Negara – Negara ASEAN dalam perdagangan intra-ASEAN,

dan kemungkinan memperluas penggunaannya dalam penanaman modal intra-

ASEAN, yang akan mengakibatkan lebih terbukanya pasar modal dan membawa

harapan baik bagi kerja sama yang lebih erat di masa mendatang. Di berbagai forum

internasional, seperti dalam Uruguay Round, ASEAN telah dapat berbicara dengan

satu suara dalam mengemukakan kepentingan – kepentingan dan keprihatinannya.

Menurut H.E Rodolfo C. Severino, JR. beberapa Negara ASEAN bertindak

seolah - olah mereka tidak benar - benar percaya pada perlunya tanggapan daerah

untuk masalah-masalah regional. Sekarang, krisis keuangan, masalah kabut asap dan

Kamboja telah dibawa pulang untuk kita semua, kebutuhan untuk menempa rasa

persatuan yang kuat di ASEAN, jika masalah kita yang paling serius harus

ditangani14.
13
Sekertariat Nasional ASEAN, ASEAN Selayang Pandang, Jakarta : Sekertariat Nasional ASEAN,
1992, hlm 18.
14
H.E Rodolfo C. Severino, JR., ASEAN : Rises To The Challenge, Jakarta : The ASEAN Secretariat,
1999, hlm 22.

You might also like