You are on page 1of 6

LAPORAN PENDAHULUAN

KERACUNAN
Nama : Meta Oktarina
NPM : 1006803594

A. KERACUNAN ALKOHOL
Keracunan alkohol terjadi bila seseorang menghabiskan sejumlah besar minuman keras
dalam jangka waktu singkat. Keracunan alkohol juga sering terjadi pada percobaan bunuh
diri dengan meminum produk-produk rumah tangga yang mengandung etanol, isopropanol,
atau metanol.

Pada otak, alkohol mempengaruhi kinerja reseptor neurotransmitter sehingga mengakibatkan:


1. peningkatan produksi norepinephrine dan dopamine
2. penurunan transmisi acetylcholine
3. peningkatan transmissi GABA
4. peningkatan produksi beta-endorphin di hypothalamus

Ada 3 golongan minuman beralkohol, yaitu :


- Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % , misalnya bir dan lain – lain.
- Golongan B : kadar etanol 5 – 20 %, misalnya berbagai jenis minuman anggur
- Golongan C : kadar etanol 20 – 45%, misalnya whiskey, vodka, TKW, manson, House dan
lain lain.
Tanda dan gejala keracunan alkohol :

1. Pusing, seperti mau pingsan


2. Muntah-muntah
3. Serangan jantung
4. Nafas yang lambat atau tidak seperti biasa
5. Kulit tubuh membiru
6. hipotermia
7. Tidak sadarkan diri (sudah parah)
Komplikasi

Alkohol dapat mengiritasi perut dan menyebabkan muntah. Alkohol juga dapat mengganggu
refleks muntah. Selain itu ada resiko secara tidak sengaja menghirup muntahan ke paru-paru,
hal ini akan menyebabkan gangguan pernafasan yang fatal. Muntahan yang banyak juga
berakibat pada dehidrasi. Selain itu juga menyebabkan henti fungsi jantung yang menuju
padakematian.

Tatalaksana kegawat daruratan

 Pemberian oksigen berkonsentrasi 100% melalui nasal kanul sebanyak 3 L/ menit


karena klien mengalami hipoventilasi
 Berikan dextrose 5 % melalui IV untuk mengatasi hipoglikemi
 Encerkan racun yang ada dalam lambung, sekaligus menghalangi penyerapannya dengan
cara memberikan cairan dalam jumlah banyak. Cairan yang dipakai adalah air biasa atau
susu.
 Upayakan pasien emesis, efektif bila dilakukan dalam 4 jam setelah racun ditelan. Dapat
dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan merangsang dinding faring dengan jari atau
suruh penderita untuk berbaring tengkurap, dengan kepala lebih rendah dari pada bagian
dada. Emesis tidak boleh dilakukan pada penderita tidak sadar.
 Etanol dengan cepat diabsorbsi dari perut dan usus halus. Overdosis pada alkohol
biasanya ditangani dengan kumbah lambung. Lebih efektif jika klien tiba di IGD kurang
dari 1 jam setelah mengkonsumsi.
 Berikan thiamin. Thiamin digunakan sebagai kofaktor untuk membuat adenosin trifospat.
Jika glukosa telah diberikan terlebih dahulu sebelum thiamin, thiamin yang tersedia
(yang telah berkurang) akan habis untuk memecah glukosa. Wernicke-Korsakoff
encephalopathy dan permanent psycosis dapat terjadi.
 -Jika penderita pernah mengalami serangan kejang-kejang, berikan fenittoin 500mg dan
diulangi 4-6 jam kemudian. Selanjutnya sehari 300mg.
B. KERACUNAN CO (KARBON MONOKSIDA)

PATOFISIOLOGI KERACUNAN CO

Inhalasi gas CO Gas CO masuk ke dalam paru-paru Mengalir ke alveoli Masuk ke dalam darah
ke dalam saluran napas

Gas CO segera mengikat hemoglobin ditempat oksigen juga mengik


rangan pelepasan oksigen dari darah ke jaringan tubuh
Membentuk karboksi hemoglobin
Oksigen(COHb)
terdesak dan lepas dari hemoglobin

asokan oksigen oleh darah ke jaringan Hipoksia


berkurangjaringan
Terjadi peningkatan ekstraksi O2 di jaringan Kematian
Jaringan

TINGKAT KERACUNAN DAN GEJALANYA:


Keracunan ringan
 Sakit kepala berdenyut di pelipis yang khas, akibat refleks vasodilatasi jaringan SSP yang
hipoksia
Keracunan berat
 Tremor tidak menetap, korea, spastik, distonia, kekakuan dan bradikinesia (gerakan pelan
yang tidak normal)
 Gagal fungsi pengertian (cognitive impairment), gangguan keseimbangan, gangguan
fungsi penglihatan dan pendengaran, koma dan kematian
Keracunan akut
 Kematian segera, karena edema menyeluruh jaringan otak
Long term-sequele
 Gangguan neuropsikiatri, berupa dementia, psikosis dan manik depresi. Efek lambat ini
berhubungan dengan lesi white matter hipotesanya adalah berubahnya fungsi membran
akibat pajanan terus-menerus
 Dapat timbul pada awal keracunan atau beberapa hari minggu setelah masa penyembuhan
 Kerusakan ini merupakan hasil kombinasi keadaan hipoksia, hipoperfusi, vasodilatasi dan
edema serebral yang menyebabkan penurunan pasokan dan penggunaan glukosa,
sehingga timbul asidosis setempat
TATA LAKSANA KERACUNAN CO
1) Pindahkan dari sumber pajanan gas CO. Pindahkan klien ke tempat dengan udara bebas
yang segar.
2) Pemberian oksigen 100%, merupakan hal yang mendasar dengan masker karet yang ketat,
atau menggunakan endo-tracheal tube pada klien yang tidak sadar agar oksigen benar-
benar masuk, yang akan mengurangi waktu paruh (half life) ikatan COHb secara
perlahan-lahan, sehingga memper-baiki hipoksia jaringan.
3) Terapi hiperbarik, dengan oksigen bertekanan 3 atmosfer yang akan cepat sekali
memperpendek waktu paruh COHb. Masih diperdebatkan mengenai indikasinya.
4) Pemantauan secara terus-menerus sirkulasi perifer secara komprehensif (periksa nadi
perifer, pengisian kapiler, warna, suhu, tekanan darah normal, dan ekstremitas)
5) Pantau status cairan, meliputi asupan dan haluaran.

C. KERACUNAN MAKANAN

INTERVENSI

 Primary life-saving: ABCD dan stabilitaskan pasien

 Secondary life-saving

 Cegah aspirasi dari gejala mual dan muntah

 Berikan terapi farmakologi, dan IV sesuai indikasi

 Cegah dekontaminasi gastrointestinal

 Cegah absorpsi keracunan

 Berikan terapi antidote

 Keluarkan racun dengan cara muntah dan beri sodium bikarbonat.

 Periksa darah untuk mendeteksi racun pada serum

 Dukung pengeluaran melalui urin dan feses


D. KERACUNAN OBAT

1.ASETAMINOFEN
Gejala keracunan asetaminofen terjadi melalui 4 tahapan:

1. Stadium I (beberapa jam pertama) : belum tampak gejala


2. Stadium II (setelah 24 jam) : mual dan muntah; hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa hati tidak berfungsi secara normal
3. Stadium III (3-5 hari kemudian) : muntah terus berlanjut; pemeriksaan menunjukkan
bahwa hati hampir tidak berfungsi, muncul gejala kegagalan hati
4. Stadium IV (setelah 5 hari) : penderita membaik atau meninggal akibat gagal hati.

TINDAKAN DARURAT

Tindakan darurat yang dapat dilakukan di rumah adalah segera memberikan sirup ipekak
untuk merangsang muntah dan mengosongkan lambung.
Di rumah sakit, dimasukkan selang ke dalam lambung melalui hidung untuk menguras
lambung dengan air. Untuk menyerap asetaminofen yang tersisa, bisa diberikan arang aktif
melalui selang ini.
Kadar asetaminofen dalam darah diukur 4-6 jam kemudian.
Jika anak telah menelan sejumlah besar asetaminofen (terutama jika kadarnya dalam darah
sangat tinggi), biasanya diserikan asetilsistein untuk mengurangi efek racun dari
asetaminofen, yang diberikan setelah arang dikeluarkan.
Kegagalan hati bisa mempengaruhi kemampuan darah untuk membeku, karena itu diberikan
suntikan vitamin K1 (fitonadion). Mungkin perlu diberikan transfusi plasma segar atau faktor
pembekuan.
Prognosis tergantung kepada jumlah asetaminofen yang tertelan dan tindakan pengobatan.
Jika pengobatan dimulai dalam waktu 8 jam setelah keracunan, atau dosis yang tertelan masih
dibawah dosis racun, maka prognosisnya sangat baik.

2. ASPIRIN

Overdosis aspirin (salisilisme) pada anak yang telah meminum aspirin dosis tinggi selama
beberapa hari biasanya lebih berat.
Bentuk salisilat yang paling beracun adalah minyak wintergreen (metil salisilat), yang
merupakan komponen dari obat gosok dan larutan penghangat. Seorang anak dapat
meninggal karena menelan kurang dari 1 sendok teh metil salisilat murni.
Gejala awal dari salisilisme adalah mual dan muntah, diikuti dengan pernafasan yang cepat,
hiperaktivitas, peningkatan suhu tubuh dan kadang kejang.
Anak menjadi mengantuk, mengalami kesulitan dalam bernafas dan pingsan.
Kadar aspirin yang tinggi dalam darah menyebabkan anak menjadi sering berkemih, dan hal
ini bisa menyebabkan dehidrasi.
TINDAKAN DARURAT
Dilakukan pengurasan lambung sesegera mungkin. Jika anak dalam keadaan sadar, diberikan
arang aktif melalui mulut atau melalui selang yang dimasukkan ke dalam lambung.

Untuk mengatasi dehidrasi ringan, anak diharuskan minum sebanyak mungkin (susu maupun
jus buah).
Untuk dehidrasi yang lebih berat, diberikan cairan melalui infus.
Demam diatasi dengan kompres hangat.
Untuk mengatasi perdarahan bisa diberikan vitamin K1.

Prognosis tergantung kepada kadar salisilat dalam darah. Kadar yang bisa menimbulkan
keracunan adalah 150-300 mg/kg berat badan.

You might also like