Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kabupaten Tasikmalaya berada di Propinsi Jawa Barat dengan luas
kurang lebih 2.680,4 km 2, dan jumlah penduduk pada tahun 2004 sebanyak
2.049.688 jiwa. Dari jumlah tersebut sekitar 80% berprofesi petani yang
bermukim di pedesaan.
Kondisi daerah pada umumnya bergelombang (undulating ground)
dengan ketinggian antara 0 s/d 2000 meter di atas permukaan laut dengan
curah hujan cukup tinggi. Untuk daerah-daerah yang tidak bisa dijangkau oleh
pengairan pada umumnya hanya ditanami tanaman keras atau tanaman
campuran sehingga belum memberikan nilai tambah yang signifikan untuk
kepentingan hidup petani di pedesaan.
Pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dan moneter secara Nasional
sehingga laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya mengalami
penurunan sangat drastis sampai minus 13,21% serta diperburuk oleh tingkat
inflasi mencapai 73,55%. Dampak dari krisis ini dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat Kabupaten Tasikmalaya dicirikan dengan jumlah pengangguran
(yang kehilangan lapangan kerja) mencapai 283.000 orang, dan ini belum
termasuk tingkat masyarakat Sejahtera I dan Pra Sejahtera yang jumlahnya
sebelum krisis moneter mencapai 92.266 KK, dan pada Bulan Maret Tahun
2004 menjadi 221.154 KK, tidak menutup kemungkinan akan bertambah,
apabila tidak ada usaha jalan keluarnya.
Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah pada tanggal 1 Januari 2001,
maka Pemerintah Daerah berkewajiban untuk menciptakan lapangan kerja
yang seluas-luasnya dengan menggali potensi daerah secara optimum yang
memberikan peningkatan nilai tambah cukup signifikan kepada masyarakat,
serta memberikan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), untuk
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
1
Salah satu upaya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Kabupaten
Tasikmalaya melalui pembangunan agrobisnis yang diarahkan pada upaya
peningkatan sumberdaya secara optimal untuk membentuk sikap kemandirian
guna mengembangkan usaha yang efisien, produktif dan berdaya saing.
Pembudidayaan tanaman nilam serta pembangunan pabrik penyulingan
di daerah merupakan alternatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
petani serta untuk menggalakan ekspor non migas.
Usaha untuk meningkatkan produksi minyak nilam dengan cara
pengembangan tanaman nilam terbuka lebar. Hal ini ditunjang juga oleh
semakin banyaknya permintaan konsumen akan minyak nilam, karena semakin
berkembangnya industri kosmetika dan parfum (wangi-wangian) baik di luar
maupun di dalam negeri.
3. Lokasi
Pengembangan budidaya tanam pohon nilam tersebar di kecamatan dan
desa di wilayah Kabupaten Tasikmalaya yang disesuaikan dengan kondisi
ketinggian tanah yang menjadi persyaratan pertumbuhan pohon nilam. Untuk
pembangunan pabrik/penyulingan minyak nilam direncanakan pada
lokasi/sentra produksi yang tingkat produksi dan lahan perkebunan terluas.
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
TANAMAN NILAM DAN MINYAK NILAM
Nilam yang sering disebut Pogostemon patchoulli Pelet atau dilem wangi
(Jawa), merupakan tanaman yang belum banyak dikenal oleh masyarakat. Nilam
banyak ditanam orang untuk diambil minyaknya. Minyak nilam merupakan salah
satu dari beberapa jenis minyak atsiri. Minyak ini banyak digunakan oleh industri
kosmetika dan banyak dicari konsumen dari luar negeri.
Minyak atsiri atau dikenal orang dengan nama minyak eteris atau minyak
terbang (essential oil, volatile) dihasilkan oleh tanaman tertentu. Minyak tersebut
mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa
getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak tersebut
pada umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Pada
tanaman minyak atsiri mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu : membantu proses
penyerbukan beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman
oleh serangga, dan sebagai makanan cadangan bagi tanaman. Minyak atsiri pada
industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik,
dan lain-lain. Minyak atsiri sendiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme
pada tanaman, yang terbentuk karena reaksi berbagai persenyawaan kimia dengan
adanya air.
Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150 –
200 species tanaman, antara lain yang termasuk dalam famili Pinanceae, Labrate,
Compositoe, Lauraceae, Mytaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri ini dapat
bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang, kulit,
dan akar. Untuk tanaman nilam, minyak atsirinya banyak diambil dari daunnya.
Minyak nilam memberikan sumbangan yang paling besar dalam
menghasilkan devisa negara diantara minyak atsiri lainnya. Kebutuhan minyak
atsiri dunia untuk keperluan industri kosmetik, setiap tahunnya mencapai 2.000
ton. Sementara kemampuan pasokan minyak atsiri sampai saat ini baru terpenuhi
3
kurang dari 5% (lima persen) saja. Padahal untuk memenuhi kebutuhan industri
lokal saja, diperlukan tidak kurang 300 – 400 ton per tahun. Melihat dari data-data
di atas tadi jelas budidaya nilam maupun proses produksi minyak nilam/minyak
atsiri menunjukkan prospek yang cukup menggembirakan. Namun pada tahun-
tahun terakhir ini ekspor Indonesia dari minyak nilam menunjukan kecenderungan
yang menurun. Adapun penyebab penurunan tersebut adalah kemampuan produksi
Indonesia akan minyak nilam yang terbatas (terbatas luas areal tanamannya dan
kualitas minyaknya masih rendah).
Mutu minyak nilam bergantung pada proses destilasinya. Destilasi uap
dengan menggunakan pembangkit uap yang letaknya terpisah dari ketel
penyulingan merupakan cara destilasi minyak nilam yang paling baik. Daun nilam
mengandung komponen yang bertitik didih tinggi yang merupakan komponen
yang paling bernilai dalam menentukan mutu minyak, maka perlu memperpanjang
waktu destilasi. Waktu destilasi yang baik berkisar antara 12 – 36 jam tergantung
pada tekanan dan jumlah uap yang digunakan. Destilasi uap yang digunakan dalam
penyulingan daun nilam dari daerah-daerah petani nilam yang sudah ada masih
sangat sederhana.
Untuk memperoleh hasil minyak dengan mutu yang optimal, perlu
dirancang sistem pembangkit uap dan perangkat destilasi uap yang lebih baik. Hal
ini membutuhkan dana yang sangat besar dan di luar kemampuan para penyuling.
Dalam usaha meningkatkan mutu minyak nilam hasil industri petani agar
memenuhi persyaratan ekspor, sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi,
maka perlu perbaikan distribusi uap dalam ketel. Hal ini dilakukan dengan cara
menambah pipa-pipa uap yang terbuat dari pipa stainless steel, selain itu dinding
ketel yang terbuat dari besi juga perlu dilapisi dengan lembaran stainless steel.
Perbaikan sistem pendingin dengan memperpanjang koil pendingin, diikuti dengan
pembuatan saluran destilat ke dalam ketel yang berguna untuk menyalurkan
kembali destilat ke dalam ketel sehingga rendemen proses penyulingan dapat
meningkat.
4
BAB III
BUDIDAYA TANAMAN NILAM
5
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
- Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun pada dataran
tinggi yang mempunyai ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut,
dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat 10 – 400 meter di atas
permukaan laut.
- Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar
antara 2.500-3.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
0
- Sedangkan suhu yang baik untuk tanaman ini adalah 24 C – 28 0C
dengan kelembaban lebih dari 75%.
- Agar pertumbuhan optimal, tanaman nilam memerlukan intensitas
penyinaran matahari yang cukup.
- Tanah yang subur dan gembur serta kaya akan humus sangat diperlukan
oleh tanaman nilam.
- Pada tanah yang kandungan airnya tinggi, perlu dilakukan sistem
drainase yang baik dan insentif.
6
e. Penanaman
- Tanaman nilam membutuhkan tanah yang lembab pada masa
pertumbuhannya, oleh karena itu penanaman sangat baik dilakukan
pada awal musim hujan. Di areal miring atau berlereng, waktu
penanaman harus disesuaikan dengan intensitas tinggi, sebaiknya
tanaman sudah mampu menahan tanah. Dengan demikian tidak terjadi
erosi, hujan deras sesaat setelah penanaman juha bisa sia-sia.
Waktu tanam juga harus diatur sedemikian rupa sehingga waktu panen
dari satu areal dapat dilakukan secara bertahap. Cara demikian bukan
hanya dapat menjamin kelangsungan penyulingan yang kontinue, tetapi
dapat juga mencegah agar tanah tidak erosi.
- Penanaman secara tidak langsung
Bibit stek setelah dicabut dari persemaian pasti telah berakar. Bila
akarnya terlalu panjang sebaiknya dipotong, sebab dalam penanaman
nanti akar panjang ini akan berlipat-lipat. Dan lipatan-lipatan akar ini
dalam tanah bisa terserang penyakit busuk akar. Setiap lubang akar
ditanami 1 – 2 bibit stek.
- Penanaman secara langsung
Untuk setiap lubang tanam diperlukan 2 – 3 stek. Stek sebanyak ini
dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan ada stek yang mati.
Kebutuhan stek yang banyak inilah, maka cara ini tidak disarankan
diterapkan di perkebunan.
f. Jarak Tanam
Jarak tanam nilam bervariasi sesuai dengan tingkat kesuburan tanah.
Dataran rendah yang tanahnya subur, jarak tanam 100 x 100 cm,
sedangkan pada tanah yang kandungan liatnya tinggi, jarak tanamnya
50 x 100 cm.
Pada tanah lipatit, jarak tanamnya 75 x 75 cm.
Pada tanah berbukit dengan mengikuti garis contour adalah 50 x 100
cm atau 30 x 100 cm.
7
2. Pemeliharaan
Dalam usaha budidaya nilam, pemeliharaan merupakan salah satu faktor
yang penting. Hal ini untuk diperhatikan agar usaha untuk mencapai hasil yang
optimal dari tanaman dapat tercapai.
Adapun pemeliharaan tanaman nilam antara lain meliputi :
a. Pemupukan
Pemupukan sangat penting untuk diperhatikan. Karena hasil yang
diharapkan dari tanaman nilam adalah daun dan batangnya, maka faktor
kesuburan tanaman merupakan suatu hal yang perlu diusahakan
pertumbuhan vegetatif tanaman dapat semaksimal mungkin. Untuk
pertumbuhan yang maksimal perlu dilakukan pemupukan, baik dalam
bentuk pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau,
maupun untuk pupuk anorganik seperti Fertab. Cara pemberian pupuk
tanaman nilam biasanya dilakukan dengan cara dibenamkan sedalam 10 –
15 cm di sekitar pangkal tanaman nilam. Adapun jumlah pemberian pupuk
maupun macamnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
b. Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atan tanaman yang
tertekan pertumbuhannya. Pekerjaan ini dikerjakan kurang lebih satu bulan
setelah penanaman, karena pada waktu itu telah diketahui bibit yang mati
8
atau pertumbuhannya kurang normal. Sehingga dengan dilakukannya
penyulaman akan didapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam.
c. Penyiangan
Setelah tanaman berumur 2 bulan atau saat tanaman mencapai tinggi 20-30
cm dan mempunyai cabang bertingkat dengan radius 20 cm, areal
pertanaman perlu disiangi. Penyiangan selanjutnya dilakukan secara
periodik, yaitu setiap tiga bulan sekali.
d. Pemangkasan
Setelah tanaman nilam berumur 3 bulan, tanaman ini telah
membentuk perdu yang rimbun dan saling menutupi satu sama lain. Untuk
itu perlu dilakukan pekerjaan penjarangan dan pemangkasan. Tujuannya
adalah agar sinar matahari dapat menyinari seluruh bagian tanaman,
sehingga proses fotosintesa dapat berlangsung dengan sempurna.
Disamping itu sinar matahari juga dapat berfungsi untuk menghindari
tanaman dari serangan hama dan penyakit.
Daun yang banyak mengandung minyak adalah tiga pasang daun
yang termuda, sehingga kita harus dapat menciptakan daun muda ini
sebanyak mungkin dengan cara melakukan pemangkasan.
e. Pembumbunan
Cara ini sebagai suatu sistem pemindahan vegetasi tanpa
pemindahan areal tanaman. Pembumbunan biasanya dilakukan setelah
panen. Adapun caranya adalah seagai berikut : Cabang-cabang yang
ditinggalkan sesudah panen dan letaknya dengan tanah ditimbun dengan
tanah dekat ujungnya setinggi 10-15 cm. Sedangkan cabang-cabang yang
letaknya jauh dari tanah dipatahkan dibagian ujungnya, tetapi tidak terputus
dari barangnya, sesudah itu bagian yang patah ditimbun dengan tanah.
Dengan pembumbunan ini, maka akan terbentuk rumpun tanaman nilam
yang padat dengan anaknya.
9
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha tani. Hal ini penting
karena usaha pengendalian hama dan penyakit memberikan jaminan bahwa
produksi yang diharapkan dari penggunaan bibit yang baik (varietas unggul),
pemupukan, pengairan, dan perbaikan cara bercocok tanam dapat diatasi.
Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman nilam antara lain
serangga perusak daun, nemtoda, penyakit buduk, gejala lodoh, busuk batang,
kua batang dan gejala defisiensi. Adapun serangan hama dan penyakit erat
sekali hubungannya dengan faktor keberhasilan kebun, cara penanaman, cara
pemanenan, serta keadaan tanah dan iklim.
Cara untuk mengatasi serangan hama dan penyakit antara lain dengan
cara bercocok tanam yang baik, pengendalian secara mekanik pada serangan
seawal mungkin, serta pengendalian dengan cara kimiawi yaitu menggunakan
insektisida sesuai dengan anjuran penggunaannya.
Adapun spesifikasi dari hama-hama tersebut adalah sebagai berikut :
a. Ulat penggulung daun
Ulat penggulung daun merupakan jenis hama yang dapat digolongkan hama
perusak daun.
b. Belalang (Orthoptera)
Tanda-tanda serangan :
Daun nilam dimakannya, yang kadang-kadangan menyebabkan
tanaman menjadi gundul.
Pada tingkat serangan berat, batangpun dimakannya sehingga
tanaman menjadi mati.
c. Criket pemakan daun (Grylldae)
Tanda-tanda serangan :
Hama ini memakan daun yang masih muda, sehingga daun menjadi
berlubang-lubang.
Pada keadaan kritis, criket juga menyerang daun yang tua.
Criket tidak mematikan tanaman, tetapi dapat menurunkan produksi.
10
Cara penanggulangan hama :
Untuk menekan dan memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman
nilam dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
- Bercocok tanam yang baik.
Bercocok tanam yang baik dapat menaikkan produksi disamping itu dapat
pula mengurangi serangan hama tanaman. Pemakaian jarak tanam yang
teratur dan menjaga kebersihan dari rerumputan/tanaman pengganggu
lainnya sangat membantu dalam mencegah serangan hama. Disamping
pergiliran tanaman dan penanaman serempak tak kalah pentingnya, karena
cara ini dapat memutuskan siklus hidup hama dan sekaligus menurunkan
populasinya.
- Penanggulangan secara mekanik
Penanggulanga secara mekanik dilakukan pada serangan awal (gejala
serangan), yaitu dengan mencari dan mengumpulkan hama perusak daun
pada bagian tanaman atau ditempat persembunyian lainnya, kemudian
dimusnahkan dengan membakarnya.
- Penanggulangan secara kimiawi
Penanggulangan secara kimiawi dilakukan apabila penanggulangan cara
lain tidak memungkinkan, mengingat areal yang luas dan terbatasnya
tenaga kerja. Penanggulangan dengan cara ini dilakukan dengan
menggunakan pestisida. Penyakit yang sering ditemukan pada tanaman
nilam adalah penyakit budok ( hopropep ) yang disebabkan oleh virus.
11
Untuk teknis pemanenan atau pemetikan daun nilam sebaiknya
dilakukan pada saat bagi hari atau dapat juga dilakukan menjelang malam hari.
Satu hal yang perlu untuk diperhatikan bahwa pemetikan daun jangan
dilakukan pada siang hari. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga daun agar tetap
mengandung minyak atsiri yang tinggi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca panen :
- Alat Panen
Alat yang digunakan untuk panenan tanaman nilam adalah sabit,
gunting, atau parang yang tajam. Yang harus diperhatikan adalah
kebersihan dari alat-alat tersebut.
- Cara Panen
Pada panen pertama, bagian yang boleh dipangkas dari tanaman
nilam adalah cabang-cabang dari tingkat dua ke atas, sedangkan cabang-
cabang dari tingkat pertama ditinggalkan. Setelah selesai pemanenan
pertama, pekerjaan selanjutnya adalah pembumbunan atau menumbut
cabang pertama tadi. Pembumbunan cabang tersebut sistem pemindahan
vegetasi tanpa pemindahan areal.
- Perlakuan daun nilam sebelum disuling
Pamanenan daun-daun nilam dipotong-potong sepanjang 3-5 cm,
kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Cara menjemur hasil panenan
yang baik adalah dengan menggelarnya di atas tikar atau tempat lainnya
atau juga di lantai semen yang bersih dan bebas dari daun tanaman lain.
Penjemuran dilakukan selama 4 jam (10.00 – 14.00). Setelah dijemur
dianginkan di tempat yang sejuk/teduh (dalam ruangan) dengan tebal
lapisan 50 cm. Lapisan ini harus dibalik 2-3 kali sehari selama 3-4 hari,
sehingga diperoleh kadar air bahan 15%. Setelah itu sudah dapat dimulai
disuling.
Hindarilah pengeringan yang terlalu cepat atau terlalu lambat.
Pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan daun terlalu rapuh dan
sulit untuk disuling. Sedangkan pengeringan yang terlalu lambat
menyebabkan daun menjadi lembab dan mudah diserang jamur, akhirnya
rendemen atau mutu minyak yang dihasilkan akan menurun.
12
13
BAB IV
ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
14
b. Nilai Produksi
Dari lahan 1 hektar minimal menghasilkan 20 ton daun nilam basah atau 4
ton daun nilam kering dengan harga jual Rp. 500,-/Kg basah.
c. Pendapatan
- Hasil Panen Pertama 20.000 Kg x Rp. 500,- = Rp. 10.000.000,-
- Biaya produksi panen pertama = Rp. 9.115.000,-
Keuntungan bersih panen pertama = Rp. 885.000,-
b. Pendapatan :
- Hasil panen kedua, 20.000 kg x Rp. 500 Rp. 10.000.000,-
- Biaya produksi kedua Rp. 2.860.000,-
Keuntungan bersih panen kedua Rp. 7.140.000,-
15
Keuntungan bersih panen kelima Rp. 7.140.000,-
16
- Pembuatan 1 (satu) unit perangkat alat destilasi kapasitas 1 ton per kali
proses senilai Rp. 700.000.000,-
Terdiri dari :
• Tangki air cadangan
• Pompa 3 buah
• Tangki bahan bakar
• Boiler 1000 liter
• Regulator
• Tangki distilasi
• Separator
• Chiller
• Colling tower
• Pipa-pipa
• Cerobong boiler
• Sertifikat
• Satu limsum total
Jumlah biaya investasi Ro. 489.500.000,- + Rp. 700.000.000,-
= Rp. 1.189.500.000,-
b. Perkiraan Pengembalian Modal
Dalam pengolahan daun nilam, dari satu kali penyulingan untuk
mendapatkan 1 ton daun nilam kering memerlukan 5 ton daun nilam basah,
dengan biaya produksi :
- Pembelian daun nilam basah 5.000 Kg x @ Rp. 500,- = Rp. 2.500.000,-
- Biaya proses penyulingan = Rp. 1.000.000,-
Jumlah biaya produksi = Rp. 3.500.000,-
Hasil penyulingan dari 1 ton daun nilam kering menghasilkan minyak
sebanyak 30 kg selama 1 bulan dapat dilakukan penyulingan sebanyak 24
kali, karena waktu yang diperlukan satu kali penyulingan selama 6 jam.
• Hasil minyak selama 1 bulan, 30 kg x 26 kali = 780 kg
• Hasil penjualan @ Rp. 160.000,- x 780 kg = Rp.
124.800.000,-
• Pengeluaran per bulan :
- Biaya produksi 24 x Rp. 3.500.000,- Rp. 84.000.000,-
- Quality Control dan Analisa Produk Rp. 600.000,-
- Packing Rp. 2.400.000,-
17
- Listrik dan telepon Rp. 1.500.000,-
- Transportasi dan ongkos-ongkos Rp. 900.000,-
- Lain-lain Rp. 1.200.000,-
Jumlah Rp. 90.600.000,-
18
Untuk mencapai kebutuhan bahan dasar minyak nilam agar proses produksi
dapat berjalan lancar optimal, maka membutuhkan budidaya tanaman nilam
seluas 100 Ha. Apabila kebutuhan biaya budidaya tanaman nilam per
hektar sebesar Rp. 9.115.000,-, maka dana yang dibutuhkan untuk lahan
seluas 100 Ha sebesar Rp. 911.500.000,-
Mekanisme pemberian dana untuk pembudidayaan tanaman nilam kepada
para petani adalah melalui sistem pengairan (revolving) sedangkan dana
untuk pembangunan pabrik penyulingan minyak nilam koperasi atau salah
satu PT.
BAB V
KESIMPULAN
19
Jumlah = Rp. 29.135.000,-
c. Keuntungan/laba bersih selama 2 tahun sebesar Rp. 50.865.000,- atau rata-
rata/bulan Rp. 2.119.375,-/bulan
3. Analisa Usaha Pembangunan Pabrik Penyulingan Minyak Nilam :
a. Rencana pinjaman modal investasi
- Tanah dan bangunan Rp. 489.500.000,-
- Alat destilasi Rp. 700.000.000,-
Jumlah Rp. 1.789.500.000,-
b. Pendapatan :
- Hasil minyak selama 1 bulan, 30 kg x 26 kali Rp. 780 kg
- Hasil penjualan @Rp. 160.000,- x 780 kg Rp. 124.800.000,-
20
grash periode (pembangunan, pemasangan alat dan uji coba) 6 bulan
jangka waktu pengembalian = 79 + 6 bulan = 85 bulan (7 tahun)
21
DAFTAR ISI
..................................................................................... 1
..................................................................................... 2
3......................................................................... Lokasi
..................................................................................... 2
..................................................................................... 5
2.............................................................. Pemeliharaan
..................................................................................... 8
..................................................................................... 9
................................................................................... 11
22
1.......... Analisa Usaha Tani Budidaya Tanaman Nilam
................................................................................... 12
................................................................................... 15
PROPOSAL
i
PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA
TANAMAN NILAM SERTA PEMBANGUNAN SARANA
PENGOLAHAN/PENYULINGAN MINYAK NILAM
DI KABUPATEN TASIKMALAYA
ii
23
2004
100 bata
5.000 batang x Rp. 1.000,- Rp. 5 Jt
Pupuk + Biaya Pengolahan (6 bulan) 4 Jt
Total 9 Jt
Panen I
5.000 btng @ 3 Kg x Rp. 1.500
nilam aceh
nilam bengkulu
nilam jawa
nilam super
24