Professional Documents
Culture Documents
Manajemen Keuangan
Sekolah/Madrasah
Asian Develoment Bank (ADB), Australia Agency for International Development (AusAID),
World Bank/Bank Dunia, Decentralized Basic Education (DBE-1) - United State Agency
for International Development (USAID)
Disusun dengan mengedepankan kepraktisan dan aplikatif, modul ini terdiri dari tujuh (7) bagian/
sesi yang secara sistematis disusun sebagai berikut: sesi pertama memberikan pengantar tentang
siklus manajemen keuangan sekolah serta prinsip pengelolaan keuangan yang baik; sesi kedua
memberikan gambaran umum penatausahaan keuangan sekolah, khususnya dalam penerimaan
dan pengeluaran serta pelaporannya; sesi ketiga menguraikan berbagai macam pajak yang berkaitan
dengan pengelolaan keuangan dan transaksi di tingkat sekolah; sesi keempat memperkenalkan
masalah pembukuan sekolah, termasuk didalamnya jenis buku dan transaksinya, format buku
serta alurnya; sesi kelima memandu pelatih memahami topik pencatatatan barang milik sekolah;
sesi keenam khusus ditujukan untuk mendalami pelaporan keuangan sekolah dan sesi terakhir
membahas berbagai hal yang berkaitan dengan masalah audit, pengendalian dan pengawasan
keuangan di tingkat sekolah. Dengan memahami ke tujuh topik di atas diharapkan pelatih dan
peserta latih dapat menerapkan prinsip pengelolaan keuangan sekolah yang baik yang tidak abai
terhadap prinsip ekonomis, efisiensi dan efektifitas dalam mendukung tercapainya tujuan
pendidikan dasar.
Modul ini sangat penting dipahami oleh para pelatih (trainers), profesional keuangan sekolah
maupun praktisi pendidikan yang bergelut dalam upaya peningkatan pengelolaan keuangan sekolah
yang akuntabel dan efektif antara lain: kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, bendahara sekolah,
guru, pengawas sekolah, komite sekolah serta berbagai pihak lainnya yang berkepentingan.
Menghindari model penyajian yang cenderung kering dan lecturing, maka alur pembahasan modul
dilengkapi dengan berbagai kasus latihan yang aplikatif yang diambil dari praktek pengelolaan
sekolah sehari-hari. Untuk memudahkan, modul juga dilengkapi rencana pengelolaan sesi per
sesi, power point presentasi beserta catatan pelatih (trainer’s note), latihan beserta lembar latihan
kerja, bahan bacaan pendukung dan yang tidak kalah pentingnya CD yang berisikan referensi
bahan-bahan terkait dengan masing-masing topik pembahasan yang bisa digunakan jika peserta
perlu tahu lebih jauh materi-materi yang telah dijelaskan. Buku manual dalam bentuk panduan
praktis (practical guidance) disediakan bagi peserta sebagai pengayaan materi serta kiat dan
berbagai langkah praktis dalam praktek penerapan pengelolaan keuangan di tingkat sekolah.
Penyusunan modul ini merupakan hasil kerjasama dari Kementerian Pendidikan Nasional dengan
dukungan beberapa mitra pembangunan, yaitu Asian Development Bank (ADB), Australia Agency
for International Development (AusAID), Bank Dunia (World bank) dan Project Decentralized
Basic Education (DBE-1) – United State Agency for International Devleopment (USAID).
A. Tujuan
Setelah mengikuti seluruh sesi dalam modul ini peserta diharapkan:
1. Memahami prinsip-prinsip manajemen keuangan sekolah/madrasah yang baik.
2. Memahami alur dan proses penatausahaan keuangan sekolah/madrasah.
3. Memahami aturan-aturan perpajakan yang terkait dengan kegiatan sekolah/ madrasah
dan dapat menerapkannya secara baik dan benar.
4. Memahami dan dapat menerapkan sistem dan prosedur pembukuan yang berlaku untuk
sekolah/madrasah.
5. Melakukan pencatatan barang milik sekolah/madrasah baik yang diterima maupun yang
digunakan.
6. Menyusun laporan penerimaan dan penggunaan dana sesuai dengan sistem dan prosedur
yang berlaku.
7. Memahami pentingnya persiapan sekolah/madrasah dalam proses pengendalian, pengawasan
dan audit.
B. Strategi
A. Pendahuluan
Sekolah/madrasah sebagai sebuah entitas organisasi memerlukan dana dalam
pengoperasiannya. Pemerintah sendiri dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional
menyatakan secara eksplisit bahwa ada tiga pengelompokan sumber dana untuk sekolah/
madrasah yaitu: 1) dana bersumber dari Pemerintah, 2) dana bersumber dari pemerintah
daerah dan 3) dana bersumber dari masyarakat, termasuk di dalam ini dana Sumbangan
Pembiayaan Pendidikan (SPP) yang bersumber dari orangtua siswa. Dana yang diperoleh
sekolah/madrasah ini pada gilirannya digunakan untuk memberikan pelayanan pendidikan
kepada siswanya.
Terkait dengan pengelolaan dana yang baik akan dibahas beberapa konsep esensial yang
perlu dipahami: 1) ekonomis, efisiensi dan efektifitas, 2) transparansi, 3) akuntabilitas, 4)
keadilan, 5) kejujuran dalam pengelolaan dan 6) pengendalian. Sesi ini akan membahas
prinsip-prinsip manajemen keuangan publik yang baik sebagai dasar dalam pembahasan
pengelolaan sekolah/madrasah.
B. Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, diharapkan peserta mampu menjelaskan:
1. Manajemen keuangan sekolah/madrasah adalah bagian dari siklus manajemen sekolah/
madrasah yang merupakan lanjutan dan pelaksanaan dari tahap perencanaan.
C. Pokok Bahasan
1. Manajemen Keuangan Sekolah/Madrasah.
2. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Sekolah/Madrasah yang Baik.
3. Garis Besar Topik Manajemen Keuangan Sekolah/Madrasah.
D. Waktu
Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk sesi ini adalah 30 menit.
E. Metode
1. Presentasi.
2. Tanya jawab.
Tahap 1. 1. Pelatih menjelaskan tujuan dari sesi ini 5 menit PPt 1-3
Pendahuluan dikaitkan dengan tujuan pelatihan manajemen
keuangan secara keseluruhan.
2. Pelatih menjelaskan secara singkat perihal
pokok-pokok bahasan, alokasi waktu dan alur
kegiatan sesi ini.
Tahap 3. 1. Pelatih mejelaskan apa saja yang merupakan 10 menit PPt 8-12
Prinsip-prinsip prinsip manajemen keuangan publik.
Manajemen 2. Pelatih memberikan penekanan pada tiga
Keuangan Publik prinsip pertama dan kaitannya dengan
partisipasi masyarakat berikut contoh.
Catatan:Berikan penjelasan seperlunya
berkenaan dengan prinsip manajemen keuangan
publik, berikan kesempatan pada peserta untuk
untuk menanggapi dan bertanya sesuai dengan
butir-butirnya.
H. Referensi
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
4. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
5. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
6. PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
7. PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.
8. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
9. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
(direvisi melalui Permendagri Nomor 59 Tahun 2007).
Sesi 1
Pengantar
Manajemen Keuangan Sekolah/Madrasah
Inti uraian: Sesi ini memberikan gambaran umum tentang apa yang dimaksud dengan Manajemen
Keuangan di sekolah/madrasah, prinsip-prinsip apa saja yang mendasari pelaksanaan manajemen
keuangan di tingkat sekolah/madrasah dan apa saja yang menjadi ruang lingkup dari manajemen
keuangan di sekolah/madrasah.
2
Tujuan Sesi
4
Apa itu Manajemen Keuangan
Sekolah/Madrasah?
Inti uraian: Jelaskan bahwa manajemen keuangan telah dimulai dari perencanaan.
Dilanjutkan dengan pelaksanaan dari rencana, termasuk pembukuan dan pembelanjaan.
Tahapan berikut adalah pengawasan agar semua yang dijalankan berjalan sesuai rencana.
Siklus menjadi lengkap dengan pembuatan laporan sebagai bagian dari pertanggungjawaban
keuangan, baik melalui proses audit maupun non audit.
Perencanaan dan
Penganggaran
(RKS/RKAS)
Manajemen Keuangan
Sekolah/Madrasah:
• Perencanaan
Pelaporan Pelaksanaan
• Penatausahaan
• Pembukuan
• Pelaporan
• Pengawasan
Monev
Inti uraian: Cukup jelas, RKS/RKAS diwarnai berbeda (abu-abu) untuk menunjukkan bahwa
walaupun dia merupakan bagian dari manajemen keuangan sekolah, pembahasan modul ini tidak
memasukkan hal ini karena telah dibicarakan pada modul terdahulu.
6
Mengapa Manajemen Keuangan
Sekolah/Madrasah Penting?
Inti uraian: Cukup jelas dengan catatan, kompeten: yang menguasai pembukuan dan
pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
Inti uraian: Daftar sudah cukup jelas, secara khusus bisa ditambahkan:
Inti uraian: Cukup jelas, penjelasan dan makna akan diberikan pada dua slide berikutnya.
9
Value for Money
Input - sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan program dan aktivitas.
Contoh: dokter di RS, tanah untuk jalan baru, dll. Input dinyatakan secara kuantitatif maupun
nilai uang. Masalah utama dalam pengukuran input adalah penentuan harga yang wajar.
Output – merupakan hasil langsung yang dicapai dari program, aktivitas dan kebijakan. Output
untuk pelayanan sosial lebih sulit diukur.
Outcome – dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu. Outcome sering dikaitkan
dengan tujuan atau target yang hendak dicapai. Konsep value for money tercapai apabila
penggunaan biaya input terkecil mampu mencapai output optimum dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Prinsip Pengertian
UU No. 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik mengatur tentang akses terhadap
informasi yang dikuasai oleh suatu badan publik. Selain lembaga negara, badan publik menurut
pasal 1 ayat 3 dalam UU ini termasuk juga “… organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Prinsip keadilan, efisiensi, tranparansi dan akuntabilitas tercantum dalam PP 48 /2008 pasal 59.
Tiga poin pertama juga merupakan pilar dari good governance
11
Hubungan Transparansi, Akuntabilitas dan
Partisipasi di Sekolah/Madrasah
Partisipasi
• Peraturan, Kebijakan dan Pedoman
Proses Partisipatif
• Forum konsultasi dan temu publik
• Keterlibatan stakeholders (marjinal)
Akuntabilitas Transparansi
• Adanya mekanisme komplain dan respon. • Peraturan menjamin akses informasi (tepat
• Adanya mekanisme pertanggungjawaban/ pelaporan. waktu, mudah dijangkau, bebas diperoleh.
• Adanya indikator kinerja, pengukuran dan penilaian kinerja. • Mekanisme keterbukaaan dan standarisasi
• Mekanisme reward dan punishment. pelayanan publik.
Inti uraian:
• Menjelaskan prinsip-prinsip utama dalam tata kelola pemerintahan yang baik, antara lain:
partisipasi, transparansi dan akuntabilitas
• Menjelaskan indikator-indikator utama dari masing-masing prinsip tata kelola tersebut serta
contoh aplikasinya dalam bidang pendidikan
• Menjelaskan korelasi prinsip-prinsip utama tata kelola dan persinggungannya dengan fungsi
manajemen sekolah:
- Tata kelola dan fungsi perencanaan dan penganggaran di sekolah
- Tata kelola dan fungsi implementasi program dan kegiatan di sekolah
- Tata kelola dan fungsi monitoring dan evaluasi
- Tata kelola dan fungsi pelaporan dan pertanggungjawaban
- Tata kelola dan fungsi kepemimpinan dan manajemen SDM.
13
Garis Besar Topik Manajemen Keuangan
Penatausahaan Pelaporan
Pajak Audit
Pembukaan
RKAS Pengadaan Pencatatan Barang Pengawasan
Inti uraian:
1. Penatausahaan Dana; pemisahan tugas, prosedur penerimaan dana, dan prosedur pengeluaran
dana. Siapa pengelola anggaran sekolah? Pembedaan antara pemegang buku dan otoritas
pengeluaran dana.
2. Perpajakan; pajak terkait transaksi di sekolah/madrasah yaitu PPh 21, 22, 23 dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Mulai 2011 PPh 22 tidak dipungut oleh sekolah.
3. Pembukuan; jenis-jenis buku dan transaksi yang mempengaruhi masing-masing buku. Setiap
transaksi harus didukung dengan bukti yang sah (kuitansi), Semua transaksi dicatat sesuai
urutan waktu (kronologis), Setiap transaksi dicatat pada buku yang bersesuaian.
4. Pencatatan Barang Milik Sekolah/Madrasah; tugas dan tanggungjawab, prosedur dan format
kartu-kartu pencatatan barang. Pencatatan aset sebagai bagian penting dari akuntabilitas,
Pencatatan aset sebagai alat kontrol, Dokumen pencatatan aset sebagai alat perencanaan
sekolah, Bagaimana mencatat aset.
5. Pengadaan; dibahas terpisah dalam Sesi Khusus BOS.
6. Pelaporan; laporan penggunaan dana berdasarkan program dan berdasarkan sumber.
Pelaporan sebagai penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas, dibedakan menjadi:
• Pelaporan internal: Pemerintah daerah dan Pemerintah pusat
• Pelaporan eksternal: Publik, termasuk orang tua dan audit
7. Pengawasan, Audit dan Pengendalian; bentuk, pelaku dan kesiapan sekolah/madrasah.
Perbedaan monev dan audit, siapa yang melakukan apa.
14
Tanya Jawab
dan
Kesimpulan
Inti uraian: Beri kesempatan pada peserta untuk mengajukan pertanyaan terkait topik yang baru
selesai dibahas. Berikan kesimpulan akhir mengenai hal-hal yang penting diperhatikan dalam sesi ini.
A. Pengantar
Menjalankan sekolah/madrasah dan memperbaiki proses pendidikan di sekolah/ madrasah
tidak bisa dilakukan tanpa sumber daya - uang - yang cukup. Bahkan kalau kita perhatikan,
sekolah/madrasah yang baik adalah sekolah/madrasah yang memiliki uang yang banyak.
Sementara sebagian besar sekolah/madrasah tidak memiliki uang yang banyak, oleh karena
itu pengelolaan keuangan yang baik menjadi suatu keharusan.
Beberapa prinsip pengelolaan keuangan yang baik antara lain adalah “ekonomis”,“transparan”
dan “akuntabel”. Prinsip-prinsip ini pertama-tama harus dapat dijamin dari pengorganisasian
pengelolaan dana, baik dalam kejelasan tugas maupun dalam pembagian kewenangan, peran
dan tanggung jawabnya. Kejelasan tugas akan menem-patkan masing-masing personel pada
peran yang jelas sehingga pertanggungjawaban juga menjadi mudah ditelusuri.
B. Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan:
1. Pelaksanaan penatausahaan keuangan sekolah/madrasah yang mengikuti prinsip
pengelolaan keuangan yang baik.
2. Perlunya pembagian peran dan tanggung jawab pengelolaan keuangan yang baik.
3. Pentingnya prosedur penatausahaan keuangan sekolah/madrasah.
C. Pokok Bahasan
1. Pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam penatausahaan keuangan sekolah/
madrasah.
2. Prosedur penerimaan dana.
3. Prosedur pengeluaran dana.
4. Prosedur pelaporan.
D. Waktu
Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk sesi ini adalah 90 menit.
E. Metode
1. Presentasi.
2. Tanya jawab.
3. Kerja kelompok.
G. Strategi
Tahap 5. 1. Pelatih menjelaskan tentang prosedur dan bentuk 15 menit PPt 11-14
Prosedur laporan. LBB
Pelaporan, 2. Pelatih menjelaskan tentang dokumen dalam
Dokumen dan penatausahaan sekolah/madrasah dan jenis bukti
Bukti dalam sebagai pendukung dokumen.
Penatausahaan Catatan: LBB menjadi bahan bacaan tambahan bagi
Keuangan peserta.
H. Referensi
1. Buku Panduan BOS 2010 tentang Petunjuk Teknis Keuangan.
2. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sesi 2
Penatausahaan Keuangan
Sekolah/Madrasah
Inti uraian: Pada sesi ini pembahasan akan difokuskan pada prosedur dalam melakukan penerimaan
dan pengeluaran dana berikut pelaporannya. Di awal sesi ditegaskan tentang pentingnya pemisahan
tugas dan tanggungjawab dalam menerapkan pentausahaan keuangan di tingkat sekolah/madrasah.
2
Tujuan Sesi
Inti uraian: Berikut adalah elemen penting dalam penatausahaan keuangan sekolah: Pemisahan
tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaannya; adanya prosedur yang harus diikuti dalam
melakukan penerimaan dan pengeluaran dana, serta pelaporan atas penggunaan dana. Melalui
keempat elemen ini, diharapkan penggunaan dana di tingkat sekolah bisa dilakukan secara
bertanggung jawab.
4
Apakah Penatausahaan Keuangan
Sekolah/Madrasah?
Inti uraian: Bacakan definisi penatausahaan keuangan di atas. Penekanan diberikan pada 3 hal:
penerimaan, pengeluaran dan pelaporan dana. Ini merupakan fokus dari penatausahaan keuangan.
Kepala Sekolah/Madrasah
Inti uraian: Setidaknya ada 3 posisi yang berperan penting dalam penatausahaan keuangan: Kepala
Sekolah sebagai penanggung jawab utama, Bendahara, dan Juru Buku. Posisi juru buku mungkin
belum umum ada di tingkat sekolah dasar, namun demikian sebaiknya mulai diperkenalkan karena
sangat penting melakukan pemisahan fungsi untuk tujuan controling dan akuntabilitas. Karenanya
perlu memisahkan fungsi penerimaan, pengeluaran dan pencatatan.
6
Asas Umum Penatausahaan
Keuangan Sekolah/Madrasah
1. Wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Perlu pemisahan tugas sebagai pemberi otorisasi, yang menerima dan
mengeluarkan uang, dan yang mencatat.
3. Kepala sekolah/madrasah wajib melakukan pemeriksaan terhadap
penatausahaan keuangan sekolah/madrasah, secara berkala (minimal setiap
tiga bulan sekali).
4. ...
Inti uraian: Contoh penerapan asas ini adalah: kepala sekolah dalam melakukan pemeriksaan
secara berkala dapat dengan cara opname kas, yaitu kepala sekolah memeriksa posisi kas yang
ada di brankas sekolah dan kas yang ada di bank dijumlahkan dan dibandingkan dengan saldo
akhir Buku Kas Umum pada saat tanggal pemeriksaan, dan setelah itu dibuatkan Berita Acara
Pemeriksaan Kas. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk tetap menjaga kelangsungan fungsi
pengendalian internal di sekolah/madrasah.
Manajemen Keuangan Sekolah/Madrasah - SESI 2 17
7
Asas Umum .........(lanjutan)
Inti uraian: Otorisasi yang dilakukan kepala sekolah atas dokumen penerimaan atau pengeluaran
yang dibuat oleh bendahara dan disimpan/dicatat oleh juru buku memastikan adanya pengendalian
dalam proses yang berjalan. Otorisasi yang diberikan menandakan bahwa kepala sekolah telah
menyatakan bertanggung jawab atas dokumen bersangkutan.
1. Menyiapkan rincian kebutuhan per • Gunakan data BOS Format 11A - BOS hal 80
periode (3 bulanan) • Buat berdasarkan jenis dan kebutuhan
• RAPBS menjadi acuan
• Perubahan dimungkinkan selama tidak melebihi penerimaan
2. Membuat rencana pengambilan dana • Gunakan format BOS 12 (untuk masing-masing sumber), BOS hal 83
4. Pengambilan dana • Format yang telah ditandatangani kep. sekolah/madrasah dan ketua komite
5. Pembukuan • Pencatatan dalam format BOS K-3 atau K-4 - BOS hal 150 dan 152
6. Penyimpanan Bukti • Semua bukti terkait disimpan sebagai dokumen sesuai nomor dan tanggal
pelaksanaan kegiatan di tempat yang aman dan mudah ditemukan
Inti uraian: Rencana penerimaan dana dituangkan dalam format BOS 11A dan realisasi penggunaan
dana dituangkan dalam format BOS 11B, kedua format ini wajib di umumkan di papan pengumuman
sekolah sebagai proses transparansi. Uang yang dterima oleh sekolah dibukukan di Buku Kas
Umum (B0S K-3), Buku Pembantu Kas (BOS K-4), Buku Pembantu Bank (BOS K-5).
Menyetujui, Tanggal
Ketua Komite Sekolah Kep. Sekolah
Inti uraian: Uang yang ada di bank tidak boleh diambil sekaligus tetapi pengambilan harus dengan
perencanaan, berapa kebutuhan uang oleh sekolah untuk melaksanakan suatu kegiatan. Rencana
pengambilan uang tersebut dituangkan dalam format BOS 12.
10
Prosedur Pengeluaran Dana
11
Penting pada Tahap Verifikasi
Pada tahap ini tugas bendahara mencocokkan antara bukti
pemesanan dengan kartu penerimaan barang, menyangkut:
• Jenis,
• Kualitas,
• Jumlah barang/jasa,
• Penghitungan PPN dan PPh,
• Harga,
• Bukti transaksi, dan
• Tersedianya dana.
Inti uraian: Ini merupakan beberapa hal penting yang harus diperhatikan ketika melakukan
pemesanan dan penerimaan barang. Pastikan jenis barang yang dipesan sama dengan yang diterima,
kualitas yang dipesan adalah yang diterima, jumlah yang dipesan sama dengan yang diterima,
pastikan pajak-pajak terkait sudah tercakup, harga sesuai dengan pemesanan, ada bukti transaksi
(berupa surat pemesanan, kwitansi ataupun surat penerimaan barang), dan yang terakhir adalah
memastikan sudah tersedia dana untuk pemesanan yang dilakukan.
Inti uraian: Laporan yang disampaikan kepada tim manajemen BOS kab./kota cukup Format
BOS K-2 (Laporan Penggunaan Dana Tiap Jenis Anggaran). Format ini memasukkan angka realisasi
selama triwulanan bersangkutan dan harus mencakup seluruh sumber penerimaan dana sekolah.
13
Jenis Dokumen dalam
Penatausahaan Sekolah/Madrasah
Format ini harus ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan, khusus untuk sekolah
swasta, Ketua Yayasan. Dokumen ini disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada pengawas,
Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
Format BOS K-1 perlu dilengkapi dengan rencana penggunaan dana secara rinci, yang dibuat
tahunan dan tiga bulanan yaitu Fomat BOS K-1A. Format ini dibuat untuk setiap sumber dana
yang diterima sekolah.
Format BOS K-2 adalah format laporan keuangan terintegrasi dan singkat/padat (condensed)
dan merupakan satu-satunya laporan yang disampaikan kepada tim manajemen BOS Kabupaten/
Kota. Format ini adalah format multi sumber dana, sehingga harus memuat laporan penerimaan
dan penggunaan uang dari semua sumber dana di sekolah.
Sumber informasi untuk penyusunan Format BOS K-2 adalah pembukuan pada Format BOS K-
3 (yang tidak multi sumber dana) dan dari semua sumber dana yang dikelola oleh sekolah pada
periode yang sama.
14
Bukti Transaksi dalam
Penatausahaan Keuangan Sekolah/Madrasah
15
Tanya Jawab
dan
Latihan
Inti uraian: Tanyakan pada peserta jika masih ada yang memerlukan penjelasan terkait sesi ini.
A. Instruksi Pelatih
Waktu 30 menit
BOS 11
a. Dana ….. boleh digunakan untuk (sebutkan aturan sesuai dengan panduan
sumber dana yang bersangkutan), umpama saja sbb.:
1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, yaitu biaya
pendaftaran, pengadaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran
ulang, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut
(misalnya untuk fotocopy, konsumsi panitia, dan uang lembur dalam rangka
penerimaan siswa baru, dan lain sebagainya yang relevan).
2. Pembelian buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan.
3. dst...
b. Dana ……tidak boleh digunakan untuk (sebutkan aturan sesuai dengan panduan
sumber dana yang bersangkutan), umpama saja sbb.:
1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.
2. Dipinjamkan kepada pihak lain.
3. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan
biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan sejenisnya.
4. dst...
1 2 3
1 2 3
Menyetujui, Tanggal
Ketua Komite Sekolah Kep. Sekolah
(.......................................) (.......................................)
Tupoksi Keuangan
Tugas Tim Keuangan Sekolah adalah mengelola semua kegiatan keuangan sekolah, mulai
dari perencanaan sampai dengan penyusunan laporan (internal dan eksternal) dan
mempertanggungjawabkannya baik secara internal maupun eksternal. Rincian tugas
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Khusus untuk dana BOS: Memverifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa
yang ada. Bila jumlah dana yang diterima lebih dari yang semestinya, maka harus
segera mengembalikan kelebihan tersebut ke rekening Tim Manajemen BOS Provinsi
dengan memberitahukan ke Tim Manajemen BOS kab./kota.
2) Khusus bagi sekolah SBI dan RSBI serta sekolah swasta, Tim sekolah harus
mengidentifikasi siswa miskin dan membebaskan dari segala jenis iuran.
3) Mengelola semua dana yang diterima, termasuk dana BOS, secara bertanggung jawab
dan transparan.
4) Khusus untuk dana BOS: Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak
boleh dibiayai oleh dana BOS serta penggunaan dana BOS di sekolah menurut
komponen dan besar dananya di papan pengumuman sekolah.
5) Mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh sekolah dan rencana
penggunaan dana. Khusus untuk dana BOS ini dilakukan menggunakan format terpisah
(BOS-11A dan BOS-K1) di papan pengumuman sekolah yang ditandatangani oleh
Kepala Sekolah, Bendahara dan Ketua Komite Sekolah.
6) Membuat laporan bulanan pengeluaran dana BOS dan barang-barang yang dibeli
oleh sekolah (BOS-11B dan BOS-K2) yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah,
Bendahara dan Ketua Komite Sekolah.
7) Mengumumkan laporan bulanan pengeluaran dana BOS dan barang-barang yang dibeli
oleh sekolah (BOS-11B dan BOS-K2) tersebut di atas di papan pengumuman setiap
3 bulan.
8) Bertanggung jawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di sekolah.
9) Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.
10) Melaporkan penggunaan dana BOS kepada Tim Manajemen BOS kab./kota.
11) Memasang spanduk di sekolah terkait kebijakan sekolah gratis (Format BOS-14)
12) Menyusun rencana keuangan berdasarkan format-format baku sesuai aturan untuk
menunjang pencapaian SPM/SNP dan/atau peningkatan mutu sekolah.
13) Menyusun rencana pengambilan dana berdasarkan format baku sesuai aturan
14) Melakukan pembukuan semua transaksi keuangan dan barang agar dapat dicapai
value for money dan menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas.
15) Menyusun laporan baik internal maupun eksternal agar dapat dicapai value for money
dan menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas.
16) Mempertangungjawabkan semua pengelolaan keuangan kepada fihak internal maupun
eksternal,termasuk para auditor.
Kepala Sekolah
1) Bertanggung jawab dalam:
a) Khusus untuk dana BOS: Memverifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa
yang ada. Bila jumlah dana yang diterima lebih dari yang semestinya, maka harus segera
mengembalikan kelebihan tersebut ke rekening Tim Manajemen BOS Provinsi dengan
memberitahukan ke Tim Manajemen BOS kab./kota.
b) Khusus bagi semua sekolah, Tim Sekolah harus mengidentifikasi siswa miskin dan
membebaskan dari segala jenis iuran.
c) Mengelola dana yang diterima sekolah, termasuk BOS, secara bertanggung jawab dan
transparan.
d) Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak boleh dibiayai oleh dana
BOS/dana lainnya serta penggunaan dana BOS/dana lainnya di sekolah menurut
komponen dan besar dananya di papan pengumuman sekolah.
e) Mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh sekolah dan rencana
penggunaan dana, termasuk dana BOS (BOS K-1 dan K-1A) di papan pengumuman
sekolah yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Bendahara dan Ketua Komite
Sekolah.
f) Membuat laporan bulanan pengeluaran dana BOS/dana lainnya dan barang-barang
yang dibeli oleh sekolah (BOS 11-A dan BOS K-2) yang ditandatangani oleh Kepala
Sekolah, Bendahara dan Ketua Komite Sekolah.
g) Mengumumkan laporan bulanan pengeluaran dana BOS/dana lainnya dan barang-
barang yang dibeli oleh sekolah tersebut di atas di papan pengumuman setiap 3 bulan.
h) Bertanggung jawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di sekolah.
i) Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.
j) Melaporkan penggunaan dana BOS kepada Tim Manajemen BOS kab./kota, dan dana
lain kepada Tim Manajemen Keuangan Kabupaten/Provinsi
k) Memasang spanduk di sekolah terkait kebijakan sekolah gratis
l) Menyusun rencana keuangan berdasarkan format-format baku sesuai aturan untuk
menunjang pencapaian SPM/SNP dan/atau peningkatan mutu sekolah
m) Menyusun rencana pengambilan dana berdasarkan format baku sesuai aturan
2) Bersama-sama Tim Sekolah menyusun dan menyetujui rencana keuangan (lihat modul
RKS, untuk yang menerima dana BOS: BOS K-1A, BOS K-1).
3) Menyetujui Pengumuman Rencana Penggunaan Uang (BOS 11-A) dan Rencana
Bendaharawan
1) Membantu Kepala Sekolah dalam menyusun RAPBS (untuk yang menerima dana BOS:
BOS K-1 dan BOS K-1A).
2) Menyusun Rencana Pengambilan Uang (BOS-12)
3) Menyiapkan daftar penggunaan uang sehari-hari untuk mendapatkan persetujuan dari
Kepala Sekolah.
4) Menyetujui bukti-bukti transaksi dan kodenya
5) Memeriksa dan meng-approve pembukuan untuk format-format pembukuan: Buku Kas
Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank, dan Buku Pembantu
6) Memeriksa dan meng-approve Laporan Internal Penerimaan dan Pengeluaran Dana (BOS K-
2), dan Laporan Eksternal Penerimaan dan Pengeluaran Dana (BOS- 11B), dan menyusun SPJ
7) Melakukan pengecekan rekonsiliasi antara berbagai format pembukuan dan penutupan
buku/format tersebut pada waktunya, sebelum diperiksa Kepala Sekolah
8) Menghitung, memungut dan menyetor PPh (pasal 21,22,dan 23) dan PPN
9) Menyerahkan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang kepada juru buku
Juru Buku
1) Menyiapkan bukti transaksi
2) Memberi kode pada bukti transaksi
3) Membukukan format-format pembukuan: Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku
Pembantu Bank, dan Buku Pembantu Pajak
4) Menyimpan bukti transaksi di tempat yang aman dan mudah dicari
5) Menyusun Laporan Internal Penerimaan dan Pengeluaran Dana (BOS K-2),dan Laporan
Eksternal Penerimaan dan Pengeluaran Dana (BOS- 11B), dan menyusun SPJ
2) Pelaksanaan
2.1. Semua pengeluaran harus berpedoman pada rencana kebutuhan tersebut pada butir
1.4.
2.2. Semua pengeluaran yang sudah sesuai dengan rencana kebutuhan tersebut tidak
perlu mendapatkan persetujuan lagi dari kepala sekolah. Setiap pengeluaran yang
tidak sesuai dengan rencana tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu
dari kepala sekolah dan Komite Sekolah.
1) Setiap sekolah calon penerima dana (contoh BOS) harus membuat Surat Perjanjian
Pemberian Bantuan, sebelum sekolah yang bersangkutan dapat menerima sumber dana
tersebut (contoh BOS). Format ini digunakan untuk menjelaskan bahwa sekolah setuju/
tidak setuju untuk menerima bantuan Dana yang bersangkutan.
2) Surat perjanjian ini ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Manajer BOS Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota (contoh BOS). Selanjutnya format yang sudah ditandatangani
diserahkan kepada pengelola BOS kabupaten/kota.
3) Dalam Surat Perjanjian ini dijelaskan bahwa sekolah wajib mengelola keuangan sekolah
(bukan hanya yang berasal dari BOS) secara baik dan transparan.
4) Format ini hanya diisi sekali saja, yakni saat pertama sekolah setuju menerima bantuan
dana tersebut.
FORMAT 11A
A. Dana ….. boleh digunakan untuk (sebutkan aturan sesuai dengan panduan sumber dana yang
bersangkutan), umpama saja sbb.:
1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, yaitu biaya pendaftaran,
pengadaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang, serta kegiatan lain
yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut (misalnya untuk fotocopy, konsumsi
panitia, dan uang lembur dalam rangka penerimaan siswa baru, dan lain sebagainya yang
relevan).
2. Pembelian buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan.
3. Dan seterusnya .......
B. Dana ……tidak boleh digunakan untuk (sebutkan aturan sesuai dengan panduan sumber
dana yang bersangkutan), umpama saja sebagai berikut:
1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.
2. Dipinjamkan kepada pihak lain.
3. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan biaya besar,
misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan sejenisnya.
4. Dan seterusnya .......
1 2 3
Persyaratan pencairan dana berbeda antara satu sumber dana dengan sumber dana lain. Berikut
ini dijelaskan persyaratan yang dari setiap sumber dana, sebagai berikut:
1. Pengelola dana suatu sumber dana dapat menerbitkan SK tentang pengalokasian dana
kepada sekolah dan/atau mengharuskan sekolah menandatangani Surat Perjanjian
Pemberian Bantuan.
2. Sesudah itu sekolah yang akan menerima dana tersebut harus mempunyai/membuka
rekening bank atas nama sekolah. Format ini digunakan untuk menunjukkan bahwa sekolah
telah memiliki rekening Bank yang bisa dipakai untuk menampung dana dari sumber
dana tersebut.
3. Sekolah selanjutnya mengirim nomor rekening tersebut kepada Pengelola BOS Kabupaten,
segera setelah penandatanganan surat perjanjian tersebut.
4. Format ini hanya diisi sekali saja, yaitu saat sekolah memberitahukan nomor rekening
sekolah yang akan dipakai untuk menampung Dana dari Pengelola BOS Kabupaten/Kota.
5. Setiap periode tertentu, tergantung dari aturan di masing-masing sumber dana, sekolah
diwajibkan membuat rencana pengambilan dana. Isi dan format rencana pengambilan
dana berbeda antara satu sumber dana dengan sumber dana yang lain. Sebagai contoh
berikut ini disajikan aturan berdasarkan sumber dana BOS (lihat juga Panduan BOS 2010).
Pada umumnya format BOS-12 diisi untuk periode tiga bulan. Jumlah yang diminta harus
sesuai dengan kebutuhan sekolah seperti yang sudah dirumuskan dalam rencana (rinci) yang
tertuang dalam BOS K-1.
FORMAT 12
1 2 3
Tanggal,...........
Menyetujui,
Ketua Komite Sekolah Kep. Sekolah
(...........................) (...........................)
Kolom Penjelasan
3 Jumlah: diisi dengan jumlah rupiah yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan/
program/jenis pengeluaran.
Catatan:
Juru Buku merupakan posisi yang disarankan ada di tingkat sekolah dengan tujuan pemisahan
tugas antara penanggungjawab uang dan penanggungjawab pencatatan guna menghindari
terjadinya praktik-praktik yang tidak diperkenankan.
A. Pengantar
Sekolah/madrasah sebagai institusi pengguna dana baik dari APBN, APBD maupun
sumbangan masyarakat, dalam pelaksanaan kegiatan kiranya perlu memahami aturan
perpajakan yang berlaku umum dan penerapannya.
Pada sesi ini peserta akan diajarkan tentang kewajiban perpajakan atas penggunaan dana
yang ada di sekolah/madrasah yaitu mulai dari kewajiban memungut, menyetorkan dan
melaporkan pajak PPh 21, PPh 22, PPh 23, dan PPN.
Seiring dengan adanya perubahan aturan perpajakan maka peserta juga akan dibekali
dengan aturan yang terbaru tentang PPh 21, PPh 22, PPh 23, dan PPN yang dilampirkan
pada modul ini. Karena keterbatasan waktu sesi ini maka peserta juga diharapkan
mendalami sendiri dengan membaca aturan perpajakan tersebut.
Diharapkan setelah mengikuti sesi ini, sekolah/madrasah tidak mengalami kendala lagi
dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana-dana di
sekolah/madrasah dan pada akhirnya meminimalkan temuan atas perpajakan.
B. Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan:
1. Kewajiban perpajakan dengan benar sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak oleh sekolah/madrasah.
3. Sanksi-sanksi terkait kelalaian pelaksanaan kewajiban pajak.
C. Pokok Bahasan
1. Pajak Penghasilan Pasal 21.
2. Pajak Penghasilan Pasal 22.
3. Pajak Penghasilan Pasal 23.
4. Pajak Pertambahan Nilai.
D. Waktu
Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk sesi ini adalah 90 menit.
E. Metode
1. Presentasi.
2. Tanya jawab.
3. Kerja kelompok.
G. Strategi
Tahap 2. Presentasi mengenai tata cara dan dasar 35 menit PPt 5-18
Penjelasan PPh 21, penghitungan, pemungutan, penyetoran dan
PPh 22, PPh 23, pelaporan PPh 21, PPh 22, PPh 23, PPN oleh
dan PPN sekolah/madrasah berdasarkan aturan perpajakan.
Berikan contoh-contoh penghitungan pajak PPh
21, PPh 22, PPh 23, dan PPN sebagai bahan
referensi.
Sesi 3
Perpajakan
Inti uraian: Jelaskan pada peserta walaupun sedikit rumit dalam pelaksanaannya, namun pajak
merupakan topik yang perlu diberi perhatian khusus, terutama bagi sekolah negeri karena peran
bendahara sekolah negeri sebagai pemungut pajak untuk transaksi yang berkaitan dengan sekolah.
2
Tujuan Sesi
Inti uraian: Ada 4 jenis pajak yang ada di tingkat sekolah, yaitu Pajak Penghasilan pasal 21, Pajak
Penghasilan pasal 22, Pajak Penghasilan pasal 23 dan yang terakhir adalah Pajak Pertambahan
Nilai. Jelaskan sekilas tentang pajak-pajak tersebut. Penting bagi fasilitator untuk membaca UU
Pajak terkait guna mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang masing-masing pajak.
4
Mengapa Sekolah Perlu Memahami Pajak?
Inti uraian: Dalam UU 18/2000 dan UU 36/2008 dinyatakan secara jelas bahwa Bendahara sekolah
merupakan bendahara pemerintah yang memiliki kewajinan memungut, menyetor dan
melaporkan PPh 22 dan PPN. Tekankan ketiga kewajiban tersebut secara jelas, bahwa ketiganya
merupakan sebuah urutan yang harus dilakukan, lalai melakukan salah satunya berakibat pada
sanksi (akan dibahas terpisah).
Poin kedua secara jelas menyatakan bahwa bendahara sekolah penerima dana BOS wajib
melakukan pemotongan PPh 21 atas pembayaran honor. Cara penghitungan masing-masing pajak
akan dijelaskan selanjutnya.
5
PPh 21 - Pegawai Tetap
• Penghasilan Kena Pajak (PKP) dikenakan atas: Gaji,Tunjangan dan Honor
• Tarif Pajak yang dikenakan:
Mulai 1 Januari 2009 kalau tidak memiliki NPWP tarif 20% lebih tinggi
Inti uraian: Landasan hukum PPh 21 tertuang dalam UU 36/2008, sedangkan untuk tarif pengenaan
tercantum dalam:
1. Kep 545/PJ.2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan
Orang Pribadi.
2. Per 15/PJ/2006 tentang perubahan Kep 545/PJ.2000.
3. Peraturan Menkeu No. 137/PMK.03/2005 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak.
4. Peraturan Menkeu No.138/PMK.03/2005 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan
Dengan Pekerjaan Dari Pegawai Harian Dan Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya
Yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan
6
PPh 21 ............ (lanjutan)
Inti uraian: Jelaskan cara penghitungan PPh 21 bagi pegawai tetap seperti contoh dalam slide
langkah demi langkah.
7
PPh 21 – Pegawai Tetap (lanjutan)
Honorer bulanan:
• Jumlah < Rp 1.320.000,- dalam 1 bulan takwim tidak dikenakan PPh 21
• Jumlah > Rp 1.320.000,- per 1 bulan takwim penghitungan PPh 21 harus
disetahunkan dan berlaku norma perhitungan PPh 21 dengan tarif
Inti uraian: PPh 21 juga dikenakan bagi pegawai tidak tetap, di antaranya pegawai honorer di
sekolah yang masuk kriteria seperti yang tercantum dalam slide. Bulan takwim adalah masa atau
waktu yang diperbolehkan untuk membayar/melapor pajak tanpa dikenakan denda/sanksi.
Inti uraian:Yang termasuk pegawai tidak tetap lain adalah tenaga lepas dalam rangka pemeliharaan
sekolah, dengan kriteria seperti dijelaskan dalam slide ini. Ada baiknya memperhatikan peserta
setelah menjelaskan slide ini, karena memang perpajakan bukanlah topik yang dengan segera
dapat dicerna. Beri waktu yang cukup kepada peserta untuk memahami isi slide ini.
9
PPh 21 terhadap Pegawai Tidak Tetap
Inti uraian: Secara ringkas, penjelasan dua slide terdahulu disarikan dalam slide ini.
10
Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan
PPh Pasal 21
Inti uraian: Tugas bendahara pemungut pajak tidak berhenti pada tingkat pemungutan saja.
Bendahara harus menyetorkan pajak yang dipungutnya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan
dan melaporkannya juga dalam rentang waktu tertentu. Kelalaian dalam hal ini sehingga
menyebabkan keterlambatan akan dikenai sanksi (akan dijelaskan nanti).
Inti uraian: Sesuai Peraturan Menteri Kuangan No. 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal. 22, sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di
bidang import atau kegiatan usaha di bidang lain. Pada pasal 3 ayat 1, dikecualikan dari
pemungutan pajak penghasilan Pasal 22 Huruf H: Pembayaran untuk pembelian barang
sehubungan dengan penggunanaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Hadiah dan
Penghargaan, • Tarif 15%
Deviden, • Terhadap penghasilan
Bunga dan Royalti bruto
Inti uraian: Umumnya sekolah jarang memiliki transaksi yang terkait dengan pajak ini. Penghasilan
bruto yang dimaksud adalah penghasilan kotor sebelum dikurangi biaya-biaya.
Contoh jasa lainnya yang terkait dengan kegiatan di sekolah adalah jasa katering/jasa boga
misalkan sekolah menyelenggarakan suatu kegiatan pelatihan/inhouse training/workshop dimana
untuk konsumsi peserta diserahkan kepada pihak ketiga (jasa katering) maka pada saat
pembayaran kepada pihak ketiga tersebut dipotong 2% dari nilai kontrak/kwitansi.
Jenis jasa lainnya yang dikenakan PPh 23 sesuai Peraturan Menkeu 244/PMK.03/2008 adalah:
• Jasa Penilai
• Jasa aktuaris
• Jasa akuntansi, pembukuan dan atestasi LK
• Jasa perancang/design
• Jasa pengeboran di bidang pertambangan migas
• Jasa penunjang di bidang penambangan migas
• Jasa penambangan dan penunjang di bidang non migas
• Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara
• Jasa penebangan hutan
• Jasa pengolahan limbah
• Jasa penyedia tenaga kerja/outsourcing service
• Jasa perantara dan/atau keagenan
• Jasa di bidang perdagangan surat berharga
• Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan
• Jasa pengisian suara dan/atau sulih suara
• Jasa mixing film
13
Tata Cata Penyetoran PPh 23
Menyetorkan uang disertai dengan surat setoran pajak (SSP) ke: bank persepsi
atau kantor pos paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya (atau hari kerja
sesudahnya bila tanggal 10 hari libur)
Inti uraian: Cukup jelas, bacakan alur dari tata cara penyetoran PPh 23 dalam slide.
Bank persepsi adalah bank-bank yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melayani penerimaan/
penyetoran pajak.
SPT dilampiri dengan: SSP lembar 3, daftar bukti pemotongan PPh 23, dan
bukti potong lembar ke-2
Inti uraian: Cukup jelas, bacakan urutan cara pelaporan PPh 23 yang tercantum dalam sllide.
KAPENPA adalah Kantor penyuluhuan pajak
15
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN dikenakan atas:
• Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP) Rekanan
• Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di dalam daerah Pabean
• Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
Dikecualikan dari pemungutan PPN:
• Pembayaran < ” Rp 1 Juta termasuk PPN dan tidak dipecah
• Pembayaran untuk pembebasan Tanah
• Pembayaran atas Penyerahan BKP dan/atau JKP yang menurut perundangan-undangan
PPN mendapat fasilitas PPn tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN
• Penyerahan BBM / Non BBM oleh Pertamina
• Pembayaran Rekening Telepon
• Jasa Angkutan Udara oleh Perusahaan Penerbangan
• Pembayaran lain yang tidak dikenakan PPN.
Inti uraian: Jelaskan apa saja yang perlu dicantumkan pada faktur pajak. Faktur harus diisi secara
lengkap dan benar.
17
Contoh Penghitungan PPN
Sekolah membeli tinta printer seharga Rp 1.100.000 termasuk PPN pada toko Top
yang merupakan pengusaha kena pajak. Maka jumlah yang harus dibayarkan oleh sekolah
adalah:
18
Tata Cara Penyetoran PPN
PPN YANG DIPUNGUT BENDAHARAWAN
Inti uraian: PPN disetorkan dengan melampirkan Surat Setoran Pajak yang terdiri dari 5 rangkap.
Salinan ketiga disertakan dalam pelaporan ke KPP.
19
Tata Cara Penyetoran PPN
20
Kewajiban Bendahara Sekolah/Madrasah
dalam Perpajakan
Inti uraian: Dari tabel di atas, terlihat bahwa tugas terberat soal perpajakan ada di tangan bendahara
sekolah negeri, karena mereka merupakan wakil dari bendahara pemerintah yang bertugas
memotong, menyetorkan dan melaporkan pajak.
22
Informasi Lebih Lanjut
Inti uraian: Saat ini kantor pajak gencar memberikan informasi terkait masalah perpajakan,
karenanya sekolah tidak perlu ragu untuk bertanya masalah pajak pada KPP terdekat.
23
Tanya Jawab
dan
Kerja Kelompok
Inti uraian: Tanyakan pada peserta jika ada hal-hal yang belum jelas terkait topik di sesi ini.
A. Instruksi Pelatih
Waktu 30 menit
1. Pada tanggal 1, sekolah memberikan honor bulanan kepada seorang guru honorer/Non
PNS dengan status kawin dan mempunyai 1 anak, besarnya honor Rp 1.800.000/bulan.
a. Sebutkan jenis pajak apa yang dikenakan atas pengeluaran honor tersebut?
b. Berapa besarnya pajak yang dipungut?
c. Kapan pajak tersebut harus disetor ke kas negara?
d. Kapan pajak tersebut harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat?
2. Pada tanggal 11, sekolah memberikan honor kepada guru PNS Golongan IIIb atas kegiatan
pembuatan laporan hasil belajar siswa dengan besaran Rp 200.000,-
a. Sebutkan jenis pajak apa yang dikenakan atas pengeluaran honor tersebut?
b. Berapa besarnya pajak yang dipungut?
c. Kapan pajak tersebut harus disetor ke kas negara?
d. Kapan pajak tersebut harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat?
3. Pada tanggal 15, sekolah negeri membeli ATK kepada toko/pengusaha kena pajak dengan
nilai pembelian Rp 2.500.000,-(harga sudah termasuk PPN).
a. Sebutkan jenis pajak apa saja yang dikenakan atas pembelian ATK tersebut?
b. Berapa besarnya pajak yang dipungut?
c. Kapan pajak tersebut harus disetor ke kas negara?
d. Kapan pajak tersebut harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat?
4. Tanggal 22-24, sekolah negeri menyelenggarakan inhouse training selama 2 hari, dimana
untuk pengeluaran yang terkait dengan konsumsi diserahkan jasanya kepada pengusaha
katering/jasa boga. Total biaya konsumsi sebesar Rp 2.000.000,-.
a. Sebutkan jenis pajak apa saja yang dikenakan atas pembelian ATK tersebut?
b. Berapa besarnya pajak yang dipungut?
c. Kapan pajak tersebut harus disetor ke kas negara?
d. Kapan pajak tersebut harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat?
Kasus 1
a. Jenis pajak adalah PPh 21
b. Besarnya pajak yang dipungut oleh bendahara sekolah adalah :
Gaji pokok Rp 1.800.000,-/bulan
Dikurangi :
Biaya jabatan 5% dari penghasilan Maks. Rp 500 ribu/bln Rp 90.000,-/bulan
Penghasilan netto sebulan Rp 1.710.000,-/bulan
Penghasilan netto setahun Rp 20.520.000,-
Dikurangi :
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)/Kawin dengan 1 anak Rp 18.480.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp 2.040.000,-
PPh Ps. 21 terutang setahun 5% x Rp 2.040.000,- Rp 102.000,-
PPh Ps. 21 sebulan (: 12) Rp 8.500,-
c. Karena PPh 21 tersebut dipungut setiap tanggal 1 maka PPh 21 tersebut wajib disetor ke
kas negara paling lambat tanggal 10.
d. Karena PPh 21 tersebut dipungut setiap tanggal 1 maka PPh 21 tersebut wajib dilaporkan
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat paling lambat tanggal 10.
Kasus 2
a. Jenis pajak adalah PPh 21
b. Besarnya pajak yang dipungut oleh bendahara sekolah adalah :
PPh 21 = Rp 200.000,- x 15% = Rp 30.000,-
Sehingga honor yang diterima menjadi Rp 170.000,-
c. PPh 21 tersebut dipungut tanggal 11 maka PPh 21 tersebut wajib disetor ke kas negara
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
d. PPh 21 tersebut dipungut tanggal 11 maka PPh 21 tersebut wajib dilaporkan ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) setempat paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Kasus 3
a. Jenis Pajak: PPN
b. Besarnya pajak yang dipungut oleh bendahara sekolah adalah :
PPN = Rp 2.500.000 x 10/110 = Rp 227.273,-
c. PPN yang dipungut pada tanggal 15 dan wajib disetor paling lambat tanggal 7 bulan takwim
berikutnya.
d. PPN yang dipungut wajib dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) selambat-lambatnya
14 hari setelah bulan takwim berakhir.
Kasus 4
a. Jenis pajak adalah PPh 23
b. Besarnya pajak yang dipungut oleh bendahara sekolah adalah :
PPh Ps 23 yang dipungut :
PPh Ps. 23 = Rp 2.000.000 x 100/110 x 2% = Rp 36.364,-
Apabila rekanan tidak memiliki NPWP, maka perhitungan menjadi :
PPh Ps. 23 = Rp 2.000.000 x 100/110 x 2% x 200% = Rp 72.727,-
c. PPh 23 dipungut tanggal 24 dan disetor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
d. PPh 23 yang dipungut wajib dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.
Jenis-Jenis Pajak
Implementasi PPh Ps. 21 ini ditingkat sekolah pada penggunaan dana BOS adalah ketika
sekolah memberikan honorarium bulanan kepada guru/pegawai non PNS, maka berlaku
ketentuan tarif sebagai berikut:
a. Apabila penghasilan guru/pegawai non PNS tersebut dalam setahun sampai dengan Rp
50 juta maka berlaku tarif 5%,
b. Apabila penghasilan guru/pegawai non PNS tersebut dalam setahun dari Rp 50 juta sampai
dengan Rp 250 juta maka berlaku tarif 15%,
c. Apabila penghasilan guru/pegawai non PNS tersebut dalam setahun dari Rp 250 juta
sampai dengan Rp 500 juta maka berlaku tarif 25%,
d. Apabila penghasilan guru/pegawai non PNS tersebut dalam setahun lebih dari Rp 500
juta maka berlaku tarif 30%,
Berikut contoh penghitungan PPh Ps. 21 atas gaji yang diberikan bulanan kepada guru/ pegawai
non PNS:
Gaji pokok Rp 2.000.000,-/bulan
Dikurangi:
Biaya jabatan 5% dari penghasilan Maks. Rp 500 ribu sebulan Rp 100.000,-/bulan
Penghasilan netto sebulan Rp 1.900.000,-/bulan
Penghasilan netto setahun Rp 22.800.000,-
Dikurangi:
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)/Kawin dengan 2 anak Rp 19.800.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp 3.000.000,-
PPh Ps. 21 terutang setahun 5% x Rp 3.000.000,- Rp 150.000,-
PPh s. 21 sebulan (: 12) Rp 12.500,-
Disamping pemberian honor rutin bulanan ada juga pemberian honor kepada guru PNS/
Guru Non PNS/Pegawai Non PNS (bukan honor bulanan) dalam rangka melakukan kegiatan,
seperti kepanitian pada penerimaan siswa baru, maka semua bendaharawan baik pada sekolah
negeri maupun sekolah bukan negeri wajib memungut:
a. Bagi guru/pegawai non PNS sebagai peserta kegiatan, harus dipotong PPh Pasal 21 dengan
menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh sebesar 5 % dari jumlah bruto honor.
b. Bagi guru/Pegawai PNS Golongan IIIA ke atas harus dipotong PPh Pasal 21 yang bersifat
final sebesar 15% dari jumlah honor.
c. Bagi guru/Pegawai PNS Golongan IID ke bawah tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal
21. Namun atas honor tersebut wajib dilaporkan dan dihitung PPh-nya dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) PPh Orang pribadi.
Apabila rekanan tidak mempunyai NPWP maka dikenakan tarif 100% lebih tinggi.
Berikut jenis jasa yang dipotong PPh Ps. 23 dengan tarif sebesar 2% dari jumlah bruto sesuai
PMK-244/PMK.03/2008:
Pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) seperti tertuang dalam UU No. 42/2009, Pasal 3A:
1. Pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak
(JKP), kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan wajib
memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang terutang,
2. Pengusaha kecil dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP),
3. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib
memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang terutang,
4. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari
luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf d dan/atau yang
memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4 ayat (1) huruf e wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yang terutang
yang penghitugan dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
A. Pengantar
Pengelolaan dana harus dilakukan berdasarkan prinsip “ekonomis”, “transparan” dan
“akuntabel”. Pembukuan akan menjadi salah satu sarana untuk mewujudkan prinsip-prinsip
tersebut, khususnya prinsip “akuntabel”.Tata cara pembukuan disusun berdasarkan juknis
keuangan dari Buku Panduan BOS 2010 dengan beberapa penyesuaian, tetapi tidak
menyimpang dari prinsip-prinsip pembukuan dari juknis tersebut.
Sesi ini akan mencakup pembahasan Buku Kas Umum sebagai buku utama dalam
pembukuan arus keluar masuk uang serta buku-buku pembantu yang mendukung, yaitu
buku pembantu kas, buku pembantu bank, dan buku pembantu pajak. Buku-buku pembantu
ini merupakan buku-buku yang harus dipelihara oleh sekolah/madrasah.
Buku pencatatan barang yang juga merupakan buku pembantu, akan dibahas tersendiri
dalam Sesi 5.
B. Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini diharapkan peserta akan mampu menjelaskan:
1. Jenis-jenis transaski dan buku yang umum digunakan di sekolah/madrasah.
2. Proses pembukuan dan keterkaitan antar buku.
3. Cara melakukan pembukuan secara baik, benar dan tepat waktu.
C. Pokok Bahasan
1. Pengertian dan Manfaat Pembukuan.
2. Jenis Transaksi dan Jenis Buku.
3. Format-Format Buku.
4. Alur Pembukuan.
D. Waktu
Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk sesi ini adalah 120 menit.
E. Metode
1. Presentasi.
2. Diskusi/tanya jawab.
3. Kerja kelompok.
G . Strategi
Tahap 4. Pelatih memandu peserta untuk melihat buku apa 10 menit PPt 16-19
Alur Pembukan saja yang terpengaruh jika terjadi transaksi
Internal dan Eksternal internal atau eksternal.
Tahap 6. Membukukan transaksi ke buku kas umum, buku 60 menit Latihan1 Sesi 4
Kerja Kelompok pembantu kas, buku pembantu bank dan buku
pembantu pajak.
Tahap 7. Penutup Pelatih melakukan refleksi dan menutup sesi ini. 5 menit PPt 20
H . Referensi
1. Buku Panduan BOS 2010 tentang Juknis Keuangan.
2. Software BOS 2010 Versi 1.13 (bagi yang menggunakan software).
Sesi 4
Pembukuan
Inti uraian: Semua penerimaan dan pengeluaran uang harus dipertanggungjawabkan. Untuk
menyusun laporan pertanggungjawaban tersebut, maka data/transaksi keuangan perlu “dibukukan”
sesuai dengan norma/aturan baku. Oleh karena itu pembahasan/pelatihan mengenai pembukuan
sangat diperlukan. Pembukuan dan laporan keuangan sudah dibahas secara garis besar dalam
Sesi 2. Disini akan dibahas secara lebih rinci tentang pembukuan.
Tujuan
3
Pokok Bahasan
3. Format-format buku.
4. Alur/proses pembukuan
Inti uraian: Pengertian mengenai pembukuan harus terlebih dahulu disamakan agar tidak ada
beda interpretasi. Kemudian perlu dibahas mengapa perlu dilakukan pembukuan – apa manfaatnya.
Baru sesudah itu dibicarakan jenis-jenis transaksi, jenis buku dan formatnya, serta alur pembukuan
agar tidak melakukan kekeliruan dalam melakukan pembukuan.
4
1.1. Pengertian Pembukuan
Inti uraian: Pengertian pembukuan dijelaskan melalui rujukan peraturan dengan hirarki yang
paling tinggi, yaitu undang-undang, yaitu UU No. 28 Tahun 2007, yang merupakan pengertian
yang masih “umum”, yaitu proses pencatatan data dan informasi keuangan.
Kemudian dirujuk pengertian lebih spesifik yang terdapat di dalam Buku Panduan BOS 2010:
pencatatan penerimaan dan pengeluaran dana oleh sekolah, di dalam buku kas umum dan buku-
buku pembantunya.
5
1.2 Manfaat Pembukuan
Inti uraian:
Karena pembukuan “menyediakan catatan rinci dari setiap penerimaan dan pengeluaran sekolah/
madrasah sesuai tanggal kejadian”, maka dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:
• Jenis, jumlah, dan kapan penerimaan dan pengeluaran dilakukan.
• Sisa dana – dana yang belum digunakan, pada setiap periode sesuai dengan periode pembukuan.
• Penggunaan data hasil pembukuan untuk menyusun laporan pertanggungjawaban.
Eksternal
A. Penerimaan
B. Pengeluaran
Internal
Inti uraian:
Agar pembukuan dapat dilaksanakan secara benar, yaitu memilih di buku mana saja dan di kolom
mana saja suatu transaksi dibukukan peserta perlu dapat membedakan antara transaksi penerimaan
dan transaksi pengeluaran. Selanjutnya transaksi-transaksi tersebut dibedakan antara transaksi
internal dan transaksi eksternal.
Transaksi eksternal dibukukan baik di buku kas umum maupun di buku-buku pembantu sesuai
bukti tansaksinya. Sedangkan transaksi internal hanya dibukukan di buku-buku pembantu kas
dan buku pembantu bank.
7
2.1.1 Transaksi Penerimaan
Internal Eksternal
• Penerimaan yang hanya • Penerimaan yang mempengaruhi
mempengaruhi posisi kas dan posisi kas dan posisi bank karena
posisi bank, atau posisi kas saja. pembelian barang/jasa.
Inti uraian:
Transaksi penerimaan dana dari penyalur/sumber dana, pungutan pajak, bunga tabungan/deposito,
adalah transaksi eksternal, karena diambil dari sumber dana di luar sekolah, sehingga kekayaan
sekolah bertambah.
Tetapi transaksi penerimaan per kas yang berasal dari pencairan dana sekolah di bank ataupun
transaksi penerimaan per bank yang berasal dari penyetoran uang kas ke bank adalah transaksi
internal karena diperoleh dari dana yang sudah ada di sekolah, sehingga hanya bersifat pemindahan
dari bank ke kas.
8
2.1.2 Transaksi Pengeluaran
Transaksi yang mengakibatkan dana sekolah (yang ada di kas atau di bank) berkurang
Internal Eksternal
Pengeluaran yang hanya mempengaruhi Pengeluaran yang mempengaruhi
posisi kas dan posisi bank, atau posisi posisi/jumlah uang kas dan/atau posisi/
kas saja; memindahkan dana dari saku jumlah uang di bank karena
kiri ke saku kanan atau sebaliknya dibelanjakan untuk barang/jasa
Inti uraian: Transaksi pengeluaran dana pembelian barang dan jasa, penyetoranan pajak, bunga
tabungan/deposito, adalah transaksi eksternal, karena dana sekolah berkurang dan berubah
menjadi barang dan jasa.Tetapi transaksi pengeluaran per kas untuk disimpan di bank, pencairan
uang sekolah di bank adalah transaksi internal karena dana sekolah hanya berupa pemindahan
dari bank ke kas atau sebaliknya.
Inti uraian:
Disini dibahas prinsip-prinsip tentang bagaimana pembukuan dilakukan:
• Semua transaksi keuangan, baik penerimaan maupun pengeluaran, harus dibukukan di buku-
buku yang sudah baku (baik jenis buku maupun formatnya), yaitu buku Kas Umum, dan buku-
buku pembantu: Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank, dan Buku Pembantu Pajak.
• Semua format pembukuan bukanlah format multi sumber, sehingga setiap sumber dana harus
menyusun format-format ini.
• Sebelum dibukukan maka setiap transaksi harus disiapkan bukti-bukti transaksinya lenkap
dengan tanggal kejadian, nomor bukti transaksi, nomor kode akun, serta uraian penerimaan
dan pengeluaran. Kode akun hanya boleh dipilih dari lampiran. Pertama sekolah harus memilih
kode akun sesuai dengan Kemdagri atau kode akun untuk BOS. Kemudian harus memilih
program nasional dan program sekolah (penerimaan/pengeluaran) dalam rangka program
nasional yang mana, dan untuk program sekolah yang mana. Akhirnya sekolah harus memilih
kode akun untuk jenis transaksi.
Inti uraian:
Dalam matriks tersebut digambarkan secara jelas di buku mana saja transaksi internal dan
eksternal dibukukan:
• Buku Kas Umum: hanya menampung transaksi eksternal saja. Apabila transaksi internal akan
dibukukan dalam buku ini, maka pada saat yang sama harus dilakukan pembukuan di sisi yang
sebaliknya (untuk penerimaan uang kas dari bank dibukukan di kolom penerimaan (karena
uang kas kita bertambah), tetapi pada saat yang sama juga harus dibukukan pengeluaran uang
di bank, karena pada saat yang sama uang kita di bank berkurang.
• Buku Pembantu Kas, menampung transaksi eksternal maupun internal yang dilakukan per
kas.
• Buku Pembantu Bank, menampung transaksi eksternal maupun internal yang dilakukan melalui
bank.
• Buku Pembantu Pajak, menampung transaksi eksternal yang dilakukan per kas ataupun melalui
bank yang berkaitan dengan transaksi perpajakan saja (pemungutan dan penyetoran pajak).
1 2 3 4 5 6 7
Inti uraian:
Format ini berbeda dengan format menurut Buku Panduan BOS 2009. Di sini tidak ada sisi debet
- yang semuanya untuk penerimaan, dan sisi kredit – yang semuanya untuk pengeluaran. Baik
transaksi penerimaan maupun pengeluaran harus mengisi kolom 1 s.d. 4, hanya jumlah penerimaan
diisikan pada kolom 5 dan jumlah pengeluaran diisikan pada kolom 6, dan selanjutnya dihitung
saldo pada saat sesuatu transaksi dibukukan.
Pada akhir suatu periode pembukuan saldo ini akan sama dengan jumlah saldo pada Buku
Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank. Rekonsiliasi ini akan terlihat pada akhir dari format.
Perubahan ini memungkinkan sekolah untuk mengetahui saldo Kas plus Bank sesudah setiap
transaksi dibukukan.
Perbedaan lain adalah bahwa sekolah diwajibkan untuk mengisi nomor kode akun.
Mengetahui
Kepala Sekolah/Madrasah Bendahara/Guru
• Apabila pemrosesan pembukuan dilakukan dengan komputer, maka Format BOS K3
yang sudah ditutup tersebut harus dicetak dan ditandatangani langsung.
Inti uraian:
Pada akhir bulan buku ini harus ditutup dan dibuatkan BA yang ditandatangani oleh kepala sekolah,
bendahara dan komite sekolah.
Apabila pemrosesan pembukuan dilakukan dengan komputer, maka rekonsiliasi antara saldo
Buku Kas Umum dengan saldo Buku Pembantu Kas dan saldo Buku Pembantu Bank.
Apabila digunakan pemrosesan dengan komputer, maka Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas
dan Buku Pembantu Bank harus ditutup paling lambat setiap akhir bulan dan harus dicetak.
1 2 3 4 5 6 7
Mengetahui
Kepala Sekolah/Madrasah Bendahara/Guru
Inti uraian:
• Merupakan Buku Pembantu – melengkapi format BOS K-3
• Semua transaksi eksternal per kas yang dibukukan di format BOS K-3 harus dibukukan juga
pada format ini, pada sisi penerimaan dan pengeluaran yang sama.
• Semua transaksi internal per kas juga harus dibukukan dalam format ini.
• Penerimaan eksternal dibukukan pada kolom 1-5, sedangkan pengeluaran eksternal kolom
1-4 dan 6.
• Saldo (kolom 7) dihitung setiap kali membukukan penerimaan dan/atau pengeluaran.
• Format ini (baik yang diproses secara manual maupun dengan komputer) harus ditutup pada
akhir setiap bulan dan ditandatangani oleh kepala sekolah dan bendahara.
• Untuk yang diproses dengan komputer harus ditutup dan dicetak pada akhir setiap bulan,
yang dibuatkan BA yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan bendahara.
• Saldo akhir harus sama dengan jumlah uang kas yang benar-benar ada di tangan dan saldo
kas yang dilaporkan dalam Buku Kas Umum.
1 2 3 4 5 6 7
Mengetahui
Kepala Sekolah/Madrasah Bendahara/Guru
Inti uraian:
• Merupakan Buku Pembantu – melengkapi format BOS K-3.
• Semua transaksi eksternal yang dilakukan melalui bank dan dibukukan di format BOS K-3
harus dibukukan juga pada format ini, pada sisi yang sama (penerimaan atau pengeluaran)
• Transaksi internal per bank juga harus dibukukan dalam format ini.
• Penerimaan eksternal/internal per bank dibukukan pada kolom 1-5, sedangkan pengeluaran
kolom 1-4 dan 6
• Saldo (kolom 7) dihitung setiap kali membukukan penerimaan dan/atau pengeluaran.
• Format ini (baik yang diproses secara manual maupun dengan komputer) harus ditutup setiap
akhir suatu bulan dan ditandatangani oleh kepala sekolah dan bendahara.
• Apabila pembukuan diproses dengan komputer, maka juga harus ditutup setiap akhir suatu
bulan, dicetak dan ditandatangani oleh kepala sekolah dan bendahara.
• Saldo akhir harus sama dengan saldo rekening giro/saldo buku tabungan dan saldo bank
yang dilaporkan di dalam BOS K-3.
Mengetahui
Kepala Sekolah/Madrasah Bendahara/Guru
Inti uraian:
• Merupakan Buku Pembantu – melengkapi format BOS K-3.
• Semua transaksi (eksternal) pajak, baik per Kas maupun Bank dan dibukukan di format BOS
K-3 harus dibukukan juga pada format ini, pada sisi yang sama (debet atau kredit).
• Pungutan pajak dan penyetoran pajak dibukukan pada kolom 1-8, masing-masing untuk baris
pemungutan atau penyetoran.
• Format ini harus ditutup pada setiap akhir suatu bulan, dan dihitung saldonya (selisih antara
pungutan dengan setoran secara kumulatif sampai dengan akhir bulan tersebut).
Inti uraian:
Dari slide yang sudah dianimasi tersebut akan terlihat jelas bahwa:
1 Penerimaan eksternal dibukukan pada Buku Kas Umum dan juga Buku Pembantu Kas dan
Buku Pembantu Bank
• Pembukuan di Buku Kas Umum adalah pada kolom1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
• Pembukuan di Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank adalah pada kolom 1, 2, 3, 4,
5, dan 6
2 Pengeluaran eksternal dibukukan pada Buku Kas Umum dan juga Buku Pembantu Kas dan
Buku Pembantu Bank
• Pembukuan di Buku Kas Umum adalah pada kolom 1, 2, 3, 4, 5, dan 7.
• Pembukuan di Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank dalah pada kolom 1, 2, 3, 4, 5,
dan 7.
3 Saldo juga harus dihitung dan dibukukan pada kolom 8, setiap hari.
Inti uraian:
Dari slide yang sudah dianimasi tersebut akan terlihat jelas bahwa:
• Penerimaan internal dibukukan pada Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank.
Pembukuan di Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank adalah pada kolom 1, 2, 3, 4, 5,
dan 6.
• Pengeluaran internal dibukukan pada Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank.
Pembukuan di Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank adalah pada kolom 1, 2, 3, 4, 5,
dan 7.
• Saldo juga harus dihitung dan dibukukan pada kolom 8, setiap hari.
Inti uraian:
Dari slide yang sudah dianimasi tersebut akan terlihat jelas bahwa:
Penerimaan eksternal perpajakan dibukukan pada Buku Kas Umum dan juga Buku Pembantu
Kas atau Buku Pembantu Bank (tergantung dari apakah penyetoran tersebut dilakukan melalui
kas atau bank) dan Buku Pembantu Pajak.
1. Pembukuan di Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Kas atau Buku Pembantu Bank adalah
pada kolom 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
2. Pembukuan di Buku Pembantu Pajak adalah pada Lajur Pungutan Pajak pada kolom 1, 2, 3,
4, dan 5, atau kolom 6, atau kolom 7, atau kolom 8 tergantung dari jenis pajak yang
dipungut.
3. Jumlah juga harus dihitung dan dibukukan pada kolom 9, setiap kali transaksi dibukukan.
Inti uraian:
Dari slide yang sudah dianimasi tersebut akan terlihat jelas bahwa:
Pengeluaran eksternal perpajakan dibukukan pada Buku Kas Umum dan juga Buku Pembantu
Kas atau Buku Pembantu Bank (tergantung dari apakah penyetoran tersebut dilakukan melalui
kas atau bank) dan Buku Pembantu Pajak.
1. Pembukuan di Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Kas atau Buku Pembantu Bank adalah
pada kolom-kolom 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
2, Pembukuan di Buku Pembantu Pajak adalah pada Lajur Penyetoran Pajak pada kolom-
kolom 1, 2, 3, 4, dan kolom 5, atau kolom 6, atau kolom 7, atau kolom 8 tergantung dari
jenis pajak yang disetor.
3. Jumlah juga harus dihitung dan dibukukan pada kolom 9, setiap kali transaksi dibukukan.
Tanya Jawab
dan Latihan
Inti uraian:
Tanya jawab ditujukan pada hal-hal sebagai berikut:
• Meminta penjelasan tentang materi yang belum difahami, baik yang diberikan dalam penjelasan
lisan maupun bahan-bahan yang ditulis.
• Menanyakan/membahas tentang kemungkinan penerapan dari bahan-bahan yang diterima,
terutama tentang kesukaran-kesukaran yang dihadapi.
• Menanyakan/membahas tentang hal-hal yang dirasa perlu untuk dimasukkan di dalam materi,
tetapi belum ada di dalam materi, baik yang tertulis maupun lisan.
• Menanyakan/membahas hal-hal dalam materi yang tidak/kurang benar atau perlu
disempurnakan.
Kerja Kelompok
• Setiap kelompok diminta untuk mengerjakan soal yang sudah dibagi sebelumnya sampai
selesai.
• Instruktur berkeliling memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang kejelasan
soal
• Jawaban di cross check dengan kelompok lain.
• Setiap kelompok memberikan koreksi atas jawaban yang dianggap salah.
• Instruktur memberikan jawaban soal.
A. Instruksi Pelatih
Waktu 60 menit
Di bawah ini adalah Transaksi-transaksi internal dan eksternal dari suatu SMP di Kabupaten Sukabumi
1. Bukukanlah transaksi-transaksi tersebut ke dalam Buku Kas Umum, Buku-buku Pembantu Kas, Bank, dan Pajak untuk dana BOS dan Dana
BOS Kab
Penjelasan Umum
1. Pelaksanaan pengelolaan akan berupa transaksi-transaksi sebagai pelaksanaan dari
“Rencana” yang telah disusun (BOS K-1/K-1A/BOS-12)
2. Setiap transaksi eksternal/internal, penerimaan ataupun pengeluaran/belanja harus
disertai bukti transaksi dan diberi nomor kode (untuk yang computerized
3. Transaksi internal – transaksi penerimaan dan/ atau pengeluaran/belanja yang hanya
mempengaruhi posisi kas dan posisi bank saja, atau mempengaruhi bank saja
4. Transaksi eksternal – transaksi penerimaan dan/ atau pengeluaran yang mempengaruhi
posisi uang kas dan posisi bank dalam kaitannya dengan belanja/asset
Transaksi Eksternal
Yang dimaksud dengan transaksi eksternal adalah
Transaksi eksternal – penerimaan meliputi:
1. Pencairan Dana dari Penyalur Dana (sesuai dengan sumber-sumber dana yang
bersangkutan)
2. Pungutan pajak
3. Jasa Giro
4. Bunga tabungan / deposito
Transaksi Internal
Yang dimaksud dengan transaksi eksternal adalah
Transaksi eksternal – penerimaan meliputi:
1. Pencairan uang kas dari Bank
2. Penyetoran uang kas ke Bank
3. Pemindahan dana dari bank satu ke bank lain
4. Pengakuan biaya administrasi dan pajak oleh suatu bank (langsung dipotong dari bunga/
jasa giro)
Penggunaan dana sekolah sepenuhnya menjadi tanggung jawab lembaga yang kegiatannya
mencakup pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang serta pelaporan keuangan,
sehingga memudahkan proses pengawasan atas penggunaan dana.
Prinsip-prinsip Pembukuan
a. Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran dapat dilakukan dengan tulis
tangan atau menggunakan komputer.1
b. Dalam hal pembukuan dilakukan dengan komputer, bendahara wajib mencetak BKU dan
Buku-buku pembantu sekurang-kurangnya sekali dalam satu bulan dan menatausahakan
hasil cetakan BKU dan buku-buku pembantu bulanan yang telah ditandatangani Kepala
Sekolah dan Bendahara Sekolah.
c. Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam Buku Kas Umum dan Buku
Pembantu yang relevan sesuai dengan urutan tanggal kejadiannya.
d. Uang tunai yang ada di Kas Tunai tidak lebih dari Rp 10 juta.
e. Apabila bendahara meninggalkan tempat kedudukannya atau berhenti dari jabatannya,
Buku Kas Umum dan buku pembantunya serta bukti-bukti pengeluaran tidak boleh dibawa
dan harus disimpan di kantornya.
f. Format ini harus dibukukan per transaksi dan ditandatangani oleh Bendahara dan Kepala
Sekolah. Dokumen ini disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada pengawas, Tim
Manajeman BOS Kabupaten, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
g. Bukti pengeluaran
1) Setiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan bukti kuitansi yang sah;
2) Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhi materai yang cukup
sesuai dengan ketentuan bea materai. Untuk transaksi dengan nilai sampai Rp 250.000,-
tidak dikenai bea meterai, sedang transaksi dengan nilai nominal antara Rp 250.000,-
sampai dengan Rp 1.000.000,- dikenai bea meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,-
dan transaksi dengan nilai nominal lebih besar Rp 1.000.000,- dikenai bea meterai
dengan tarif sebesar Rp 6.000,-
3) Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dan terinci sesuai dengan
peruntukkannya;
4) Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalam bentuk faktur
sebagai lampiran kuitansi;
5) Setiap bukti pembayaran harus disetujui Kepala Sekolah dan lunas dibayar oleh
Bendahara;
6) Segala jenis bukti pengeluaran harus disimpan oleh sekolah sebagai bahan bukti dan
bahan laporan.
Setelah mengenal semua buku-buku, maka kita akan membahas satu persatu.
1
Peraturan Menteri Keuangan nomor 73/PMK.05/2008 dan Peraturan Direktur Jenderal
Perb endaharaan nomor PER-47/PB/2009.
Pembukuan dalam Buku Kas Umum meliputi semua transaksi eksternal, yaitu yang
berhubungan dengan pihak ketiga:
a) Semua transaksi penerimaan eksternal dibukukan pada sisi kiri/debet (kolom
penerimaan): dari Penyalur Dana (BOS atau sumber dana lain), penerimaan dari
pemungutan pajak, dan penerimaan jasa giro dari bank.
b) Semua transaksi pengeluaran eksternal dibukukan pada sisi kanan/kredit (kolom
pengeluaran): adalah pembelian barang dan jasa, biaya administrasi bank, pajak atas
hasil dari jasa giro dan setoran pajak.
c) Semua transaksi internal baik penerimaan maupun pengeluaran tidak dibukukan di
buku ini.
d) Format ini harus diisi tiap transaksi (segera setelah transaksi tersebut terjadi dan tidak
menunggu terkumpul satu minggu/bulan) dan transaksi yang dicatat didalam Buku Kas
Umum juga harus dicatat dalam buku pembantu (buku pembantu kas atau buku
pembantu bank atau buku pembantu pajak) dan format yang telah diisi ditandatangani
oleh Bendahara dan Kepala Sekolah.
e) Dokumen ini disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada pengawas,Tim Manajeman
BOS Kabupaten, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
Kolom Penjelasan
Buku Pembantu Kas (Format P-2) mempunyai fungsi untuk mencatat transaksi penerimaan/
pengeluaran yang dilaksanakan secara tunai.
Semua transaksi Kas, baik transaksi eksternal maupun internal dibukukan dalam buku ini. Bukti
transaksi kas eksternal sama dengan bukti transaksi yang dipergunakan oleh Buku Kas Umum.
Sedang bukti transaksi internal dibuat tersendiri.
Format Buku Pembantu Kas adalah seperti terlihat dihalaman berikut. Format ini harus
dibukukan per transaksi dan ditandatangani oleh Bendahara dan Kepala Sekolah. Dokumen
ini disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada pengawas, Tim Manajeman BOS Kabupaten,
dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
Kolom Penjelasan
Buku pembantu bank mempunyai fungsi untuk mencatat transaksi penerimaan/pengeluaran yang
dilaksanakan khusus melalui bank dengan cara antara lain penerbitan cek, penarikan cek,
penerimaan pembayaran dengan cek.
Sumber informasi untuk penyusunan Buku Pembantu Bank adalah semua transaksi eksternal
baik penerimaan maupun pengeluaran yang dilakukan melalui bank dan transaksi internal yang
berupa pengambilan uang kas di bank dan penyetoran uang kas untuk disimpan di Bank.
Kolom Penjelasan
Buku pembantu pajak mempunyai fungsi untuk mencatat semua transaksi yang harus dipungut
pajak serta memonitor atas pungutan dan penyetoran pajak yang dipungut selaku wajib pungut
pajak.
Pajak yang harus dibukukan adalah semua pajak, terutama PPh Pasal 21, 22, dan 23, serta PPN
Format Buku Pembantu Pajak adalah seperti dibawah ini
Paling lambat setiap akhir bulan harus ditutup dan dihitung sisa pemungutan pajak yang belum
disetor ke kas negara
Kolom Penjelasan
3 Uraian singkat mengenai jenis pungutan pajak yang dilakukan oleh sekolah
5,6,7 Diisi jumlah rupiah jenis pajak yang dipungut (PPh Ps. 21, PPh Ps. 22, atau PPN)
8 Diisi jumlah total rupiah pajak yang dipungut dengan cara kolom 5 ditambah
kolom 6 ditambah kolom 7
13,14,15 Diisi jumlah rupiah jenis pajak yang disetor ke kas negara (PPh Ps. 21, PPh Ps. 22,
atau PPN)
16 Diisi jumlah total rupiah pajak yang disetor dengan cara kolom 13 ditambah
kolom 14 ditambah kolom 15
Proyeksi penerimaan dan pengeluaran sekolah empat tahun yang akan datang
(2011-2012)
IV 4 BANTUAN .................
Sebagai bagian dari pemerintah daerah, sekolah perlu melakukan pencatatan yang seragam
untuk membantu pemerintah daerah mempersiapkan neraca daerah. Sekolah sendiri tidak
perlu membuat neraca. Pencatatan yang baik juga membantu sekolah dalam mengetahui
jumlah fisiknya dan lokasinya serta kondisinya dapat termonitor dengan baik.
B. Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini peserta diharapkan mampu menjelaskan:
1. Pentingnya melakukan pencatatan barang milik daerah yang dikelola oleh sekolah/
madrasah (selanjutnya disebut barang milik sekolah/madrasah).
2. Pencatatan penerimaan dan penggunaan barang habis pakai.
3. Pencatatan dan penempatan barang tidak habis pakai dan memberikan kode barang
untuk inventarisasi barang milik sekolah/madrasah.
C. Pokok Bahasan
1. Latar belakang dan pengertian pencatatan barang milik sekolah/madrasah
2. Penanggungjawab dan jenis barang milik sekolah/madrasah.
3. Pencatatan penerimaan, penyimpanan dan penggunaan barang milik sekolah/ madrasah.
4. Penulisan kode barang.
D. Waktu
Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk sesi ini adalah 45 menit.
E. Metode
1. Presentasi.
2. Tanya jawab.
G. Strategi
Tahap 1. 1. Pelatih menjelaskan tentang tujuan yang ingin 5 menit PPt 1-6
Latar Belakang dicapai dari sesi ini.
Pencatatan Barang 2. Pelatih memberikan latar belakang penting-nya
Milik Sekolah/ pencatatan barang milik sekolah/ madrasah
Madrasah dan apa yang dimaksudkan dengan barang
milik sekolah/madrasah.
H. Referensi
1. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/
Daerah dan perubahannya melalui PP Nomor 38 Tahun 2008.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah beserta Lampiran 41 mengenai Tabel Kode Barang.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan
Kodefikasi Barang Milik Negara.
Sesi 5
Inti uraian:
Sesi ini hanya menjelaskan syarat minimal dalam pengelolaan aset, yaitu melalui pencatatan
barang yang ada di sekolah. Ini dikaitkan juga dengan kemampuan sekolah dalam hal sumber
daya manusia yang terbatas. Diharapkan melalui pencatatan barang yang dilakukan di tingkat
sekolah, setidaknya dapat diketahui kondisi terkini dari barang-barang yang ada di sekolah untuk
dapat mendukung proses belajar mengajar secara optimal.
Inti uraian:
Tujuan pertama adalah memberikan pemahaman tentang pentingnya pencatatan milik sekolah
yang merupakan bagian dari barang milik daerah yang ditempatkan di sekolah.
Tujuan kedua adalah mengajarkan pada peserta sehingga tahu apa yang harus dilakukan ketika
menerima pengiriman barang habis pakai yang dipesan dan bagaimana perlakuannya ketika barang
tersebut disimpan kemudian disalurkan ataupun diminta untuk digunakan.
Tujuan ketiga adalah mengajarkan pada peserta sehingga mampu melakukan pencatatan barang
tidak habis pakai dengan menggunakan kode standar yang digunakan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku serta paham tentang apa yang harus dilakukan ketika menempatkan/
menyalurkan barang tersebut untuk digunakan di lingkungan sekolah.
Inti uraian:
Pokok bahasan 1 memberikan latar belakang dan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan
barang milik sekolah.
Pokok bahasan 2 menjelaskan tentang penanggung jawab dari barang milik sekolah serta apa
saja yang termmasuk barang milik sekolah. Ini penting diketahui karena sebagai bagian dari
barang daerah, barang milik sekolah harus dipertanggungjawabkan penggunaannya.
Pokok bahasan 3: pada bagian ini peserta akan dipandu untuk memahami bagaimana melakukan
pencatatan ketika menerima, menyimpan dan menggunakan/menyalurkan barang milik sekolah
Pokok bahasan 4: secara khusus akan menjelaskan penulisan kode barang milik sekolah/madrasah
sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk barang milik daerah.
Inti uraian:
PP 6/2006 menyatakan bahwa: “Kuasa pengguna barang adalah kepala satuan kerja atau atau
pejabat yang ditunjuk oleh pengguna barang untuk menggunakan barang yang berada dalam
penguasaannya dengan sebaik-baiknya”. Di tingkat sekolah, kuasa pengguna barang tersebut
adalah kepala sekolah. Pasal 1 (20) menyatakan bahwa “Penatausahaan barang adalah rangkaian
kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik negara/daerah sesuai
ketentuan berlaku.
Pasal 6 Ayat 5 Permendagri 17/2007 secara jelas menyatakan: Kepala Unit Pelaksana Teknis
Daerah selaku kuasa pengguna barang milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab:
a. Mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi unit kerja yang dipimpinnya kepada
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan;
b. Melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;
c. Menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi unit kerja yang dipimpinnya;
d. Mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;
e. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam
penguasaannya; dan
f. Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan
Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang berada dalam penguasaannya kepada
kepala satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan.
Permendagri 17/2007 disertai dengan lampiran yang berisikan kode-kode barang di tingkat daerah.
Untuk madrasah: kode barang yang digunakan mengacu pada Permenkeu 29/PMK.06/2010
tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara.
Inti uraian:
Pencatatan merupakan bagian dari proses inventarisasi kekayaan daerah sehingga Pemerintah
daerah dapat mengetahui total kekayaan yang dimilikinya. Hal ini penting dalam penyusunan
neraca keuangan daerah, dimana salah satu unsurnya adalah aset daerah, dan barang milik sekolah/
madrasah merupakan bagian dari aset daerah.
Pencatatan BMS/M juga dapat memberikan informasi mengenai kondisi barang yang ada di
lingkungan sekolah, hal ini guna memastikan kelayakan pakainya sehingga proses belajar mengajar
tidak terganggu.
Pencatatan BMS/M dilakukan juga dalam rangka memastikan bahwa barang-barang yang
dikuasakan penggunaannya kepada sekolah memang masih berada dalam kuasa sekolah, dan
tidak dipindahtangankan penggunaannya tanpa seijin kepala daerah.
Inti uraian:
Barang habis pakai umumnya tidak diatur secara khusus melalui peraturan tertentu. Namun
untuk tujuan akuntabilitas penggunaan dana pencatatan BMS/M habis pakai perlu dilakukan.
Dengan demikian dapat diketahui tingkat pemakaian rata-rata barang-barang yang umum dipakai
sehari-hari di sekolah untuk tujuan ketersediaan barang tersebut. Tidak perlu dibuat laporan
khusus ke tingkat Pemda untuk barang habis pakai.
Barang tidak habis pakai umumnya mempunyai masa pakai lebih dari satu tahun. Barang-barang
jenis ini dicatat sebagai barang milik daerah yang dikuasakan penggunaannya kepada sekolah,
dan merupakan bagian dari aset daerah yang tercatat dalam neraca keuangan daerah. Seseuai
peraturan, pengguna barang wajib membuat laporan kepada pengelola barang minimal setiap
semester dan tahunan.
Untuk bangunan sekolah dan tanah umumnya tidak masuk dalam pencatatan ini karena sudah
dicatat di tingkat dinas, kecuali Pemda memiliki aturan lain yang mewajibkan pencatatan dilakukan
di tingkat sekolah. Sedangkan untuk bangunan tambahan yang berasal sumbangan ataupun lainnya
harus tetap dicatat oleh sekolah.
Inti uraian:
BMS/M dapat diperoleh melalui pembelian langsung oleh sekolah. Untuk barang yang tidak
habis pakai, barang yang dibeli perlu dilaporkan kepada dinas pendidikan untuk kemudian dicatat
sebagai bagian dari barang daerah.
Sumber yang lain dapat berasal dari sumbangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, sumbangan masyarakat, hibah dari donor, dan lainnya.
8
Siapa yang Bertanggungjawab atas
Barang Milik Sekolah?
• Kepala Sekolah sebagai kuasa pengguna barang daerah atau yang kemudian
mendelegasikannya kepada kepala tata usaha atau yang ditunjuk oleh kepala
sekolah sebagai penanggung jawab pengelola barang milik sekolah
Inti uraiana:
Dalam PP 6/2006 dan perubahannya melalui PP 38/2008 dinyatakan bahwa Kepala Daerah
merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah, tanggungjawab pengelola
barang ada di tangan Sekda, kepala SKPD sebagai penanggungjawab pengguna barang yang
kemudian menguasakannya kepada kepala sekolah. Dalam pelaksanaannya kepala sekolah dapat
mendelegasikannya kepada kepala tata usaha atau yang ditunjuk.
9
Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Kuasa
Pengguna dalam Pengelolaan BMS
• PENCATATAN administrasi barang inventaris, pemberian kodefikasi,
• INVENTARISASI dengan cara menerbitkan dan memasang daftar inventaris
ruangan,
• Membuat laporan mutasi barang,
• Membuat LAPORAN pengadaan barang inventaris secara berkala (per
triwulan),
• Mengawasi segala jenis perbaikan/pemeliharaan barang inventaris.
Inti uraian:
Ada tiga tugas utama kuasa pengguna barang yaitu: pencatatan, inventarisasi dan melaporkan.
Pencatatan adalah mendokumentasikan barang yang ada di lingkungan sekolah termasuk
memberikan kode-kode barang yang sesuai dengan peraturan perundangan. Inventarisasi adalah
memastikan bahwa barang yang dicatat memang benar ada dan memastikan lokasi/ keberadaan
barang yang dicatat tersebut.
Melaporkan setiap perubahan jumlah, status, dan kondisi yang ada dalam penguasaan sekolah
kepada Dinas Pendidikan sebagai kuasa pengguna barang untuk kemudian dilaporkan kepada
kepala daerah secara periodik.
Penempatan/
Penerimaan Penyimpanan
Penggunaan
11
Penerimaan Barang
1. Dilakukan oleh kepala tata usaha atau penanggung jawab barang yang ditunjuk.
2. Dasar penerimaan barang ialah surat perintah kerja/surat perjanjian kontrak/
kontrak pengadaan barang yang ditandatangani oleh kepala sekolah.
3. Barang yang diterima harus disertai dokumen yang menyatakan macam/jenis,
jumlah, harga, dan spesifikasi barang.
4. Barang diterima jika sesuai dengan isi dokumen pada poin 3 diatas.
5. Jika ada kekurangan maka barang ditolak atau buat tanda terima sementara
yang memuat sebab-sebab penerimaan sementara barang.
6. Pernyataan penerimaan barang sah apabila berita acara penerimaan barang
telah ditanda tangani oleh kepala tata usaha.
Inti uraian:
Ini merupakan alur penerimaan barang di sekolah.
Barang yang diterima atas pengajuan pembelian harus dicocokkan dengan surat perintah kerja/
perjanjian/kontrak pengadaan yang ditandatangani kepala sekolah. Jika tidak ditemukan, maka
penerimaan barang sebaiknya ditangguhkan atau diberi catatan. Ini tidak berlaku bagi barang
sumbangan atau hibah.
Cocokkan rincian dalam dokumen barang dengan surat pemesanan/kontrak dalam hal jenis,
jumlah, harga dan spefikasi barang. Jika sesuai maka barang bisa diterima, jika tidak maka sebaiknya
barang ditolak atau diterima dengan catatan.
Penerimaan dianggap sah bila berita acara penerimaan barang atau dalam hal ini melalui Kartu
Penerimaan Barang telah ditandatangani oleh kepala tata usaha di sekolah.
12
Contoh: Kartu Penerimaan Barang
Inti uraian: Dalam slide diperlihatkan contoh dari kartu penerimaan barang beserta informasi
yang dibutuhkan dalam kartu ini. Kolom sumber menunjukkan asal dari barang yang diterima,
apakah berasal dari pembelian biasa atau sumbangan/hibah.
Kolom referensi merupakan kolom yang disediakan untuk mencatat nomor surat pemesanan/
kontrak sebagai dokumen pendukung. Sedangkan kolom “dibukukan” menjelaskan di buku barang
mana dicatatnya dan pada tanggal berapa.
Inti uraian:
Disarankan untuk membuat kartu barang untuk setiap jenis barang, sehingga mudah diketahui
berapa barang yang tersedia sampai tanggal tertentu. Kartu-kartu barang ini disimpan dalam file
khusus secara berurutan sesuai dengan abjad pertama dari nama barang.
Setiap perubahan yang terjadi harus segera dicatat dalam kartu barang sehingga persediaan barang
terkini dapat segera diketahui. Sedangkan bukti-bukti penerimaan barang maupun surat
pemesannya harus disimpan di tempat yang aman.
14
Contoh Kartu Barang Habis Pakai
Nama Sekolah:
Alamat:
Nama Barang:
Kuantitas/Unit
No Tgl Referensi Uraian
Masuk Keluar Sisa
Inti uraian: Kolom referensi diisi dengan pembelian atau pemakaian. Jika merupakan pembelian,
maka sebaiknya dicantumkan nomor yang berasal dari kartu penerimaan barang ataupun nomor
kwitansi di kolom uraian dan cantumkan jumlahnya di kolom masuk. Sedangkan untuk pemakaian,
maka di kolom uraian dijelaskan siapa yang menggunakan dan untuk keperluan apa, dibubuhi
paraf di bagian belakang.
15
Inti uraian:
Perbedaan utama dengan barang habis pakai adalah dalam hal perawatan. Karena umumnya
barang tidak habis pakai memilik masa manfaat lebih dari satu tahun, maka perlu dianggarkan
dan dilakukan perawatannya sehingga barang tersebut tetap dapat digunakan secara optimal.
Penempatan barang habis pakai juga perlu diketahui dengan jelas karena umumnya barang ini
bernilai mahal.
Ada 4 kartu yang umum digunakan di tingkat sekolah untuk melakukan pencatatan dan
inventarisasi barang di sekolah, yaitu: kartu inventaris tanah, inventaris mesin dan peralatan,
inventaris gedung dan bangunan, serta inventaris aset tetap lainnya. Keempat kartu inilah yang
umumnya digunakan di tingkat sekolah, dimana bentuk dan isinya sudah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Dari keempat kartu ini, secara rutin (minimal enam bulan dan satu tahun) dibuatlah laporannya.
Inti uraian:
Kolom 1 : Nomor urut pencatatan
Kolom 2 : Jenis barang/nama barang. Pada kolom 2 dituliskan dengan jelas jenis tanah yang
merupakan barang inventaris. Contoh : tanah sekolah, tanah asrama guru, dll
Kolom 3 : Nomor kode barang sesuai
Kolom 4 : Luas tanah – luas tanah dalam satuan yang sama, misalnya m2
Kolom 5 : Tahun pengadaan tanah – tahun pada waktu tanah tersebut diperoleh
Kolom 6 : Letak/alamat. Pada kolom 6 tuliskan letak alamat lengkap lokasi dari tanah tersebut.
Contoh : Jalan Kayu Jati II Rawamangun atau nama Kelurahan, kecamatan/Nama
Kota dan sebagainya.
Kolom 7 : Isi dengan jenis hak pemanfaatan tanah: Hak Pakai atau Hak Pengelolaan.Yang
dimaksud dengan hak pakai adalah apabila tanah tersebut dipergunakan langsung
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pemerintahan. Sedangkan hak pengelolaan
adalah apabila tanah tersebut dipergunakan untuk menunjang tugas pokok dan fungsi.
Kolom 8 : Tanggal Sertifikat. Pada kolom 8 tuliskan tanggal dikeluarkannya sertifikat dari tanah
tersebut.
Kolom 9 : Nomor Sertifikat. Pada kolom 9 tuliskan nomor sertifikat dari tanah tersebut.
Kolom 10 : Penggunaan. Pada kolom 10 tuliskan penggunaan atau peruntukan tanah tersebut.
Kolom 11 : Asal Usul. Pada kolom 11 tuliskan asal usul perolehan dari barang tersebut. Misalnya:
a) dibeli, b) hibah, c) dan sebagainya.
Kolom 12 : Harga. Pada kolom 12 dituliskan nilai pembelian dari tanah tersebut atau perkiraan
nilai tanah tersebut apabila berasal dari sumbangan/hibah, pembukaan hutan dan
sebagainya.
Kolom 13 : Keterangan. Pada kolom 13 tuliskan keterangan yang dianggap perlu dan yang
berhubungan dengan tanah tersebut.
Inti uraian:
Kolom 1 : Nomor Urut - Pada kolom 1 tuliskan nomor urut dari setiap jenis barang.
Kolom 2 : Nomor Kode Barang. Pada kolom 2 tuliskan nomor kode barang yang bersangkutan.
Dalam hal kartu inventaris mesin/peralatan ini dipergunakan untuk mencatat lebih
dari satu barang yang sejenis, diberi nomor register mulai dari 0001 s/d nomor
register terakhir dari barang dimaksud.
Kolom 3 : Nama Barang/Jenis Barang. Pada kolom 3 tuliskan jenis barang atau nama secara
jelas seperti: kendaraan, alat besar, mesin tik, filling cabinet dan sebagainya. Untuk
barang-barang yang mempunyai nomor pabrik, cara pencatatannya harus satu persatu.
Jadi satu baris untuk satu barang saja, sedangkan barang-barang yang tidak mempunyai
nomor pabrik seperti: kursi, meja dan sebagainya dapat digabungkan dalam satu baris
dengan syarat bahwa barang tersebut mempunyai karakteristik yang sama (ukuran,
bahan baku, tahun pembelian dan sebagainya).
Kolom 4 : Merk/Tipe. Pada kolom 4 tuliskan merk dan tipe barang yang dimaksud. Apabila
tidak ada tipenya kolom ini diberi tanda strip (-).
Contoh : - Mobil: merk Toyota Kijang dengan tipe LGX
- Komputer: Merek IBM dengan tipe Pentium 4, dan sebagainya.
Kolom 5 : Ukuran/CC. Pada kolom 5 tuliskan ukuran atau cc dari barang yang bersangkutan,
kalau tidak ada ukurannya diberi tanda strip (-).
Contoh : - Mobil : 2000 cc
- Komputer : dengan spesifikasi besaran layar, kapasitas, dsb
Kolom 6 : Bahan. Pada kolom 6 tuliskan dari bahan apa barang yang bersangkutan dibuat.Apabila
bahan yang digunakan lebih dari 1 (satu) macam, maka tuliskan bahan atau bahan
yang paling banyak digunakan. Contoh: besi (untuk filling cabinet). Besi, plastik (untuk
kursi).
Kolom 7 : Tahun Pembelian. Pada kolom 7 tuliskan tahun pembelian dari barang yang
bersangkutan, Apabila tidak diketahui tahun pembeliannya supaya tuliskan tahun
penerimaan/unit pemakaiannya.
18
Penting untuk diperhatikan
Kartu Inventaris Mesin dan peralatan ini digunakan juga untuk mencatat:
• Alat-alat angkutan: Alat Angkutan Darat Bermotor, Alat Angkutan Darat Tak
Bermotor, dan lain-lain.
• Alat-alat bengkel dan alat ukur: Alat Bengkel Bermotor, Alat Bengkel Tak
Bermotor, dan lain-lain
• Alat-alat kantor dan rumah tangga: Alat Kantor, Alat Rumah Tangga, dan lain-
lain.
• Alat-alat laboratorium: Unit Alat Laboratorium,Alat Peraga/Praktek Sekolah
dan lain-lain.
Inti uraian:
Ada banyak barang bisa dikategorikan sebagai peralatan dan mesin untuk tingkat sekolah. Dalam
slide berikut digolongkan barang apa saja yang termasuk peralatan dan mesin di tingkat sekolah
sehingga harus dicatat dalam kartu inventaris mesin dan peralatan. (Bacakan!)
Inti uraian:
Kolom 1 : Diisi nomor urut
Kolom 2 : Jenis Barang/nama Barang. Pada kolom 2 tuliskan jenis gedung. Pengisian tentang
gedung diartikan sebagai bangunan yang berdiri sendiri atau dapat pula merupakan
suatu kesatuan bangunan yang tidak dapat dipisahkan. Misalnya: kantor guru, ruang
kelas, dll.
Kolom 3 : Diisi nomor kode barang
Kolom 4 : Kondisi Bangunan. Pada kolom 4 tuliskan kondisi dari pada bangunan gedung pada
saat pelaksanaan inventrisasi. Kondisi fisik bisa dalam keadaan baik, rusak ringan,
rusak sedang dan rusak berat.
Kolom 5 : Konstruksi Bangunan. Pada kolom 5 tuliskan “bertingkat” apabila bangunan tersebut
bertingkat. Sebaliknya jika tidak bertingkat tuliskan “tidak”.
Kolom 6 : Pada Kolom 6 tuliskan:“beton” apabila bangunan tersebut seluruhnya berkonstruksi
beton. Sebaliknya apabila tidak berkonstruksi beton isikan “tidak”
Kolom 7 : Luas Lantai ( M² ). Pada kolom 7 tuliskan luas dari bangunan yang tercantum dalam
kolom 1 dengan bilangan bulat. Perhitungan luas lantai tersebut termasuk luas teras
dan untuk gedung bertingkat dihitung dari luas lantai satu dan dijumlah dengan luas
lantai bertingkat berikutnya.
Kolom 8 : Letak/Lokasi. Pada kolom 8 tuliskan letak/alamat lengkap lokasi dari bangunan tsb.
Misalnya : Jl. Merdeka Selatan 8-9, Jl. Pemuda No. 9, dsb
Kolom 9 -10: Dokumen Gedung.Yang dimaksud dengan dokumen gedung dapat berupa surat-
surat pemilikan. Seperti : Sertifikat atas tanah bangunan gedung, surat ijin bangunan
dan sebagainya. Pada kolom 9 diisikan tanggal dikeluarkannya dokumen tersebut di
atas, sedangkan pada kolom 10 diisikan nomor dokumen.
20
Contoh 4 - Kartu Inventaris Aset Tetap Lainnya
Inti uraian:
Kolom 1 : Nomor Urut. Pada kolom 1 tuliskan Nomor Urut dari setiap jenis barang, dimulai
dari nomor urut 1,2,3 dan seterusnya.
Kolom 2 : Jenis Barang/Nama Barang. Pada kolom 2 tuliskan jenis barang atau nama secara
jelas seperti: Buku dan perpustakaan, barang bercorak kebudayaan, hewan/ternak
dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Kolom 3 : Nomor Kode Barang. Pada kolom 3 tuliskan nomor kode barang yang bersangkutan
Kolom 4,5 : untuk Buku dan perpustakaan
Pada kolom 4 tuliskan judul/pencipta buku.
Kolom 5 diisi mengenai bahan pembuatan buku (kertas, CD, dll)
Kolom 6,7,8: Untuk Barang bercorak kesenian/kebudayaan.
Pada Kolom 6 diisi mengenai asal daerah
Kolom 7 diisi nama pencipta
Kolom 8 diisi spesifikasi bahan.
Kolom 9,10 : Untuk Hewan/Ternak dan Tumbuhan.
Pada kolom 9 diisi mengenai jenis hewan/ternak atau tumbuhan
Kolom 10 diisi ukuran (kg, cm, m, dan sebagainya).
Kolom 11 : Jumlah. Pada kolom 11 diisi jumlah barang.
Kolom 12 : Tahun cetak/pembelian. Pada kolom 12 diisi tahun cetak dan pembelian. Apabila
tidak diketahui diberi tanda strip (-).
Kolom 13 : Asal-usul. Pada kolom 13 tuliskan asal usul dari barang yang bersangkutan. Contoh:
pembelian, hadiah dan sebagainya.
Kolom 14 : Harga. Pada kolom 15 tuliskan harga barang yang bersangkutan berdasarkan
faktur/kuitansi pembelian apabila barang yang bersangkutan berasal dari pembelian.
Apabila barang yang bersangkutan berasal dari sumbangan/hadiah supaya
diperkirakan dengan harga yang wajar. Pencatatannya dalam ribuan rupiah.
Kolom 15 : Keterangan. Pada kolom 15 tuliskan keterangan yang dianggap perlu yang ada
hubungannya dengan barang yang bersangkutan. Contoh : Dipinjamkan dan
sebagainya.
Inti uraian:
Ada tiga jenis barang yang termasuk dalam kategori aset tetap lainnya dan perlu dicatat dalam
kartu inventaris ini, yaitu:
• Buku dan perpustakaan, mencakup semua buku yang merupakan milik sekolah, baik yang
digunakan sebagai materi utama pengajaran maupun sebagai materi pendukun dan ditaruh di
perpustakaan sekolah.
• Barang bercorak kesenian/budaya, mencakup semua benda berbau seni/budaya yang dimiliki
sekolah
• Hewan/ternak dan tumbuhan yang dipelihara oleh sekolah, baik untuk tujuan mendapatkan
penghasilan sekolah, sebagai bagian dari percobaan, atau hanya dipelihara saja yang berada
di lingkungan sekolah atau di tempat lain yang dimiliki sekolah atau tempat penitipan yang
bekerjasama dengan sekolah.
Inti uraian:
Berbeda dengan barang habis pakai yang setelah diminta untuk digunakan tidak perlu dipantau
keberadaannya, untuk barang tidak habis pakai pemakain atau penempatan barang harus dicatat
dengan baik dan jelas. Ini berkaitan erat dengan masalah pengamanan dan pemeiharaan yang
dinyatakan dalam PP 6/2006 Pasal 8 Ayat 2 butir e bahwa:“Pengguna barang wajib mengamankan
dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaanya”.
Penempatan yang jelas juga membantu kelancaran penyelenggaraan proses belajar, terutama
untuk barang-barang yang jumlahnya terbatas dan harus dipakai secara bergantian, sehingga
dapat di atur pembagian waktu penggunaan dan pemeliharaannya.
Untuk memudahkan proses tersebut, maka digunakanlah kartu inventaris ruang yang ditempatkan
di setiap ruangan dan berisikan barang apa saja yang ada di ruangan tersebut dan bagaimana
kondisinya.
Inti uraian:
Kolom 1 : Diisi sesuai dengan nomor urut pencatatan barang.
Kolom 2 : Diisi dengan jenis, nama barang. Contoh: meja tulis, AC, mesin tik, komputer, dan
sebagainya.
Kolom 3 : Diisi dengan merk atau model barang. Contoh : Olivetti manual IBM.
Kolom 4 : Diisi Nomor Seri pabrik yang biasanya sudah tercantum pada barang yang
bersangkutan. Contoh: Mesin Tik No. 7471475. Kalau bukan buatan pabrik
dikosongkan/distrip (-).
Kolom 5 : Diisi Tahun pembuatan/pembelian
Kolom 6 : Diisi nomor kode barang (kode lokasi dan kode barang).
Kolom 7 : Diisi banyak barang yang mempunyai karakteristik yang sama jenis, merk/model,
ukuran, bahan dan tahun pembuatan.
Kolom 8, 9, dan 10: Diisi sesuai dengan keadaan barang pada waktu pencatatan.
Kolom 11 : Diisi keterangan barang yang dianggap perlu, misalnya diajukan untuk dihapuskan,
dipinjam oleh….., dll.
Setelah diisi seluruhnya maka pada sudut kanan bawah dibutuhkan tanggal pencatatan dan
ditandatangani oleh penanggung jawab ruangan dan diketahui kepala tata usaha.
Inti uraian:
Kartu inventaris ruang mutlak harus diperbaharui untuk dapat mengetahui penambahan,
pengurangan maupun pergerakan barang-barang yang berada di lingkungan sekolah.
Sekali lagi ini berkaitan erat dengan masalah pemeliharaan dan keamanannya. Dengan
memperbaharui kartu minimal enam bulan sekali, maka disaat bersamaan penanggung jawab
melakukan pemerikasaan atas kondisi barang dan memastikan keberadaannya.
25
Penulisan Kode Barang Tidak Habis Pakai
Inti uraian:
Barang milik sekolah yang merupakan bagian dari barang milik daerah dalam pencatatannya
diberi nomor pengenal yang mengacu pada Permendagri 17/2007 dan lampirannya.
Sedangkan untuk madrasah negeri, karena merupakan dari barang milik negara, acuan penulisan
kode yang digunakan adalah Permenkeu 29/PMK.06/2010.
Pada dasarnya keduanya sama-sama terdiri dari 14 digit, dengan kode golongan, bidang, kelompok,
sub-kelompok dan sub sub-kelompok yang dapat dilihat dalam peraturan terkait.
26
Contoh Penulisan Kode Barang
Inti uraian:
Slide memberikan contoh langkah-langkah yang dilakukan dalam memberikan kodefikasi barang
di sekolah, dalam hal ini digunakan PC sebagai contoh. Ini merupakan barang di sekolah negeri
sehingga acuan kodefikasinya menggunakan Lampiran 41 Permendagri 17/2007.
Untuk contoh sebagian kode golongan dapat dilihat dalam lembar bacaan sedangkan rincian
kode secara lengkap dapat dilihat dalam CD referensi.
Kode register merupakan kode unik yang tidak diatur secara khusus dalam peraturan perundangan,
melainkan kode unik yang ditetapkan oleh masing-masing sekolah.
• Nomor urut pencatatan dari setiap barang, pencatatan terhadap barang yang
sejenis, tahun pengadaan sama, besaran harganya sama seperti meja dan kursi
jumlahnya 150, maka pencatatannya dapat dilakukan dalam suatu format
pencatatan dalam lajur register, ditulis: 0001 s/d 0150.
• Nomer register juga bisa diambil dari nomor rangka/nomor produksi yang
melekat pada barang yang dibeli. Misalnya: untuk komputer, bisa dilihat nomor
unik yang tercantum di unit komputer tersebut dan dijadikan nomor register
(cukup diambil 3-4 angka terakhir)
• Nomor register ini dicetak dan ditempel pada barang tidak habis pakai yang
relevan
Inti uraian:
Nomor register merupakan nomor unik yang ditetapkan oleh sekolah secara mandiri. Namun
demikian, sekolah perlu memperhatikan nomor yang telah digunakan sebagai nomor register
untuk satu jenis barang, karena nomor tersebut tidak bisa digunakan lagi untuk jenis barang
yang sama guna menghindari adanya nomor ganda.
Nomor ini kemudian dituliskan di kertas sticker dan di tempel pada barang yang bersangkutan
untuk memudahkan pengenalannya. Umumnya ditempelkan di bagian yang tidak mudah rusak
seperti bagian belakang ataupun barang yang dimaksud (sebisa mungkin).
Tanya Jawab
Inti Uraian:
Setelah penjelasan tentang Barang Milik Sekolah, mungkin masih ada hal-hal yang ingin ditanyakan
peserta atau yang memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam sesi ini, sebagai penutup pelatih memberikan
kesimpulan akhir dari sesi ini dan melihat kembali apakah tujuan sesi yang dikemukan di awal
dapat tercapai pada akhir sesi.
A. Penerimaan Barang
Penyimpanan Barang
Kodefikasi barang
Kode barang adalah nomor kode yang menggambarkan bidang, kelompok, sub-kelompok dan
sub-sub kelompok atau jenis barang, dengan demikian kode barang terdiri dari 14 digit sebagai
berikut:
a. Kode Golongan Barang terdiri dari 2 digit (Lampiran 1)
b. Kode Bidang Barang terdiri dari 2 digit (Lampiran 1)
c. Kode Kelompok Barang terdiri dari 2 digit
d. Kode Sub-Kelompok Barang terdiri dari 2 digit
e. Kode Sub-sub Kelompok Barang terdiri 2 digit
f. Nomor register pencatatan barang terdiri dari 4 digit
Untuk penomoran barang milik sekolah sesuai kelompok barang, sub-kelompok barang, dan
sub-sub kelompok barang lihat “Lampiran 41 dari Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah”. Sedangkan untuk madrasah negeri
menggunakan acuan Permenkeu 29/PMK.06/2010 dan Lampirannya sebagai dasar.
Lampiran 1
Mengetahui .................,..............................
Kepala Sekolah Kepala Tatausaha
(......................................) (......................................)
(......................................) (......................................)
147
148
Lampiran 4
Mengetahui .................,..............................
Kepala Sekolah Kepala Tatausaha
(......................................) (......................................)
(......................................) (......................................)
149
150
Lampiran 6
Keadaan Barang
No Nama /Jenis Merk/ No.Seri Thn Buatan/ No.Kode Jumlah Keterangan
Barang Model Pabrik Pembelian Barang Barang Baik (B) Kurang Baik (KB) Rusak Berat (RB)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(......................................) (......................................)
A. Pengantar
Telah dijelaskan dalam sesi sebelumnya bahwa sekolah/madrasah perlu melakukan
pengelolaan dana yang didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen keuangan, dimana
value for money, transpansi dan akuntabilitas merupakan prinsip yang paling menonjol dan
menjadi fokus masyarakat.
B. Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, pserta diharapkan mampu menjelaskan:
1. Bentuk laporan yang harus disusun dan dilaporkan kepada berbagai fihak sesuai aturan
yang ada khususnya pelaporan kepada dinas dan Tim BOS.
2. Cara menyusun laporan secara benar dan tepat waktu.
C. Pokok Bahasan
1. Laporan Realisasi Penggunaan Dana per Program.
2. Laporan Realisasi Penggunaan Dana per Sumber Penerimaan.
D. Waktu
Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam sesi ini adalah 90 menit.
E. Metode
1. Presentasi.
2. Kerja kelompok.
3. Tanya jawab dan diskusi.
G. Strategi
Tahap 1. Pelatih menjelaskan tujuan dan cakupan dari 10 menit PPt 1-3
Pendahuluan sesi ini.
H. Referensi
1. Buku Panduan BOS 2010/Juknis Keuangan.
Sesi 6
Pelaporan
Inti uraian: Pelaporan disini diartikan laporan yang wajib diserahkan oleh sekolah kepada Tim
Manajemen BOS Kabupaten dan pengumuman yang harus dipajang di papan pengumuman sekolah.
2
Tujuan Sesi
Inti uraian: Karena sekolah harus menyusun laporan, maka sekolah harus pertama-tama memahami
isi, format, dan cara pengisian format-format laporan tersebut, dan kemudian dapat dan mampu
menerapkan aturan-aturan cara pengisian, sehingga dapat menghasilkan laporan yang diwajibkan
untuk diserahkan kepada Tim Manajemen BOS Kabupaten.
Pokok Bahasan
Inti uraian: Laporan yang akan dibahas adalah laporan penerimaan dan pengeluaran dana
yang bersifat multi sumber, serta pengumuman tentang realisasi penggunaan yang tidak
bersifat multi sumber, sehingga harus disusun untuk setiap sumber dana.
4
Pelaporan Sekolah dan Penggunanya
Inti uraian: Terdapat dua jenis laporan utama yang wajib dipublikasikan kepada pihak yang berbeda.
Yang pertama adalah laporan penerimaan dan pengeluaran dana yang disebutkan pada slide 3
dibuat untuk Tim Manajemen BOS. Sedangkan pengumuman tentang realisasi penggunaan
dibuat untuk masyarakat.
Inti uraian: Berbeda dengan format-format pembukuan yang semuanya disusun untuk setiap
sumber dana, maka laporan realisasi penerimaan dan penggunaan dana adalah format multi sumber
yang berarti bahwa laporan ini merupakan laporan semua sumber dana yang diterima sekolah
secara terintegrasi.
Penerimaan dirinci per sumber dana, sedangkan pengeluaran akan dirinci per program sekolah
yang selajutnya dirinci per jenis belanja, dan masing-masing akan ditunjukkan dari sumber dana
mana mereka dibiayai.
6
Format Laporan Realisasi Penggunaan
Dana (BOS K-2)
Inti uraian:
1. Perbedaan dengan format BOS K-2 tahun 2009 terletak pada:
• Rincian penerimaan: Rutin, BOS (yang dirinci Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, Bantuan
Lain, dan Pendapatan Asli Sekolah.
• Rincian pengeluaran: per program sekolah uang dirinci per jenis belanja (sesuai dengan
Permendagri 39/3007).
• Pemberian nomor kode.
2. Pengisian kolom 2: Nomor kode: diisi sesuai Buku Kas Umum.
3. Pengisian kolos 3: Uraian:
a. Penerimaan tidak dirinci pada kolom 3, tetapi dirinci per sumber dana pada kolom 5.
b. Pengeluaran pada kolom 3 ini harus dirinci sebagai berikut:
• Pertama-tama dirinci per program sekolah.
• Kemudian belanja per program sekolah tersebut harus dirinci lagi per jenis belanja.
c. Periode pelaporan: tiga bulanan.
7
Jenis Data yang Dibutuhkan
dan Cara Penyusunan
1. Data yang dipergunakan adalah data yang sudah dibukukan di Buku Kas
Umum.
2. Data yang ada di Buku Kas Umum dari berbagai sumber dana diolah, dan
disarankan untuk menyusun rekapitulasi transaksi di Buku Kas Umum
secara periodik.
3. Periode pelaporan: triwulanan - merupakan summary dari catatan transaksi
harian tersebut pada butir 1.
Inti uraian:
Data yang dipergunakan untuk menyusun laporan ini adalah transaksi-transaksi yang sudah
dibukukan dalam buku kas umum dari berbagai sumber dana. Cara yang harus dilakukan adalah:
1. Buatlah ringkasan setiap buku kas umum dari setiap sumber dana per program dan setiap
program dirinci per jenis belanja, dengan format sebagai berikut:
a. Sumber dana: sebutkan jenis/nama sumber dana yang bersangkutan.
b. Penerimaan
8
Laporan Penggunaan Dana (BOS-11B)
A. Pengeluaran
No Jenis Pengeluaran Tgl/Bln Jumlah (Rp)
B. Pembelian Barang/Jasa
No Barang/Jasa Tgl/Bln Nama Toko/Penyedia Jasa Jumlah (Rp)
Inti uraian: Format ini dibuat untuk masing-masing sumber dana dan dilaporkan kepada Dinas.
Untuk dana yang bersumber dari masyarakat, ada baiknya format ini dibuat dan ditempelkan di
papan pengumuman sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas yang dijalankan sekolah.
Inti Uraian: Laporan ini harus diumumkan kepada masyarakat melalui papan pengumuman sekolah.
Tanya Jawab
dan
Kerja Kelompok
Inti uraian:
Tanya jawab ditujukan pada hal-hal sebagai berikut:
• Meminta penjelasan tentang materi yang belum difahami, baik yang diberikan dalam penjelasan
lisan maupun bahan-bahan yang ditulis.
• Menanyakan/membahas tentang kemungkinan penerapan dari bahan-bahan yang diterima,
terutama tentang kesukaran-kesukaran yang dihadapi.
• Menanyakan/membahas tentang hal-hal yang dirasa perlu untuk dimasukkan di dalam materi,
tetapi belum ada di dalam materi, baik yang tertulis maupun lisan.
• Menanyakan/membahas hal-hal dalam materi yang tidak/kurang benar atau perlu
disempurnakan.
Kerja Kelompok
• Setiap kelompok diminta untuk mengerjakan soal yang sudah dibagi sebelumnya sampai
selesai.
• Instruktur berkeliling memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang kejelasan
soal.
• Jawaban di cross check dengan kelompok lain.
• Setiap kelompok memberikan koreksi atas jawaban yang dianggap salah.
• Instruktur memberikan jawaban soal.
A. Instruksi Pelatih
Waktu 60 menit
Dibawah ini adalah Transaksi-transaksi internal dan eksternal dari suatu SMP di Kabupaten Sukabumi
1. Susunlah Laporan Laporan Realisasi Penggunaan Dana Tiap Jenis Anggaran dan Laporan Penggunaan Dana
berdasarkan sumber
Jumlah Siswa :
Jumlah Dana :
Sumber Dana :
1 2 3
Nama Sekolah :
Desa :
Kecamatan :
1 3 3 2 3 3 2 3
1. Penerimaan
2. Pengeluaran
Mengetahui, …. …,......………20..
1 2 3
Jumlah 3,500,000.00
1 2 3
Jumlah 8,414,195.00
1. Pelaporan
Penjelasan Umum
Sumber informasi untuk penyusunan format ini adalah pembukuan pada Format
Pembukuan (yang tidak multi sumber) dan dari semua sumber dana yang dikelola oleh
sekolah pada periode yang sama. Cara mengisi Format adalah:
1. Laporan ini dapat diproses secara otomatik (apabila sekolah menggunakan pro-
gram komputer/misalnya), ataupun diproses secara manual.
2. Proses penyusunan laporan adalah sebagai berikut:
2.1. Apabila diproses secara manual, maka harus:
Format Laporan Internal Realisasi penerimaan dan penggunaan dana yang multi sumber adalah
sebagai berikut:
Kolom Penjelasan
2 Diisi dengan nomor kode sesuai dengan kode tersebut pada format Rencana
Penggunaan Rinci (yang dalam Panduan BOS 2010 adalah format BOS K-1A)
3 Diisi sesuai dengan uraian tersebut pada format Rencana Penggunaan Rinci
(yang dalam Panduan BOS 2010 adalah format BOS K-1A)
4 Diisi dengan jumlah dana yang diterima sekolah dan jumlah dana yang
dibelanjakan sekolah dari masing-masing sumber dana
5 Diisi jumlah rupiah yang diterima atau yang akan dibelanjakan sesuai dengan
asal sumber dana di sekolah
Format Laporan eksternal Realisasi penerimaan dan penggunaan dana (dalam Panduan BOS
2010/Juknis Keuangan dikenal dengan format BOS 11B) adalah format laporan keuangan
terintegrasi dan singkat/padat (condensed) yang disampaikan kepada Masyarakat dalam bentuk
pengumuman yang dipajang di papan pengumuman sekolah. Format ini adalah format non-multi
sumber dana, sehingga hanya memuat laporan penerimaan dan penggunaan uang dari sumber
dana tertentu. Format ini khusus untuk dana yang bersumber dari BOS. Namun demikian alangkah
baiknya apabila untuk sumber dana yang lain juga dilaporkan dengan cara dipajang di papan
pengumuman sekolah.
Sumber informasi untuk penyusunan laporan ini adalah semua transaksi pengeluaran yang
dilakukan baik melalui bank maupun melalui kas (dari Buku Kas Umum).
Cara mengisi Format adalah membuat rekapitulasi setiap pos/nomor kode rekening yang sama
dan kelompok pos/nomor kode rekening dari masing-masing sumber dana harus dikumpulkan
dan dijumlah. Format ini harus disusun per bulan, per triwulan, dan per tahun. Dokumen ini
ditandatangani oleh Bendahara, Kepala Sekolah dan Komite Sekolah. BOS-11B adalah format
untuk mengumumkan secara terbuka kepada publik tentang Laporan Penggunaan Dana.
1. Format ini khusus untuk dana yang bersumber dari BOS. Namun demikian alangkah baiknya
apabila untuk sumber dana yang lain juga dilaporkan dengan cara dipajang di papan
pengumuman sekolah.
2. Sumber informasi untuk penyusunan BOS-11B adalah semua transaksi pengeluaran yang
dilakukan baik melalui bank maupun melalui kas
3. Laporan ini dapat diproses secara otomatik ataupun diproses secara manual.
Format ini harus disusun per bulan, per triwulan, dan per tahun. Dokumen ini ditandatangani
oleh Bendahara, Kepala Sekolah dan Komite Sekolah. Dokumen ini harus dilaporkan kepada
Tim Manajeman BOS Kabupaten. Dokumen ini disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada
pengawas, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
1 2 3
Kolom Diisi:
1. Tahunan (untuk seluruh tahun), yang berarti hanya menyusun satu kali dan
dipajang selama setahun, kecuali apabila ada revisi maka pengumuman yang
dipajang harus diganti yang sudah direvisi
2. Triwulanan (untuk triwulan yang bersangkutan)
Periode Jumlah yang sudah dan akan diterima selama satu tahun
3 Namun demikian apabila diproses secara manual, maka harus diambil dan dipilih
transaksi demi transaksi dari Buku Kas Umum untuk kegiatan-kegiatan tersebut
pada kolom 2.
A. Pengantar
Manajemen keuangan sekolah/madrasah sebagai sebuah proses memerlukan pengendalian,
pengawasan dan audit dalam memastikan berjalannya kegiatan sesuai dengan tujuan yang
direncanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Oleh karenanya manajemen sekolah/
madrasah perlu memahami pentingnya pengawasan, audit dan pengendalian dalam
pengelolaan keuangannya.
B. Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan:
1. Pengertian dan perbedaan tentang pengawasan, audit dan pengendalian.
2. Tugas dan fungsi pihak-pihak yang melakukan pengawasan, audit dan pengendalian.
3. Laporan dan dokumentasi yang baik dan benar untuk mendukung pengawasan, audit
dan pengendalian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berbeda.
C. Pokok Bahasan
1. Pengawasan.
2. Audit.
3. Pengendalian.
D. Waktu
Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk sesi ini adalah 30 menit.
E. Metode
1. Presentasi.
2. Tanya jawab dan diskusi.
H. Referensi
1. PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP).
Sesi 7
Inti uraian: Beri penjelasan bahwa topik yang akan dibahas terbatas hanya untuk memberi
wawasan atas berbagai bentuk pengendalian, pengawasan dan audit yang akan dilakukan ke
sekolah/madrasah. Siapa yang melakukan dan bentuk pengawasan apa yang mereka lakukan.
Dengan demikian sekolah dan madrasah bisa mempersiapkan dokumen-dokumen pendukung
yang relevan dengan baik.
2
Tujuan Sesi
3
Pokok Bahasan
Pengawasan
Pengawasan
Audit
kepada Sekolah
Pengendalian
Inti uraian: Pengawasan disini lebih pada pengawasan manajemen sekolah, bukan pengawasan
akademik. Jadi pengawas sekolah tidak termasuk sebagai pengawas, karena dalam kaitan dengan
manajerial sekolah, pengawas berfungsi sebagai “konsultan” sekolah.
4
Apa yang dimaksud dengan Pengawasan
di Tingkat Sekolah?
Inti uraian:
• Poin pertama menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan pengawasan
• Poin kedua menjelaskan siklus manajemen sekolah
• Poin ketiga menjelaskan bahwa pengawasan harus mengacu kepada norma hukum dan tolok
ukur kinerja yang telah ditetapkan
5
Pelaku dan Bentuk Pengawasan
Inti uraian: Termasuk dalam pengawasan masyrakat, antara lain orang tua/wali murid, organisasi
kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lain-lain.
Inti uraian: Audit keuangan dilakukan untuk menilai apakah pencatatan transaksi telah dilakukan
sesuai dengan norma pencatatan yang baku.
Audit kinerja dilakukan untuk mengukur pencapaian sekolah atas standar/benchmark yang telah
disepakati bersama. Jadi bisa dijalankan misalnya untuk audit sekolah atas pencapaian SPM. Namun
karena pada sebagian anggaran untuk pencapaian SPM ada di kabupaten/kota, kemungkinan
besar untuk tahap awal audit kinerja terkait SPM akan dilakukan pada tingkat kabupaten/kota.
Audit untuk tujuan tertentu merupakan suatu khusus. Biasanya dilakukan kalau ada kecurigaan
adanya ketidak beresan pengelolaan keuangan, atau ada laporan dari masyarakat atas kecurangan
yang dicurigai terjadi. Jadi audit untuk tujuan tertentu ini bukan hanya karena ada KECURANGAN,
namun bisa saja dilakukan hanya berdasar KECURIGAAN, bukan fakta.
Inti uraian: Beri perhatian pada perbedaan tujuan kegunaan hasil audit da pelaksanaan audit
8
Pengertian Pengendalian di Sekolah/
Madrasah
Pasal 1 PP 60/2008 merinci arti pengendalian sbb:
• Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus
• Dilakukan oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan
• Melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan
Inti uraian: PP 60 /2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah memberi uraian mengenai
bagaimana pengendalian dalam instansi pemerintah dilakukan. Namun esensinya tetap berlaku
di organisasi manapun.
• Reviu
• Pembinaan
• Pengendalian atas pengelolaan
• Pemisahan fungsi
• Otorisasi atas transaksi dan kejadian penting;
• Pencatatan yang akurat dan tepat waktu
• Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya
• Dokumentasi yang baik
Inti uraian: Sebagian dari penerapan bentuk pengendalian ini sudah dijelaskan dalam sesi-sesi
sebelumnya.
10
Siapa yang melakukan pengendalian
di sekolah/Madrasah?
12
Tanya Jawab
dan Penutup
Inti uraian: Memberi kesempatan pada peserta untuk bertanya terkait topik yang diberikan pada
sesi ini. Karena ini merupakan sesi terakhir dari pelatihan manajemen keuangan sekolah/madrasah,
sekilas lakukan reviu semua sesi yang telah dilalui dalam pelatihan ini untuk sekali lagi
menggambarkan rangkaian kegiatan dalam melaksanakan manajemen keuangan sekolah.