Professional Documents
Culture Documents
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan suatu zat cair.
2. Menggunakan alat-alat penentuan tegangan permukaan suatu zat cair.
3. Menentukan tegangan permukaan zat cair.
4. Menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair yang tidak bercampur.
Dimana :
♣ fb = gaya yang dibutuhkan untuk memecah film
♣ L = panjang dari batang yang dapat bergerak (Astuti dkk., 2008).
Dari beberapa metode (cara) yang ada untuk mendapatkan tegangan permukaan
dan tegangan antarmuka, hanya metode kenaikan kapiler, dan Du Nouy ring yang akan
diuraikan. Keterangan yang terperinci untuk metode-metode lain, seperti berat tetesan,
tekanan gelembung, tetesan sessile, dan lempeng Wilhelmy, lihat risalah dari Harkins dan
Alexander, Drost - Hansen, dan Hiemenz. Tetapi, perlu dicatat bahwa pemilihan suatu
metode tertentu sering bergantung pada apakah tegangan permukaan atau tegangan
antarmuka yang akan ditentukan, ketepatan dan kemudahan yang diinginkan, ukuran
sampel yang tersedia, dan apakah efek waktu pada tegangan permukaan akan diteliti atau
tidak. Dalam kenyataan, tidak ada satu pun metode yang terbaik untuk semua sistem
(Martin dkk., 1990).
1. Metode Kenaikan Kapiler
Bila suatu tabung kapiler diletakan dalam cairan di sebuah beaker (gelas piala),
biasanya cairan itu naik ke pipa sampai ketinggian tertentu. Hal ini disebabkan
bilamana kekuatan adhesi antara molekul-molekul cairan dan dinding kapiler lebih
besar daripada kohesi antara molekul-molekul cairan, sehingga cairn itu membasahi
dinding kapiler, menyebar dan meninggi dalam pipa. Dengan mengukur kenaikan ini
dalam kapiler, memungkinkan kita dapat menentukan metode kenaikan kapiler tidak
dapat diketahui tekanan-tekanan antarmuka (Martin dkk., 1990).
Bayangkan suatu tabung kapiler yang mempunyai jari-jari dalam r dicelupkan
dalam suatu cairan yang membasahi permukaannya. Cairan tersebut terus naik dalam
tabung karena adanya tegangan permukaan, sampai pergerakan ke atas persis
diimbangi oleh gaya gravitasi ke bawah karena bobot dari cairan tersebut (Martin
dkk., 1990).
Komposisi gaya vertikal ke atas yang dihasilkan dari tegangan permukaan
ciran tersebut pada setiap titik pada keliling lingkaran permukaan batas adalah :
α = γ cos θ
Total gaya ke atas sekeliling lingkaran dalam tabung tersebut adalah :
2πrγ cos θ
Dimana:
∗ θ = sudut kontak antara permukaan cairan dan dinding kapiler
∗ 2πr = keliling lingkaran dalam dari kapiler tersebut. Untuk air dan
cairan - cairan yang umum dipakai lainnya, sudut θ tidak berarti, yakni,
cairan tersebut membasahi dinding kapiler sehingga cos θ dianggap sama
dengan satu untuk tujuan-tujuan praktis (Martin dkk., 1990).
Gaya gravitasi yang bekerja melawan (massa < percepatan) adalah luas
penampang - melintang kolom πr2, kali tinggi kolam cairan sampai titik terendah dari
meniskus h, dikalikan dengan perbedaan bobot jenis cairan ρ dan uapnya ρo kali
percepatan gravitasi, yaitu : πr2h (ρ - ρo) g + w. Bagian persamaan terakhir yaitu w,
ditambahkan untuk memperhitungkan bobot cairan di atas h dalam meniskus. Bila
cairan telah naik sampai tinggi maksimumnya, yang bisa dibaca dari kalibrasi dari
tabung kapiler, gaya-gaya yang melawan berada dalam kesetimbangan, dan dengan
demikian tegangan permukaan dapat dihitung. Bobot jenis dari uap, sudut kontak,
dan w biasanya dapat diabaikan, jadi didapatkan :
2πrγ = π r2hρg
1
γ = rhρg
2
Kenaikan kapiler bisa juga diterangkan sebagai akibat adanya perbedaan
tekanan antara kedua lengkungan meniskus cairan dalam kapiler. Pada persamaan
∆P = 2γ/r, bahwa tekanan dari sisi yang cekung dari permukaan yang lengkung
adalah lebih besar daripada tekanan pada sisi cembung. Ini berarti bahwa tekanan
dalam cairan yang langsung di bawah meniskus lebih kecil daripada tekanan di luar
tabung pada ketinggian yang sama. Akibatnya, cairan akan menaiki kapiler sampai
tekanan hidrostatik yang dihasilkan menyamai perbedaan antara kedua lengkungan
meniskus. Dengan menggunakan simbol yang sama seperti sebelumnya dan
mengabaikan sudut kontak maka didapatkan :
∆P = 2γ/r = ρgh
di mana ρgh adalah tekanan hidrostatik. Dengan menyusun kembali persamaan di
1
atas memberikan γ = rρgh/2 yang identik dengan persamaan γ = rhρg, yang
2
diturunkan berdasarkan gaya - gaya adhesif melawan gaya - gaya kohesif.
2. Tensiometer Du Nouy
Tensiometer Du Nouy, dipakai secara luas untuk mengukur tegangan
permukaan dan tegangan antarmuka. Prinsip dari alat tersebut bergantung pada
kenyataan bahwa gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina-
iridium yang dicelupkan pada permukaan atau antarmuka adalah sebanding dengan
tegangan permukaan atau tegangan antarmuka (Martin dkk., 1990).
Gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin dengan cara ini diberikan oleh
suatu kawat spiral dan dicatat dalam satuan dyne pada suatu penunjuk yang
berkalibrasi. Tegangan permukaan diberikan oleh rumus :
yang dibaca pada penunjuk dalam dyne
γ= 2 ×keliling cincin
× faktor koreksi
Sebenarnya, alat tersebut mengukur bobot dari cairan yang dikeluarkan dari
bidang antarmuka tepat sebelum cincin tersebut menjadi lepas. Suatu faktor koreksi
perlu dalam persamaan di atas karena teori sederhana tersebut tidak
memperhitungkan variabel- variabel tertentu seperti jari-jari dari cincin, jari-jari dari
kawat yang dipakai untuk membentuk cincin, dan volume cairan yang diangkat
keluar dari permukaan. Kesalahan sebesar 25% bisa terjadi bila faktor koreksi tidak
dihitung dan dipakai. Metode perhitungan faktor koreksi telah diuraikan oleh
Harkins Dan Jordan dan, suatu ketepatan kira-kira 0.25% dapat diperoleh dengan
pengerjaan yang cermat (Martin dkk., 1990).
Fenomena antarmuka dalam farmasi adalah faktor-faktor yang berarti yang
mempengaruhi absorpsi obat pada bahan pembantu padat dalam bentuk
sediaan,penetrasi/penembusan molekul melalui memnran biologis ,pembentukan dan
kestabilan serta dispersi dari partikel yang tidak larut dalam media cair untuk
membentuk suspensi (Astuti dkk., 2008).
3. Wilhelmy
Metode ini menggunakan lempeng wilhelmy sebagai alat untuk
mengukurnya. Lempeng wilhelmy adalah lempeng tipis yang digunakan untuk
mengukur tegangan permukaan atau antarpermukaan antara udara dengan larutan atau
antar senyawa dalam larutan. Pada metode ini, lempeng harus diletakkan tegak lurus
dengan tegangan antar permukaan, dan tekanan yang digunakan yang diukur. Metode
Ludwig Wilhelmy ini berkembang dan digunakan untuk persiapan dan monitoring dari
Langmuir - Blodgett film (Anonim, tt).
4.
Gambar 1. Metode Lempeng Wilhelmy
Lempeng wilhelmy biasanya menggunakan lempeng yang berukuran
beberapa cm2.. Lempeng ini sering terbuat dari kaca atau platina yang agak berat untuk
dapat terbasahi sempurna. Tekanan pada lempeng yang terendam diukur dengan
menggunakan tensiometer atau microbalance dan untuk menghitung tegangan
permukaan digunakan rumus :
F
α=
2 − cos Φ
dimana adalah panjang dari lempeng wilhelmy yang terendam dan θ
adalah sudut antara larutan dengan lempeng. Namun pada prakteknya sudut ini sulit
ntuk diukur sehingga metode ini jarang digunakan (Anonim, tt).
9. Nilai tegangan antar permukaan dua cairan yang diperoleh dikalikan dengan
faktor koreksi yang telah dihitung. Nilai yang diperoleh adalah besarnya tegangan
antar permukaan mutlak dua cairan dalam mN.m-1.
V. PEMBAHASAN
Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang yang harus diberikan sejajar
pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Tegangan permukaan mempunyai
satuan dyne/cm dalam sistem cgs (Martin et al., 1990). Hal ini sebanding dengan keadaan
yang terjadi bila suatu objek yang menggantung di pinggir jurang pada seutas tali ditarik
ke atas oleh seseorang yang memegang tali tersebut dan berjalan menjauhi tepi jurang.
Tegangan permukaan muncul pada permukaan cairan/padatan dengan udara. Simbol yang
digunakan untuk tegangan permukaan adalah γ dan satuannya adalah dyne cm -1 (Astuti
dkk., 2009).
Selain tegangan permukaan, ada juga istilah tegangan antarmuka. Tegangan
antarmuka adalah gaya per satuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase cair
yang tidak bercampur dan seperti tegangan permukaan memiliki satuan dyne/cm.
Tegangan antarmuka selalu lebih kecil daripada tegangan permukaan karena gaya adhesi
antara 2 fase cair yang membentuk suatu antarmuka adalah lebih besar daripada bila
suatu fase cair dan suatu fase gas berada bersama-sama. Jadi bila 2 cairan bercampur
dengan sempurna tidak ada tegangan antarmuka yang terjadi (Astuti dkk., 2009).
Metode - metode yang dapat digunakan dalam mengukur besarnya tegangan
permukaan dan tegangan antarmuka suatu sampel antara lain metode pipa kapiler, metode
cincin DuNuoy, dan metode wilhelmy. Dalam memilih metode pengukuran tegangan
permukaan maupun tegangan antarmuka adalah ketepatan dan kemudahan yang
diinginkan, digunakan untuk mengukur tegangan permukaan atau tegangan antarmuka,
ukuran sampel yang tersedia, dan keperluan penelitian terhadap efek waktu pada
tegangan permukaan (Martin et al., 1983).
Tensiometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tegangan permukaan
atau tegangan antarmuka cairan. Pengukuran tegangan permukaan atau antar muka
dilakukan dengan menggunakan tensiometer berdasarkan pada pengukuran tekanan atau
gaya dari interaksi suatu lempeng dengan permukaan atau antarmuka dua zat cair yang
tidak saling bercampur. Tensiometer yang baik adalah tensiometer yang tertutup, kedap
udara, tabung berisi air (barel) dengan ujung keropos pada salah satu ujungnya dan gauge
vakum di sisi lain. Sebuah tensiometer berpori terdiri dari cangkir, dihubungkan melalui
sebuah benda tegar tabung vakum untuk mengukur, dengan semua komponen diisi
dengan air. Cangkir yang berpori biasanya terbuat dari keramik karena kekuatan
struktural serta permeabilitas untuk aliran air. Tubuh tabung biasanya transparan
sehingga air dalam tensiometer dapat dengan mudah dilihat. Sebuah tabung vakum
Bourdon gauge biasanya digunakan untuk pengukuran potensial air. Pengukur vakum
dapat dilengkapi dengan saklar magnet untuk irigasi otomatis kontrol. Sebuah
manometer air raksa juga dapat digunakan untuk akurasi yang lebih besar, atau tekanan
transduser dapat digunakan untuk merekam secara otomatis dan terus-menerus
tensiometer pembacaan (Harrison, 2009).
Salah satu kegunaan tensiometer yang paling bermanfaat adalah untuk mengukur
atau memonitoring status air lahan. Alat ini terdiri dari suatu poros (biasanya terbuat dari
ceramic) yang dihubungkan ke suatu pengukur hampa udara (mekanik atau elektronik
transducer) melalui suatu tabung tabung yang berisi air. Ketika potensi matrik lahan lebih
rendah ( lebih negatif) dibanding tekanan yang sejenis di dalam tensiometer, air bergerak
sepanjang gradien energi potensial kelahan melalui cangkir poros. Air mengalir ke dalam
lahan sampai keseimbangan dicapai dan pengisapan di dalam tensiometer sama dengan
matrik potensi lahan. Ketika lahan dibasahi, arus bergerak ke arah yang terbalik, dan air
masuk ke dalam tensiometer sampai suatu keseimbangan baru dicapai (Harrison, 2009)
Tensiometer DuNouy merupakan salah satu jenis tensiometer yang digunakan
untuk mengukur tegangan permukaan dan antar muka. Prinsip dari tensiometer ini
bergantung pada kenyataan bahwa gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin
platina iridium yang dicelupkan pada permukaan atau antar muka adalah sebanding
dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka. Gaya yang diperlukan untuk
melepaskan cincin dengan cara ini diberikan oleh suatu kawat spiral dan dicatat dalam
satuan dyne pada suatu petunjuk yang dikalibrasi. Tegangan permukaan dinyatakan
dengan rumus :
VI. KESIMPULAN
1. Tegangan permukaan adalah gaya sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan
ke dalam, sedangkan tegangan antarmuka adalah gaya yang terdapat pada antarmuka
dua fase cair yang tak bercampur.
2. Metode - metode yang dapat digunakan dalam mengukur besarnya tegangan
permukaan dan tegangan antarmuka suatu sampel antara lain metode pipa kapiler,
metode cincin DuNuoy, dan metode wilhelmy.
3. Tensiometer bekerja berdasarkan pengukuran tekanan atau gaya dari interaksi suatu
lempeng dengan permukaan atau antarmuka dua zat cair yang tidak saling bercampur.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, K. W., N. M. P. Susanti, dan I. N. K. Widjaja. 2008. Buku Ajar Farmasi Fisika.
Jimbaran: Jurusan Farmasi F.MIPA UNUD.
Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata. 1983. Farmasi Fisik Edisi III Jilid 2. Jakarta :
UI Press