Professional Documents
Culture Documents
Visum et repertum disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik
hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan
di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
* Pro Justisia. Kata ini diletakkan di bagian atas untuk menjelaskan bahwa visum et repertum
dibuat untuk tujuan peradilan. VeR tidak memerlukan materai untuk dapat dijadikan sebagai alat
bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.
* Pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam VeR, melainkan langsung
dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan penyidik pemintanya
berikut nomor dan tanggal, surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas
korban yang diperiksa.
* Pemberitaan. Bagian ini berjudul "Hasil Pemeriksaan", berisi semua keterangan pemeriksaan.
Temuan hasil pemeriksaan medik bersifat rahasia dan yang tidak berhubungan dengan
perkaranya tidak dituangkan dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai [[rahasia
kedokteran].
* Kesimpulan. Bagian ini berjudul "kesimpulan" dan berisi pendapat dokter terhadap hasil
pemeriksaan.
* Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum et repertum
ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah
sesuai dengan kitab undang-undang hukum acara pidana/KUHAP".
Dasar hukum
* Pasal 186: Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
* Pasal 187(c): Surat keterangan dari seorang ahli yang dimuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya.
Kedua pasal tersebut termasuk dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan dalam
KUHAP.
Visum et repertum disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter dalam
ilmu kedokteran forensik [1] (Lihat: Patologi forensik) atas permintaan penyidik yang berwenang
mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau
diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk
kepentingan pro yustisia.
Visum et repertum kemudian digunakan bukti yang sah secara hukum mengenai keadaan terakhir
korban penganiayaan, pemerkosaan, maupun korban yang berakibat kematian dan dinyatakan oleh
dokter setelah memeriksa (korban). Khusus untuk perempuan visum et repertum termasuk juga
pernyataan oleh d
Daftar isi
[sembunyikan]
VeR jenazah
1. Jenis luka
2. Penyebab luka
3. Sebab kematian
4. Mayat
5. Luka
6. TKP
7. Penggalian jenazah
8. Barang bukti
9. Psikiatrik
Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum et repertum
ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah
sesuai dengan kitab undang-undang hukum acara pidana/KUHAP".
Dalam KUHAP pasal 186 dan 187. (adopsi: Ordonansi tahun 1937 nomor 350 pasal 1)
Pasal 186: Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Pasal 187(c): Surat keterangan dari seorang ahli yang dimuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi
daripadanya.
Kedua pasal tersebut termasuk dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan dalam
KUHAP.
luka derajat satu: yang tidak menyebabkan gangguan pada pekerjaan luka derajat dua: yang
menyebabkan gangguan sementara pada pekerjaan luka derajat tiga: sesuai definisi luka berat
pada KUHP
[sunting] Visum et repertum pada korban kejahatan susila
terdapat beberapa luka pada bagian tertentu. dan terdapat beberapa ciri khusus dalam bagian-
bagian tertentu korban. biasanya korban akan mengalami depresi atau tekanan jiwa.
1. ^ memiliki kekuatan dengan bukti dalam pengadilan memuat hal yang dilihat, dialami dan
diketahui berdasarkan ilmu pengetahuan dibidangnya terhadap barang-barang yang
diperiksanya diatas sumpah (jabatan khusus)
2. ^ Nadesul, Handrawan. Mengintip Rahasia Seksual Si Doi. Gradien Books, Yogyakarta. Januari
2006. Hal 114.
3. ^ ketentuan bermeterai sesuai dengan ketentuan UURI No. 13 Tahun 2005 Tentang Bea Meterai
(adopsi: Ordonansi materai tahun 1921 pasal 23) semua surat resmi untuk perkara pengadilan
harus diatas kertas bermaterai atau bertuliskan “Proyustisia”
Visum et repertum disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati
ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah,
untuk kepentingan peradilan.
* Pro Justisia. Kata ini diletakkan di bagian atas untuk menjelaskan bahwa visum et repertum dibuat
untuk tujuan peradilan. VeR tidak memerlukan materai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan
sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.
* Pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam VeR, melainkan langsung dituliskan berupa
kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal,
surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
* Pemberitaan. Bagian ini berjudul "Hasil Pemeriksaan", berisi semua keterangan pemeriksaan. Temuan
hasil pemeriksaan medik bersifat rahasia dan yang tidak berhubungan dengan perkaranya tidak
dituangkan dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai [[rahasia kedokteran].
* Kesimpulan. Bagian ini berjudul "kesimpulan" dan berisi pendapat dokter terhadap hasil pemeriksaan.
* Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum et repertum ini saya
buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan
kitab undang-undang hukum acara pidana/KUHAP".
Dasar hukum
* Pasal 186: Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
* Pasal 187(c): Surat keterangan dari seorang ahli yang dimuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya.
Kedua pasal tersebut termasuk dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP.
Visum et Repertum…
Visum et Repertum adalah kesaksian tertulis yang dibuat oleh seorang dokter tentang keadaan
korban atas permintaan yang berwajib.
1. Visum orang yang telah meninggal, memuat keterangan tentang orang yang telah meninggal.
Isinya tetap, mempunyai kesimpulan.
2. Visum orang hidup, terbagi tiga:
a) Visum sementara adalah visum yang menyangkut seorang korban yang masih perlu dirawat
di RS atau berobat jalan. Memuat keterangan tentang keadaan korban pada saat datang pertama.
Dalam visum ini belum dapat dibuat suatu kesimpulan hasil pemeriksaan si korban karena
perawatan belum selesai.
b) Visum lanjutan. Memuat keterangan lanjutan tentang keadaan korban dalam perawatan
setelah pemeriksaan pertama. Visum ini dikeluarkan jika yang berwajib meminta lagi keterangan
tentang korban tersebut sementara ia masih dalam perawatan.
c) Visum tetap/definitive. Adalah visum yang memuat keterangan tentang korban yang tidak
memerlukan perawatan lagi, baik yang sudah sembuh maupun yang telah meninggal. Visum ini
telah memiliki kesimpulan dokter.
Guna Visum
Tujuan Visum
Untuk memberikan kesaksian yang sejujur-jujurnya untuk membantu pihak yang berwajib
menegakkan keadilan. Berguna atau tidaknya visum di persidangan tergantung pada pendapat
hakim atau jaksa. Kalau bertentangan dengan keyakinannya dia tidak wajib menurutinya (HIR
306). HIR Pasal 301 menyatakan bahwa kesaksian itu hendaklah dibuat dengan sejujur-jujurnya
keadaan yang betul-betul dilihat. Dalam Lembaran Negara 1937 Pasal 350 menyatakan Visum et
Repertum yang dibuat oleh seoranng dokter mempunyai daya bukti yang sah di pengadilan.
Isi Visum
1. Pro Yustisia
2. Pendahuluan
a) Waktu membuat visum/selesai memeriksa mayat berisikan tahun, tanggal, bulan, jam dan
menit.
3. Pemberitaan
4. Kesimpulan, memuat:
a) Kelainan/luka
5. Penutup
Pernyataan bahwa Visum et Repertum itu dibuat dengan sejujur-jujurnya mengingat sumpah
waktu menerima jabatan. Bagian ini harus diterangkan dalam visum (HIR 395).
1) Polisi umum, polisi ketiga angkatan dengan pangkat serendah-rendahnya pembantu letnan
dua.
3) Jaksa. Hakim kalau membutuhkan visum harus dengan seizin bantuan jaksa.
Surat permintaan yang sah yaitu diminta oleh yang berhak memintanya dan jelas identitasnya,
kemudian:
1. i. Ditandatangani
2. ii. Stempel jabatan
3. iii. Harus ada tanggal, bulan dan tahun
4. iv. Memuat identitas si korban dan keterangan singkat mengenai kejadian yang bersangkutan.
5. v. Surat permintaan harus dibawa bersama si korban
6. vi. Dokter terlibat dalam rahasia jabatan.
7. vii. Dengan memeriksa si korban dan memberikan Visum et Repertum pada hakikatnya dokter
telah membuka rahasia jabatan.
b) Korban
c) Label
Guna label agar korban tidak tertukar/ditukar. Barang bukti seharusnya disegel (KUHP Pasal
66). Isi label harus sesuai dengan permintaan.
d) Saksi
Karena saksi hidup terdiri dari orang, maka hendaknya lebih dari satu orang, salah satu dari yang
berwajib.
Hal-hal yang harus diperhatikan, yang tidak boleh ditulis dalam Visum et Repertum adalah: