You are on page 1of 8

-K-

Shinichi memandang sebuah buku biru muda yang sepertinya sudah usang. Dia selalu
membawa buku itu, kemanapun dia pergi. Shinichi menghela napasnya, dan membaca buku
itu lagi... Untuk kesekian kali, dia membaca halaman yang telah dia lipat

06 Januari 2004
Hari ini aku sangat bahagia. Shinichi, teman masa kecilku sekaligus orang yang aku cintai
dan selalu ada di sampingku, memintaku untuk menjadi istrinya. Senang sekali rasanya.
Shinichi mengatakannya, kalimat yang sudah kutunggu tunggu dari dulu.
“Kimi-chan, Would You marry me?”
Tanyanya seraya berlutut, dan meraih tanganku. Aku hampir saja menangis di hadapannya,
jika di ruangan itu hanya ada kami-aku dan Shinichi. Dan, refleks aku menggangguk......
Senang sekali rasanya aku akan menjadi pasangan hidup Shinichi. Aku sangat mencintainya.

1 Februari 2004
Lelah!
Seharian penuh aku dan Shinichi mencari dekorasi gaun untuk hari pernikahan kami. Tapi
aku tetap senang, karena untuk hari spesialku. Tapi tidak apa apa, Shinichi terus berada
disampingku, dan menduukung semuanya. Aku beruntung punya calon suami seperti dirinya

Pada saat mencoba gaun pengantin, sungguh aku terkesima melihat Shinichi memakai
setelan tuxedo hitam, simple dan modis. Dia tertawa begitu aku mengatakan kekagumanku
=_=” namun tidak apa apa, hha.
“Kau juga sangat cantik dengan Gaunmu sampai sampai aku tidak bisa berbicara begitu
melihatmu, Kimi-chan” lirih Shinichi, lalu kembali membaca buku itu

14 Februari 2004
Saat yang kutunggu tunggu telah tiba.
HARI PERNIKAHANKU, hey........
Aku menyempatkan menulis diary ini sebelum aku dipakaikan baju pengantin. Rasanya
hatiku...sangat berdebar debar menanti hari ini. Hari dimana aku akan menjadi istri sah
dari Shinichi Kagemiya, orang yang sangat aku cintai.
Aku mencoba menengok ke ruang Shinichi, namun penata riasnya tidak membiarkanku
menengok masuk. =_=”
Yang jelasnya, aku akan mengucapkan janji setia-sehidup-semati dengan dia.

1
-K-

16 February 2004
Hari ini aku dan Shinichi akan ke Paris untuk honeymoon kami.
Oh My Dear......
Dia sungguh membuatku tak karuan, semenjak tinggal bersama, hmm suami istri.
Menciumku ketika aku sedang menyelesaikan tugas tugas kuliahku, dan berkata
“Honey, kita ini pengantin baru. Lupakan tugasmu, dan habiskan waktumu bersama
suamimu ini”
Lalu menyingkirkan tugas tugasku, dan melakukan hal hal yang tidak bisa disebutkan.
Hehe....
Ini rahasia, tapi badan Shinichi ternyata bidang dan sixpack. Hehehehehe......
Astaga, !!!
Sungguh dia membuatku tak karuan.....

20 Maret 2004
Rasanya aku sangat mual hari ini. Sukiyaki yang biasanya aku santap dengan lahap,
sekarang aku ingin muntah memakannya. Entah aku ini kenapa, mungkin aku sakit karena
cuaca di Tokyo sedang kabut salju. Bahkan ramen seafood yang dibelikan Shinchi tidak aku
sentuh sama sekali. Sungguh rasanya sangat mual. Shinichi pun memeriksaku, katanya aku
baik baik saja
Aku ini kenapa?

22 Maret 2004
Setelah aku memeriksakan kesehatanku yang tidak baik, aku memutuskan untuk
memeriksakannya ke dokter. Dan ternyata, aku memang baik baik saja. Tapi,...
AKU HAMIL
8 minggu......
Rasanya senang sekali.... Mungkin karena ini aku merasa mual....Hmmm apa aku harus
memberitahukan kepada Shinichi ? Biar aku membuatkan kejutan untuk dia saja

23 Maret 2004
Aku sangat ingin makan mangga. Tidak biasanya. Lalu aku meminta Shinichi, untuk
membelikanku mangga setengah kilo. Shinichi pun heran.... aku yang biasanya jarang
memakan buah Mangga, memintanya membeli mangga

2
-K-

Setelah Shinichi pulang, aku lalu langsung mengupas mangga tersebut, dan memakannya.
Shinichi menanyakan hal yang sangat aku tidak duga
“Kau ngidam?” tanyanya
Au hanya mengangguk sambil memakan manggaku.
“Sudah berapa bulan?”tanyanya lagi. Aku hanya bisa menjawab
“8 minggu”
“Kau hamil tidak memberitahu ku?” kesal Shinichi. O’ow.... aku menjelaskannya karena
ingin memberinya kejutan. Untungnya dia memakluminya, dan dia merasa senang sekali...
I Love You, Shinichi

“Ayah” panggil seorang anak laki laki, yang berlari ke arah Shinichi. Shinichi pun
menutup buku itu, memasukkannya di dalam tasnya, dan menyambut anak itu.
“Kenichi....” sambut Shinichi menggendong Kenichi. Kenichi tertawa riang, dan
Shinichi menurunkannya dan berjalan ke arah mobil di depan sekolah Kenichi.
“Ayah, hari ini aku mendapat nilai 10 di matematika, 9 di bahasa inggris”bangga
Kenichi seraya masuk. Shinichi hanya tersenyum
Dia Pintar sepertimu, Kimi-chan
“Baguslah, Kenichi”ujar Shinichi lalu menepuk kepala Kenichi. Kenichi tersenyum
bangga, lalu senyumannya pun sedikit sirna. Ada sedikit rasa kecewa tersirat di wajah polos
Kenichi
“Ayah, Ibu dimana?”tanya polos Kenichi. Shinichi tertegun sesaat. Apa yang harus
dia jawab?
“Ayah kenapa melamun? Aku merindukan ibu” sedih Kenichi lagi. Shinichi hanya
menghela napas, masuk ke mobil dan menjalannkannya
“Ibumu sedang bekerja, Kenichi. Ibu sering memberitahu Ayah, dia sangat
merindukanmu”kata Shinichi. Entah kenapa, mengucapkan hal ini Shinichi merasa sangat
berat. Seakan beban yang sangat berat menindih hatinya. Hatinya yang teramat merasakan
kerinduan yang dalam.
“Sungguh? Kalau Ibu sudah pulang, Kenichi ingin mengatakan kalau Kenichi
mencintai Ibu. Kenichi sangat menyayangi ibu”ucap polos Kenichi yang membuat napas
Shinichi tercekat.
Dia menyayangimu, Kimi-chan.
Tidakkah kau merindukannya?
“Pasti” ujar singkat Shinichi sambil terus berkonsentrasi ke arah jalan.

3
-K-

“Aku harus bagaimana?” ujar Kenichi kepada dirinya sendiri. Lalu termenung.
ArPamana rumah sakit yang sangat khas sudah menjadi teman Shinichi sejak 4 tahun yang
lalu. Shinichi menghela napas berat, dan memandang sosok yang sangat berarti untuknya.
Shinichi menyentuh lembut wajah orang itu dengan ujung jemarinya, menyentuh
wajahnya, lalu bergerak ke arah matanya, dan ke hidungnya, dan ke bibirnya. Sentuhan yang
teramat lebut dan halus, seakan takut melukai paras cantiknya. Dan Air mata Shinichi
menetes.
“Aku merindukanmu”ujar Shinichi berat, dengan cepat dia menghapus air mata yang
menetes di pelupuk matanya. Shinichi lalu membelai rambutnya yang hitam, bendungan air
mata yang tidak kuasa dia tahan, akhirnya tumpah dan mengaliri pipi Shinichi.
Terlalu sedih untuk kehilangan seseorang yang sangat dicintai, seseorang yang sudah
sangat berarti, seseorang yang sudah menjadi bagian dari dirinya sendiri. Takdir sudah
memisahkan Shinichi dengan orang itu, selama 4 tahun
“Kau tahu, Kimi-chan, Kenichi, anak kita....merindukanmu. Aku sudah kehabisan
alasan untuk tidak memberitahukannya...” lirih Shinichi sambil terisak. Shinichi lalu meraih
tangan orang itu, dan menciumnya pelan.
“Kembalilah, Kimichan. Aku merindukanmu, aku mencintaimu, istriku”katanya
pelan. Terisak di tangannya, menyerahkan semua nasib dirinya pada Tuhan
Oh Tuhan, aku mencintainya

“Kimi-chan, kau mau kemana?” tanya Shinichi ketika melihat KeikPamanengambil


kunci mobil di rak meja. Sudah terlalu larut untuk seorang wanita , untuk keluar
“Aku ingin pergi ke kantor Tuan Chan, Shinichi. Ada urusan yang sangat penting,
dokumen data persentase penjualan majalah tahun lalu, aku harus mengurusnya sekarang ”
jawabnya. Sepertinya Shinichi tidak yakin, lalu Keiko berbalik
“Aku akan kembali, tenang saja”katanya memeluk Shinichi. Keiko melepaskan
pelukannya, lalu berjalan keluar rumah
“Shinichi, Saranghae-Yo” ujarnya lirih. Shinichi tersenyum, mengucapkan hal yang
sama

01.00am
Telepon berderingterus menerus. Shinichi, yang tertidur di sofa, bangun untuk
mengangkatnya
“Halo?”
“Benar ini kediaman keluarga Kagemiya?”
“Benar.. ada apa?”
4
-K-

“Saya Jung, dari kepolisian. Salah satu anggota keluarga anda, Keiko Kagemiya,
mengalami kecelakaan beruntun pada pukul 12.19 malam tadi di Tol. Sekarang nona Keiko
sedang di Rumah Sakit Kakekuzou, sedang kritis...”
“Aku akan segera kesana” tutup Shinichi lalu segera melihat ke kamar Kenichi.
Shinichi meraih handphonenya, lalu menghibungi Tantenya untuk menjahga rumahnya
Rumah Sakit

“Dokter...dokter, bagaimana kabar istri saya, Kagemiya Keiko?” tanya Shinichi


terengah engah
“Sekarang istri anda sudah melewati keadaan sekarat. Namun, dia kPamana”
“Sampai berapa lama dia kPamana, dokter?”
“Benturan yang keras dikepalanya, juga banyaknya syaraf-syarafnya yang
terganggu, saya juga tidak bisa memprediksikan berapa lama istri anda dalam keadaan
kPamana”
“Dokter, saya juga seorang dokter. Apa hal yang menyebabkan ini semua terjadi?”
“Syaraf syarafnya agak terganggu. Jadi banyak organ tubuhnya yang kurang bekerja
dengan baik. Dan dia dalam keadaan kPamana. Saya belum bisa memprediksikan. Hal yang
paling baik adalah sadar dalam beberapa minggu ini. Hal yang paling buruk....”
“Apa , dokter?”
“Dia akan terus seperti ini sampai dia meninggal. Saya permisi dulu”
“Jadi, selama aku pergi, Kau dan dia telah menikah, dan dia sekarang sedang dalam
kPamana?” kata Mao. Jin mengangguk
“Aku sudah berusaha sekeras dan sekuat yang aku bisa. Tapi tetap saja, tidak bisa
menyadarakan dirinya. Dan sekarang, Kenichi selalu menanyakan kabar ibunya” keluh
Shinichi.
Mao memandang Shinichi yang sangat Frustasi. Sudah 4 tahun Keiko terbaring
kPamana, dikarenakan mengalami kecelakaan beruntun 4 tahun lalu
“Dan sekarang, Kenichi sudah berapa tahun?” tanya Mao
“6 Tahun. Keiko kecelakaan pada saat Kenichi berumur 2 tahun. Mao, apa yang harus
aku katakan, 1 minggu lagi ulangtahun Kenichi yang ke-7 tahun. Sudah lebih dari 4 tahun
Kenichi selalu menanyakan kabar ibunya, dan menangis. Entah alasan apa lagi yang akan ku
katakan padanya” jelas Shinichi sambil merenung, tatapannya menerawang
“Kau belum memberitahukan Kenichi tentang kabar ibunya?”
“Apa aku tega, memberitahukannya?”tanya balik Shinichi. Mao terdiam.
Mao Inoichi, sahabat terdekat Shinichi dan Keiko. Dia meninggalkan jepang pada saat
mereka telah menyelesaikan kuliah mereka. Dan begitu Mao kembali, dia mendengar kabar

5
-K-

yang sangat menyakitkan. Sahabatnya, Keiko, mengalami kecelakaan beruntun dan sekdang
dalam kondisi kPamana selama 4 tahun lamanya.
“Tidakkah kau ingin mencari pengganti Keiko?”
Shinichi tersentak.
“Apa katamu?”kata Shinichi meninggi
“Shinichi, dengarkan aku, Kenichi membutuhkan figur seorang Ibu, sekarang dia
dalam masa pertumbuhannya. Sangat sulit kalau..”
“Dan kau akan berkata kalau aku akan menikah lagi?” tanya Shinichi emosi
“Ya, itu menurutku... Shinichi, Keiko...”
“Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menikah. Keiko masih hidup. Aku yakin
dia akan segera sadar. Dan Kenichi, selamanya hanya akan memiliki seorang ibu, Keiko”
tegas Shinichi. Mao terdiam. Betapa berharganya Keiko untuk Shinichi, sampai dia tidak
memikirkan untuk mencari pengganti Keiko.
“Jadi sekarang apa maumu?”
“Entahlah. Aku mau dia kembali” ujar Shinichi datar
Pembicaraan menjadi sunyi sesaat. Masing-masing sibuk dengan pikiran sendiri.
Sibuk memikirkan apa yang harus mereka lakukan. Cara terbaik agar tidak ada yang kecewa
ataupun harus menangis.
“Mao, bisa kau menolongku?” kata Shinichi yang seperti tersadar dari pemikirannya.
Mao mengangguk, dia sangat ingin membantu Shinichi
“Tulislah surat untuk Kenichi, tapi dengan memakai nama Keiko” kata Shinichi.
Mao berpikir sejenak.
“Apa ini tidak akan menyakiti Keiko dan Kenichi?” tanya Mao khawatir jika terjadi
sesuatu. Shinichi menggeleng.
“Aku yakin, Keiko pasti bisa mengerti maksudku mengambil tindakan seperti ini”
Dan Mao pun menngangguk

Shinichi keluar dari mobil putihnya, dan memasuki sekolah Kenichi untuk menjemputnya.
Namun, sesampainya disana justru Kenichi tidak ada. Shinichi bertanya kepada gurunya, dan
gurunya mengatakan Kenichi sudah pulang.
Pikiran negatif mulai membayangi Shinichi. Dengan segera, dia mencari ditempat mana
Kenichi biasa bermain. Di tengah jalan, Shinichi bertemu dengan sekumpulan anak-anak
yang sedang bermain di taman belakang sekolahnya.
“Maaf, Kalian melihat Kenichi?” tanya Shinichi. Anak-anak tersebut serempak
menggelengkan kepalanya.

6
-K-

Shinichi terus mencari, bahkan sudah radius 500 meter dari sekolah Kenichi. Shinichi
semakin panik.Takut jika anaknya diculik, atau tersesat.
“Oh Tuhan, dimana anakku?” batinnya dalam hati sambil terus berjalan mencarinya.
Tiba-tiba, ada seorang anak perempuan, yang memanggil Shinichi
“Paman”
Shinichi menoleh, dan menghampiri gadis kecil tersebut
“Iya?”
“Paman, Paman ayahnya Kenichi-kun kan? Paman adalah Paman Dokter kan?”tanya gadis
tersebut dengan polos
“Iya. Namamu siapa gadis manis?”tanya Shinichi ramah
“Keiko”ujar gadis kecil itu.
Nama yang sama dengan ibu Kenichi, batin Shinichi
“Keiko melihat Kenichi?”tanya Shinichi. Ekspresi Keiko pun berubah, dan menangis.
“Keiko kenapa menangis?”tanya Shinichi lagi
“Kenichi, Kenichi, menangis di taman sebelah sana, Paman. Katanya, dia ingin sendiri!”isak
Keiko. Lalu, Keiko menarik tangan Shinichi, dan membawanya ke semak semak. Dibalik
semak-semak itu, ternyata terdapat sebuah taman kecil. Dan, Kenichi duduk menutup
wajahnya, isakan tangisnya terdengar.
“Paman, Keiko permisi dulu, Keiko mau pulang”ujar gadis kecil, lalu berlari pulang.
Shinichi berjalan, dan menghampiri Kenichi
“Kenichi?”
Kenichi memlepaskan tangannya.
“Ayah”
“Kau kenapa, Kenichi?” Shinichi memeluk Kenichi. Kenichi terisak-isak
“anak laki-laki di kelasku...mengolokku....katanya...Kenichi, Kenichi...sudah tidak punya Ibu.
Ayah, itu tidak benar, kan?” isak Kenichi, lalu melihat wajah Shinichi.
Shinichi dilanda kebingungan yang luar biasa. Apa yang harus dia katakan pada Kenichi?
“Memangnya, kenapa mereka mengolokmu?”tanya Shinichi, mengambil tissue, dan
mengelap air mata Kenichi.
“Sebentar lagi, ada acara, hanya untuk ibu.... lalu, Kenichi, Kenichi diolok”tangisnya lagi.
“Ibumu masih ada, hanya, Ibu masih sangat sibuk. Jadi”ujar Shinichi sambil mengeluarkan
sesuatu dari tasnya
“Ini Untukmu, dari ibu” sambung Shinichi, menyerahkan amplop biru muda.
7
-K-

Kenichi mengambilnya. Tangisannya terhenti sesaat. Dengan cepat, Kenichi membuka


amplopnya dan membaca surat yang ada didalamnya

You might also like