You are on page 1of 9

Jawaban atas Permohonan Uji materi UU No.

2 Tahun 2010 Tentang


Perubahan UU No.47 Tahun 2009 Tentang anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun anggaran 2010.

I.Mengenai Legal Standing.

Dalam doktrin hukum , legal standing yang diartikan sebagai hak atau
kedudukan hukum untuk mengajukan gugatan atau permohonan di
depan Pengadilan (personae standi in judicio). Ini seyogyanya dimaknai
bahwa pihak pemohon atau para pemohon harus mempunyai kepentingan
yang cukup dan nyata secara hukum dilindungi. Yurisprudensi
menentukan tiga syarat yang harus dipenuhi agar para pemohon dapat
dikatan mempunyai legal standing, yaitu: (1) adanya kerugian yang
timbul karena terjadinya pelanggaran kepentingan pemohon yang bersifat
(a) spesifik atau khusus, (b) aktual dalam suatu kontroversi dan bukan
hanya bersifat potensial; (2) adanya hubungan sebab-akibat (causal-
verband)antara kerugian dengan berlakunya satu undang-undang, dalam
hal ini dengan UUAPBN 2010; (3) kemungkinana dengandiberlakukannya
keputusan yang diharapkan , maka kerugian akan dihindarkan atau
dipulihkan . Dari persyaratan yang dikemukakandi atas jelas para
pemohon tidak memiliki kepentingan yang cukup atas kerugian pada UU
APBN 2010. Tidak ada satupun dari para pemohon yang secara spesifik
atau khusus Anggaran Dasar nya dan kegiatannya secara nyata di bidang
“kesehatan”, para pemohon spesifik kegiatannya di bidang sosial,
sebagaimana dimaklumi bidang sosial, memiliki alokasi anggaran
tersendiri , terkait erat dengan UU Sistem Jaminan Sosial (UUNO 40 Tahun
2004, yang telah di uji material, Putusan Mahkamah Konstitusi No.
007/PUU-III/2005.)

Pasal 51 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah


Konstitusi, menentukan bahwa yang boleh mengajukan permohonan
untuk beracara dimuka Mahkamah Konstitusi dalam “pengujian undang-
undang”, antara lain adalah …,“badan hukum publik atau privat”…

Dalam uji material UU APBN 2010 ini, para pemohon , memposisikan


diri sebagai “badan hukum privat”. Oleh karena itu seyogyanya harus
memenuhi persyaratan sebagai badan hukum agar dapat menjadi subyek
hukum (legal person), yakni bahwa baik suatu perkumpulan ataupun
yayasan berbadan hukum harus mendapat pengesahan dari Kementerian
Hukum dan haksasi Manusia c/q Direktorat Jendral Administarsi Hukum,
tidak cukup pendiriannya hanya dengan Akta Notaris, lebih-lebih tanpa
Akta Notaris. Ternyata para pemohon tidak satupun baik Pemohon I
maupun PemohoII dapat menunjukan “pengesahan” sebagai badan
hukum dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Berdasarkan alasan atau argumentasi yang dikemukakan itu maka, para


pemohon tidak memanuhi syarat untuk mengajukan permohonan uji
matrialatas uu APBN 2010, khususnya mengenai alokasi Anggaradi bidang
“Kesehatan”.

II. Mengenai Substansi

Berkenaan dengan substansi permohonan, dicermati dari dalil-dalil


para pemohon dapat dikemukakan , jawaban atau bantahan, sebagai
berikut:

1. Tidak ada satupu ketentuan Pasal-pasal UUD 1945 yang dilanggar oleh
APBN 2010, khususnya berkaitan dengan bidang “Kesehatan”, karena
berbeda dengan bidang “Pendidikan”, yang dalam Pasal 31 ayat
(4)menentukan: “Negara memperioritaskan anggaran
pendidikansekurang-kurangnya dua puluhpersen dari
anggaranpendapatan negara dan anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional”.

2. Antara UU APBN 2010 dan UU Kesehatan (UU No. 36 Tahun 2009)


dalam doktrin hukum adalah merupakan doktrin “harmonisasi hukum”
yang harus dimaknai bahwa jika terjadi perbedaan atau
ketidakserasian antara peraturan perundang-undangan yang
“sederajat” atau “sejenis”, berlaku asas preferensi, yaitu asas” lex
spesialis derogaad legi generali” (peraturan yang khusus mendesak
peraturan yang umum) dan “lex posteriori derogaad legi anteriori”
(peraturan yang belaangan atau yang baru mendesak peraturan yang
lama atau terdahulu). Dalam konteks UU APBN 2010 dan UU
“Kesehatan” 2009, jelas UUAPBN merupakan lex posteriori, khusus
alokasi anggaran bidang “Kesehatan”.

3. Karakter APBN adalah khas dalam sistem ketatanegaraan menurut


UUD Negara RI Tahun 1945, APBN harus ditetapkan setiap n setiap
tahun dan RUU APBN diajukan oleh Pemerintah untuk mendapat
persetujuan bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD .
Dalam doktrin hukum karakter APBN lebih bersifat “penetapan”
daripada “pengaturan” (reguleren), norma” nya dapat dikatakan
bersifat “normatif-deskriptif”, dan bukan normatif –preskrifptif. Oleh
karena itu digolongkan ke-dalam pengertian UU yang memilki arti UU
Formal, karakternya “lex spesialis”

4. Di lihat dari dalil pemohon bahwa UU Kesehatan Tahun 2009


(khususnya Pasal 171 UUNo. 36 Tahun 2009) yang berbunyi Besar
anggaran kesehatan dialokasikan minimal 5 persen….”, harus
dimaknai dalam kaitanPasal 170 ayat (1) yang berbunyi “Pembiayaan
kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan
berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara
adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna ….”
dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia, maka dapat dikatakan bahwa
doktrin Hak Asasi dibidang kesehatan dapat dikategorikan ke dalam
Konvensi I Internasional “Hak Sosial, Ekonomi , dan Budaya”
(instrumen internasional HAM Generasi Ii) yang telah diratifikasi
menjadi UU No. 11 Tahun 2005 merupakan HAM yang bersifat positif
artinya perlindungannya berbeda denagan HAM Sipil dan Politik
(Konvensi Internasional Hak Sipil dan Politik (Generasi HAM I),
diratifikasi menjadi UU No. 12 Tahun 2005) HAM bersifat negatif; jikan
HAM Sipil dan Politik yang karakternya bersifat “negatif” harus bebas
dari campur tangan negara, terhadap pelanggarannya dapat segera
dipaksakan dan berkekuatan hukum , sedangkan HAM yang karakter
nya bersifat positif, seperti HAM Sosial, Ekonomi , dan budaya,
perlindungannya harus dipenuhi melalui program pemerintah secara
maksimal dan berkesinambungan, serta diproteksi paling baik melalui
sistem pelaporan yang progresif (Scott Deidson Hak ASasi manusia:
sejarah, teori dan praktek dalam pergaulan internasional/ terjemahan,
1994: 57). Oleh karena itu pemenuhannya dapat dilakukan secara
bertahap.

5. Apabila jawaban butir 3 dikaitkandengan jawaban butir 4, maka APBN


2010 telah digantikan dengan APBN 2011, dan terlihat ada alokasi
anggaran bidang “kesehatan” secara berksinambungan atau program
pemenuhan “kesehatan secara” mantap dan bertahap. Oleh karena itu
tidak ada pelanggaran terhadap hak konstitusional warga negara pada
UU APBN 2010 terhadap UUD Negara RI Tahun 1945.

6. Metoda yang di

7. gunakan unukmenentukan besaran alokasi anggaran kesehatan UU


APBN 2010 kurang daripada 5 % (tolong ditambahkan dari analisis
KEMKEU c/q Dirjen Anggaran)

8. Terimakasih.
Denpasar, 26 Desember 2010

Hormat:

(IDG ATMADJA)

GURU BESAR HTN FH UNUD -BALI)

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

KELAS A

PENALARAN HUKUM DAN ARGUMENTASI HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

1. Apakah yang dimaksud dengan penalaran hukum (legal reasoning)


dalam arti luas dan dalam arti sempit menurut Mr. M.M. Henket dalam
bukunya Legal Argumentation in Civil Law and in Common Law?
2. Jelaskan empat (4) prinsip sistemtik logika hukum dalam Ilmu Hukum
menurut J.W. Harris dalam bukunya Law and Legal Science?

3. Apakah yang dimaksud dengan logika silogisme yang merupakan


“penalaran hukum” yang pailing klassik?, dan berikan contoh dalam
kasus “Pencurian” (Pasal 362 KUHP) dan kasus “Perbuatan
Melanggar Hukum (Pasal 1365 KUHPerd.)!

4. Sebutkan tiga aliran berpikir juridis dalam Argumentasi Hukum


menurut Prof Philipus M. Hadjon!

5. Dalam penerapan hukum jika hakim menghadapi persoalan norma


antinomi atau konflik norma hukum dapat digunakan asas preferensi;
misalnya “asas lex specialis derogaad legi generali” ; “lex posetriori de
rogaad legi anteriori”, dan asas lex suferiority derogaad legi
inferiority’. apakah arti dari ketiga asas itu?

6. Uraikanlah langkah-langkah penalaran hukum “gabungan” (induktif


dan deduktif)!

TAKE HOME EXAM

HUKUM dan KEBIJAKAN PUBLIK

PROGRAM MAGISTER (S2)ILMU HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA
1. Anlisis perbedaan dan persamaan kebijakan publik yang dibuat
oleh legislator (pembentuk undang-undang)dan kebijakan
publik yang dibuat oleh hakim (gunakan rujukan pandangan
J.B. Grosman; et.al., ; Constitutional Law and Judicial Policy
Making, Richard Posner; How Judges Think, dan W. van
Gerven; Het Beleid van Rechter); dan kaitkan dengan
kebijakan publik dalam Negara Indonesia berdasarkan UUD
Negara RI Tahun 1945.

2. Anaisis legitimasi kebijakan publik baik dari sudut pandang


prosedural maupun dari sudut pandang substantif (rujukan;
Charles O. Jones; Pengantar Kebijaksanaan Publik,
‘terjemahan’) dan kaitkan pula dengan legitimasi kebijakan
public dalam Negara Republik Indonesia baik kebijakan publik
dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Catatan:

1. Jawaban dalam bentuk paper (makalah).

2. Spasi satu setengah, huruf romance 12 font.

3. Jumlah halaman : max 10 hal.

4. Dikumpulkan pada TU S2 Ilmu Hukum Kampus, Jalan Sudirman


Denpasar, selambat-lambatnya tanggal 26 Januari 2011.

Selamat belajar dan sukses.


TAKE HOME EXAM

FILSAFAT HUKUM

PROGRAM MAGISTER (S2) ILMU HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

1. Analisis dari peringkat abstraksi (level of abstraction) secara


teoritikal atas gejala atau fenomena hukum bahwa Filsafat
Hukum berada pada tataran tertinggi dan meresapi semua
bentuk pengembanan (pengajian) hukum baik teoritikal maupun
praktikal; kaitkan dengan pembentukan hukum dan metode
penemuan hukum (rechtsvinding) sesuai dengan dalil Filsafat
Hukum Meuwisen ke-2 dan 3 (lihat Prof. B. Arief Sidartha;
Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori
Hukum, Dan Filsafat Hukum).

2. Analisis tolok ukur (dasar penilaian) keadilan dari sudut pandang


“putusan hakim” dan kaitkan dengan teori penerapan hukum
(aplaid law) menurut Prof. Roscoe Pound (An Introduction To The
Philosophy Of Law) .

3. Analisis Hubungan Hukum dan moral dalam kaitan dengan


substansi Kode Etik Profesi Hukum sebagai autonomic legislation
(Kode Kehormatan IKAHI dan Kode Etik Peradi).

Catatan:

1. Jawaban bentuk paper (makalah).

2. Spasi: satu setengah, huruf romance, 12 font.

3. Jumlah halaman: max. 15 hal.

4. Dikumpulkan pada T.U. Program Magister (S2) ILmu Hukum,


Kampus Jalan jendral Sudirman Denpasar, tanggal 27 Januarai 2011.

Selamat belajar dan sukses.


TAKE HOME EXAM

FILSAFAT HUKUM

PROGRAM MAGISTER (S2) KENOTARIATAN

UNIVERSITAS UDAYANA

1. Analisis dari sisi peringkat abstraksi (level of abstraction) secara


teoritikal atas gejala atau fenomena hukum, bahwa Filsafat Hukum
berada pada tataran tertinggi dan meresapi semua bentuk
pengembanan (pengajian) hukum baik teoritikal maupun praktikal;
kaitkan dengan teori pembentukan hukum dan metode penemuan
hukum (rechtsviding) oleh Notaris.

2. Analisis dasar penilaian (tolok ukur) hukum yang adil dari sudut
pandang ajaran putusan (vones)dan kaitkan dengan teori penerapan
hukum (applaid law) dari Roscoe Pound (An Introduction To The
Philosophy of Law) .

3. Analisis hubungan hukum dan moral, kaitkan dengan substansi


Kode Etik Profesi Hukum sebagai autonomic legislation ( Kode
Kehormatan IKAHI dan Kode Etik INI).

Catatan:

1. Jawaban dalam bentuk paper (makalah).


2. Spasi: satu setengah, huruf romance, 12 font.

3. Jumlah halam: max. 15 hal.

4. Dikumpulkan: dua minggu sesudah tanggal ujian, di Sekretariat


Program Magister (S2) Magister Kenotariatan, Jalan Bali-Denpasar.

SELAMAT BELAJAR & SUKSES.

You might also like