You are on page 1of 9

Sejarah Psikologi bahkan ilmu pengetahuan yang kita kenal kebanyakan berpusat dari

perkembangan awal sejarah eropa dari masa yunani, romawi hingga akhir abad 19 yang
kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia.

Pendekatan dan orientasi ilmu dalam dunia psikologi bermula dari filsafat masa Yunani, yaitu
masa transisi dari pola pikir animisime ke natural science, yaitu pengetahuan bersumber dari
alam. Pada masa ini perilaku manusia berusaha diterangkan melalui prinsip-prinsip alam atau
prinsip yang dianalogikan dengan gejala alam.

Sepanjang masa kekaisaran romawi, perdebatan mengenai manusia bergeser dari topik
kehidupan yang luas, hubungan antara manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah
pemahaman tentang kehidupan secara lebih spesifik, yaitu hubungan antara aspek-aspek di
dalam diri manusia itu sendiri.

Masa Renaisans adalah peralihan masa, dimana pengetahuan bersifat doktrinal di bawah
pengaruh gereja berubah ke masa peran nalar. Semangat pencerahan semakin tampak nyata
dalam perkembangan science dan filsafat melalui menguatnya peran nalar (reason) dalam
segala bidang. Munculnya diskusi tentang. “knowledge” yang menyebabkan perkembangan
ilmu dan metode ilmiah yang maju dengan pesat. Penekanan pada fakta-fakta yang nyata
daripada pemikiran yang abstrak. (Berdampak pada kajian psikologi sehingga ingin menjadi
kajian yang ilmiah dan empiris)

Pasca Renaisans, Psikologi mencoba menjadi bagian dari ilmu faal muncul pada abad 19
seiring dengan kemajuan ilmu alam (natural science). Dimana pada fase inilah mulai ada
jawaban yang empirik dan ilmiah dari pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di masa lalu
seperti: Apa itu jiwa (soul)?Bagaimana bentuk konkritnya? Bagaimana mengukurnya?
Bagaimana hubungan body-soul ? Semua Pertanyaan itu terjawab dengan Kemajuan-
kemajuan di bidang fisiologis, meliputi riset-riset di bidang aktivitas syaraf , sensasi, dan otak
yang memberi dasar empiris dari soul (jiwa), yang juga sebelumnya dianggap sangat abstrak.

Pada akhir abad 19, dengan perkembangan natural science dan metode ilmiah secara mapan
sebagaimana diuraikan di bagian sebelumnya, konteks intelektual Eropa sudah “siap” untuk
menerima psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri dan formal.

Tanah kelahiran psikologi adalah Jerman. Oleh karenanya munculnya psikologi tidak dapat
dilepaskan dari konteks sosial Jerman yang memiliki misi membentuk manusia berkualitas
dan penyedia tenaga kerja yang professional. Wilhelm Wundt, orang pertama yang
memproklamirkan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu. Wundt adalah seorang doktor yang
tertarik pada bidang fisiologis, dimana fisiologis merupakan jalan bagi psikologi untuk bisa
masuk dalam ranah empiris ilmiah dan berdiri sebagai ilmu yang mandiri.

Hingga kemudian kajian ilmu psikologi terbentuk dan berkembang dengan munculnya
berbagai macam aliran psikologi. Berikut adalah bentuk gambaran dan perkembangan kajian
ilmu psikologi:

JERMAN

Psikologi strukturalisme / Eksperimen menekankan pada elemen mental, bahwa mental


(jiwa) bisa diempiriskan dengan proses fisiologis
Psikologi Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih
kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya
juga hilang. Menekankan pada fenomenologis dalam aktifitas mental namun tetap empiris.
(pindah ke amerika tetapi sulit berkembang akibat aliran behaviorisme)
Psikoanalisa mengikuti keaktifan mental dari Gestalt (Freud dengan psikodinamikanya pada
level kesadaran dan non kesadaran) namun tidak empiris (mencegah bergantung pada
empirisme). Tidak seperti ke dua aliran sebelumnya dijerman, psikoanalisa berkembang
bukan dari riset para akademisi, tapi berdasarkan pengalaman dari praktek klinis hipnosis
dalam menangani pasien histeria.

AMERIKA

Psikologi Fungsionalisme penekanan pada fungsi mental bukan hanya penjabaran elemen-
elemen mental (fisiologis)
Psikologi Behaviorisme menyatakan bahwa jiwa atau proses mental bisa diempiriskan
melalui perilaku nyata bukan fisiologis
Psikologi Humanistik menyumbangkan arah yang positif dan optimis bagi pengembangan
potensi manusia, disebut sebagai yang mengembalikan hakikat psikologi sebagai ilmu
tentang manusia, perspektif dan metodenya bersumber dari filsafat setelah perang dunia II

Daftar Pustaka
Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

Psikologi struktural atau strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi


pikiran manusia dewasa melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan
untuk mempelajari isi (konten) pikiran, sehingga sistem ini kadang juga disebut dengan
psikologi konten.

Pendekatan psikologi stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang dipelopori di amerika
oleh muridnya Edward Bradford Titchener. Perlu ditekankan bahwa psikologi
strukturalisme ditemukan oleh Wundt sedangkan Titchener hanyalah satu dari sekian
banyak murid yang dimiliki oleh Wundt, tetapi Titchener-lah yang berupaya membawa
psikologi Wundt ke amerika dengan mempertahankan konsep aslinya.

Dalam konsep dan sistem ini. Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki
3 tujuan :

1.    Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar,


2.    Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut, dan
3.    Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf

Kesadaran diatas diartikan sebagai pengalaman langsung. Pengalaman langsung yaitu


pengalaman sebagaimana hal itu dialami. Hal ini berbeda dengan pengalaman antara.
Pengalaman antara yaitu diwarnai oleh isi yang sudah ada dalam pikiran, seperti asosiasi
sebelumnnya dan kondisi emosional serta motivasional seseorang.

Dengan demikian, pengalaman langsung diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman


antara. Psikologi strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan
membedakannya dari fisika.
Fisika mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa merujuk pada manusia dan melalui metode
observasional berupa inspeksi yang dikendalikan dengan hati-hati. Psikologi mempelajari
dunia, dengan merujuk pada manusia yang mengalami sesuatu, melalui metode observasional
berupa introspeksi terkontrol atas isi kesadaran.

Subjek pembahasan yang tepat bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas
dari asosiasi. Sehingga Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari
kekuatan metafisika, pikiran awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan
merusak intergritasnya.

Sedangkan metode eksperimental yang digunakan untuk memastikan ketepatan analisis isi
mental adalah introspeksi. Teknik pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk
menggambarkan pengalaman pribadi. Sehingga introspeksi hanya akan dianggap valid jika
dilakukan oleh para ilmuwan yang sangat terlatih, bukan oleh pengamat awam.

Disamping kelemahan psikologi struktural dalam pandangan fungsionalisme yaitu hanya


sekedar mempelajari isi dan struktur yang terlibat dalam proses-proses mental, psikologi
struktural memiliki kontribusi positif dalam bidang ilmu psikologi. Sistem ini mendorong
psikologi menjadi ilmu pengetahuan. Wundt mendeklarasikan sebuah disiplin formal yakni
psikologi yang didasarkan pada formulasi-formulasi ilmiah sehingga psikologi diakui sebagai
ilmu pengetahuan.

Psikologi Transpersonal

Perintisan psikologi transpersonal diawali dengan penelitian-penelitian tentang psikologi kesehatan


pada tahun 1960an yang dilakukan oleh Abraham Maslow (Kaszaniak,2002). Perkembangan psikologi
transpersonal lebih pesat lagi setelah terbitnya Journal of Transpersonal Psychology pada tahun1969
dimasa disiplin ilmu psikologi mulai mengarahkan perhatian pada dimensi spiritual manusia.
Penelitian mengenai gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience, pengalaman mistis, exctasy,
keadaran ruhaniah, pengalaman transpersonal, aktualisasi dan pengalaman transpersonal mulai
dikembangkan. Aliran psikologi yang memfokuskan diri pada kajian-kajian transpersonal menamakan
dirinya aliran psikologi transpersonal dan memproklamirkan diri sebagai aliran ke empat setelah
psikoanalisis, behaviourisme dan humanistic. Psikologi transpersonal memfokuskan diri pada
bentuk-bentuk kesadaran manusia, khususnya taraf kesadaran ASCs (Altered States of Consciosness)
Sejak 1969, ketika Journal of Transpersonal Psychology terbit untuk pertamakalinya, psikology mulai
mengarahkan perhatiannya pada dimensi spiritual manusia. Penelitian yang dilakukan untuk
memahami gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience, pengalaman mistis, ekstasi, kesadaran
kosmis, aktualisasi transpersonal pengalaman spiritual dan kecerdasan spiritual (Zohar,2000).
Aliran psikologi Transpersonal ini dikembangkan oleh tokoh psikologi humanistic antara lain :
Abraham Maslow, Antony Sutich, dan Charles Tart. Sehingga boleh dikatakan bahwa aliran ini
merupakan perkembangan dari aliran humanistic. Sebuah definisi kekemukakan oleh Shapiro yang
merupakan gabungan dari pendapat tentang psikologi transpersonal : psikologi transpersonal
mengkaji tentang poitensi tertinggi yang dimiliki manusia, dan melakukan penggalian, pemahaman,
perwujudan dari kesatuan, spiritualitas, serta kesadaran transendensi.
Menurut Maslow pengalaman keagamaan meliputi peak experience, plateu, dan farthes reaches of
human nature. Oleh karena itu psikologi belum sempurna sebelum memfokuskan kembali dalam
pandangan spiritual dan transpersonal. Maslow menulis (dalam Zohar, 2000). "I should say also that I
consider Humanistic, Third Force psychology, to be trantitional, a preparation for still higher Fourth
Psychology, a transpersonal, transhuman centered in the cosmos rather than in human needs and
interest, going beyond humanness, identity, self actualization, and the like".
Psikologi transpersonal lebih menitikberatkan pada aspek-aspek spiritual atau transcendental diri
manusia. Hal inilah yang membedakan konsep manusia antara psikologi humanistic dengan psikologi
transpersonal. McWaters (dalam Nusjirwan, 2001) membuat sebuah diagram yang berbentuk
lingkaran dimana setiap lingkaran mewakili satu tingkat berfungsinya menusia dan tingkat kesadaran
diri manusia.

Tiap tingkat dari bagian diatas menunjukan tingkat fungsi dan tingkat kesadaran manusia. Lingkaran
1,2 dan 3 yang berturut-turut mewakili aspek fisikal, aspek emosional dan aspek intelektual dari
kekuatan batin individu. Lingkaran 4 menggambarkan pengintegrasian dari lingkaran 1, 2 dan 3 yang
memungkinkan individu berfungsi secara harminis pada tingkat pribadi. Keempat lingkaran ini
termasuk dalam kawasan personal manusia.
Tingkatan berikutnya termasuk dalam kategori wilayah transpersonal manusia. Lingkaran 5 mewakili
aspek intuisi. Pada aspek ini mulai samara-samar menyadari bahwa ia bisa mempersepsi tanpa
perantara panca indra (extra sensory perception). Lingkaran 6 mewakili aspek energi psikis
(kekuatan bathiniah) di mana individu secara jelas menghayati dirinya sebagai telah
mentransedir/melewati kesadaran sensoris dan pada saat yang sama menyadari pengintegrasian
dirinya dengan medan-medan energi yang lebih besar. Fenomena-fenomena para psikologi dapat
dialami pada tingkat kesadaran ini. Lingkaran 7 mewakili bentuk penghayatan paling tinggi-
penyatuan mistis atau pencerahan, dimana diri seseorang mentransendir dualintas dan menyatu
dengan segala yang ada. Melewati ke tujuh tingkat yang disebutkan itu, dikatakan lagi tingkat
pengembangan potensial dimana semua tingkat dihayati secara simultan.
Konsep dari McWater ini dapat menjelaskan bagaimana seseorang mencapai kualitas diri melalui
metode tafakur. Ketika seseorang berada pada fase pertama dalam bertafakur berarti dia berada
pada dunia fisik yaitu pengetahuan yang didapat dari fungsi indera. Sebuah kejadian akan dipresepsi
secara empiris yang langsung melalui pendengaran, penglihatan atau alat indera lainnya, atau secara
tidak langsung seperti pada fenomena imajinasi, pengetahuan rasional yang abstrak, yang sebagaian
pengetahuan ini tidak ada hubungannya dengan emosi.
Jika seseorang memperdalam cara melihat dan mengamati sisi-sisi keindahan, kekuatan, dan
keistimewaan lainnya yang dimiliki sesuatu, berarti ia telah berpindah dari pengetahuan yang
indrawi menuju rasa kekaguman ( tadlawuk) dimana pada tahap ini adalah tahap bergejolaknya
perasaan, disini kita melihat bahwa tahap ini sesuai dengan tahap kedua dari McWater yaitu
emosional. Pada tahap selanjutnya, dengan bertafakur aktiitas kognitif seseorang muali delibtkan,
disinilah tafakur sangat berperan dalam proses pengintegrasian ketiga komponen tadi yaitu fisik,
dmosi dan intelektual.
Kemudian jika hasil pengintegrasian seseorang ini ditransendensikan kepoada Allah maka kualitas
seseorang tadi akan meningkat dari personal menuju transpersonal. Badri (1989) mencontohkan
seseorang yang sudah pada tahap transpersonal ini "perasaan kagum manusia terhadap keindahan
dan keagungan penciptaan serta perasaan kecil dan hina di tengah malam, yang ia saksikan
merupakan fitrah yang sudah diberikan Allah kepada manusia untuk dapat melihat semua yang ada
di langit dan di bumi sehingga ia dapat menemukan sang pencipta, merasakan khusuk terhada-Nya,
dan dapat menyembah-Nya. Baik karena takut atau karena cinta". Dari ungkapan tersebut dapat dita
lihat bahwa seseorang yang mengakui bahwa keindahan itu adalah ciptaan Allah maka berarti dia
sudah memasuki dunia transpersonal.
Daftar Pustaka
Noesjirwan, joesoef. 2000. Konsep Manusia Menurut Psikologi Transpersonal (dalam Metodologi
Psikologi Islami). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Purwanto, Setyo. 2004. Tafakur Sebagai Sarana Transendensi. (materi kuliah PI) tidak diterbitkan

Psikologi Humanistik

Berlainan dengan psikoanalisis yang memandang buruk manusia dan behaviour yang memandang
manusia netral, psikologi humanistic berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki potensi-
potensi yang baik, minimal lebih banyak dari pada buruknya. Aliran ini memfokuskan telaah kualitas-
kualitas insani. Yakni kemampuan khusus manusia yang ada pada manusia, seperti kemampuan
abstraksi, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan diri, dan rasa estetika. Kualitas ini khas dan
tidak dimiliki oleh makhluk lain. Aliran ini juga memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki
otoritas atas kehidupannya sendiri. Asumsi ini menunjukan bahwa manusia makhluk yang sadar dan
mandiri, pelaku yang aktif yang dapat menentukan hamper segalanya.
Salah satu kelompok aliran ini adalah logoterapi yang dikembangkan oleh Viktor Frankl. Logoterapoi
mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 komponen dasar yaitu dimensi raga (somatic), dan
dimensi kejiwaan (psikis) dan dimensi neotic atau sering disebut dengan dimensi
keruhanian(spiritual). Menurut Frankl bahwa arti keruhanian ini tidak mgnacu pada agama tetapi
dimensi ini dianggap inti kemanusiaan dan merupakan sumber dari makna hidup, serta potensi dari
berbagai kemampuan dan sifat luhur manusia yang luarbiasa yang selama ini terabaikan oleh telaah
psikologi sebelumnya. Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai satu
kesatuan dari raga-jiwa-ruhani.
Manusia memiliki hasrat untuk mencari makna hidup, bila seseorang berhasil menemukan makna
hidupnya maka hidupnya akan bahagia demikian sebaliknya bila tidak menemukannya maka
hidupnya akan hampa. Dan menurut Frankl kehilangan makna hidup ini banyak dialami orang-orang
yang hidup dalam dunia modern saat ini.
Meskipun mencakup aliran-aliran intelektual yang heterogen, gerakan ini memiliki dua ciri dasar :
ketidakpuasan terhadap orientasi behavioristik yang ada dalam psikologi kontemporer, dan maksud
untuk menjadikan studi tentang manusia, tentang sifat dan keberadaanya sebagai butir utama dari
psikologi. Gerakan ini kemudian dikenal dengan nama psikologi humanistic. Psikologi humanistic
menarik perhatian karena ia merupakan gerakan yang mewarisi unsure-unsur mentalistik,
fenomenologis dan eksistensial yang oleh behaviorisme dan psikoanalisis kiabaikan atau ditolak
Tokoh-tokoh psikologi Amerika yang mempelopori pembelaan terhadap apa yang dewasa ini disebut
psikologi humanistic adalah William James (1942-1910) dan G.Stanly Hall (1844-1924). Keduanya
mencita-citakan psikologi ilmiah yang mengangkat dan memlihara manusia sebagai keseluruhan.
Mereka juga percaya bahwa psikologi perlu menyelidiki kehidupan afektif menusia yang esensial dari
manusia. Satu dasawarsa kemudian, Carl Rogers, pelopor terapi clientcentered atau non-direktif,
menerbitkan buku yang berjudul Conseling and Psychotherapy (1942), dan Abraham Maslow
menerbitkan rumusan awal bagi teorinya tentang motivasi (1943).

o Kemunculan psikologi humanistik


Psikologi humanistic lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi.
Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi moderen,
partial, tidak lengkap, dan satu sisi. Psikologi behavioristik menjadi 'mendehumanisasi', meskipun
menunjukan keberhasilan yang spektakuler dalam area-area tertentu, gagal untuk memberikan
sumbangan yang besar kepada pemahaman manusia dan kondisi eksistensinya. Dalam kenyataanya,
psikologi behavioristik itu telah merampok esensi mnusia. Para ahli psikologi humanistic
mengarahkan usahanya pada 'humanisasi' psikologi. Mereka memberikan penekanan pada
spontanitas, kendali internal, dan keunikan manusia, serta pada masalah-masalah eksistensial.
Factor lain yang memberikan andil pada kemunculan psikologi humanistic adalah keyakinan bahwa
psikologi telah terlalu lama mempelajari fungsi-fungsi manusia tetapi dengan menghilangkan
manusia itu sendiri, atau memusatkan perhatiannya pada hal-hal primer dan esensial. B. Berelson
dan G/A. Steiner dalam buku mereka yang berjudul Human Behaviour : An Inventory of Scientific
Findings (1964).
Psikologi humanistic adalah suatu gerakan prlawnan terhadap psikologi yang dominant mekanistik,
reduksionistik, atau 'psikologi robot' yang mereduksi manusia. Psikologi humanistic juga menentang
metodologi yang restriktif yang menyisihkan pengalaman batin. Para ahli psikologi yang hanya
menyetujui penolakn terhadap psikologi yang mekanomorfik dan yang menyetujui penamaan
humanistic berdasarkan pemilikan konsep tentang manusia sebagai mahkluk yang kreatif yang
dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan dari luar maupun oleh kekuatan-kekuatan tidak sadar,
melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri.

o Perkembangan psikologi humanistic


Di Inggris, John Cohen, guru besar psikologi di Universitas Menchester, menentang orientasi
psikologi yang menonjol pada zamannya, khususnya psikologi yang reduksionistik, dan menghimbau
reorientasi psikologi melalui bukunya yang berjudul Humanistic Psychology. Ia menjelaskan posisi
humanistiknya dengan mengatakan bahwa "subjek studi psikologi tidak lain adalah manusia ;
psikologi bukanlah bagian dari fisiologi. Langkah pertama kita karenanay haruslah mempelajari apa
yang khas pada manusia".
Di Jerman, Albert Wellek, bekas guru besar psikologi dan direktur Institut Psikologi Univrsitas Mainz,
secara konsisten menunjukan penekanan pada unsure-unsur humanistic dalam tulisan-tulisannya,
khususnya tulisan-tulisannya di lapangan kepribadian di mana in memberikan sumbangan-
sumbangannya yang paling besar.
Di Amerika, psikologi humanistic memperoleh dukungan pertama-tama dari para psikoterapis, para
ahli psikologi klinis dan para ahli psikologi yang menaruh perhatian pada teori kepribadian, tetapi
lambat laun ia memperoleh pengikut dari kalangan-kalangan lain, yakni kalangan-kalangan akademis
dan eksperimantal. Tesis humanistic Maslow, seperti dikatakn Maslow sendiri, tampik pertamakali
sebagai "argument di dalam keluarga para psikologi", kemudian berubah menjadi "suatu filsafat
hidup baru yang komprehensif","suatu Weltanschauung humanistic" yang menarik perhatian banyak
ahli psikologi. Penerbitan buku kumpulan karangan dengan judul Humanistic Viewpoint in
Psychology yang diedit oleh F.T.Severin, (1965), membantu psikologi humanistic melalui
konseptualisasi yang dikemukakannya. Penerbitan buku-buku lain, yakni buku-buku teks psikologi
umum maupun buku-buku tentang studi-studi khusus yang berlandaskan pada titik pandang
humanistic berlangsung pada tahun 1960-an. Pengangkatan Maslow sebagai presiden Perhimpunan
Psikologi Amerika pada tahun 1969 merupakan tanda bahwa tema-tema humanistic yang
didukungnya memperoleh pengakuan dan repek dari para ahli psikologi Amerika. Pada tahun 1970,
Perhimpunan Psikologi Amerika menyetujui pembentukan Devisi Psikologi Humanistik (devisi ke-32).
Maksudnya adalah "untuk menerapkan konsep-konsep, teori-teori, dan filsafat Psikologi Humanistik
pada penelitian, pendidikan, dan penerapan-penerapan profesionalo pada psikologi ilmiah". Carmi
Harari, seorang ahli psikologi klinis, terpilih sebagai presiden pertama ketika devisi baru ini remi
dibentuk pada tahun 1971.

o Ciri-ciri Psikologi Humanistik


Psikologi humanistic bisa dipandang, baik sebagai protes maupun sebagai suatu program baru,
bahkan sebagai suatu aliran dan system baru. Protesnya diarahkan kepada orientasi psikologi,
kepada modelo manusia dai Newton dan Darwin, dan kepada karakter mekanistik, deterministic dan
reduksionistik. Sementara baik Freudianisme maupun behaviorisme menekankan kesinambungan
manusia dengan dunia kepada ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang menjadikan manusia
unik dan berbeda dengan khewan-khewan.
Psikologi Humanistik mencatat empat ciri psikologi yang berorientasi humanistic sebagai berikut :
Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya beerfokus pada pengalaman
sebagai fenomenon primer dalam mempelajari manusia.
Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti memilih, kreativitas, menilai, dan
eralisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistik dan reduksionistik.
Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan
prosedr-prosedur penelitian yang akan digunakan, serta menentang penekanan yang berlebihan
pada objektivitas yang mengorbankan signifikasi.
Memberikan porhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat
manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu. Memang
individu sebagaimana dia menemukan dirinya sendiri serta dalam hubungannya dengan individu-
individu lain dan dengan kelompok-kelompok social.

Ciri-ciri umum:
Maslow (1969) menyebut psikologi humanistic sebagai "koalisi berbagai sempalan psikologi ke
dalam suatu filsafat tunggal". Esensi filsafat tunggal itu, sebagaimana disebutkan Maslow, berwujud
pengakuan bahwa species manusia memiliki ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang unik ;
terdapat nilai-nilai utama universal yang menjadi bagian dari alam biologis manusia, naluriah dan
tidak dipelajari ; tujuan utama segenap upaya manusia adalah realisasi diri atau aktualisasi diri -
yakni pengungkapan dan penggunaan kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan
secara penuh.

o Konsep-konsep dasar dan tujuan utama


Charlotte Buhler secara konsistin menekankan ciri-ciri psikologi humanistic berikut ini sebagai hal-hal
yang mendasar : mencoba menemukan jalan masuk ke arah studi dan pemahaman individu sebagai
keseluruhan, berhubungan erat dengan eksistensialisme yang menjadi landasan filosofisnya,
terutama dengan pengalaman intersionalitas sebagai "inti diri dan motivasi individu",. Konsep
tentang manusia yang paling sentral adalah kretivitas. Psikologi humanistic terutama relevan dan
penting bagi psikoterapi dan pendidikan.
Tujuan utama psikologi humanistic, "mendiskripsikan secara lengkap apa artinya sebagai manusia".
Meliputi pendiskripsian bakat-bakat bawaan manusia, pertumbuhan, kematangan, penurunan,
interaksi dengan lingkungan fisik dan sosialnya, lingkup dan jenis pengalamannya dan tempatnya di
alam raya.

o Penerapan-penerapan (implikasinya)
Psikologi humanistic tidak hanya menginsyafi roh manusia dan kebutuhannya untuk memuaskan diri
dan untuk menemukan makna dalam hidupnya, tetapi juga percaya bahwa masing-masing orang
adalah agen yang paling bertanggung jawab atas kehidupan dirinya sendiri. Karena itu prinsip-prinsip
psikologi humanistic memiliki implikasi-implikasi bagi etika (Kutz,1969), agama (Hammes,1971), dan
hukum (Stones,1971). Mereka berusaha menerapkan prinsip-prinsip mereka terutama pada
pendidikan, bisnis, dan psikoterapi.

Daftar Pustaka :
Misiak, Henryk and Virginia Staudt Sexton, Ph.D. 1988 .Psikologi Fenomenologi Eksistensial dan
Humanistik : Suatu Survai Historis. Bandung : PT Eresco
Purwanto, Setyo.2004. Hank Out PI : Metode-metode Perumusan Psikologi islami.(Materi Kuliah)
tidak diterbitkan

Psikologi Perilaku (Behaviour)

Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia sangat ditentukan olh kondisi lingkungan luar dan
rekayasa atau kondisioning terhadap manusia tersebut. Aliran ini menganggap bahwa manusia
adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditantukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami
oleh manusia tersebut. Pendapat ini merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh sejumlah
penelitian tentang perilaku binatang yang sebelumnya dikondisikan.
Aliran perilaku ini memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan
perilaku yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan, psikoterapi terutama dalam metode
modifikasi perilaku. Asas-asas dalam teori periolaku terangkum dalam hokum penguatan atau law of
enforcement, yakni :

a. Classical Conditioning
Suatu rangsang akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang tersebut sering diberikan
bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut. Misalnya
bel yang selalu dibunyikan mendahului pemberian makan seekor anjing lama kelamaan akan
menimbulkan air liur pada anjing itu sekalipun tidak diberikan makanan. Hal ini terjadi karena
adanya asosiasi antara kedua rangsang tersebut.
b. Law of Effect
Perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan akan cenderung diulang, sebaliknya bila
akibat-akibat yang menyakitkan akan cenderung dihentikan.
c. Operant Conditioning
Sautu pola perilaku akan menjadi mantapo apabila dengan perilaku tersebut berhasil diperoleh hal-
hal yang diinginkan oleh pelaku (penguat positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang
diinginkan (penguatan negative). Di lain pihak suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila
perilaku tersebut mngakibatkan hal-hal yang tak menyenangkan (hukuman), atau mengakibatkan
hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan).

d. Modelling
Munculnya peruahan perilaku terjadi karena proses dan penaladanan terhadap perilaku orang lain
yang disenangi (model)
Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan dengan proses belajar yaitu berubahnya
perilaku tertentu menjadi perilaku baru.

You might also like