Professional Documents
Culture Documents
Ruang lingkup berlakunya undang-undang pidana suatu Negara antara lain dapat
kita jumpai dalam pasal-pasal 2,3,4,5,6,7,8 dan 9 KUHP. Diberlakukan lex loci deliciti-
atau undang-undang yang berlaku di tempat tindak pidana itu telah dilakukan –
terhadap pelakunya, telah dikenal orang sejak abad kesembilan. Sejak abad tersebut
diberlakukannya undang-undang pidana suatu Negara, baik terhadap warga negaranya
sendiri maupun terhadap orang-orang asing yang diketahui telah melakukan suatu tindak
pidana di dalam wilayahnya, ataupun diberlakukannya undang-undang pidana suatu
Negara asing terhadap orang-orang yang sesungguhnya bukan warga Negara tersebut,
sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang asing lagi dalam praktek seperti yang tercatat
di dalam sejarah hukum pidana.
Di dalam doktrin dikenal beberapa asas yang biasanya juga disebut sebagai “asas-
asas tentang berlakunya undang-undang pidana menurut tempat” ataupun yang dalam
bahasa Belanda disebut “de beginselen van de werking der strafwet naar de plaats”. Asas-
asas tersebut adalah:
Yang terpokok dalam asas teritorialitas adalah tentang wilayah atau teritoir dalam
hubungannya dengan berlakunya undang-undang hukum pidana. Dengan perkataan lain
yang diutamakan ialah batas-batas teritorir di mana undang-undang hukum pidana
tersebut berlaku. Tetapi bilamana dihubungkan dengan petindaknya, dalam hal ini yang
menjadi permasalahan adalah batas-batas wilayah tempat petindak melakukan
tindakannya, atau batas-batas wilayah di mana tindak pidana terjadi.
Pada pasal 2 KUHP berbunyi: “Ketentuan pidana dalam undang-undang
Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan suatu tindak pidana di wilayah
Indonesia “. Jika rumusan ini dihubungkan dengan uraian di atas, maka akan diperoleh
data sebagai berikut: pertama: undang-undang (ketentuan pidana) Indonesia berlaku di
wilayah Indonesia; kedua: orang/pelaku berada di Indonesia; ketiga: suatu tindak pidana
terjadi di wilayah Indonesia.
2) Asas personalitas
Yang terpokok dalam asas Personalitas adalah orang, person. Dalam hal ini
berlakunya hukum pidana dikaitkan dengan orangnya, tanpa mempersoalkan di mana
orang itu berada, yaitu di dalam ataupun di luar wilayah Negara Indonesia.
Pada dasarnya orang yang dikaitkan itu adalah warga Negara dari Negara yang
bersangkutan, dalam hal ini warga Negara Indonesia dimanapun ia berada. Sudah tentu
hal seperti ini akan melanggar kedaulatan Negara asing. Dalam KUHP Indonesia
ternyata asas ini digunakan dalam batas-batas tertentu, yaitu pada umumnya dalam hal
yang berhubungan dengan:
Selain diatur dalam pasal 5 dan 6 KUHP, asas personalitas mengalami perluasan
berlakunya bagi pejabat R.I di luar negeri yaitu pada pasal 7 KUHP yang berbunyi:
ketentuan pidana dalam undang-undang Indonesia berlaku bagi pejabat Indonesia, yang
diluar Indonesia melakukan kejahatan-kejahatan tersebut dalam Bab XXVIII Buku
Kedua. Pasal ini telah memperluas berlakunya asas personalitas, yaitu bahwa walaupun
pejabat Indonesia itu pada umumnya adalah berkewarganegaraan Indonesia, tetapi tidak
kurang banyaknya yang berkewarganegaraan asing, terutama di kedutaan-kedutaan R.I,
Konsulat R.I atau yang ditunjuk mewakili R.I dala perserikatan-perserikatan
Intremasional.
3) Asas perlindungan
4) Asas Universalitas
3. Apakah hubungan antara yurisdiksi hukum pidana dengan tempat terjadinya tindak
pidana?
4. Menurut hukum pidana Indonesia, Negara manakah yang berhak mengadili kasus
tersebut di atas?