You are on page 1of 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Reaksi–reaksi yang berjalan sangat cepat dapat dipelajari
secara kinetik, seperti reaksi ion atau pembakaran. Akan tetapi
reaksi yang sangat lambat seperti perkaratan tidak dapat
dipelajari secara kinematik (Sukardjo,1997).

Sedangkan laju reaksi sendiri didefinisikan sebagai


perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam suatu
satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu reaksi atau laju bertambahnya
konsentrasi suatu reaksi atau dapat juga didefinisikan sebagai
banyaknya mol zat per liter (untuk gas/larutan) yang berubah
menjadi zat lain dalam satu satuan waktu.

Konsep laju reaksi dapat dirumuskan:


ΔC
r = ΔT
Keterangan: r = Laju reaksi (m/s)
ΔC = Perubahan konsentrasi (m)
Δt = Perubahan waktu (s)
Dari konsep laju reaksi di atas dapat dilihat bahwa:

1. Kecepatan atau laju reaksi sebanding dengan perubahan


konsentrasi
r ¿ dC
“Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi akan semakin
besar apabila perubahan konsentrasi juga semakin
besar, dan begitu pula sebaliknya”
(Samuel H. Maron and Jerome B. Lando,1974).

II- 1
II-2

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2. Kecepatan laju reaksi berbanding terbalik dengan
perubahan waktu
1
r= dt
“Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi akan semakin
besar apabila perubahan waktunya semakin kecil dan
begitu pula sebaliknya”
Suatu kecepatan reaksi akan semakin besar nilainya
apabila semakin besar pula konsentrasi dari pereaksinya, begitu
pula sebaliknya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pereaksilah
yang mempengaruhi laju reaksi konsentrasinya bukan
konsentrasi produk. Sehingga laju reaksi akan berbanding lurus
dengan konsentrasi.
Rumus: r = k [A]m [B]n

Keterangan: r = Laju reaksi


k = Konstanta / tetapan laju reaksi
m = orde reaksi zat A
n = orde reaksi zat B

Dalam reaksi kimia, konsentrasi pereaksi (zat-zat yang


bereaksi) semakin lama akan semakin bertambah. Hal ini dapat
diuraikan seperti reaksi di bawah ini:
pA + qB → rC + sD
Grafik laju reaksi untuk reaksi tersebut:

Laju
(m/s)

Konsentrasi ( M )
Grafik II.1 Laju reaksi

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II - 3

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Rumusan laju perubahan konsentrasi pereaksi adalah:
-rA = - ΔCA = - dCA rB = ΔCB = dCB
Δt dt Δt dt

Keterangan: VA,VB = laju perubahan konsentrasi pereaksi


(-) = pegurangan konsentrasi

- rC = ΔCA = dCC rD = ΔCD = dCD


Δt dt Δt dt
Keterangan: rC, rD = laju reaksi perubahan konsentrasi hasil reaksi
(+) = perubahan konsentrasi
(Samuel H. Maron and Jerome B. Lando).

HUBUNGAN LAJU REAKSI DENGAN KOEFISIEN REAKSI


Dalam hal ini, antara laju perubahan konsentrasi suatu
substansi dalam suatu reaksi kimia dangan perubahan
konsentrasi substannsi yang bersangkutan mempunyai
perbandingan yang lurus / sebanding. Dalam studi mengenai
stokiometri, maka perbandingan mol reaktan (pereaksi) atau
jumlah mol produk (hasil reaksi) ialah sesuai dangan
perbandingan koefisien-koefisien reaksinya. Sehingga
perbandingan lurus juga terjadi antara laju reaksi suatu zat
dengan perbandingan koefisien reaksi zat tersebut.

Pada reaksi berikut:


P + bQ ---------> cR + dS

Maka perbandingan kecepatan reaksinya dengan


perbandingan koefisien reaksi, yaitu:
rA : rQ : rR : rS = a : b : c :d
Beberapa perubahan yang menyertai reaksi yang dapat
diamati untuk mengikuti berlangsungnya laju reaksi:
1. Perubahan warna
2. Terbentuknya eandapan

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II-4

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
3. Perubahan volume dan tekanan (untuk reaksi gas)
4. Perubahan konsentrasi, dan sebagainya.

HUKUM LAJU REAKSI KIMIA


Hukum laju atau persamaan laju merupakan persamaan
matematis yang menyatakan laju reaksi beberapa reaksi.
Sebagaimana yang kita ketahui pada pernyataan berikut:
r = k [A]m [B]n
Maka lambang [A], [B] menunjukan konsentrasi molar. Pangkat
m dan m merupakan angka-angka bulat yang kecil, meski dalam
beberapa kasus dapat berupa pecahan positif dan negatif. Hal
yang penting untuk diingat adalah bahwa tidak ada hubungan
antara pangkat m, n dengan koefisien reaksi a, b jika dalam
beberapa kondisi keduanya identik (m = a, atau n = b) kondisi
tersebut hanyalah suatu kebetulan, dan tidak dapat diharapkan.
Kebenaran hukum laju reaksi untuk pertama kalinya
dikenali oleh matematikawan Norwegia, Cato Guldberg, dan
saudara iparnya, Peter Waage, seorang ahli kimia. Pada tahun
1805 mereka menyatakan bahwa daya atau laju reaksi kimia
adalah sama dengan hasil kali massa aktif (konsentrasi pereaksi-
pereaksi dan koefisien afinitas (tetapan / konstanta kecepatan),
dengan setiap massa aktif mengikat sampai daya tertentu.
Selanjutnya, mereka yakin sepenuhnya bahwa daya tertentu
tersebut tidaklah harus berupa angka-angka bulat dan tidak
dapat disimpulkan dari persamaan reaksinya. Rumusan oleh
Guldberg dan Waage tersebut dikenal dengan hukum Aksi
Massa.
ORDE SUATU REAKSI
Definisi orde reaksi disini ialah suatu bilangan pangkat
konsentrasi pada persamaan laju reaksi. Orde reaksi dapat
berupa bilangan bulat positif, nol, atau bilangan pecahan. Pada
umumnya suatu reaksi kimia memiliki orde reaksi berupa
bilangan bulat positif. Orde reaksi menyatakan suatu bentuk
matematis dimana hasil percobaan dapat ditunjukan. Ia dapat

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II - 5

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
dihitung secara eksperimen laju reaksi dan hanya dapat
diramalkan apabila suatu mekanisme reaksi diketahui pada
seluruh percobaan yang nantinya dapat ditentukan sebagai
jumlah dari eksponen untuk masing-masing reaktan. Sehingga,
dasar perhitungan dari kecepatan laju reaksi adalah
memperbandingkan data laju reaksi yang diketahui apabila ada
data yang sama maka dibandingkan dengan data yang sudah
sama terlebih dahulu.
Cara menentukan orde reaksi :

1. Jika tahap – tahap reaksi diketahui, maka orde reaksi


terhadap masing - masing zat adalah koefisien tahap yang
paling lambat.
2. Sebagian besar reaksi –reaksi sukar diamati tahap –
tahapnya, sehingga orde reaksi terhadap suatu zat
ditentukan melalui eksperimen.

Sedangkan gabungan antara kedua orde reaksi tersebut


(n+m) dinamakan sebagai tingkat reaksi total / tingkat
reaksi.Dasar perhitungan orde suatu reaksi diperoleh dari hasil
percobaan dengan membandingkan data laju reaksi. Namun bila
ada data yang sama, maka dibandingkan data yang sama terlebih
dahulu.

Macam-macam Orde Reaksi:


1. Reaksi Orde Nol
Adalah reaksi-reaksi yang laju reaksinya tidak tergantung
pada konsentrasi asam. Dimana, harga satuan k (konstanta)
adalah sama dangan nol. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:
- d (A) = k Dimana k adalah konstanta laju orde nol
dt
Contoh dari reaksi orde ini:
CH3COCCH3 + H2O → CH3COOH + CH3OH
Maka, persamaan laju reaksinya adalah:

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II-6

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
r = k (CH3COOH) (H2O)0
Grafiknya:
Laju ( m / s )

Konsentrasi ( M )
Grafik II.2 Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi
(Samuel H. Maron and Jerome B. Lando).

2. Reaksi Orde Satu


Adalah reaksi yang lajunya berbanding langsung dengan
konsentrasi reaktan (pereaksi). Dapat dituliskan sebagai berikut:
- d (C) = k (C)
dt
Contoh reaksi orde ini:
2N2H5 → 4NO2 + O2 , V = k (N2O5)
2H2O → 2H2O + O2 , V = k (H2O2)
SO2Cl2 → SO2 + Cl2 , V = k (SO2CL2)
Grafik reaksi orde satu:
Laju ( m / s )

Konsentrasi ( M )
Grafik II.3 Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi pada
orde satu.
Bila konsentrasi A meningkat, maka V juga akan meningkat
secara linier (Samuel H. Maron and Jerome B. Lando).

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II - 7

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
3. Reaksi Orde Dua
Adalah reaksi-reaksi yang laju reaksinya berbanding
langsung dengan kuadrat konsentrasi dari satu reaktan atau
dengan hasil kali konsentrasi yang meningkat sampai pangkat
satu atau dua dari reaktan-reaktan tersebut.
aA + bB → produk
dimana a b dan (A0) (B0) persamaan laju diferensial adalah

1 d(A) = 1 d(B) = k (A) (B)


a dt b dt
konstanta laju (k) dapat kita hitung dari kemiringan dan
konsentrasi awal reaktan di intercept.
Contoh reaksi ini:

NO + O3 → NO2 + O2
2NO2 → 2NO + O2
Grafik orde ini:
Laju ( m / s )

Konsentrasi ( M )
Grafik II.4 Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi pada
orde dua.
Apabila konsentrasi A meningkat, maka v meningkat secara
parabola (Samuel H. Maron and Jerome B. Lando).

4. Orde Reaksi Tiga


Dalam reaksi orde tiga dapat dilihat dalam tiga hal yang
berbeda, yakni:

a. Kasus I:

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II-8

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Laju berbanding langsung dengan pangkat 3
konsentrasi dari suatu reaktan, yaitu:
3R → P
- d (R) = k [R]3
dt

b. Kasus II:
Laju sebanding dengan kuadrat konsentrasi dari
reaktan dan pangkat satu dari konsentrasi reaktan
kedua, yaitu:

- d (R2) = k [R1]2 [R2]


dt
c. Kasus III :
Laju sebanding dengan hasil kali konsentrasi ke-3
reaktan, yaitu:

- d (R1) = k [R3] [R2] [R3]


dt

5. Reaksi Orde Semu


Pada reaksi ini konsentrasi satu atau lebih dari satu
reaktan melebihi konsentrasi reaktan lainnya, atau salah satu
reaktan bekerja sebagai katalis, karena konsentrasi dari jenis-
jenis ini hampir tetap sama dan dapat dianggap konstan maka
orde reaksi akan berkurang, misalnya hidrolisis dari beberapa
ester yang dikatalis oleh beberapa asam adalah:
RCOOR` + H2O → RCOOH + R`OH
Orde dari reaksi tersebut adalah bernilai satu apabila air dalam
keadaan surplus (berlebihan).
Konstanta laju adalah suatu laju reaksi jika konsentrasi
dari masing-masing jenis adalah satu-satunya tergantung pada
reaksi (Samuel H. Maron and Jerome B. Lando).

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II - 9

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Dalam lingkup laju reaksi ini dikenal dikenal
molekularitas, yaitu jumlah molekul pereaksi yang ikut terlibat
dalam reaksi. Orde dan molekularitas dari suatu tahap dasar
adalah sama. Misalnya molekularitas dari masing-masing reaksi
dasr yang telah disebutkan di atas memiliki molekularitas dua,
dan itu juga merupakan suatu reaksi kompleks tetapi untuk
reaksi tersebut ordenya satu.
Jumlah molekul yang konsentrasinya menentukan
kecepatan reaksi dinamakan tingkat reaksi molekularitas dan
untuk tiap tingkat reaksi itu tidaklah selalu sama. Hal ini
disebabkan:
a. Tingkat reaksi tergantung dari mekenisme reaksinya
b. Molekularitas merupakan bilangan bulat, sedangkan
tingkat energi dapat berupa bentuk pecahan bahkan
nol.
Contoh:
N2O5 -------> N2O4 (Reaksi tingkat I, unimolekuler)
2HI ------> H2 + I2 (Reaksi tingkat II, bimolekuler)
2NO + I2 ------> 2NO2 (Reaksi tingkat III, termokuler)
Ester + air -----> alcohol (Reaksi tingkat I, bimolekuler)
H2 -------> 2H (Reaksi cepat)
H2 + D2 -------> HD + D (Reaksi lambat)

Apabila tidak disebutkan lain, maka dapat dianggap


bahwa tingkat dan molekularitas reaksi selalu sama.
Setiapreaksi yang merupakan proses satu tahap disebut
reaksi dasar. Misalnya:
H + Cl2 --------> HCl + Cl
NO2 + NO3 --------> N2O5
Suatu kumpulan dari reaksi-reaksi dasar yang
memberikan produk yang dibutuhkan / menguraikan mekanisme
suatu reaksi disebut reaksi kompleks. Misalnya pada reaksi:
2N2O5 ---------> 4NO2 + O2
Hal ini dapat ditulis dalam batasan-batasan sebagai berikut:

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II-10

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
N2O5 --------> NO2 + NO3
NO2 + NO3 --------> NO2 + O2 + NO
NO + N2O5 --------> 3NO2
Reaksi kompleks merupakan kombinasi dari beberapa
reaksi dasar karena mungkin reaktan (pereaksi) yang sama atau
produk yang terbentuk dalam suatu reaksi akan bereaksi kembali
pada reaksi berikutnya. Jika persamaan diferensial melibatkan
laju pembentukan, maka pada sisi kanan persamaan tersebut
akan bertambah (+) untuk bahasan-bahasan yang melibatkan
pembentukan dan bertanda negative (-) untuk penghilangan
jenis-jenis tertentu.
Misalnya:
Persamaan laju untuk penghilangan jenis A, B, C, D dalam bentuk
diferensial:
 A + B -------> C + D
 C + D ---------> A + B
 C + B --------> E + D
 2D -------> k
Kereaktifan A dihilangkan dalam tahap I dan dibentuk lagi dalam
tahap II, sehingga
- d (A) = k [C] [D]
Dt

Reaktan B dihilangkan dalam tahap II, sehingga


- d (B) = k [A] [B] - k [C] [D] + k [C] [B]
dt
Begitu pula untuk reaktan jenis C dan D

- d (C) = k [C] [D] + k [C] [B]* - k [A] [B]


dt
- D (D) = k [C] [D] – k [A] [B] – k [C] [B] + 2k [D)

Menurut hukum Kegiatan Massa, maka kecepatan reaksi pada T


tetap berbanding lurus dengan konsentrasi pangkat –

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II - 11

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
pangkatnya & masing – masing berpangkat sebanyak molekul
dalam persamaan reaksi.

1. Reaksi Paralel
Dalam reaksi jenis ini pereaksi yang sama dapat
bereaksi dengan pereaksi lainnya dalam cara yang
berbeda untuk membentuk produk yang berbeda. Laju
pilihan dari tiap reaksi bisa bervariasi dengan
berubahnya temperature atau katalis.
2. Reaksi Rantai
Reaksi tersebut merupakan reaksi yang sangat
cepat di mana terjadi bertingkat dan diawali dengan
proses primer tertentu.

Contoh :
Reaksi H2 + Br2
- reaksi permulaan : Br2  Br + Br
Br + H  HBr (lambat)
- reaksi propagasi : H + Br2  HBr + Br
- reaksi pemberhentian : Br + Br  Br2
pada reaksi H2 + Cl2, reaksi awal disebabkan oleh atom Br atau Cl,
yang diperoleh karena reaksi dengan sinar uap logam, seperti Na.
Pada reaksi – reaksi lain, disebabkan oleh adanya radikal –
radikal seperti CH3, C2H3, CH3CO, dan sebagainya.
Katalisator Negatif, misal :

CH4 + Cl2  CH3Cl + HCl


Na2SO3 + ½ O2  Na2SO4
Kedua hal tersebut disebabkan karena zat tersebut memecah
reaksi rantai.
(http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-
content/uploads/2010/03/D16%20_siti%20umi_.pdf)

CARA MENENTUKAN KONSTANTA LAJU DAN ORDE REAKSI

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II-12

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
a. Metode Integral
Adalah merupakan suatu metode trial ddm error (empiris),
yaitu perubahan konsentrasi dengan waktu yang diukur. Orde
reaksi akan diperoleh dari persamaan yang memberikan harga
yang konsisten. Hal ini dapat dikerjakan secara analitis atau
secara grafik.
b. Metode Differnsial
Pada metode kedua ini, data tidak dikumpulkan dalam
bentuk konsentrasi terhadap waktu, tetapi dinyatakan sebagai
laju perubahan konsentrasi waktu terhadap konsentrasi reaktan.
c. Metode Paruh Waktu
Definisi dari Paruh Waktu ialah waktu yang diperlukan
apabila separuh konsentrasi dari suatu reaktan yang digunakan.
Metode ini membutuhkan penentuan watu paruh sebagai suatu
fungsi konsentrasi. Jika waktu paruh tersebut tidak tergantung
pada konsentrasi maka orde reaksi adalah satu.
d. Metode Relaksasi
Metode ini digunakan untuk mengkaji reaksi – reaksi yang
cepat. Dalam metode – metode ini, campuran reaktan diganggu
sedikit – sedikit dari posisi keseimbangan dengan bantuan
lompatan temperature, lompatan tekanan, atau metode pulsa
elektrik. Sistem yang diganggu tersebut kembali.
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas-
1/konsentrasi-dan-kecepatan-reaksi/)

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI


A) Sifat suatu zat
Sifat ini berhubungan dengan wujud, masa molekul
relative dan bentuk partikel. Hal ini meliputi:
1. Wujud zat
Suatu senyawa yang berwujud gas akan lebih cepat
bereaksi daripada senyawa yang berwujud cair atau
padatan. Begitu pula untuk senyawa yang berwujud cair,
akan lebih cepat bereaksi daripada yang berwujud

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II - 13

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
padatan. Hal ini berkaitan dengan kerapatan molekul zat
tersebut. Wujud reaktan sangat mempengaruhi laju
reaksinya, meskipun sifat-sifat lain yang dimiliki oleh zat
tersebut juga ikut menentukan. Hal ini disebabkan oleh
sifat-sifat tersebut.
2. Massa molekul relatif
Senyawa yang mempunyai harga Mr kecil lebih ringan
dari yang memiliki harga Mr besar, sehingga
mengakibatkan laju reaksi senyawa yang memilki Mr
kecil lebih cepat dari senyawa yang memiliki Mr besar.
3. Bentuk Partikel
Pada keadaan sebagai larutan dalam air, partikel yang
berbentuk ion (senyawa elektrolit), biasanya akan lebih
cepat bereaksi daripada partikel yang berbentuk
molekul (senyawa non-elektrolit), karena dalam bentuk
ion akan terjadi suatu gaya tarik elektrostatika antar
muatan yang berbeda.

B) Konsentrasi
Apabila kita memperhatikan rumus kecepatan reaksi,
nampak bahwa konsentrasi berbanding lurus dangan
kecepatan reaksi akan semakin besar pula. Konsentrasi yang
besar menunjukan banyaknya jumlah partikel, sehingga
proses tumbukan antar partikel semakin sering dan laju reaksi
semakin besar.

C) Luas permukaan zat


Luas permukaan zat berhubungan dengan bidang sentuh
zat tersebut. Misalkan 100 gram yang berupa kristal-kristal
kecil, memiliki luas permukaan lebih besar daripada 100
gram gula batu yang berupa bongkahan besar.
Akibatnya, apabila masing-masing gula tersebut
dilarutkan dalam air yang bervolume sama, maka gula pasir
lebih mudah larut daripada gula batu. Ini dikarenakan luas

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II-14

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
bidang sentuh gula pasir dengan air lebih luas daripada luas
bidang sentuh gula batu. Maka dapat disimpulkan bahwa
semakin kecil ukuran suatu zat / partikel, maka semakin kecil
luas bidang sentuhnya.

D) Pengaruh suhu
Peningkatan laju reaksinya salah satunya juga
diakibatkan oleh adanya peningkatan suhu. Apabila suatu
zat dipanaskan, maka partikel-partikel zat tersebut
melakukan proses penyerapan energi panas, sehingga energi
kinetiknya bertambah. Adanya pertambahan energi ini
menyebabkan pergerakan partikel menjadi lebih cepat dan
lebih banyak jumlah muatan partikel yang bertumbukan,
sehingga laju reaksi bertambah besar.

E) Pengaruh katalis
Definisi katalis adalah suatu zat yang dapat
mempercepat laju reaksi. Jenis katalis yang dapat
memperlambat laju reaksi dinamakan inhibitor. Cara katalis
mempercepat laju reaksi ialah dengan menurunkan energi
aktivasi sehingga komplek teraktivasi lebih cepat terbentuk.
Dengan demikian reaksi menjadi lebih cepat. Mekanisme
kerja katalis :
1) Katalis sebagai zat perantara
Suatu katalisator dapat bertindak sebagai substansi-
substansi pereaksi.
2) Katalis sebagai zat pengikat.
Katalis logam permukaannya memiliki kemampuan untuk
mengikat zat yang akan bereaksi sehingga membentuk
spesi yang aktif.
(Sukardjo,1997).

JENIS-JENIS KATALIS

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II - 15

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Berdasarkan wujud reaktan dengan wujud katalis ada 2
katalis, yaitu katalis homogen dan katalis heterogen. Didalam
katalis heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda
dengan reaktan umumnya katalisator heterogen berupa zat
padat. Banyak industri yang menggunakan katalisator heterogen,
sehingga proses dapat berlangsung lebih cepat dan biaya
produksi dapat dikurangi. Banyak logam yang dapat mengikat
cukup banyak molekul-molekul gas pada permukaannya,
misalnya Ni, Pt, Pd dan V. Gaya tarik menarik antar atom logam
dengan molekul gas yang teradsopsi pada permukaan logam ini
menjadi lebih reaktif daripada molekul gas yang tidak
terabsorbsi. Prinsip ini adalah kerja dari katalis heterogen, yang
banyak dimanfaatkan untuk mengkatalis reaksi-reaksi gas.
Sedangkan dalam katalis homogen, katalis berada dalam fase
yang sama dengan reaktan.contohnya adalah besi (III) klorida
pada reaksi penguraian hidrogen peroksida menjadi air dan gas
oksigen menurut persamaan :
2H2O(l) + FeCl → 2 H2O(l) + O2(g)
Jika kita melihat suatu campuran dan dapat melihat
suatu batas antara 2 komponen, dua komponen tersebut berada
dalam fase yang berbeda. Campuran antara padat dan cair erdiri
dari dua fase. Campuran antara beberapa senyawa kimia dalam
satu larutan terdiri dari satu fase karena kita tidak dapat melihat
batas antara senyawa-senyawa kimia tersebut.
Fase berbeda dengan istilah keadaan fisik (padat, cair dan gas).
Fase dapat juga meliputi padat, cair dan gas akan tetapi lebih
sedikit meluas fase juga dapat diterapkan dalam dua zat cair
dimana keduanya tidak saling melarutkan (contoh minyak dan
air).
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas-
1/konsentrasi-dan-kecepatan-reaksi/)

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II-16

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
ENERGI AKTIVASI
Tumbukan-tumbukan akan menghasilkan reaksi jika
partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang cukup untuk
memulai suatu reaksi. Energi minimum yang diperlukan disebut
dengan reaksii aktivasi energi. Kita dapat menggambarkan
keadaan dari energi aktivasi pada distribusi.
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas-
1/konsentrasi-dan-kecepatan-reaksi/)

MENGUKUR LAJU REAKSI


Ada beberapa cara untuk mengukur laju dari suatu
reaksi. Sebagai contoh, jika gas dilepaskan dalam suatu reaksi,
kita dapat mengukurnya dengan menghitung volume gas yang
dilepaskan per menit pada waktu tertentu selama reaksi
berlangsung.
Definisi laju ini dapat diukur dengan satuan cm 3s-1. Bagaimana
pun untuk lebih sistematis dalam menentukan laju reaksi laju
biasanya diukur dengan melihat berapa cepat konsentrasi
reaktan berkurang dalam waktu tertentu.
Sebagai contoh, andaikan kita memiliki suatu reaksi
antara dua senyawa A dan B. Setidaknya salah satu mereka
merupakan zat yang bisa diukur konsentrasinya misal dalam
bentuk larutan ataudalam bentuk gas. Untuk reaksi ini kita dapat
mengukur laju reaksi dengan menyelidiki berapa cepat
konsentrasi, katakan A, berkurang per detik. Konsentrasi
berkurang dengan laju 0,0040 mol dm -3s-1. Hal ini berarti tiap
detik konsetrasi A berkurang 0,0040 mol per desimeter kubik.
Laju ini akan meningkat seiring reaksi dari A berlangsung.

Jika dalam melakukan percobaan untuk menyelidiki apa yang


terjadi dengan laju reaksi dimana konsentrasi dari suatu reaktan
A berubah :
 Kemungkinan laju reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi A

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II - 17

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi A
dengan faktor 4 laju reaksi pun akan menjadi 4 kali lipat.
 Kemungkinan laju reaksi berbanding terbalik dengan
konsentrasi A
Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi A laju reaksi
akan berlipat menjadi 4 (22). Jika konsentrasi dari dari A
ditingkatkan tiga kali lipat, laju reaksi akan bertambah menjadi 9
kali lipat (32).
Dengan melakukan percobaan dengan melibatkan reaksi antara
A dan B, kita akan mendapatkan bahwa lau reaksi berhubungan
dengan konsentrasi A dan B.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Laju_reaksi)

KETETAPAN LAJU REAKSI


Ketetapan laju sebenarnya tidak benar-benar konstan.
Konstanta ini berubah, sebagai contoh, jika kita mengubah
temperatur dari reaksi, menambhkan katalis atau merubah
katalis.
Tetapan laju akan konstan untuk reaksi yang diberikan hanya
apabila kita mengganti konsentrasi dari reaksi tersebut. Maka
akan mendapatkan efek dari perubahan suhu dan katalis pada
laju konstanta.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Laju_reaksi)

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II-18

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
II. 2 Aplikasi Industri
Penentuan kecepatan adsorbsi boron dalam larutan zirkonium
dengan zeolit
Abstraksi
Proses penentuan dilakukan tanpa pengaduka dengan
mengamati kandungan boron dalam larutan umpan campuran
zirconium – boron ,sebelum dan sesudah pemasukan
zeolit.variabel yang dipelajari adalah suhu operasi (T),diameter
butir zeolit (d),dan massa larutan (r).hasil pengamatan
menunjukkan bahwa kenaikan rasio massa zeolit terhadap massa
larutan menyebabkan kenaikan jumlah boron yang terserap.
Sedangkan kenaikan suhu operasi dan diameter butir zeolit
menyebabkan penurunan jumlah boron yang terserap.
Pendahuluan
Di alam unsure zirconium ditemukan dalam bentuk silikat
pada mineral zircon dan sebagai oksida pada mineral
baddeleyite,berdasarkan penelitian simbolon tentang zirconium
oksida didapatkan hasil bahwa zirconium oksida mengandung
unsure kadmium,boron,silikat,dan krom
Boron mempunyai titik leleh tinggi dan konduktivitasnya
elektrikalnya rendah,sehingga B menjadi bahan yang penting
dalam refraktori.hal ini yang menjadikan zirconium dimanfaatkan
sebagai bahan refraktori
Zeolit merupakan material berpori yang Zeolit penggunaannya
sangat luas. Kegunaan zeolitdidasarkan atas kemampuannya
melakukanpertukaran ion (ion excangher), adsorpsi
(adsorption) dan katalisator (catalyst).
Adsorpsi suatu zat pada permukaan adsorben bergantung pada
beberapa faktor dan memiliki pola isoterm adsorpsi tertentu.
Untuk proses adsorpsi yang terjadi dalam larutan, jumlah zat
yang teradsorpsi bergantung pada : (1) jenis adsorben, (2) jenis
adsorbat atau zat yang teradsorpsi, (3) luas permukaan
adsorben, (4) konsentrasi zat terlarut, dan (5) temperatur.

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II - 19

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Metode penelitian
1.bahan dan peralatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : bahan
ZrOCl2.8H2O sebagai bahan
baku, bahan pendukung H3BO3, larutan standar EDTA, indikator
xylenol orange, bahan adsorben zeolit, aquades, film dan
fixer.Peralatan yang digunakan dalampenelitian ini antara lain :
Peralatan pokok : waterbath (shakerbath), kompor pemanasan,
termometer, oven dan lampu pemanas, ayakan, neraca analitik
Denver & Sartorius 2405. Peralatan pendukung yang dipakai
adalah unit analizer Spektrografi Emisi Jarrel_ash tipe 3,4 M,
Densitometer Jarrel-Ash atau Mikrofotometer, pelindung telinga,
lumping porselen, pipet ukur, pipet volume dan pipet mikro.
2.cara kerja
Cara Kerja
a. Aktivasi zeolit
1. Zeolit digerus dan diayak hingga memperoleh ukuran butir
yang diinginkan kemudian ditimbang dengan jumlah tertentu.
2. Zeolit kemudian dicuci dengan aquades dan dikeringkan dalam
oven pada suhu 110-
120°C selama 2 jam.
3. Setelah itu zeolit dimasukkan ke dalam larutan NH4Cl 1N
dengan perbandingan 1 gram zeolit dalam 10 ml larutan dan
direndam = 48 jam.
4. Zeolit tersebut kemudian disaring dan dicuci dengan aquades
sampai netral, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 110-120°C
selama 3 jam.
5. Zeolit ini telah aktif dan siap digunakan.
b. Variasi suhu operasi
1. Larutan Zr-B yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer, lalu dipanaskan dalam waterbath pada suhu
tertentu.
2. Setelah suhu larutan Zr-B yang diinginkan tercapai 2,5 gram
zeolit dimasukkan ke dalamnya kemudian stopwatch dihidupkan.

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


II-20

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
3. Larutan Zr-B dalam waterbath diambil setiap 15, 30, 45, dan
75 menit.
4. Larutan sampel dianalisis kadar boronnya menggunakan
spektrografi emisi.
5. Percobaan (1 - 4) diulangi dengan variasi T= 30°C, 50°C, 60°C,
dan 70°C.
c. Variasi ukuran butir
Percobaan b. diulangi dengan kondisi operasi pada suhu 303 K
dan ratio berat zeolit terhadap berat larutan 0,0836, sedangkan
untuk parameter ukuran butir zeolit divariasi yaitu tipe A untuk
ukuran -16+30 mesh (661,877 μm),n tipe B untuk ukuran -30 +
50 mesh (572,963 μm), tipe C untuk ukuran -50+70 mesh
(473,319 μm), dan tipe D ukuran -80+120 mesh (225,265 μm).

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

You might also like