You are on page 1of 165

Komunikasi Kontemporer

Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

KOMUNIKASI
KONTEMPORER
Strategi, Konsepsi, dan Sejarah

Gud Reacht Hayat Padje

Diterbitkan untuk Kalangan Sendiri


UNIVERSITAS PGRI NTT
KUPANG
2008

1
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Daftar Isi

Bab 1. Pendahuluan 1
A. Definisi komunikasi 1
B. Tujuan Mempelajari Ilmu Komunikasi 3
C. Fungsi Komunikasi 4
D. Tujuan Komunikasi 9

Bab II Sejarah dan Perkembangan Ilmu Komunikasi 12


A. Sejarah Ilmu Komunikasi 12

Bab III Paradigma dan Teori Komunikasi 22


A. Paradigma Komunikasi 22
1. Multi Paradigma 22
2. Paradigma Lama dan Baru 26
3. Paradigma Mekanistis 30
A. Teori Komunikasi 30
1. Perubahan Teori Komunikasi 32
2. Kerangka Teori Komunikasi 34
 Teori Perbedaan-Perbedaan Individu 35
 Teori Kategori Sosial 36
 Teori Hubungan Sosial 37
 Teori Norma-norma Budaya 39

Bab IV Hakekat Komunikasi 42


A. Ilmu Komunikasi 42
B. Pengertian Ilmu Komunikasi 45
1. Perspektif Epistimologi 45
2. Perspektif Terminologi 53
3. Perspektif Paradigmatis 54
C. Obyek Kajian Ilmu Komunikasi 56

Bab V Aspek Komunikasi 59


a. Source (Sumber) 59
b. Comunikator (Penyampai Pesan) 59
c. Massage (Pesan) 61
d. Chanel (Saluran) 65

2
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

e. Comunikan (Penerima Pesan) 66


f. Effect (Hasil) 68
g. Umpan Balik 70

Bab VI Proses Komunikasi 72


A. Proses Komunikasi Primer 77
B. Proses Komunikasi Skunder 79
C. Unsur-unsur Dalam Proses komunikasi 81
D. Proses Komunikasi Edwin B. Flippo 82
1. Simbol Komunikasi Kata-kata 82
2. Simbol Komunikasi Tindakan 86
3. Simbol Komunikasi Gambar 87
4. Simbul Komunikasi Angka 88
5. Mendengarkan 89
6. Membaca 93
E. Proses Komunikasi Stephen P Robins 94
1. William b. Werther, jr., ph.d. Dan keith davis, phd
97
2. Harold koontz, cyril o`donnel dan heinz weihrich
98
3. Elmer h. Burack dan nicholas j. Mathys 100
4. Claude e. Shannon dan warren weaver 101
F. Umpan Balik
104
1. Herbert j. Chruden dan arthur w. Sherman, jr 105
2. Herbert g. Hicks dan c. Ray gullet 106
3. David r. Hampton 106
4. Arun monappa dan mirza s. Saiyadain 108

Bab VII. Jaring Komunikasi 109


A. Jaring Komunikasi DC. Feldman dan Hugh J A. 110
B. Jaring Komunikasi Stephen P. Robbins 113
1. Lima Jaringan Umum 113
2. Efaluasi Keefektifan Jaringan 115
3. SuatuJjaringanIinformal: Grapevine 115
4. James A. F. Stoner dan Charles Wankel 116
5. Elmer H. Burack dan Nicholas J. Mathys 117

3
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

C. Jaring Komunikasi Andrew F. Sikula 119


1. Jaringan komunikasi 120
2. Keterlibatan Jaringan Komunikasi 120
D. Jaring Komunikasi Harold, Cyril, dan Heinz 121
E. Jaring Komunikasi Arun dan Mirza S 122

Bab VIII Jurnalistik Kontemporer 123


A. Dalam Pusaran Jurnalistik 121
B. Strategi Penulisan Berita 131
1. Unsur 5 W + 1 H Dalam Lead 132
2. Lead Kontemporer 136
3. Macam-macam Lead 138
 Lead 5 W 1 H 138
 Lead Retorika (Retorica Devices). 140
 Lead Stilistik (Novelty Devices) 142
C. Tubuh Berita 149
D. Gaya Penulisan & Bahasa Jurnalistik 152
E. Unsur Lain Penentu Berita 156

4
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

BAB I
PENDAHULUAN

E. DEFINISI KOMUNIKASI
Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan
interaksi antara satu dengan yang lain1. Alat interaksi itu secara
akumulatif lazim disebut ‘komunikasi’. Yaitu hubungan
ketergantungan {interdependensi} antar manusia baik secara
individu maupun secara kelompok. Karena itu di sadari atau tidak,
komunikasi merupakan bagian penting (urgent) dari kehidupan
manusia. Urgensitas komunikasi2 pada satu sisi bahkan menjelma
menjadi prasarat tersendiri dari keberadaan manusia sebagai
mahluk sosial. Sementara pada sisi lain, para pakar berkeyakinan
bahwa sesungguhnya manusia telah berkomunikasi dengan
lingkungannya semenjak ia dilahirkan. Gerak dan tangis pertama
tatkala manusia menapak fase kelahiran sesungguhnya merupakan
pertanda bahwa manusia telah mulai dapat berkomunikasi. Ketika
manusia telah dapat memfungsikan panca inderanya secara sadar,
saat itu pula membutuhkan perhatian dari lingkungan dan manusia
lain disekitarnya. Bahkan tak jarang, untuk mendapatkannya,
manusia mempergunakan berbagai cara.

1
Tommy, Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, Media Presindo, Jogjakarta,
2006, hal; 1
2
Dalam Tulisannya yang berjudul; “Professional Communication in Asia/Pacific
Organisations: A Comparative Study” yang dipresentasikan pada Simposium
Intercultural Communication di Goteborg, Sweden 26-28 November 1998 Cal W.
Downs menunjukkan pentingnya komunikasi dengan mengutip pernyataan
Ticehurst and Ross-Smith yang mengatakan; “professional communication as
intentional communication that has the objective of achieving strategic goals within
organisational or professional contexts (1998:3). Dia melanjutkan “The development
and maintenance of the linkage between communication and strategic goals of an
organisation is the responsibility of the professional communicator. Linking
professional communication with strategy is crucial to the way we think about
professional communication, and the way we practice it. Lih; Journal of
Intercultural Communication, ISSN 1404-1634, issue 14, June 2007. Editor: Prof.
Jens Allwood, URL: http://www.immi.se/intercultural/.

5
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Mengapa kita berkomunikasi? Apakah fungsi komunikasi


bagi manusia? Pertanyaan-pertanyaan ini menggeliat, bisa di lihat
dari berbagai sudut pandang, sehingga tidak mudah dijawab. Para
pakar lebih memfokuskan bahasan pada “bagaimana
berkomunikasi” dari pada “mengapa manusia berkomunikasi”.
Dari perspektif agama dengan mudah dapat dijawab bahwa
Tuhanlah yang mengajari manusia untuk berkomunikasi, dengan
menggunakan akal dan kemampuan berbahasa yang di
anugerahkan-Nya.
Menengok salah satu fungsi komunikasi adalah sebagai
komunikasi sosial, setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi
itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar
dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang
bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lai.
Melalui komunikasi kita dapat bekerja sama dengan anggota
masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW,
desa, kota dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan
bersama.
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia,
bisa dipastikan akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan
menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah
yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka
rujukan dan menggunakanya sebagai panduan untuk menafsirkan
situasi apapun yang ia hadapi.
Dalam kaitanya dengan proses komunikasi ini, maka yang
diperlukan adalah suatu disiplin keilmuan tentang komunikasi,
sehingga diupayakan dengan adanya disiplin ilmu ini, kita dapat
mempelajarinya sebagaimna disiplin keilmuan lain, tentunya
problem komunikasi ditengah-tengah masyarakat bakal terjawab
dengan hadirnya ilmu komunikasi.

6
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

F. TUJUAN MEMPELAJARI ILMU KOMUNIKASI


Sebagai makhluk sosial, manusia telah ditakdirkan untuk
hidup secara berkelompok. Kesendirian dan hidup sendiri akan
membuat hidup manusia menjadi tidak berarti sehingga sulit untuk
dapat bertahan hidup dalam kosmos kehidupan yang saling
bertautan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan biologis seperti;
makan dan minum, serta memenuhi kebutuhan psikologis seperti;
sukses dan kebahagiaan manusia membutuhkan komunikasi antara
satu dengan yang lain. Para pakar psikologi3 berpendapat,
kebutuhan utama manusia dan untuk menghadirkan jiwa yang
sehat, manusia membutuhkan hubungan sosial yang ramah.
Kebutuhan ini dapat terpenuhi dengan sempurna bila manusia
membina komunikasi yang baik dengan orang lain.
Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya
kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada
saat lain seseorang menyampaikan perasaannya kepada orang lain
bahkan tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang
menyampaikan pikirannya disertai perasaan dan pikiran tertentu.
Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan
menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan
gagal bila hal itu disampaikan dengan tidak terkontrol.
Komunikasi dalam konteks apapun adalah bentuk dasar
adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Rene Spitz4, komunikasi
adalah jembatan antara bagian luar dan bagian dalam kepribadian
manusia. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa komunikasi
sesungguhnya dilakukan untuk pemenuhan diri, untuk menjadikan
jiwa merasa terhibur, nyaman dan tentram baik dengan diri sendiri
maupun dengan orang lain.

3
Bonner, Hubert (1953) Social Psychology,dalam Rahmat, Jalaluddin, 2003,
Psikologi Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal; 89
4
Pace, R. Wayne et al., Techniques for Effective Communication, Addison Westley
Publishing Company, Massachusetts-ontario 1979, p; 98

7
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Tujuan mempelajari ilmu komunikasi, dapat di katagorikan


kedalam dua hal, yaitu; aspek umum dan aspek khusus 5. Aspek
pertama bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang ilmu
yang terkit dengan proses komunikasi. Melalui pemahaman ini
para ilmuan dan pelaku komunikasi diharapkan akan dapat
melakukan komunikasi dengan baik dan selalu mengalami
perubahan dan kemajuan dalam berkomunikasi.
Aspek kedua diharapkan akan dapat menuntun manusia
untuk dapat; a) Merubah sikap (to change the attitude), b) mengubah
opini/pendapat/pandangan (to change the opinion), c) mengubah
perilaku (to change the behavior), d) mengubah masyarakat (to change
the society)

C. FUNGSI DAN TUJUAN KOMUNIKASI


1. Fungsi Komunikasi
Komunikasi tidak saja berkutat pada persoalan pertukaran
berita dan pesan, akan tetapi juga melingkupi kegiatan individu
dan kelompok terkait dengan tukar menukar data, fakta dan ide.
Bila dilihat dari makna ini, ada beberapa fungsi yang melekat
dalam proses komunikasi; Pertama, Informasi, pengumpulan,
penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta,
pesan, opini, dan komentar yang di butuhkan agar dapat
dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan
dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
Kedua, Sosialisasi (pemasyarakatan), penyedian sumber
ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan
bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia
sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam masyarakat
Ketiga, Motifasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat
jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang untuk
menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan
5
Liliweri, Alo, Komunikasi Verbal dan Non Verbal, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1994, hal; 87

8
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan di


kejar.
Keempat, Berdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling
menukar fakta yang di perlukan untuk memungkinkan
persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai
masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang di perlukan
untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri
dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
Kelima, Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat
mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta
membentuk keterampilan dan kemahiran yang di perlukan pada
semua bidang kehidupan.
Keenam, Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil
kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa
lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon
seseorang serta membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas
dan kebutuhan estetiknya.
Ketujuh, Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan
imaji dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, olahraga,
kesenangan, kelompok, dan individu.
Kedelapan, Integrasi menyediakan bagi bangsa, kelompok,
dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang
mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti serta
menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain.
Sementara itu Mudjoto6 dalam tekhnik komunikasi yang di
kutip oleh Widjaya menyatakan bahwa fungsi komunikasi itu
meliputi;

3. Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga seluruh


kegiatan organisasi itu dapat diorganisasikan (dipersatukan )
untuk mencapai tujuan tertentu.
6
Widjaya, H.A.W, 1986, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bina
aksara

9
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

4. Komunikasi merupakan alat untuk mengubah perilaku para


anggota dalam suatu organisasi.
5. Komunikasi adalah alat agar informasi dapat di sampaikan
kepada seluruh anggota organisasi.
Berdasarkan fungsi komunikasi itu, maka komunikasi
memegang peranan penting dalam suatu organisasi dalam
mencapai tujuan.
Ditempat berbeda Deddy Mulyana7 dalam bukunya ilmu
komunikasi suatu pengantar menyebutkan bahwa fungsi
komunikasi ada empat bagian yaitu:

1. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk
membangun kensep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan
hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan antar lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur
dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi
kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok
belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara
keseluruhan)

2. Komunikasi Ekspresif
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi
ekspresif yang dapat di lakukan baik sendirian ataupun dalam
kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan
mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh
komunikasi tersebut menjadi insatrument untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut
terutama di komunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal,
perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut,
7
Mulyana, Deddy, 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja
Rosdakarya

10
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

prihatin dan benci dapat di ungkapkan melalui kata-kata namun


terutama lewat perilaku nonverbal.

3. Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah
komunikasi ritual yang biasanya di lakukan secara kolektif. Suatu
komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang
tahun dan sepanjang hidup, yang di sebut para antropolog sebagai
rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun,
pertunangan, pernikahan dan masih banyak lagi. Dalam acara-
acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan
perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus ritus lain
seperti berdoa (sholat, sembahyang, misa), membaca kitab suci,
naik haji, upacara bendera, upacara wisuda, perayaan lebaran,
natal juga termasuk komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi
dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara,
ideologi atau agama mereka.

4. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan
umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah
sikap, dan keyakinan, dan mengubah perilaku, atau
menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur. Bila di
ringkas maka kesemua tujuan tersebut dapat di sebut membujuk
(bersifat persuasif). Komunikasi yang bersifat memberitahukan
atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif
dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya
mempercayai bahwa fakta atau informasi yang di sampaikannya
akurat dan layak untuk diketahui. Sebagi instrumen, komunikasi

11
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun


hubungan , namun juga untuk menghancurkan hubungan
tersebut. Study komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai
strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk
bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama.
Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-
tujuan pribadi dan pekerjaan. Baik tujuan jangka pendek ataupun
tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk
memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh
simpati dan sebagainya. Sedangkan jangka panjang dapat di raih
lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato,
berunding, berbahasa asing, ataupun keahlian menulis. Kedua
tujuan itu tentu saja berkaitan dalam arti bahwa berbagai
pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat di gunakan untuk
mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam
karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan,
penghormatan sosial dan kekayaan.

2.Tujuan Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerapkali dan selalu
melakukaninteraksi sosial dengan masyarakat. Itulah makanya
manusia acapkali disebut-sebut sebagai makhluk yang
bermasyarakat dan berbudaya. Intensitas interaksi sosial itu tidak
dapat dilepaskan dari ketergantungan mereka terhadap saling
memberi dan menerim informasi. Pada titik inilah ilmu komunikasi
menemukan momentumnya, yaitu bertujuan untuk; Pertama, agar
informasi yang disampaikan dapat di mengerti orang lain.
Komunikator8 yang baik dengan sendirinya dapat menjelaskan
8
Komunikator adalah orang yang punya inisiatif untuk melakukan
komunikasi. Dilihat dari jumlahnya komunikator dapat terdiri dari satu orang, dua
orang atau lebih. Apabila terdiri dari banyak orang dan saling kenal serta punya

12
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

pada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas


sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang
dimaksudkan.
Kedua, Memahami orang lain, Komunikator harus mengerti
benar aspirasi masyarakat tentang apa yang di inginkan, jangan
mereka menginginkan kemauannya.
Ketiga, Supaya gagasan dapat di terima orang lain,
komunikator harus berusaha agar gagasan kita dapat di terima
orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan
kehendak.
Keempat, Menggerakkan orang lain untuk melakukan
sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam,
mungkin berupa kegiatan, kegiatan yang di maksudkan di sini
adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang
penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk
melakukannya.
Jadi secara singkat dapat ditegaskan bahwa komunikasi
bertujuan mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan
tindakan; setiap kali komunikator bermaksud mengadakan
komunikasi maka perlu mempertanyakan apa yang menjadi
tujuannya. Apakah komunikator ingin menjelaskan sesuatu kepada
orang lain ?. Apakah dia menginginkan supaya orang lain
mengerti dan dapat memahami apa yang dimaksudkan ?. Apakah
dia ingin agar orang lain menerima dan mendukung gagasannya?.
Apakah dia ingin agar orang lain mengerjakan sesuatu atau supaya
mereka mau bertindak ?.
Terkait hal ini Mudjito9 menyimpulkan bahwa komunikasi
bertujuan untuk memberikan pengaruh kepada seluruh anggota

ikatan emosional yang relatif kuat dapat disebut sebagai kelompok kecil.
Sementara jika tanpa ikatan dan tidak saling kenal dapat disebut sebagai kelompok
besar/ public. Lih; Dani Fardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, Pendekatan
Taksonomi Konseptual, Galia Indonesia, Jakarta, 2004, hal; 19
9
Widjaya, H.A.W, 1986, Komunikasi Op.cit, hal; 76

13
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

organisasi agar mereka secara bersama-sama dapat mencapai


tujuan organisasi. Di samping itu, komunikasi juga
mengintegrasikan fungsi-fungsi manajemen (POAC), artinya
dengan komunikasi maka organisasi dapat:

1. Menyebarluaskan tujuan organisasi


2. Mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan organisasi
3. Mengorganisasikan sumber-sumber lainnya agar dapat di
manfaatkan lebih fektif dan efisien
4. Memilih dan menghargai anggota organisasi yang baik
5. Memimpin, memotifasi, menciptakan iklim atau suasana
dalam organisasi sehingga para anggota mau
berpartisipasi semaksimal mungkin
6. Mengontrol perilaku para anggota organisasi.

Melalui komunikasi yang intent dan tepat diharapkan makna yang


tersimpan dalam kedirian komunikator akan dapat tersampaikan
secara tepat pula. Dengan kata lain, hasil atau respon yang yang
diharapkan komunikator sangat bergantung dari bagaimana proses
dan strategi komunikasi yang dia lakukan pada komunikan. ‘dalam
setiap perkataan ada tempatnya yang tepat, dan setiap tempat ada
perkataan yang tepat’ sebuah pameo yang layak direnungkan
dalam konteks bagaimana menempatkan komunikasi yang tepat.

14
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

BAB II
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI

A. Sejarah Komunikasi
Ilmu komunikasi yang kian berkecambah sesungguhnya
merupakan fase akhir (bukan terakhir) dari perkembangan disiplin
ilmu ini. Ia melampaui tiga tahap perkembangan; Publisistik,
Jurnalistik, dan Retorika. Dua yang disebut terakhir berkembang di
Amerika, sedangkan yang pertama ditakdirkan berkembang di
Eropa (Jerman). Sungguhpun kini publisistik di Jerman kini diterma
sebagai bagian dari ilmu komunikasi, publisistik dalam arti semula
banyak mempengaruhi konsep-konsep mutakhir tentang
komunikasi seperti tampak pada Negt dan Kluge (1972), Biskey
(1976), Habermas (1979) di Eropa, Schiller (1976) dan Bordenave
(1974) di Amerika Latin. Umumnya yang baru disebut namanya
dikenal sebagai aliran radikal dalam ilmu komunikasi, devian dari
‘main stream’.
Untuk dapat memahami aliran radikal tersebut di atas, perlu
melihat sejarah perkembangan publisistik lebih dekat lagi. Disiplin
ini pada mulanya berasal dari Jerman. Ini dapat ditelusuri sampai
abad sembialn belas. Akibat revolusi industri peranan pers dalam
membentuk opini public banyak menarik perhatian pada pemikir
pada peraanan pers; tampak pada tulisan Bagehot , Maine, Bryce,
dan Wallas ; di Prancis tampak pada karya-karya Tarde yang
banyak di pengaruhi Le Bon. Di Jerman minat ini ditungkan dalam
bentuk ilmu. Marx Weber (1864-1920) untuk kali pertama
mengembangkan ‘ilmu pers’ dengan landasan ilmiah.
Dalamkonfrensi Deutsche Gesellshaft fur Soziologie (1910) ia
mengusulkan dua proyek pengkajian sosilogi; sosilogi organisasi
dan sosiologi pers. Pda dasawarsa selanjutnya, Tonnies (1885-1936)
menerbitkan coretannya yang bertajuk Kritik der Offentliche Meinung
yang mengupas sifat opini public dalam perkembangan kehidupan

15
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

bermasyarakat. Dalam hubungan antara pers dan opini public inilh


lahir Zeitungwissenschaft (Ilmu Surat Kabar)
Sungguhpun demikian, minat pada sosilogi pers (khususnya
opini public) yang terus berkecambah telah membawa para sarjana
Jerman pada satu titik yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan
persuratkabaran, misalnya; retorika, radio, film. Pada khirnya
mucullh ilmu baru Publizistic yang dikembangkan Hagemann
(1966) dan disistemikkan oleh Dofivat (1986). Dalam pergulatan
disiplin ilmu ini yang menjadi obyek penelitian bukan lagi pers ,
melainkan pernyataan public (offentliche aussage). Menurut Dofivat,
publisistik adalah segala usaha mengerakkan dan membimbing
tingkah laku public secara rohaniah (geitstige Unterrichtung und-
Leitung) yang mempunyai enam unsure;

 Ditentukan dan ditujukan kepada public (Offentlichkeit)


 Bersifat actual (aktualitat)
 Didasarkan pada norma atau ideology (gesinnung)
 Dengan cara persuasi atau koersi kolektif (Uberzeugung oder
Kollektieve Ausrichtung)
 Menggunakan bentuk pesan dan pernyataan yang jelas dan
mengesankan (Anschaulichkeit und Eindringlichtkeit)
 Digerakkan orang-orang yang mempuntyai karakter dan
menjiwai misi yang diembannya (Die Publizistische
Personlichkeit)

Publisistik, Dofivat menambahkan lebih lanjut, selalu


bertujuan (zweckbestimt) dan disalurkan melalui perbuatan, kata
tulisan, kata ucapan, gambar, lambang, tanda, dan televisi. Dalam
dunia sekarang, Dofivat membayangkan publisistik sebagai
kekuatan perkasa yang sudah mencapai public dunia
(weltoffentlichkeit) ia mencemaskan jangan-jangan kekuatan
publisistik ini dipegang oleh orang-orang yang bermoral rendah.

16
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

‘werwird fur sie sprechen, schreibern, und bildern?’ tanpa Dofivat


(1968). Disini tampak publisistik sebagai kekuatan komunikasi yang
dapat mengendalikan tingkahlaku manusia dan mewarnai
perkembangan peradaban. Henk Prakke (1976) berpendapat bahwa
dalam sejarah umat manusia publisistik memainkan peranan yang
sangat penting. Ia berkata,
Setiap kegiatan manusia berasal dari pandangan evaluasi
dunia. Tiada pandangan dunia tanpa informasi, tiada evalusi dunia
tanpa ulasan. Publisistik merumuskan pesan secara sinambung
berupa kata-kata, gambar, suara, dalam alur, motif, dan gagasan
lama atau baru. Publisistik menyertai perubahan budaya, sering
berhasil mencapainya tidak saja dalam bentuk perubahan
berangsur-angsur, tetapi juga perubahan yang revolusioner10
Bila publisistik meliputi pernyatan tertulis, terucap,
tergambar, dan tergerak, apa bedanya dengan komunikasi ?
Komunikasi, sungguhnpun belum ada kesepakatan tentang
definisinya, dipahami sebagai segala kegiatan tkar menukar
informasi (information sharing); baik yang bersifat intrapersonal,
interpersonal, organisasional, atau massa. Publisistik adalah
komunikasi dengan cirri khusus: 1) public, prosesnya ditentukan
dan dipengaruhi oleh public; 2) persuasive, bertujuan mengubah
sikap atau tingkah laku orang lain; dan 3) actual, terjadi dalam
waktu segera. Publisistik dapat bersifat interpersonal, seperti
percakapan Reagan dan Carter. Yang menjadikan publisistik ialah
kenyataan bahwa percakapan itu disebarkan kepada public dan
ditujukan untuk mempengaruhi pikiran dan tingkah laku public.
Yang mengaburkan ialah perbedaan antara komunikasi
massa dan publisistik. Manakah yang lebih luas; komunikasi massa
atau publisistik? Komunikasi massa, menuurrut Noelle Neumann,
adalah lawan dari komunikasi tatap muka. Komunikasi massa
bersifat tidak langsung (indirect), artinya melalui media; satu arah
10
Henk Prakke (1976, h; 473) dalam Astrid S Susanto, Komunikasi Dalam Teori
dan Praktek, Bina Cipta, Bandung, 1977, hal; 98

17
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

(einseitig), yakni tidak ada reaksi timbale balik antara komunikator


dengan penerima; bersifat terbuka (offentlich), yaitu ditujukan
kepada khalayak yang tidak terbatas, anonym, dan tersebar. Secara
singkat komunikasi massa adalah komunikasi melalui mediamassa
boleleh bersifat tatap muka (seperti dalam rapat massa atau
demonstrasi) atau interpersonal (seperti flusterpropaganda,
propaganda berbisik). Jadi dari segi media, komunikasi massa lebih
sempit dari publisistik. Tetapi publisistik hanya berkenaan dengan
pernyataan yang bersifat public, persuasive, dan actual; sedangkan
komunikasi massa memilki pesan yang lebih umum dari itu

Zur massencomunikaton rechnen sowohl aktually als auch rein


untlerich he, belechrende, und unterhaltende ausagen, soveren sich
durch massenmedienver breitet warden11.

Jadi menurut Maletzke dilihat dari segi pesan, komunikasi


massa lebih luas dari publisistik. Anehnya, Haacke (1962)
mengangap komunikasi massa sebagai bentuk spesialisasi
(spezialfall) dari publisistik yang merupakan pengertian umum
(oberbekriff).
Sebagai kesimpulan, publisistik bukan sekedar ilmu pers
dan tidak sama dengan komunikasi. Publisistik adalah ilmu yang
dikembangkan untuk memahami dan mengendalikan segala tenaga
yang mempengaruhi tindakan public. Komunikasi adalah istilah
umum yang meliputi berbagai kegiatan pertukaran informasi tanpa
mempersoalkan apakah kegiatan itu bersifat persuasive atau
informative. Karena ada ilmu komunikasinyang lebih luas, apakah
lalu publisistik lalu harus pamitan? Tidak, publisitik berguna untuk
mengamati, menganalisis, merumuskan teori-teori tentang
pengaruh pernyataan terhadap perubahan budaya dan social. Buat
Indonesia, publisistik sebagai salah satu bagian dari ilmu

11
Maletzke (1`963, h. 14-15) dalam, Agus M Harjana, Komunikasi Intrapersonal
dan Interpersonal, Kanisius, Jogjakarta, 2003, hal; 16

18
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

komunikasi tetap menjadi studi yang menarik. Dalam focus yang


lebih tajam, publisistik tampaknya lebih berat ke politik, sedangkan
komunikasi kata Schramm adalah the busiest cross road , jalan
simpang paling ramai dengan segala disiplin ilmu Schramm (1980)
membandingkan dengan kota purba Bab Elh-D Eldaherah. Disitu
musafir lewat, mampir, kemudian meneruskan perjalanan mereka
masing-masing. Berbagai disiplin telah melakukan studi
komunikasi, sehingga bekas persinggahan disiplin-disiplin ilmu ini
tampak dalam keleluasaan ilmu komunikasi. Ini tampak jelas
dengan melihat perkembangan ilmu komunikasi dewasa ini.
Karena termasuk ke dalam ilmu sosial dan ilmu terapan ,
maka ilmu komunikasi sifatnya interdisipliner dan multidisipliner. Ini
di sebabkan oleh obyek materialnya sama dengan ilmu ilmu
lainnya, terutama yang termasuk ke dalam ilmu sosial/ ilmu
kemasyarakatan.
Bierstedt12, dalam menyusun urutan ilmu menganggap
jurnalistik sebagai ilmu terapan. Pada tahun 1457 ia menulis buku
yang berjudul Journalism diu yang semakin mempertegas
perkembangan jurnalisme sebagai ilmu (science), bukan sekedar
pengetahun (knowledge). Ditempat yang sama Joseph Pulitzer
seorang tokoh pers kenamaan di Amerika serikat yang pada tahun
1903 mendambakan didirikannya “school of journalism”13 sebagai
lembaga pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan para
wartawan. Gagasan Pulitzer ini mendapat tanggapan positif dari
Charles Eliot dan Nicholas Murray Butler masing-masing Rektor
Harvard University dan Colombia University karena ternyata

12
Dedy Jamaluddin Malik, Melacak Perjalanan Ilmu Komunikasi Menuju
Paradigma Baru, dalam kumpulan tulisan, Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi, Riyono
Pratikto (ed), Remaja Karya, Bandung, 1982, hal; 15
13
Walaupun demikian pelopor media untuk kali pertama adalah Johann
Gutenberg yang mencetak informasi untuk pertama kali sehingga melahirkan
komunikasi massa. Inilah peristiwa yang mengubah wajah eropa pada abad 15.
Lih; Bradley Duane, 1971, The Newspaper: Its Place In A Democracy, New York:
Pyramid Communication Inc., p; 143

19
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

journalism tidak hanya mempelajari dan meneliti hal-hal yang


bersangkutan dengan persurat kabaran semata-mata, tetapi juga
media massa lainnya. Maka journalism berkembang menjadi mass
comunication.
Dalam perkembangan selanjutnya mass comunication di
anggap tidak tepat lagi karena tidak mencakup proses komunikasi
yang menyeluruh. Penelitian yang di lakukan oleh Paul
Lazarsfeld, Bernard Berelson, Hazel gaudert, Elihu Kats, dan para
cendikiawan ilmu komunikasi lainnya menunjukkkan bahwa
gejala sosial yang di akibatkan oleh media massa tidak hanya
berlangsung satu tahap tetapi banyak tahap. Ini di kenal dengan
two step flow comunication dan multi step flow comunication.
Pengambilan keputusan banyak di lakukan atas dasar hasil
komunikasi antarpersona (interpersonal communication) sebagai
kelanjutan dari komunikasi massa (mass comunication)
Oleh sebab itulah di Amerika serikat muncul communication
science atau kadang-kadang di namakan juga communicology ilmu
yang memepelajari gejala-gejala sosial sebagai akibat dari proses
komunikasi massa, komunikasi kelompok dan komunikasi antar
persona. Kebutuhan orang-orang Amerika akan science of
communication mulai berkecambah sejak tahun 1940 an disaat
seorang sarjana bernama Carl I Hovland menampilkan definisinya
mengenai ilmu komunikasi. Hovland mendefinisikan science of
communication sebagai;

a systematic attemp to formulate in rigorous fashion the


principle by which information is transmitted and opinions nd
attitudes are formad

20
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

(Upaya yang sistemik untuk merumuskan secara tegas asas-


asas penyampian informasi serta pembentukan pendapat
dan sikap)14.

Pada tahun 1967 terbit buku The Communicative Arts And


Science Of Speech yang diracik oleh Keith Brooks. Di dalam buku itu
Brooks berkeyakinan bahwa communicology atau ilmu komunikasi
merupakan integrasi prinsip-prinsip komunikasi yang di
ketengahkan para cendikiawan berbagai disiplin akademik.
Komunikasi berarti juga suatu filsafat komunikasi yang realistis;
suatu program penelitian sistemik yang mengkaji teori teorinya,
menjembatani kesenjangan dalam pengetahuan, memberikan
penafsiran dan saling mengabsahkan penemuan-penemuan yang
di hasilkan disiplin khusus dan program-program penelitian.
Komunikologi merupakan program yang luas yang mencakup
tampa membatasi dirinya sendiri kepentingan-kepentingan atau
tekhnik tekhnik setiap disiplin akademik.
Dalam pada itu Joseph A Devito 15 dalam bukunya
communicology an introduction to the study of communication
menegaskan bahwa komunikologi adalah ilmu komunikasi oleh
dan di antar manusia. Seorang komunikolog adalah seorang ahli
ilmu komunikasi. Istilah komunikasi dipergunakan untuk
menunjukkan tiga bidang study yang berbeda: proses komunikasi,
pesan yang di komunikasikan, dan study mengenai proses
komunikasi.

14
Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan obyek studi
ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public atticude)
yang dalam kehidupan social dan kehidupan politik memainkan peranan yang
sangat penting, lih; Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
Rosda Karya, Bandung, 2004, hal; 10
15
Joseph A Devito, Communicology an introduction to the study of communication,
Harper & Row, New York, 1976, p; 101

21
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Departement Of communication university of Hawai


dalam penerbitan yang dikeluarkan secara khusus menyatakan
communication as a social scince. Dan di tegaskan di situ bahwa
bidang study ilmu sosial mencakup tiga kriteria:

1. Bidang study di dasarkan atas teory


2. Bidang studi di landasi analisis kuantitatif atau empiris
3. Bidang studi mempunyai tradisi yang di akui.

Demikianlah beberapa hal yang menunjukkan bahwa


komunikasi adalah ilmu dan ilmu komunikasi ini termasuk ke
dalam ilmu sosial yang meliputi intrapersonal communication,
interpersonal, group communication, mass communication, intercultural
communication, dan sebagainya.
Jelas pula bahwa mass communication merupakan salah satu
bidang saja dari sekian banyak bidang yang dipelajari dan di teliti
oleh ilmu komunikasi. Komunikasi massa terbatas pada proses
penyebaran pesan melalui media massa, yakni surat kabar, radio,
telefisi, film, majalah, dan buku; tidak mencakup proses
komunikasi tatap muka (face to face communication) yang juga tidak
kurang pentingnya terutama dalam kehidupan organisasi.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disusun suatu ikhtisar
mengenai lingkup ilmu komunikasi di tinjau dari komponennya,
bentuknya, sifatnya, metodenya, tekhniknya, modelnya, bidangnya
dan sistiemnya yang penulis tuangkan secara sistemik dalam table
di bawah ini:

Tabel: 1

Komunikasi Dipandang Dari Berbagai Segi

22
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Komponen a. Komunikator (communicator)


komunikasi b. Pesan (message)

c. Media (Media)
d. Komunikan (communicant)
e. Efek (effect)
Proses a. Proses secara primer
komunikasi b. Proses secara sekunder
Bentuk a. Komunikasi Personal (personal communication)
Komunikasi 1). Komunikasi intrapersonal (intrapersonal
communication)
2). Komunikasi antarpersonal (interpersonal
communication)
b. Komunikasi kelompok (group communication)
1). Komunikasi kelompok kecil (small group
communication) meliputi; Ceramah (lecture),
Diskusi panel (panel discussion), Simposium
(symposium), Forum, Seminar, Curahsaran
(brainstorming), Dan lain-lain
2).Komunikasi kelompok besar (large group
communication/public speaking)
Komunikasi 1) Pers
massa 2) Radio
3) Televisi
4) Film
5) Dan lain-lain
Komunikasi 1) Surat
Medio 2) Telepon
3) Pamflet
4) Poster
5) Spanduk
6) Dan lain-lain
Sifat komunikasi a. Tatap muka (face to face)
b. Bermedia (mediated)
c. Verbal (verbal)Lisan (oral)
d. Tulisan/cetak (written/printed)
e. Nonverbal (non verbal)
1. Kial/isyarat badamiyah (gestural)
2. Bergambar (pictorial)
Metode a. Jurnalistik (journalism)
Komunikasi 1. Jurnalistik cetak (printed journalism)

23
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

2. Jurnalistik elektronik (elektronic journalism)


* Jurnalistik radio (radio journalism)
*Jurnalistik televisi (television journalism)
b. Hubungan masyarakat
(public relation)
c. Periklanan (publicyti)
d. Propaganda
e. Perang urat syaraf
(psychological warfare)
f. Penerangan
Tekhnik a. komunikasi informatif (informative
komunikasi communication)
b. komunikasi persuasif (persuasive
communication)
c. komunikasi instruktif (instruktive/coersive
communication)
d. hubungan manusiawi (human relation)
Tujuan a. Perubahan sikap (attitude change)
komunikasi b. Perubahan pendapat (opinion change)
c. Perubahan perilaku (behavior change)
d. Perubahan sosial (social change)
Fungsi a. Menyampaikan informasi (to inform)
komunikasi b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Mempengaruhi (to influence)
Model a. komunikasi satu tahap (one step flow
komunikasi communication)
b. komunikasi dua tahap (two step flow
communication)
c. komunikasi multi tahap (multistep flow
communication)
Bidang a. Komunikasi sosial (social communication)
komunikasi b. Komunikasimanajemen/organisasional
(management/organizational communication)
c. Komunikasi perusahaan (business
communication)
d. Komunikasi politik (political communication)
e. Komunikasi internasional (international
communication)
f. Komunikasi antar budaya (intercultural
communication)
g. Komunikasi pembangunan (development

24
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

communication)
h. Komunikasi lingkungan (environmental
communication)
i. Komunikasi tradisional (traditional
communication)
Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Table di atas merupakan ikhtisar mengenai lingkup ilmu


komunikasi di pandang dari berbagai segi16 . sungghpun disatu sisi
penulis menyadari bahwa melukiskan ruang lingkup disiplin ilmu
yang sudah berkembang bukanlah hal yang mudah. Hingga saat ini
sebetulnya belum ada rung lingkup komunikasi yang dapat
diterima bersama. Para pakar di Amerika yang kerap
menyandarkan diri pada filsafat Pragmatisme jarang berkeinginan
untuk mengulas tentang ruang lingkup. Disini, tatkala persoalan
apakah komunikasi itu dapat digolongkan ilmu atau tidak dapat
mengancam eksistensi lembaga. Pembicaraan ruang lingkup
menjadi esensial . runag lingkup yang baik paling tidak harus
menunjukkan pembidangan yang mutually exclusive dan
menujukkan spesialisasi yang sudah ada dan bakal ada.
Ruang lingkup Laswell sudah memadai akan tetapi belum
terinci. Klasifikasinya lebih cocok untuk membimbing penelitian
bukan untuk merumuskan kurikulum, lebih teoritis dariada praktis.
Ruang lingkup gagasan kurang konsisten dan tidak mutually
exclusive komunikasi masa misalnya sudah disepakati sebagai
komunikasi melalui media masa. Makalah atau ‘gagasan’
memasukkan public relation, pameran, periklanan, dalam
komunikasi masa. PR dapat dilakukan dalam konteks interpersonal,
misalnya dalam hal hubungan kepegawaian atau hubungan dengan
public internal lainnya. Periklanan dapat dilakukan secara
interpersonal maupun masal. Outdoor advertising atau canvassing

16
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi, Op. cit, hal; 19

25
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

jelas tidak masuk komunikasi masa. Pameran jelas sekali bukan


komunikasi masa, kecuali kalau sekilas muncul dalam televise.
Ruang lingkup di atas sungguhpun bukan genuine karya
penulis akan tetapi diharapkan dalam melengkapi kekurangan dari
berbagai ruang lingkup yang penulis racik dari banyak pakar.

26
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

BAB III
PARADIGMA DAN TEORI KOMUNIKASI

A. PARADIGMA KOMUNIKASI
1. Multi Paradigma
Komunikasi yang multi makna dan multi definisi telah
menyuguhkan cara pandang (frame) yang beragam pula, terutama
dalam mengkopseptualisasaikan komunikasi sebagai suatu di
siplin ilmu yang bersifat eklektif (menggabungkan beberapa
disiplin). Sifat eklektif ini telah di lukiskan oleh Wilburn Scramm 17
sebagai jalan simpang yang paling ramai dengan segala disiplin
yang melintasinya. Sejak semula para pakar acapkali mengkaji
komunikasi manusia dengan menggunakan (secara terang-
terangan) konsep, teori dan model ilmu fisika, psikologi dan
sosiologi, sejarah, bahasa, dan sebagainya. Tidak mengherankan
bila hingga saat ini masih banyak kalangan luar yang meragukan
komunikasi sebagai disiplin ilmu sendiri. Bahkan ada dari
kalangan psikologi atau sosiologi yang masih merasa komunikasi
manusia sebagai bagian dari disiplinnya. Mereka kurang
memahami bahwa kajian komunikasi memang telah meminjam
dari berbagai disiplin dan telah meracik dan mengolahnya sendiri
menjadi suatu konsep atau teori sehingga sangat bersifat eklektif.
Dalam perkembangannya sebagai suatu bidang kajian yang
eklektif, pengaruh disiplin lain terhadap ilmu komunikasi,
terutama ilmu fisika, psikologi dan sosiologi memang sangat besar
dan sangat terasa. Hal ini sekaligus telah melahirkan berbagai
pendekatan dan wawasan yang saling berbeda baik dalam
merumuskan definisi komunikasi maupun dalam penelitian atau
pengkajian empirik. Perbedaan-perbedaan itu pada akhirnya

17
Warner J Severin & James W Tankard Jr., Communication Theories, Origins,
Metode, and Uses in The Mass Media, 2001, dalam Sugeng Harianto (ter) Teori
Komunikasi, Sejarah, Metode dan Terapan Di Dalam Media Masa, Kencana, Jakarta,
2005, hal; 269

27
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

menumbuhkan dua hal yang sangat penting sebagai suatu fakta,


yaitu lahirnya fraksi-fraksi di kalangan ilmuwan komunikasi dan
lahirnya berbagai paradigma atau perspektif dalam kajian
komunikasi manusia.
Tak dapat di sangkal bahwa para pakar ilmu komunikasi
bukanlah kelompok yang bersatu pandangan dan wawasan
mengenai konseptualisasi komunikasi sebagai suatu di siplin
ilmiyah. Artinya para pakar menghargai adanya perbedaan
wawasan dan perbedaan paradigma atau perspektif yang satu
dengan lainnya. Para pakar komunikasi merupakan kelompok
yang mempunyai ikatan yang sangat “longgar”, dan malah di
dalamnya terdapat fraksi-fraksi dengan paradigma masing-
masing. Itulah serbabnya Feyerabend (1975) menyebut komunikasi
sebagai ilmu yang di tandai oleh paradigma yang multi muka.
Multi paradigma seperti ini, bukanlah hal yang khas komunikasi,
karena hampir seluruh disiplin dalam ilmu sosial, berparadigma
ganda. Hal ini bukanlah suatu hal yang perlu di sesalkan, tetapi
sebaliknya merupakan kekuatan ilmu sosial yang membedakannya
dengan ilmu alam.
Istilah paradigma berasal dari Thomas kuhn 18 (1970, 1974),
yang di gunakan tidak kurang dari 21 cara yang berbeda. Namun
Robert Fredrichs19 (1970) berhasil merumuskan paradigma itu
secara jelas sebagai suatu pandanagn mendasar dari suatu disiplin
ilmu teantang apa yang menjadi pokok persoalan (subyek matter) yang
semestinya dipelajari. Kuhn melihat bahawa perkembangan ilmu
pengetahuan bukanlah terjadi secara kumulatif, tetapi terjadi secara

18
Kuhn menjelaskan bahwa perkembangan suatu ilmu pengetahuan tidak
mungkin terlepas dari perubahan paradigma yang mendasarinya. Sementara
setiap pertumbuhan ilmu melalui beberapa proses yaitu Paradigma I, Normal
science, anomaly, krisis dan revolusi ilmu, yang diakhiri dengan paradigma II.
Dalam Kuhn Thomas, The Structure of Scientific Revolution, Rosda Karya,
Bandung, 2000, hal; 57
19
Russell. Bertrand, Sejarah Filsafat Barat, kaitanya dengan kondisi social politik dari
zaman kuno hingga sekarang, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2002, hal; 471

28
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

revolutif. Dalam masa tertentu ilmu sosial di dominasi oleh suatu


paradigma. Kemudian terjadi pergantian dominasi paradigma, dari
paradigma lama yang memudar kepada paradigma baru. Dalam
hal ini paradigma baru bukanlah kelanjutan dari paradigma lama.
Sosiologi misalnya dalam perkembangannya memiliki tiga
paradigma yang berbeda satu dengan yang lain, yaitu paradigma
(1) fakta sosial, (2) definisi sosial dan (3) perilaku sosial.
Ditempat berbeda Guba menjelaskan paradigma sebagai “…
a set of basic belief (or metaphysic) that diels with ultimits or first
principle …a world view that defines, for its holder, at the nature of the
world.20 Oleh karena itu paradigma berperan vital dalam melihat
setiap kajian atau penelitian. Sebab hal ini berkaitan dengan aspek
filosofis dalam melihat kompleksitas fenomena.
Dilihat dari beberapa paradigma yang selama ini
berkembang AS. Hikam menjelaskan perjalanan paradigma dibagi
menjadi tiga bagian21; pertama, Paradigma Positivisme-empiris oleh
penganut aliran ini bahasa dipandang sebagai jembatan antara
manusia dengan obyek diluar dirinya. Salah satu ciri dari
paradigma ini adalah pemisahan antara pemikiran dengan realitas.
Dalam kaitannya dengan analisis wacana konsekuensi logis dari
pemikiran ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna
subyektif atau nilai yang mendasari pernyataannya sebab yang
terpenting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar
menurut kaidah sintaksis dan semantik.
Kedua adalah paradigma Konstruktivisme. Paradigma ini
banyak dipengaruhi oleh pandangan fenomenologi. Aliran ini
menolak pandangan empirisme yang memisahkan subyek dan
obyek bahasa. Dalam pandangan paradigma ini bahasa tidak lagi
hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas obyektif belaka
dan yang dipisahkan dari subyek sebagai penyampai pernyataan.
20
Jurnal ISKI, Vol III/ April/ 1999
21
Eriyanto, Analisis Wacana “Pengantar Analisis Teks Media”. LkiS, Jogjakarta,
2001, hal:4-6

29
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Konstruktivisme justru menganggap subyek sebagi faktor sentral


dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya.
Ketiga adalah Paradigma Kritis. Paradigma ini hanya sebatas
memenuhi kekurangan yang ada dalam paradigma konstruktivisme
yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna
yang terjadi secara historis maupun institusional. Seperti ditulis AS.
Hikam paradigma Konstruktivisme masih belum menganalisa
faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap
wacana yang pada gilirannya berperan sebagai pembentuk jenis-
jenis subyek tertentu berikut perilaku-perilakunya. Paradigma ini
bersumber pada pemikiran Frankfurt School, yang berusaha
mengkritisi pandangan konstruktivis. Ia bersumber dari gagasan
Marx dan Hegel jauh sebelum sekolah Frankfurt berdiri.22

2. Paradigma Lama Dan Paradigma Baru


Sebagaimana tesis Kuhn (1970,1974) di atas bahwa ilmu
tidak berkembang secara kumulatif melainkan secara revolutif,
maka ilmu Komunikasi mengalami hal serupa. Sejak awal
perkembangannya hingga tahun 1970-an ilmu komunikasi di
dominasi oleh paradigma tertentu yang kemudian digeser secara
pasti oleh paradigma lain. Terkait hal ini penulis mencatat dua
paradigma yang dapat di sebut sebagai paradigma lama dan
paradigma baru.
B. Aubrey fisher seorang pakar komunikasi yang terkenal
dalam dekade terakhir, telah berhasil mencatat adanya beberapa
paradigma yang berkembang pada beberapa dekade terakhir ini
dalam ilmu komunikasi sesuai judul buku perspective on human
communication23. Yang terbit untuk kali pertama pada tahun 1978,
22
Untuk mengetahui lebih jauh tentang maksud Marx lihat Frans Magni
Suseno, Filsafat sebagai ilmu kritis, Kanisius, Jogjakarta, 1992, hal:164 atau dapat
juga dilihat di Lukman Hakim, Revolusi Sistemik Solusi Stagnasi Reformasi Dalam
Bingkai Sosialisme Relegius, Kreasi Wacana, Jogjakarta, 2003, hal; 245
23
Tanen, Deborah, 1996, Seni Komunikasi Efektif, Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama, hal; 76

30
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Fisher tidak menggunakan istilah paradigma melainkan


‘persperktif’, karena menurutnya istilah paradigma dari Kuhn itu
telah di tafsirkan secara berlain-lainan sehingga mencegah
penggunaannya yang netral. Namun apa yang dimaksud dengan
paradigma itu kurang lebih sama dengan perspektif. Fisher
mengakui bahwa perspektif dalam arti pandangan yang realistis
tidak mungkin lengkap, sebab dari sebagaian fenomena yang
sedang di lihat itu hilang dan yang lainnya mengalami distorsi.
Namun itulah hakekat perspektif, justru itu perspektif boleh di
artikan sebagai pendekatan, strategi intelektual kerangka
konseptual dan paradigma. Dalam hal ini ia merangkum kajian
komunikasi selama ini ke dalam empat perspektif yang penting
yaitu; perspektif mekanistis, psikologi, interaksional dan
pragmatis.
Adanya ke empat perspektif itu telah menunjukkan bahwa
komunikasi sebagai suatu kajian di warnai oleh multi paradigma.
Hal ini membawa konsekwensi yang multi ragam pula pada
metode pengkajian (peneltian) bagi komunikasi. Artinya metode
penelitian komunikasi tidak hanya eksperimental, tetapi boleh juga
historis, kontekstual, eksploratif, fenomenologis, diskriptif dan
sebagainya. Demikian pula boleh kualitatif maupun kuantitatif.
Hal ini tergantung pada perspektif yang dipakai. Justru itu
mengkaji komunikasi harus konsisten antara perspektif yang di
anut dengan metode penelitian yang di pakai. Dengan demikian
perspektif atau paradigma yang ada dalam komunikasi itu perlu
dipahami dengan baik.
Pada dasarnya perbedaan antara perspektif yang satu
dengan yang lainnya, sebagaimana yang telah di buat oleh Fisher
pada dasarnya adalah perbedaan dalam menkonseptualisasaikan
komunikasi. Perspektif mekanistis yang berkembang sebagai
pengaruh fisika, menkonseptualisasi komunikasi sebagai proses
yang mekanistis antara manusia. Sebagai proses mekanis maka

31
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

dalam komunikasi terdapat suatu pesan mengalir melintas ruang


dan waktu dari satu titik (sumber/penerima) kepada titik yang lain
(sumber/penerima) secara simultan. Eksistensi empiriknya
(lokusnya) terletak atau berada pada saluran.
Fisher menggambarkannya sebagai ban berjalan.
Sebagaimana gambar berikut:

Gambar 1
Paradigma/ Perspektif B. Aubrey Fisher

Saluran
Pesan/umpan

balik
Penyendi Pengalih sendi

Sumber-penerima Gangguan Sumber-penerima

Pengalih sendi Penyendi

Saluran
Pesan/umpan
Sumber: Anwar Arifin:2002, 40
balik
Komponen komponen dalam model mekanistis itu sangat
jelas yaitu sumber/penerima, saluran dan pesan/umpan
balik/efek. Sesuai dengan doktrin mekanisme (idealisme
mekanistis) yang berdasarkan cara berfikir sebab akibat, maka titik
berat kajian pada efek. Hal ini tercermin dalam kajian mengenai
persuasi, efek media massa, difusi (komunikasi pembangunan) dan
jaringan komunikasi, yang seluruhnya menggunakan metode
eksperimental dan kuantitatif. Model mekanistis ini sudah tidak
asing bagi orang kebanyakan, karena selain telah menghasilkan
banyak studi, juga tidak terlalu sulit di pahami. Model ini

32
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

merupakan model lama atau model klasik dalam studi


komunikasi.
Sebaliknya baik dalam perspektif psikologis, maupun
dalam perspektif interaksional dan pragmatis, komunikasi tidak di
konseptualisasikan sebagai proses mekanistis seperti di atas
sehingga komponen mekanistis seperti pesan/umpan balik/efek,
saluran, sumber/penerima tidaklah begitu penting. Justru itu
perspektif dapat di sebut sebagai persepektif atau paradigma baru
(kontemporer), sebab selain baru tumbuh dan berkembang,, juga
karena sangat berbeda dengan perspektif mekanistis yang sudah
ada sejak lama. Menurut Fisher para penganut dari paradigma
baru ini adalah pemberontak-pemberontak dalam study ilmu
komunikasi, dan revolusi yang di gerakkannya masih sedang
berlangsung. Hal ini terutama di sebabkan karena dalam
memahami paradigma baru ini diperlukan perubahan, dan
bahkan penjungkirbalikan (revolusi) cara berpikir mekanistis
dalam komunikasi manusia.
Dalam perspektif psikologi, komunikasi dikonseptualisasi
atau dipahami sebagai proses dan mekanisme internal penerimaan
dan pengolahan informasi pada diri manusia. Justru itu eksistensi
empiriknya (lokusnya) terletak pada diri manusia (bukan pada
saluran sebagaimana pada model mekanistis), yaitu pada “kepala”
indifidu yang di namakan filter konseptual (seperti sikap, persepsi,
keyakinan dan keinginan”. Itulah sebabnya komponennya bukan
lagi sumber/penerima, saluran, pesan/umpan balik efek,
melainkan stimulus dan respons, dengan fokus kajian pada
individu (penerima). Hal imi terlihat pada berbagai studi mengenai
persuasi dan perubahan sikap, komunikasi organisasional, dan
komunikasi kelompok. Metodologi yang di gunakan pada
umumnya eksprimental dan kuantitatif. Hal ini dapat dipahami
karena kajian dan pengembangan paradigma ini, adalah
merupakan pengaruh dari psikologi terutama psikologi sosial.

33
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

3. Paradigma Mekanistis
Model mekanistis telah mengalami perkembangan yang
tidak saja menarik akan tetapi juga telah membesarkan ilmu
komunikasi. Paradigma atau perspektif dari model mekanistis
dalam komunikasi adalah yang paling lama dan paling banyak dan
paling luas dianut sampai sekarang. Banyak study yang telah di
lakukan dan banyak buku yang telah di terbitkan sehingga
pengaruhnya sangat kuat dan meluas, bukan saja di kalangan
masyarakat akademik, tetapi juga di kalangan masyarakat luas.
Meskipun paradigma ini telah memudar dikalangan pakar
ilmu komunikasi, dan telah timbul kekecewaan terhadap hasil
study yang dahulunya populer, namun di Indonesian kepercayaan
terhadap model ini masih cukup kuat. Di samping itu paradigma
ini telah berkembang jauh, baik secara maupun revolusi melalui
pergumulan yang seru dari pendekar-pendekarnya. Hal ini terlihat
dari banyaknya teori dan model yang beragam dari perspektif ini.
Justru itu model ini masih tetap penting sebagai bahan studi
dalam komunikasi. Dasar berpikir penganut mekanistis perlu di
pahami, karena paradigma baru yang berkembang kemudian
sangat bertentangan dengan cara berfikir ini.

B. TEORI KOMUNIKASI
Selain perspektif dan paradigma, teori merupakan hal
penting suatu disiplin keilmuan. Dijelaskan oleh James W. tankard
(2005)24 Teori merupakan tujuan akhir ilmu pengetahuan. Teori
merupakan pernyataan umum yang merangkum pemahaman kita
tentang cara dunia bekerja. Dalam bidang komunikasi massa,
sebagian besar dari teori-teori pada masa lalu bersifat implisit.
Masyarakat mengandalkan cerita rakyat, kebijaksanaan tradisional
dan “pikiran sehat” untuk dijadikan panduan dalam
24
Warner J Severin & James W Tankard Jr., Communication Theories, Origins,
Metode, and Uses in The Mass Media, 2001, Op, cit, hal; 287

34
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

mempraktekkan komunikasi. Terkadang asumsi-asumsi ini tidak


pernah diucapkan atau dicatat disuatu tempat. Dilain waktu
mereka mengambil bentuk ungkapan yang terlalu disederhanakan
atau pribahasa-pribahasa. Banyak dari asumsi-asumsi ini akan
bermanfaat jika diuji melalui penelitian. Hasilnya mungkin
pribahasa-pribahasa itu ditetapkan,tidak ditetapkan, atau
ditetapkan hanya sebagian (dalam batas-batas tertentu).
Dalam pengembangan teori, manusia kerap berusaha
menerangkan sesuatu yang sulit dimengerti. Pada dasarnya, tujuan
dari teori adalah untuk merumuskan pernyataan-pernyataan atau
dalil-dalil yang bisa memberi penjelasan. Pernyataan-pernyataan
teoritis ini mempunyai bentuk yang beragam:

1. Pernyataan jika- maka. Contoh: “jika seorang anak muda


melihat banyak kekerasan dalam televisi, maka dia akan
melakukan perbuatan-perbuatan yang agresif.” Dalam
study komunikasi, tidak banyak dalil-dalil yang berlaku
sepenuhnya yang dapat mereka katakan sebagai pernyataan
jika-maka. Bentuk pernyataan yang lebih umum adalah
pernyataan cenderung.
2. Pernyataan cenderung. Contoh: “Seseorang yang melihat
kekerasan dalam televisi cenderung berkelakuan agresif
dari pada seseorang yang tidak melihat kekerasan dalam
televisi.”
3. Pernyataan semakin X,semakin Y25. Contoh: “semakin
banyak kekerasan dalam televise semakin banyak pula
perilaku agresif yang terjadi.”
4. pernyataan-pernyataan yang menggunakan frase seperti
menimbulkan. Contoh: “Melihat kekerasan dalam televise
menimbulkan perilaku yang lebih agresif dari pada tidak
melihat kekerasan dalam televise.”
25
Effendy, Onong Uchjana, 2000, Dinamikan Komunikasi, Bandung: Remaja
Rosda Karya, hal; 65.

35
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

5. Ilmuwan komunikasi berpendapat bahwa selama ini kita


mempunyai beberapa teori yang kita terapkan setiap saat;
oleh karenanya, mengapa tidak mencoba membuatnya
menjadi teori terbaik? Ilmuwan percaya bahwa selama kita
harus menaruh percaaan yang besar terhadap harus
menaruh percaaan yang besar terhadap pernyataan-
pernyataan tentang cara kerja sesuatu yang telah teruji dan
terbukti, yang memiliki kemampuan menggeneralisasi dan
memprediksi. Ini adalah jenis-jenis pernyataan yang
membangun teori ilmiah dan juga berguna, sebagai seorang
psikolog, Kurt Lewin mengatakan dalam sebuah pernyataan
yang sering dikutip, “tidak ada yang sepraktis teori yang
bagus”26.
Dengan demikian teori komunikasi bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman kita tentang proses komunikasi. Dengan
pemahaman yang lebih baik, kita berada pada posisi yang lebih
baik untuk memprediksi dan mengontrol hasil-hasil dari
komunikasi.

1. Perubahan Teori Komunikasi


Teori komunikasi saat ini sedang berubah dan memang
butuh diperbaiki lebih jauh lagi agar bisa menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi di media. Diantara perubahan yang terjadi
secara nyata adalah sebagai berikut:
1. Adanya perhatian lebih besar terhadap penggunaan
komunikasi massa dari pada sebelumnya. Pentingnya
aktifitas audiens menjadi lebih jelas dengan adanya
perubahan bentuk pada media.
2. Adanya pergeseran menuju ilmu kognitif atau pendekatan
pada proses informasi (Beniger dan Gusek, 1995). Dan ini
melibatkan paling tidak tiga aspek:
26
Werner, 2005 dalam Arifin, Anwar, 2002, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar
Ringkas, Jakarta: Raja Grafindo persada

36
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

a. pergeseran pada variable bebas dari variable persuasi


(contoh, kredibilitas sumber) ke konsep seperti sebuah
wacana (contoh, sifat bahasa yang digunakan) dan
penyusunan (bagaimana peristiwa dikemas dan disajikan
dalam media).
b. Perubahan variable terikat dari sikap (evaluasi pro dan
kontra terhadap sebuah objek).
c. Pergeseran penekanan dari perunahan sebagai hasil
komunikasi (perubahan yang terjadi pada prilaku dan
sikap) ke restrukturisasi (perubahan pada skematis atau
model kita terhadap sebuah peristiwa, atau realitas
konstruksi sosial).
Dikutip dari buku teori komunikasi sejarah, metode dan
terapan karangan Werner (2005: 17) Satu dari hasil perubahan
teknologi adalah kita tidak lagi bisa mengatakan bahwa televisi
sebagai hasil sistem monolitik yang seragam, mengirimkan pesan
yang secara esensi sama pada semua orang. Pemikiran ini
mempunyai konsekuensi karena ada beberapa teori komunikasi
yang menganggap pada tingkat tertentu pesan televise atau hasil
pesan media adalah seragam27. Teori-teori ini mencakup juga teori
pengembangan milik Gabner dan teori spiral kesunyian-nya Noelle-
Newman28, dan juga pada tingkat yang lebih rendah, fungsi
penentuan agenda – agenda setting. Pada intinya, tampaknya bahwa
audiens yang terfragmentasi dan tersegmentasi yang merupakan
cirri media yang baru mungkin mengarah pada pengurangan
dampak pada media massa seperti yang disebutkan dalam teori
pengembangan, spiral kesunyian, dan fungsi penentuan agenda.

2. Kerangka Teori Komunikasi

27
Effendy, Onong Uchjana, 1993, Ilmu, Teori dan filsafat Komunikasi, Bandung, PT
Citra Adtya Bakti, hal; 70
28
Ibid; hal 78

37
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Para ahli sosiologi dan ahli ilmu-ilmu sosial lain telah


melakukan berbagai usaha, untuk mencari kerangka taori yang
sistematis yang menyangkut hubungan antara pengaruh
komunikasi dan variable-variabel yang mendukung pengaruh
tersebut.
Menurut Tommy Suprapto Tujuanya adalah untuk
menunjukkan secara garis besar bagaimana usaha-usaha untuk
merumuskan teori komunikasi telah berkembang sebagai titik
perhatian para ahli pengaruh media terhadap individu maupun
kelompok telah berhasil menumbuhkan pembaharuan-
pembaharuan yang berjalan pesat. Pembaharuan yang berwujud
perubahan maupun pembangunan pada umumnya merupakan
suatu proses yang berlanjut yang menyangkut hubungan antara
media dan massa29.
Sementara media massa dapat menumbuhkan bermacam-
macam rangsangan (Sitimulans) sehingga tanggapan audiens yang
dihasilkannya juga akan berbeda-beda. Hal ini dapat diuraikan
kedalam empat perumusan khusus yang merupakan ringkasan
pemikiran kontemporer tentang pengaruh media massa, seperti
yang dikatakan oleh Melvin De Fleur (1982: 185), yaitu:

Pertama: Teori Perbedaan-Perbedaan Individu


Para ahli psikologi menaruh perhatian yang besar terhadap
proses belajar, karena, terdapat kecenderungan baru terhadap otak
melalui proses belajar sebagai pelengkap untuk merumuskan teori-
teori belajar. Dalam rangka kegiatan ilmiah ini para ahli
menekankan betapa eratnya hubungan belajar dengan; motivasi;
suatu study laboratorian yang bersifat eksperimen berhasil
meyakinkan para ahli psikologi bahwa beberapa tingkat motivasi
dapat ditimbulkan melalui proses belajar, serta kenyataan bahwa

29
Rahmat, Jalaluddin dan Mulyana Deddy, 2001, Komunikasi Antar Budaya,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal; 46

38
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

setiap individu dapat memperoleh motivasi berdasarkan


rangsangan yang sama. Dari hasil study ini timbul pengakuan
adanya motivasi individu serta perbedaan-perbedaan pengalaman
bersdasarkan hasil belajar. Dengan demikian setiap individu
memiliki kepribadian masing-masing yang akan mempengaruhi
juga perilaku mereka dalam menanggapi sesuatu. Perbedaan
individu itu terjadi disebabkan karena perbedaan lingkungan, yang
menghasilkan pula perbedaan pandangan dalam menghadapi
sesuatu. Dari lingkungannya akan terbentuk sikap, nilai-nilai serta
kepercayaan yang mendasari kepribadian mereka. Anak kembar
sekalipun yang secara biologis mempunyai persamaan-persamaan,
akan dapat berbeda kepribadiannya jika dibesarkan dalam
lingkungan sosial yang berbeda. Setiap orang dengan sendirinya
memiliki persepsi yang berbeda sehubungan dengan
kepribadiannya.
Berdasarkan teori-teori psikologi sebagai latar belakang,
para ahli komunikasi harus mengubah jalan pikirannya tentang
pengaruh media. Sekarang menjadi jelas bahwa audiens dari suatu
medium komunikasi bukanlah suatu kelompok monoritis yang
anggota-anggotanya senantiasa mempunyai tanggapan yang sama
terhadap ini medium.prinsip-prinsip mengenai atensi selektif serta
persepsi selektif dibentuk berdasarkan perilaku komunikasi dari
audience. Teori psikologi umum telah merumuskan konsep persepsi
selektif berdasarkan pada perbedaan-perbedaan kepribadian
individu. Setiap orang akan menanggapi ini media berdasarkan
kepentigan mereka, disesuaikan dengan kepercayaanya serta nilai-
nilai sosial mereka.
Atas dasar pengakuan bahwa tiap individu tidak sama
perhatianya , kepentingannya,kepercayaannya maupun nilai-
nilainya, maka dengan sendiriny selektivitas mereka terhadap
komunikasi mass juga berbeda. Oleh sebab itu pengakuan terhadap
perbedaan individu dalam menanggapi komunikasi diwujudkan

39
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

dalam, “teori perbedaan-perbedaan individu mengenai pengaruh


komunikasi massa”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh
media terhadap individu akan berbeda, satu sama lain disebabkan
adanya perbedaan psikologis di antara idividu.

Kedua: Teori Kategori Sosial


Teori ini beranggapan bahwa terdapat kategori sosial yang
luas dalam masyarakat kota industri yang kurang lebih memiliki
perilaku sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Kategori
sosial tersebut didasarkan pada usia, seks, tingkat penghasilan,
tingkat pendidikan, tempat tinggal (desa atau kota), ataupun
agama. Dalam hubungannya dengan komunikasi massa dapat
digambarkan bahwa majalah mode jarang dibeli oleh pria,
sedangkan majalah olahraga jarang dibaca oleh wanita. Variable-
variabel seperti seks, umur pendidikan tampaknya turut serta
menentukan selektifitas seseorang terhadap media yang ada.
Asumsi dasar dari teori katagori sosial adalah teori sosiologi
yang berhubungan dengan kemajemukan masyarakat
modern,dimana dinyatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-
sifat tertentu yang sama membentuk sikap yang sama dalam
menghadapi rangsangsangan tertentu. Persamaan dalam orientasi
serta sikap akan berpengaruh pula terhadap tanggapan mereka
dalam menerima pesan komunikasi.Masyarakat yang memiliki
orientasi sama lebih kurang akan memilih isi komunikasi yang
sama dan akan menanggapi isi komunikasi tersebut dengan cara
yang sama.
Perbedaan pokok antra teori perbedaan-perbedaan individu
dengan teori kategori sosial adalah pada latar belakang dasr ilmu yang
mendukungnya serta pada obyeknya. Teori perbedaan –perbedaan
individu berdasarkan pada pengembangan teori psikologi umum
sedang teori kategori sosial berdasarkan pada teori sosiologi umum.

40
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Sedang obyek dari perbedaan-perbedaan individu terbatas pada


individu, dan objek dari kategori sosial adalah pada kelompok
status sosaial tertentu.

Ketiga: Teori Hubungan Sosial


Teori ini menyuatakan bahwa dalam menerima pesan-pesan
komunikasi melalui media,orang lebih banyak memperoleh pesan
itu melalui hubungan atau kontak dengan orang lain daripada
menerima langsung dari media massa.Hubungan sosial yang
informal merupakan salah satu variabel yang turut menentukan
besarnya pengaruh media.
Dalam kenyataannya terbukti bahwa orang-orang yang
langsug menerima pesan-pesan komunikasi melalui media,orang
lebih banyak pesan itu melalui hubungan atau kontak dengan
orang lain daripada menerima langsung dari media
massa.Hubungan sosial yang informal merupakan salah satu
variabel yang turut menentukan besarnya pengaruh media.
Dalm kenyataannya terbukti bahwa orang-orang yang yang
langsung menerima informasi dari media terbatas sekali. Mereka,
inilah yang merumuskan informasi dari media tersebut pada orang
lain melalui saluran komunikasi informal. Berdasarkan pada hasil
penelitian, maka arus informasi akan melalui sua tahap. Pertama,
informasi bergerak dari media kepada individu-individu yang
relatif “well informed”, mereka pada umumnya memperoleh
informasi langsung.
Kedua, informasi tersebut kemudian bergerak melalui
saluran komunikasi antar pribadi kepada individu-individu yang
kurang memiliki hubungan langsung dengan media dan
ketergantungan merek akan informasi pada orang lain besar sekali.
Proses komunikasi yang demikian ini dinamakan komunikasi dua
tahap (Two step-flow communication).

41
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Individu-individu yang lebih banyak memiliki hubungan


dengan media tersebut “pemuka pendapat”, karena ternyata
mereka memainkan peranan yang besar sekali dalam meneruskan
dan menafsirkan informasi yang nereka terima. Cara penafsiran
informasi yang kemudian berkembang menjadi “pengaruh pribadi”
merupakan salah satu mekanisme penunjang yang penting, yang
berada diantara pesan-pesan komunikasi dengan jenis tanggapan
yang diberikan terhadap pesn-pesan tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori hubungan
sosial mencoba menekankan pentingnya variabel hubungan antara
pribadi sebagai sumber informasi maupun sebagai pengaruh media
komunikasi.

Keempat: Teori Norma-norma Budaya


Teori ini melihat cara-cara mass media mempengaruhi
sebagai suatu produk budaya. Pada hakikatnya, teori norma-norma
budaya menganggap bahwa media massa melalui pesan-pesan yang
disampaikannya sevara tertentu dapat menumbuhkan kesan-kesan
yang oleh khalayak disesuaikan dengan norma-norma budayanya.
Perilaku individu umumnya didasarkan pada norma-norma
budaya yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi, dalam hal
ini media akan bekerja secara tidak langsung untuk mempengaruhi
sikp individu tersebut.
Paling sedikit ada tiga cara untuk mempengaruhi norma-
norma budaya yang dapat ditempuh oleh media massa. Pertama,
pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkuat pola-pola
budayanya yang berlaku dan membimbing masyarakat untuk
mempercayai bahwa pola-pola tersebut masih tetap berlaku dan
dipatuhi oleh masyarakat.
Kedua, media dapat diciptakan pola-pola budaya baru yang
tidak bertentangan dengan pola budaya yang ada, bahkan
menyempurnakannya.

42
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Ketiga, media massa dapat mengubah norma-norma budaya


yang berlaku dan dengan cara demikian mengubah perilaku
individu-indivdu dalam masyarakat.
Mengenai besarnya pengaruh media massa terhadap norma-
norma budaya memang masih harus lebih banyak dibuktikan lewat
penelitian-penelitian yang intensif.
Menurut Lazarfeld dan Merton dalam Wright (1985) media
sebenarnya hanya berpengaruh dalam memperkokoh norma-norma
budaya yang berlaku. Mereka berpandangan bahwa media bekerja
secara konservatif dan hanya menyesuaikan diri dengan norma-
norma budaya masyarakat seperti selera dan nilai-nilai, dari pada
memimpin mereka untuk membentuk norma-norma yang baru.
Dalam keadaan tertentu media massa, maupun untuk
menumbuhkan norma-norma budaya baru. Idealnya kebiasaan
membaca yang berkembang dengan cepat akibat penyebaran surat
kabar, minat untuk menikmati siaran radio bertambah besar dengan
adanya televise juga yang membawa norma-norma baru mengenai
perilaku komunikasi massa. Media massa secara bersama-sama
memberikan suasana baru bagi interaksi keluarga serta
memanfaatkannya sebagai sarana rekreasi di rumah.
Persoalan yang menyangkut masalah apakah media dapat
mengubah perilaku masyarakat yang telah mapan, masih
merupakan persoalan yang rumit. Misalnya, kampanye larangan
merokok yang dilakukan lewat media massa oleh organisasi
antikanker di Amerika serikat yang bertujuan agar masyarakat
mengurangi rokok terbukti secara perlahan-lahan memberikan
pengaruh yang positif. Untuk pertama kalinya dalam sejarah terjadi
pengurangan konsumsi rokok di kalangan penduduk Amerika
Serikat (1968), hal mana belum pernah terjadi sebelum didakannya
kampanye.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media massa
dapat memperkuat norma-norma budaya dengan informasi-

43
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

informasi yang disampaikan setiap hari. Selain itu media massa


dapat mengaktifkan perilaku tertentu, apabila informasi yang
disampaikan sesuai dengan kebutuhan individu dan tidak
bertentangan dengan struktur norma-norma budaya yang berlaku,
media massa bahkan dapat menumbuhkan norma-norma budaya
baru dalam perilaku selama norma tersebut tidak dihalangi oleh
hambatan-hambatan sosial budaya.
Keraguan yang masih timbul dikalangn para ahli adalah
yang menyangkut persoalan benarkah tanpa bantuan atau
dukungan dari factor-faktor lain media massa maupun merangsang
perubahan. Dengan perkataan lain, bahwa media massa tidak
mempengaruhi secara mendalam norma-norma yang telah
melembaga. Kesimpulan ini,sebagaimana kesimpulan-kesimpulan
lainnya mengenai pengaruh media bersifat tentative dan dapat
berubah berdasarkan pada data yang meyakinkan.
Secara keseluruhan, teori norma-norma budaya kemudian
masih harus dikaji lebih lanjut karena sifatnya yang controversial.
Hal ini merupakan tantangan untuk para ahli komunikasi serta
ahli-ahli ilmu sosial yang lain untuk menemukan factor-faktor,
pembatasan-pembatasan, serta persyaratan-persyaratan apa yang
memungkinkan media, mempengaruh norma budaya. Jika hal ini
menjadi bertambah jelas, maka perdebatan mengenai teori norma-
norma budaya niscaya dapat diredakan.

44
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

BAB IV
HAKEKAT KOMUNIKASI

A. ILMU KOMUNIKASI
Perdebatan seputar komunikasi dapat digolongkan ilmu
atau sekedar pengetahuan sesungguhnya telah berlangsung lama
Apabila komunikasi itu ilmu, termasuk ilmu apa; apakah termasuk
kelompok ilmu sosial (social science) atau kelompok lain?
Mengenai pengelompokan ilmu para ahli yang satu dengan yang
lainnya mempunyai pendapat yang berbeda, meskipun demikian
semua ahli sepakat mengelompokkan komunikasi sebagai bagian
besar dari Ilmu-ilmu sosial . Dalam undang-undang pokok tentang
perguruan tinggi nomor 22 tahun 1961 di cantumkan
penggolongan ilmu pengetahuan yang terdiri atas empat
kelompok, yaitu:
a. Ilmu agama/kerohanian
b. Ilmu kebudayaan
c. Ilmu sosial
d. Ilmu eksakta dan tekhnik

Pengelompokan itu menurut undang-undang tersebut ternyata


berbeda dengan pendapat para ahli.
Dr.Mohammad Hatta dalam bukunya Pengantar ke jalan ilmu
dan pengetahuan, membagi ilmu menjadi tiga kelompok, yaitu:
b. Ilmu alam (yang terbagi atas teoritika dan praktika)
c. Ilmu sosial (yang terbagi atas teoritipa dan praktika)
d. Ilmu kultur

H. Endang Saifudin Anshari, M,A dalam bukunya, ilmu, filsafat


dan agama, menggolongkan ilmu menjadi tiga kelompok, sama

45
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

dengan penggolongan Stuart Chase dalam bukunya The Proper


Study Of Mankind, yakni:

a. Ilmu Alam (natural science)


b. Ilmu kemasyarakatan (social science)
c. Humaniora (study humanitas, humanities studies)

dalam buku tersebut “publisistik dan jurnalistik “ termasuk


ke dalam ilmu kemasyarakatan (social science).Berikut ini
adalah pembagian ilmu selengkapnya:

a. Ilmu pengetahuan alam (natural science)


1. Biologi
2. Antropologi fisik
3. Ilmu kedokteran
4. Ilmu farmasi
5. Ilmu pertanian
6. Ilmu pasti
7. Ilmu alam
8. Ilmu tekhnik
9. Geologi
10. Dan sebagainya
b. Ilmu kemasyarakatan (social Science)
1. Ilmu hukum
2. Ilmu ekonomi
3. Ilmu jiwa sosial
4. Ilmu bumi sosial
5. Sosiologi
6. Antropologi budaya dan sosial
7. Ilmu sejarah
8. Ilmu politik

46
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

9. Ilmu pendidikan
10. Publisistik dan jurnalistik
11. Dan sebagainya
c. Humaniora (study Humanities; humanities study)
1. Ilmu agama
2. Ilmu filsafat
3. Ilmu bahasa
4. Ilmu seni
5. Ilmu jiwa
6. Dan sebagainya

Di sisi lain Prof Harsojo mengutip pendapat Robert Bierstedt


dalam bukunya The Social Order yang menyusun sejumlah
ilmu murni yang erat hubungannya dengan ilmu-ilmu terapan
sebagai yang tertera di bawah ini:

Ilmu ilmu murni ilmu-ilmu terapan


Fisika Bangun karya
Astronomi Navigasi
Matematika Akuntasi
Kimia Farmasi
Fisiologi Ilmu obat obatan
Ilmu politik Politik
Jurisprudensi Hukum
Zoologi Peternakan
Botani Pertanian
Geologi Bangun karya minyak
Sejarah Jurnalistik
Ekonomi Tata niaga
Sosiologi Administrasi

B. PENGERTIAN KOMUNIKASI

47
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Setiap orang yang hidup bermasyarakat sejak bangun tidur


hingga tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam proses
komunikasi yang unik. Terjadinya komunikasi ini merupakan
konsekwensi dari hubungan sosial (social relations) antara manusia
satu dengan yang lain. Atas dasar ini para pakar berpendapat
bahwa terbentuknya sebuah pranata masyarakat adalah
dikarenakan kehadiran dua orang/ atau lebih yang keberadaannya
saling berhubungan satu sama lain. Hubungan ini pada akhirnya
menumbuhkan interaksi sosial (social interaction). terjadinya
interaksi sosial di sebabkan interkomunikasi (intercommunication).
Komunikasi dalam pengertian secara umum dapat di lihat dari tiga
aras besar di bawah ini:

1. Perspektif Estimologi
Secara estimologi istilah komunikasi berasal dari bahasa
latin communication yang bersumber dari kata communis. Yang
berarti sama makna dan sama rasa mengenai suatu hal 30. Para ahli
juga mensejajarkan asal kata komunikasi communicare yang di
dalam bahasa latin mempunyai arti berpartisipasi atau berasal dari
kata commones yang berarti sama = common31.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang
melakukan proses komunikasi selalu mengharapkan partisipasi
dari orang lain atau bertindak sama sesuai dengan tujuan dan
harapan atau pesan yang di sampaikannya. Dalam kaitan ini
seorang ahli komunikasi, Prof. Wilbur Schramn berpendapat;

When we communicate, we are trying to establish a


commoness with someone. That is we are tryng to share
information, an idea or an attitude,…Communication
30
Onong Uchjana:2000, Op, cit, hal; 3
31
Tasmara, Toto, 1997, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, hal;
98

48
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

always requires at least three elements-the source, the


message, and destinition32

Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan, bahwa proses


komunikasi yang dilakukan manusia sesungguhnya ingin berusaha
merajut persamaan atau commoness dengan manusia lain; baik
dilakukan dengan cara menpa unsur;

1. Sumber (Source)
2. Isi pesan (Message)
3. Tujuan (Destinition)

Sumber yang di maksudkan di sini adalah seseorang yang


mengambil inisiatif pertama untuk melakukan proses komunikasi.
Pesan (message) adalah idea-idea atau gagasan atau buah pikiran
yang di sampaikan oleh sumber kepada orang lain dengan tujuan
(Destinition) agar orang lain bertindak sama sesuai dengan harapan
yang di tuangkan dalam pesan tersebut. Kalau si Imron berkata
kepada si Amin “pergilah ke masjid”, maka dapat di uraikan
sebagai berikut:

1. Sumber (Source) : Si Imron


2. Isi pesan (Message) :kalimat “pergilah ke masjid”
3. Tujuan (Destinition) : Perubahan sikap dari si amin yaitu
bertindak memenuhi pesan yangdi sampaikan oleh
sumber (si Akhmad)

Uraian di atas memperjelas tujuan dari proses komunikasi yang


sedang dilakukan, yaitu harapan terjadinya perubahan sikap atau
32
Wilbur Schramn, Men Message and Media, Horper and Row, New York, 1973,
p; 115

49
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

tingkah laku orang lain untuk memenuhi harapan yang di


tentukan melalui pesan-pesan yang di sampaikan. Karena itu
komunikasi dapat pula disebut sebagai suatu usaha untuk
mempengaruhi sikap atau tingkah laku orang lain. Seorang ahli
sosiolog, Carl I. Hovland berpendapat: “Communicaton is the
proses by which an individual (the comunicator) transmit stimuli
(usually verbal syimbol) to modify the behaviour of other
33
individual”
Pernyataan Hovland di atas menegaskan unsur baru dalam
proses komunikasi antar manusia, yaitu The communicator-Transmit
stimuli-to modify the behafiour of other individual. Dalam kaitan ini
yang dimaksud komunikator adalah seseorang yang
menyampaikan suatu gagasan atau pesan-pesan kepada pihak lain.
Sedangkan pihak lain (other individual) di dalam proses komunikasi
di sebut dengan istilah komunikan . sungguhpun demikian,
seseorang dapat saja berperan secara ganda, yaitu sebagai
komunikator sekaligus sebagai komunikan. Misalnya saja seseorang
yang sedang melakukan kontemplasi, merenung, atau memikirkan
sesuatu hal, sesungguhnya ia sedang melakukan proses komunikasi
dengan dirinya sendiri (intrapersonal communication), dan
karenanya tampillah ia dalam posisi ganda tersebut.
Adapun transmit stimuli atau menyampaikan rangsangan,
merupakan usaha dari komunikator untuk menyampaikan
lambang-lambang tertentu agar dengan rangsangan (stimuli)
lambang tersebut dapat mempengaruhi tingkah laku dari
komunikan. Agar lambang-lambang yang di sampaikan tersebut
mempunyai daya stimulan, sudah barang tentu, terlebih dahulu-
lambang tersebut harus memiliki arti (meaningful) syimbols, dan
juga dapat di artikan (interpretif) oleh komunikan. Apabila
lambang sebagai wakil dari gagasan yang akan disampaikan
33
Liliweri, Alo, Komunikasi Verbal dan Non Verbal, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1994, hal; 94

50
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

tidak di artikan sama sesuai dengan isi gagasan yang terwakili


dalam lambang tersebut, maka sudah bisa di pastikan komunikasi
itu akan memperoleh hambatan, bahkan bisa jadi gagal sama
sekali.
Manusia adalah makhluq yang paling gemar
mempergunakan lambang. Bahkan dapat dikatakan bahwa salah
satu karakteristik dari manusia yang membedakan dari makhluq
lainnya adalah dalam hal kemampuannya berlambang
(syimbolicum animale). Sebab lambang adalah ekspresi pikiran
manusia. Lambang tersebut dapat berupa deretan huruf-huruf
yang di rangkai sebagai suatu kata tertentu yang punya maksud,
dapat pula lambang itu berupa isyarat-isyarat, berupa warna,
bunyi, dan lain-lain. Dus, semua hal yang dapat mewakili ekspresi
fikiran/ maksud manusia dan mengandung arti tertentu, itulah
lambang.
Lambang-lambang yang dipergunakan dalam proses
komunikasi haruslah lambang yang bermakna dan dapat dimaknai
oleh kedua belah pihak sehingga jauh dari misinterpretation. Di
dalam disiplin ilmu komunikasi peranan lambang tidak saja harus
bermakna sama, akan tetapi sejauh mana lambang sebagai wakil
sebuah gagasan dapat merangsang orang lain dan dapat
menggerakkan orang lain agar berubah sikap sesuai dengan
harapan komunikator. Atas dasar ini disadari bahwa setiap
komunikasi pastilah mempunyai tujuan, dengan kata lain tidak ada
komunikasi tanpa tujuan karena komunikasi itu dari dan untuk
manusia maka sudah sepatutnya dalam mempelajari efektifitas
komunikasi , seseorang harus berfikir secara human oriented dengan
segala aspeknya. Wilbur Schramm mengatakan:

when we stydy communication, there fore we study people


relating each other and their groups, organizations and

51
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

societies….to understand human communication we must


understand how people relate to one another34.

Dari ungkapan ini, jelaslah bahwa seorang komunikator


harus dapat memahami aspek-aspek manusiawi dari komunikan
yang di hadapinya. Harus sanggup mendalami latar belakang
pengalaman dari komunikannya (field of reference). Bagaimana
pesan komunikasi bisa di pahami dan berhasil merangsang sikap
komunikan, apabila komunikator mempergunakan lambang yang
tidak di mengerti atau tidak sejalan dengan kemampuan berfikir
dari komunikannya. Bagaimana bisa terjadi perubahan sikap dari
komunikan apabila komunikator mempergunakan istilah-istilah,
atau lambang-lambang sedangkan komunikannya sama sekali
tidak mengerti dan tidak memiliki cukup pengetahuan untuk
memahami istilah atau lambang tersebut. Oleh karena itu latar
belakang pengalaman dan pengetahuan (field of experience and
frame of reference) seseorang berperan sangat besar dalam
berkomunikasi. Karena pengalaman seseorang baik positif maupun
negatif akan ikut serta mempengaruhinya dalam hal orang tersebut
menentukan keputusan maupun menginterpretasikan atas isi
pesan komunikasi.
Terkait dengan kredebilitas Komunikator, Koesdarini
Soemiati di dalam catatanya berusaha mempertanyakan siapakah
komunikator? Adakah pembicaraannya dapat dipercayai?
Agaimana komunikan dapat mempercayai? Mengapa komunikan
harus mempercayainya? Semua hal tentang tingkat kepercayaan
kepada komunikator ia sebut sebagai kredebilitas komunikator35.

34
Effendi Onong Uchjana, Propaganda Melalui Siran Radio, Tesis Fakultas
Publistik Universitas Pajajaran Bandung, 1966, hal; 90
35
Koesdarini Soemiati, Komunikasi Interpersona dalam Riyono Pratikto (ed)
Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi, Remaja Karya, Bandung, 1987, hal; 51

52
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Kredebilitas komuniklator ini sesungguhnya telah diteliti


oleh Aristotels di dalam bukunya “Rhetoric” dengan mengatakan;
Persuasion is a cieved by the speaker’s personal character
when the speech is so spoken as to make us think him
credible. We believe good man more fully and more readilly
than others. This is true generally whatever the quation is,
and absolutely true where eXact certainty is imposablle and
opinion are divided. There are three things whice inspire
confidence in the orator ‘s own character –the three namely
that induce us to believe a thing a part from any proof of it;
good sense, good moral character, and good will”.
(Persuasi dapat dicapai oleh karakter pribadi si pembicara
bila pidatonya diucapkan untuk memberikan pesan kepada
kita bahwa dia dapat dipercaya. Kita percaya lebih penuh
dan lebih mudah pada orang yang baik ketimbang pada
orang lain. Memang demikianlah pada umumnya, apapun
masalahnya, dan samasekali benar bila kepastian yang tepat
tidak mungkin, dan pendapat terbagi-bagi. Ada tiga hal
yang membangkitkan kepercayaan pada karakter si
pembicara-ketiga hal itu, yaitu yang menyebabkan kita
mempercayai sesuatu terlepas dari pembuktiannya;
kebijaksanaan, sifat dengan akhlak yang baik, dan itikad
baik).36

Jadi, memang penelitian tentang kredibilitas komunikator


bukan hal baru. Aristoteles dengan keahliannya berpidato telah
mengamati dan meneliti apa yang menyebabkan pendengar mau
membuang waktunya untuk mendengar suatu pidato. Unsur
kepercayan pada sumber yang mengadakan komunikasi
merupakan unsur penting dalam melakukan suatu komunikasi
yang efektif. Terkait dengan hal ini, Devito mengemukakan adanya
tiga tipe kredibilitas37, yaitu;
36
Joseph A Devito, The Interpersonal Comunication Book, Harper & Row, New
York, 1976, p; 44-46
37
Ibid, p; 130-132

53
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

a. kredibilitas berdasarkan titel.


b. Kredibilitas yang didapat selama berkomunikasi
c. Kredibilitas yang didapat pada akhir komunikasi

Kredebilitas yang diperoleh komunikator terkait erat dengan


beberapa unsur yang saling berkelindan. Beberapa unsur yang
menunjang kredebelitas itu masing-masing; Kompetensi, yaitu
kemampuan seseorang dalam bidangnya menjamin kepercayaan
bagi pendengarnya. Misalnya seseorang ahli yang berbicara dalam
bidangnya akan lebih mendapat kredebilitas dari pada ketika dia
berbicara diluar bidangnya.
Karakter secara moral, seseorang dengan sifat, tabiat,
karakter yang dipandang baik oleh publik, akan memperoleh
kepercayaan yang lebih besar dari pada seseorang yang bertabiat
jelek, tercela, dan tidak bisa dibenarkan oleh etika dan hukum yang
dianut masyarakat.
Keperibadian. Orang yang berkepribadian terbuka,
penggemberi, dan mudah bergaul akan lebih cepat memperoleh
kepercayaan daripada orang yang pendiam dan pemurung.
Tujuan. Seseorang yang berbicara akan terasa apa tujuan
pembicaraan itu. Misalnya seorang propagandis atau salesman
yang akan menawarkan barang dagangannya, tentu kurang
mendapat kepercayaan dikarenakan tujuan pembicara itu untuk
kepentingan dan keuntungan si pembicar. Tentu saja isi
pembicaraan kanmemuji dan mengunggulkan kualitas barang dan
kepentingannya. Hal ini tentu diketahui oleh komunikan. Oleh
karena itu, komunikator kurang dapat memperoleh kepercayaan.
Dinamisme. Yaitu faktor kegesitan bergerak serta ringan
tangan kadang-kadang ditanggapi sebagai orang yang rajin bekerja

54
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

dengan sendirinya orang akan suka dan mudah menaruh


kepercayaan kepadanya.
Jadi, selain faktor-faktor seperti keterbukaan, empati, rasa
positif, dukungan dan kesamaan, maka faktor kredibilitas juga
mendukung suatu persyaratan komunikasi antarpersonal yang
efektif. Mengapa demikian, hal ini disebabkan keefektifan suatu
komunikasi tidak mungkin apabila sipendengar tidak bersedia
mendengarkan. Si pendengar hanya mau mendengarkan apabila
mereka dapat percaya ke si pembicara. Selanjutnya akan lancar dan
mudahlah proses untuik dapat dipahami. Dan dapat mencapai
tujuan sesuai dengan keinginan komunikator.
Sementara itu, dari pengalaman yang ada disadari, bahwa
manusia cenderung untuk menghindari sesuatu yang pernah
merugikan dirinya, dan sebaliknya seseorang akan lebih antusias
apabila dengan melakukan sesuatu ia akan memperoleh
pengalaman yang menguntungkan. Di sinilah komunikator di
tuntut untuk memiliki pengetahuan psikologis dalam pendekatan
kepada sasaran komunikasinya. Dia harus sanggup melihat
manusia dalam posisi yang multi dimensi, manusia dalam dimensi
jasmani dan rohani, dimensi manusia sebagai subyek sekaligus
obyek, dalam segala aspeknya. Dengan demikian dilihat, betapa
luasnya – ruang lingkup komunikasi38.
Dapat dikatakan, komunikasi berlangsung apabila antar
orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai
suatu hal yang di komunikasikan. Jelasnya, bila seseorang
mengerti tentang sesuatu yang di nyatakan orang lain kepadanya
maka komunikasi berlangsung sempurna. Hubungan
interdependensial yang melingkupi semacam itu dapat dikatakan
sebagai interaksi yang komunikatif. Sebaliknya, bila komunikator

38
Tasmara, Toto, 1997, Komunikasi Dakwah, Op.cit, hal; ,35

55
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

dan atau komunikan tidak saling memahami maka komunikasi


tidak akan dapat berjalan (mis communication).

2. Perspektif Terminologi
Secara terminologis komunikasi merupakan proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah
orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain
yang disebut dengan ‘komunikasi manusia’ (human communication)
atau ‘komunikasi sosial’ (social communication). Komunikasi
manusia sebagai singkatan dari komunikasi antar manusia
dipahami sebagai komunikasi sosial atau komunikasi
kemasyarakatan adalah dikarenakan hanya pada manusia-manusia
yang bermasyarakat akan dapat tercipta komunikasi. Dari
pengertian ini, komunikasi yang di bahas di sini tidak termasuk
komunikasi hewan, komunikasi transendental dan komunikasi
fisik.
Komunikasi hewan adalah komunikasi antara hewan satu
dengan yang lain. Gajah berkomunikasi dengan gajah, burung
berkomunikasi dengan burung, dan seterusnya. Komunikasi
manusia dengan hewan; seperti polisi dengan anjing pelacaknya,
petani pembajak sawah dengan kerbaunya, tidak termasuk dalam
proses komunikasi yang dibahas.
Komunikasi transendental adalah komunikasi dengan sesuatu
yang bersifat “gaib” termasuk komunikasi dengan Tuhan. Orang
yang sedang sembahyang baik yang sedang melakukan
kewajibannya sebagai umat beragama ataupun yang meminta
sesuatu misalnya sholat hajat atau sembahyang istikhoroh di
kalangan pemeluk islam, sungguhpun tengah berkomunikasi
dengan Tuhan, tetapi komunikasi jenis ini tidak dapat
dikatagorikan sebagai social communication.

56
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Komunikasi fisik adalah komunikasi yang menghubungkan


tempat satu dengan tempat yang lain, misalnya dua tempat yang
dihubungkan oleh kereta api, bis, pesawat terbang dan lain
sebagainya yang mengangkut manusia. Tetapi ini bukan
komunikasi sosial atau komunikasi antarmanusia. Sungguhpun
ada kalanya terdapat kaitan dengan komunikasi antar manusia,
misalkan surat berisikan pesan seseorang kepada orang lain yang
di angkut oleh kereta api atau pesawat terbang, akan tetapi tidak
dapat dikatagorikan sebagai human communication.

c. Perspektif Paradigmatis
seperti yang telah di jelaskan diawal, dalam pengertian
secara umum komunikasi adalah proses penyampaian suatu
pernyataan yang di lakukan oleh seseorang kepada orang lain
sebagai konsekwensi dari hubungan sosial. Komunikasi dalam
pengertian ini sering terlibat pada perjumpaan dua orang. Mereka
saling memberikan salam, bertanya tentang kesehatan dan
mengenai keluarga dan sebagainya.
Dalam pengertian paradigmatik komunikasi mengandung
tujuan tertentu; ada yang di lakukan secara lisan, secara tatap
muka, atau melalaui media, baik media massa seperti surat kabar,
radio, telefisi atau film maupun media non-massa, misalnya surat,
telephon, papan pengumuman, poster dan sebagainya.
Komunikasi dalam pengertian paradigmatik bersifat
intensional mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan
dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu,
bergantung kepada pesan yang akan di komunikasikan dan pada
komunikan yang di jadikan sasaran.
Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatik ini
banyak definisi yang di kemukakan oleh para ahli, tetapi dari
sekian banyak definisi itu dapat disimpulkan secara lengkap
dengan menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu: Komunikasi

57
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada


orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,
pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak
langsung melalui media.
Di dalam bukunya Deddy Mulyana mendefinisikan
komunikasi sebagai penyampaian pesan melalui media elektronik39.
Lebih luas lagi ia menguraikan bahwa komunikasi adalah interaksi
antara dua makhluq hidup atau lebih sehingga para peserta
komunikasi ini mungkin saja termasuk hewan, tanaman dan
bahkan jin.
Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi
tahu atau mengubah sikap (attitude) pendapat (opinion) atau
perilaku (behavior). Jadi di tinjau dari segi si penyampai
pernyataan, komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif.
Komunikasi persuasif lebih sulit daripada komunikasi informatif.
Karena memang tidak mudah untuk mengubah sikap, pendapat
atau perilaku seseorang atau sejumlah orang.

C. OBYEK KAJIAN ILMU KOMUNIKASI


Untuk menentukan apakah komunikasi itu ilmu atau bukan
bergantung pada apakah komunikasi memenuhi persyaratan ilmu.
Prof. Harsoyo dalam karyanya, apakah ilmu itu ?,
menegaskan bahwa ilmu itu bersifat : 1) Rasional, Yang dimaksud
dengan rasional ialah sifat kegiatan pemikiran secarta tersusun
sistematis. Hasil pemikiran seperti itu diperoleh melalui deduksi. 2)
Empiris, pemahaman pengalaman manusia ini bukan untuk
menemukan kebenaran terakhir, melainkan- sebagaimana dengan
ilmu-ilmun lainya menyatukan hasil pendekatanya itu dalam
bentuk proposisi ‘ jika sebabnya begini” maka “akibatnya demikian
3) Umum, artinya kebenaran-kebenaran yang diajarkan tidak
39
Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi; Meneropong Politik dan Budaya
Komunikasi Masyarakat Kontemporer, Rosda Karya, Bandung, 2001, hal; 121

58
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

bersifat rahasia lagi dan tidak dirahasiakan, tetapi memiliki nilai


sosial. Dan demi wibawa ilmiah hasil penelitianya juga
terpublikasikan untuk diketahui oleh mereka yang menaruh minat
pada kegiatan komunikasi. 4) akumulatif, artinya jelas. Komunikasi
tidak memiliki ciri-ciri lain sebagai persyaratan ilmu apabila tidak
bersifat akumulatif.
Ilmu merupakan paduan yang harmonis antara fakta dan
teori, dari fakta kemudian melalui serangkaian proses pembuktian
diantara hubungan-hubunganya kemudian menjadi teori atau yang
disebut sebagai teori subtantif (teori yang dibangun dari fakta atau
data) dan atau konsep atau teori yang dicari pembuktianya melalui
serangkaian proses pembuktian kemudian menjadi teori lagi yang
disebut sebagai teori metodologik.
Teori dapat dibedakan dengan pemikiran spekulatif
walaupun teori akan tetap menjadi spekulatif sampai dapat
dibuktikan kebenaranya secara empiris. Problem yang muncul ialah
apabila teori itu tetap dipengaruhi dan diyakini padahal tanpa
didukung fakta-fakta empiris. (Affandi, 1991: 20)
Untuk mengetahui posisi ilmu komunikasi, maka
persyaratan ilmu sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof.
Harsoyo dalam karyanya, apakah ilmu itu ?, adalah : salah satunya
bahwa ilmu harus mempunyai obyek tertentu, obyek ini sebagai
lahan kajian dan lapangan penyelidikan bagi suatu ilmu termasuk
ilmu komunikasi. Dalam melihat obyek kajian ini, ada yang disebut
obyek materi, dan ada yang disebut sebagai obyek forma. Obyek
materi adalah lapangan penyelidikan suatu ilmu, sedangkan obyek
forma adalah sudut tertentu yang menentukan macam ilmu kalau
obyek materialnya sama40 dari sini dapat diketahui bahwa yang
menjadi obyek komunikasi itu adalah manusia dan kehidupan
bersama manusia lain, kemudian obyek forma ilmu komunikasi
adalah sistem kegiatan manusia dalam proses melakukan
40
Pudjawijatna, 1987, Tahu dan Pengetahuan, Pengantar Ke Ilmu dan Filsafat,
Jakarta, Bina Aksara, hal; 69

59
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

komunikasi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, studi ilmu


komunikasi bukanlah hanya surat kabar (iomu pers/jurnalistik),
bukan pula hanya media massa (ilmu komunikasi massa) atau
pernyataan umum (publisistik) melainkan komunikasi atau
pernyataan antar manusia. Dengan demikian ilmu komunikasi
mencakup semua pernyataan antar manusia baik melalui media
massa dan retorika maupun yang dilakukan secara langsung. Justru
itu kehadiran ilmu komunikasi sama sekali tidak menghilangkan
eksistensi kajian-kajian sebelumnya seperti jurnalistik, pers dan
media massa, retorika dan komunikasi persona. Bahkan semua itu
merupakan bidang studi dari ilmu komunikasi.

60
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

BAB V
ASPEK KOMUNIKASI

Dari pengertian komunikasi sebagaimana diuraikan di atas


tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang di cakup dan
merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa
komunikasi komponen atau unsur – unsure komunikasi meliputi;

A. Source (sumber)
Adalah dasar yangdi gunakan di dalam penyampain pesan
yang di gunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.
Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.
Dalam hal sumber ini yang perlu kita perhatikan kredibilitas
terhadap sumber (kepercayaan) baru, lama, sementara dan lain
sebagainya. Apabila kita salah mengambil sumber maka
kemungkinan komunikasi yang kita lancarkan akan berakibat
lain dari yang kita harapkan.

B. Communicator (komunikator=penyampai pesan)


Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara,
menulis, kelompok orang, organisasi komuniaksi seperti surat
kabar, radio, telrevisi, film dan sebagainya. Dalam komunikator
menyampaikan pesan kadang-kadang komunikator dapat
menjadi komunikan sebaliknya komunikan menjadi
komunikator. Syarat-syarat yang perlu di perhatikan oleh
seseorang komunikator adalah sebagai berikut:

 Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya.


 Keterampilan berkomunikasi
 Mempunyai pengetahuan yang luas
 Sikap

61
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

 Memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan


untuk melakukan perubahan sikap/penambahan
pengetahuan bagi/pada diri komunikan

Di dalam melakukan komunikasi kita dapat melihat beberapa


gaya komunikator melakukan aksinya (tergantung pada situasi
yang mereka hadapi). Gaya komunikator dapat kita bedakan ke
dalam beberapa model seperti;
a. Komunikator yang membangun, ciri-cirinya:
1. Mau mendengarkan pendapat orang lain dan dia tidak
pernah menganggap dirinya benar.
2. Ingin bekerja sama dan memperbincangkan sesuatu
persoalan dengan sesamanya sehingga timbul saling
pengertian.
3. Dia tidak terlalu mendominir situasi dan mau
mengadakan komunikasi timbal balik.
4. Dia menganggap bahwa buah pikiran orang banyak
lebih baik dari seseorang.
b. Komunikator yang mengendalikan, ciri-cirinya:
1. Pendapatnya itu merupakan hal yang paling baik
sehingga ia tidak mau mendengarkan pandangan orang
lain intern maupun ekstern.
2. Ia menginginkan komunikasi satu arah saja tidak akan
menerima dari arah lain.
Di hubungkan dengan gaya kepemimpinan maka
komunikator seperti ini dapat di samakan dengan gaya
kepemimpinan yang otokrasi atau gaya instruksi.
c. Komunikator yang melepaskan diri, ciri-cirinya:
1. Ia lebih banyak menerima dari lawannya
berkomunikasi
2. kadang-kadng rasa rendah dirinya timbul sehingga
ketidak mampuannya keluar.

62
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

3. Ia lebih suka mendengar pendapat orang lain dengan


tidak bersungguh-sungguh menanggapinya.
4. Sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung
arti sehingga ia lebih suka melemparkan tanggung
jawabnya kepada orang lain.
d. Komunikator yang menarik diri, ciri-cirinya:
1. Ia selalu bersifat pesimis sehingga menurutnya
keadaan tidak dapat diperbaiki lagi.
2. Ia lebih suka melihat keadaan seadanya dan kalau
mungkin berusaha menghindari keadaan tambah
buruk
3. Ia selalu diam tidak menunjukkan reaksi dan jarang
memberikan buah pikirannya.
Demikianlah sedikit ciri-ciri beberapa komunikator dan
dengan melihat hal di atas kita dapat menentukan pada
bagian mana kita berada. Sekiranya kita berada di tingkat
keempat berusahalah memperbaiki dan seterusnya.

C. Message (pesan)
Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang di sampaikan
oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan
(tema) sebagai pengarah di dalam usaaha mencoba mengubah
sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat di sampaikan
secara panjanglebar,namun yang poerlu diperhatikan dan dai
arahkan kepad tujuan akhir dari komunikasi.
Bagaimana pesan di sampaikan?
1. Dengan
lisan/face to face/langsung
2. Dengan
menggunkan media/saluran
Bentuk pesan dapat bersifat informatif, persuasif, dan coersif.

63
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

(1) Inform
atif
Memberikan kerterangan-keterangan dan kemudian
dapat mengambil kesimpulan sendiri. Dalam situasi
tertentu pesan informatif lebih berhasil daripada pesan
persuasif misalnya pada kalangan cendikiawan.
(2) Persua
sif
Bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan
kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan
akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga
ada perubahan. Tetapi, perubahan yang terjadi itu adalah
atas kehendak sendiri, misalnya pada waktu di adakan
lobbyying, atau pada waktu istirahat makan bersama
(3) Coersi
f
Memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuk
yang terkenal dari penyampaian secara ini adalah agitasi
dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan
tekanan batin dan ketakutan di antara sesamanya dan
pada kalangan publik. Coersiv dapat berbentuk perintah,
instruksi dan sebagainya (biasanya hal ini terjadi pada
organisasi tipe keledai).

Bagaimana merumuskan pesan agar di mengena: pesan yang di


sampaikan harus tepat, ibarat kita membidik dan menembak,
maka perlu yang keluar haruslah tepat kena sasarannya. Pesan
yang mengena harus memenuhi syarat-syarat:

64
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

(a) Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik,


serta sesuai dengan kebutuhan kita
(b) Pesan itu dapat menggunakan bahasa yang dapat di
mengerti kedua belah pihak
(c) Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi
penerima serta menimbulkan kepuasan.

Pendapat lain mengatakan syarat-syarat pesan harus


memenuhi:

(1) Umum
Berisikan hal-hal yng umum dan mudah di pahami oleh
komunikan/audience, bukan soal-soal yang cuma berarti
atau hanya dapat di pahami oleh seseorang atau
kelompok tertentu
(2) Jelas dan gamblang
Pesan yang di sampaikan tidak samar-samar. Jika
mengambil perumpamaan hendaklah di usahakan
contoh yang senyata mungkin, agar tidak di tafsirkan
menyimpang dari yang kita kehendaki.
(3) Bahasa yang jelas
Sejauh mungkin hindarkanlah menggunkan istilah-istilah
yang tidak dipahami oleh si penerima atau pendengar.
Gunakanlah bahasa yang jelas dan sederhana yang cocok
dengan komunikan, daerah, dan kondisi di mana kita
berkomunikasi, hati-hati pula dengan istilah atau kata-
kata yang berasal dari bahasa daerah yang dapat di
tafsirkan lain oleh komunikan.
(4) Positif
Secara kodrati manusia selalu tidak ingin mendengar dan
melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh

65
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

karena itu setiap pesan agar di usahakan dalam bentuk


positif.
(5) Seimbang
Pesan yang di sampaikan oleh karena kita membutuhkan
selalu yang bai-baik saja atau jelek-jelek saja hal ini
kadang-kadang berakibat senjata makan tuan, cenderung
di tolak atau tidak di terima oleh komunikannya.
(6) Penyesuaian dengan keinginan komunikan
Orang-orang yang menjadi sasaran dari komunikasi yang
kita lancarkan selalu mempunyai keinginan-keingina
tertentu.

Apakah hambatan –hambatan terhadap pesan?. Seringkali kita


alami dalam komunikasi, lain yang kita harapkan lain yang kita
peroleh. Hal ini di sebabkan adanya hambatan-hambatan yang
antara lain:

(a) Hambatan bahasa (language factor)


Pesan akan di salah artikan sehingga tidak mencapai apa
yang dinginkan, jika bahasa yang kita gunakan tidak di
pahami oleh komunikan termasuk dalam pengertian ini
ialah penggunaan istilah-istilah yang mungkin dapat di
artikan berbeda. Demikian juga jika kita menggunakan
istilah ilmiyah, misalnya:ekstrim kanan- kiri, subersif,
sekuler sosialis religius dan sebagainya. Yang tidak lain
ingin menonjolkan diri atau dengan dalih mengalihkan
perhatian.
(b) Hambatan teknis (noise factor)
Pesan dapat tidak utuh di terima komunikan karena
gangguan teknis misalnya suara tak sampai karena
pengeras suara rusak, kebisingan, lalu lintas dan

66
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

sebagainya. Gangguan teknis ini sering terjadi pada


komunikasi yang menggunakan media.
(c) Hambatan bola salju (snow ball effect)
Pesan menjadi membesar sampai jauh, yakni pesan di
tanggapi sesuai dengan selera komunikan-komunikator,
akibatnya semakin jauh menyimpang dari pesan semula,
hal ini timbul karena:

 Daya mampu manusia menerima dan menghayati


pesan terbatas
 Pengaruh kepribadian dari yang bersangkutan

D. Channel (saluran)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang
dapat di terima melaui panca indera atau menggunakan media.
Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat
berlangsung menurut 2 saluran, yaitu:

a) saluran formal atau yang


b) saluran informal atau yan

saluran formal biasanya mengikuti garis wewenang dari suatu


organisasi, yang timbul dari tingkat paling tinggi dalam organisasi
itu sampai ketingkatan paling bawah. Komunikasi sebaiknya
berlangsung dalam 2 jalur, yakni dari atas ke bawah dan dari
bawah juga di perhatikan untruk naik ke tingkat atas. Di samping
saluran yang di sebutkan di atas juga terdapat saluran
komunikasi yang bersifat mendatar (komunikasi horizontal).
Dengan singkat dapat kita katakan bahwa saluran yang di pakai
dalam berkomunikasi itu dapat terjadi tiga arah yang kerap disebut
tiga dimensi:

67
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

a) ke atas
b) ke bawah
c) ke samping

Pengalaman menunjukkan bahwa perintah dan pengarahan yang


datang dari atasan tidak banyak menimbulkan halangan dan
gangguan. Tetapi sebaliknya kalau yang datangnya dari bawah
menuju ke atas sering menimbulkan rintangan dan penyimpangan
atau macet di tengah jalan. Biasanya komunikasi yang salurannya
datang dari bawah dapat berbentuk :

a) Pertanyaan
b) Pengaduan
c) Keluhan

Di samping adanya saluran formal terdapat pula saluran


komunikasi informal. Saluran yang informal ini dapat brerbentuk:

a) Desas-desus
b) Kabar angin
c) Kabar burung

desas desus atau kabar angin timbul karena orang ingin


mengetahui sesuatu yang berhubungan erat dengan dirinya ,
kelompoknya dan lain-lain. Kelihatannya desas desus itu
merupakan saluran informasi bagi orang untuk menyatakan:

2. Keinginannya
3. Rasa takut
4. Keprihatinan mereka

68
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

E. Communican
(komunikan=penerima pesan)
Komunikan atau penerima pesan dapat di golongkan
dalam 3 jenis yakni persona, kelompok dan massa. Atau dengan
perkataan lain dari segi sasarannya maka komunikasi dapat:

a) Komunikasi persona (oran


Komunikasi yang di tujukan kepada sasaran yang tunggal,
bentuknya dapat berupa anjang sono, tukar pikiran dal lain
sebagainya. Komunikasi personal efektifitasnya paling
tinggi karena komunikasinya timbal balik dan
terkonsentrasi, hanya kurang efisien dibandingkan dengan
bentuk lainnya.
b) Komunikasi kelompok
Komunikasi yang di tujukan kepada kelompok yang
tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan manusia yang
mempunyai antar hubungan sosial yang nyata dan
memperlihatkan struktur yang nyata pula. Bentuk
komunikasi seperti ini adalah:ceramah, briefing,
indoktrinasi, penyuluhan dan lain sebgainya. Komunikasi
kelompok lebih efektif dalam pembentukan sikap persona
daripada komunikasi massa, namun kurang efisien.
c) Komunikasi massa
Komunikasi yang di tujukan kepada massa atau
komunikasi yang menggunakan media massa. Massa di sini
adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antara
sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur
tertentu. Komunikasi sangat efisien karena dapat
menjangkau daerah yang luas dan pendengar yang praktis
tak terbatas. Namun komunikasi massa kurang efektif
dalam pembentukan sikap persona karena komunikasi
massa tidak dapat langsung di terima oleh massa tetapi

69
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

melalui opinion leader, ialah yang menterjemahkan apa


yang di sampaikan dalam komunikasi massa itu kepada
komunikan. Pada waktu komunikasi di lancarkan,
menghadapi komunikan perlu di perhatikan 3 hal yakni,
kenggotaan kelompok, proses seleksi dan kecenderungan.

Syarat-syarat yang harus di miliki komunikan antara lain:


a) Ketrampilan/kemampaun menangkap dan
meneruskan pesan
b) Pengetahuan tertentu
c) Sikap

Faktor lain dari komunikan yang patut diperhatikan ialah:

a) Frame of reference (rangka pengetahuan)


b) Field of experience ( rangka pengalaman)

Komunikasi akan berhasil baik jika pesan yang di sampaikan


sesuai dengan rangka pengetahuan dan lingkup pengalaman
komunikan. Demikian juga pesan harus cocok dengan lingkup
pengalaman komunikan.

F. Effect (Hasil)
Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni
sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang
kita lakukan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai,
maka berarti komunikasi berhasil, demikian pula sebaliknya. Effect
ini sesungguhnya dapt di lihat dari:

a) Personal opinion
b) Public opinion
c) Mayority opinion

70
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

(a) Personal opinion adalah pendapat pribadi. Hal


ini dapat merupakan akibat/hasil yang di peroleh dari
komunikasi. Personal opinion adalah sikap dan pendapat
seseorang terhadap sesuatu masalah tertentu.
(b) Public opinion adalah pendapat umum,
pengertiannya adalah penilaian sosial mengenai sesuatu
hal yang penting dan berarti atas dasar pertukaran pikiran
yang di lakukan individu-individu secara sadar dan
rasional. Public opinion perlu dalam rangka menggerakkan
massa, namun ia bukan kata sepakat dan bukan pula
sesuatu yang dapat di hitung dengan jumlah. Oleh karena
itu sesuatu kampanye yang di arahkan kepada pemilihan
tertentu titik beratnya tetap kepada personal opinion. Public
opinion mengandung nilai-niali psikologis dalam rangka
mengarahkan personal opinion.
(c) Mayority opinion adalah pendapat bagian
terbesar dari public atau masyarakat. Inilah yangharus di
campai dalam suatu kampanye, berhasil atau tidaknya
suatu kampanye dapat di ukur dari berhasil atau tidaknya
mancapai suatu mayoritas dalam kampanye. Hal ini
tergantung pada opinion leader. Opinion leader adalah
orang yang secara informal membimbing dan
mengarahkan suatu opini tertentu kepada masyarakat.
Opinion leader adalah merupakan tempat bertanya.

Faktor faktor yang perlu di perhatikan:

(1) Tahap proses komunikasi


Menurut Cutlip dan Center komunikasi yang efektif harus
di laksanakan dengan melalui 4 tahap yaitu:
b) Fact finding
c) Planning

71
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

d) Communicating
e) Evaluation
(a) Fact finding adalah mencari dan
mengumpulkan fakta dan data sebelum
seseorang melakukan kegiatan komunikasi.
Untuk berbicara di depan masyarakat perlu
di cari fakta dan data tentang masyarakat
tersebut keinginannya, komposisinya dan
seterusnya.
(b) Planning, dari fakta dan data di buat suatu
rencana tentang apa yang akan di
kemukakan dan bagaimana
mengemukakannya.
(c) Communicating, setelah planning di susun
maka tahap selanjutnya adalah
berkomunikasi.
(d) Evaluation, penilaian dan menganalisa
kembali untuk setiap kali, hasil komunikasi
tersebut. Hal ini di perlukan untuk di jadikan
bahan bagi perencanaan selanjutnya.
(2) Prosedur mencapai efek yang di kehendaki, lebih jelas
adalah sebagai berikut:
a. Attention (perhatian)
b. Interest (rasa tertarik/kepentingan)
c. Desire (keinginan)
d. Decission (keputusan)
e. Action (tindakan). (Widjaya:1986,11)

G. Umpan balik
Di muka telah di bahas bahwa sebagai suatu proses
komunikasi dalam kegiatan/pelaksanaannya suatu yang

72
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

berkesinambungan. Seorang komunikator yang menyampaikan


pesan kepada komunikannya, pada pelaksanannya ia juga
merupakan komunikan ketika komunikan tadi memberikan
tanggapan kepadanya. Tanggapan ini biasanya di sebut sebagai
umpan balik atau feedback.
Feedback atau umpan balik memiliki peranan yang sangat
penting, sebab dari umpanbalik yang terjadi sebagai hasil
komunikasi dapat di lihat apakah kegiatan komunikasi yang
sedang di lancarkan oleh komunikator baik atau kurang. Feedback
ada yang bersifat positif yakni feedback yang menyenangkan
komunikator dan yang bersifat negatif yang kurang menyenangkan
komunikatornya, sedangkan kalau ditinjau dari segi waktu ada
yangdisebut:

 Immediate feedback, terjadi biasanya pada komunikasi


yang langsung, misalnya pada face to face communication.
 Deted feedback, terjadi pda komunikasi yang menggunkan
media, pada pelaksanaannya tertunda.

Di katakan begitu karena feedback yang terjadi memerlukan


waktu untuk di ketahui oleh komunikator. Keuntungan dari
immediate feedback ialah bahwa apabila dalam penyampaian
pesan ada yang harus diperbaiki caranya dapat segera dilakukan
agar komunikan dapat berhasil

73
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

BAB VI
PROSES KOMUNIKASI

Proses konumikasi adalah proses peleburan makna dari


lambing-lambang komunikasi yang dicuatkan komunikator dan
komunikan. Seorang sarjana psikologi Osgood meninjau proses
komunikasi tersebut dari peranan manusia dalam hal memberikan
interpretasi (penafsiran) terhadap lambang-lambang tertentu
(message). Osgood menggambarkan proses tersebut dengan detail
dalam gambar di bawah ini:

Gambar. 2
Proses Komunikasi Osgood

MESSA
GE

DECODER
DECODER
INTERPRETE
R INTERPRETE
R
ENCODER
ENCODER

MESSA
GE
Sumber: Toto tasmara, 1997: 7

Pesan- pesan (message) di sampaikan (encode) kepada komunikan


dan kemudian komunikan menerima (decode) pesan-pesan
tersebut, untuk kemudian di tafsir (interpret) dan selanjutnya di

74
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

sampaikan kembali kepada komunikator, dalam bentuk pesan-


pesan (message) baik berupa feedback atau respons tertentu
sebagai efek dari pesan yang di komunikasikan.
Dari proses komunikasi di atas melahirkan proses saling
menginterprestasikan atas lambang-lambang komunikasi. Proses
penafsiran lambang akan menentukan nilai tindakan yang akan
dilakukan; positif atau negatif.
Dalam proses komunikasi, seseorang cenderung berfikir
untung–rugi. Artinya seberapa jauh dia memperoleh keuntungan
dari hasil komunikasi tersebut. Atau dengan kata lain komunikasi
akan terus berlanjut apabila perbandingan antara harapan yang
diperoleh lebih besar dari usaha yang di lakukannnya untuk
mencapai keuntungan tertentu. Lebih jauh hal tersebut di
tandaskan oleh Wilbur Scramm, tentang apa yang menentukan
pilihan seseorang untuk berkomunikasi.
Schramm menegaskan41 bahwa seseorang akan menentukan
tindakannya untuk berkomunikasi apabila disadari terdapat
harapan atau keuntungan yang lebih besar di bandingkan dengan
usaha yang dilakukannya. Contoh yang kerap terjadi pada tingkah
laku seorang pendengar radio, dia akan cepat memindah
gelombang radionya, apabila pesan-pesan (message) yang dia
dengarkan tidak sepadan dengan harapan-harapan yang
tersimpan. Walau begitu analogy semacam ini tidak berarti
berlaku hanya untuk mass communication saja, namun juga dapat
berlaku pada bentuk komunikasi lainnya (di mana seseorang dapat
segera mengalihkan pembicarannya, apabila di rasakannya
pembicaraan yang pertama kurang berkesan atau memenuhi
harapannya). Bila diteliti lebih dalam, di dalam proses komunikasi
tersimpan hubungan kepentingan yang saling berhimpitan antara
komunikator dan komunikan. Kepentingan yang sama akan dapat

41
Denis MC Quail, 1987, Teori Komunikasi Massa, Jakarta, Erlangga, hal; 46

75
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

mempererat proses komunikasi yang dilakukan dan akan semakin


mengintensifkan prose situ.

Gambar. 3
Proses Komunikasi Wilbur Scramm

A C B

Sumber: Toto tasmara, 1997: 8

Dari diagram di atas dapat dijelaskan bahwa proses


komunikasi akan berjalan apabila kedua belah pihak terlibat di
dalam pembicaraan yang memungkinkan terlibatnya kepentingan
yang saling berhimpitan (overlapping of interest). Komunikasi dapat
terus berlanjut, selama pesan pesan yang di bicarakan masih di
dalam batas wilayah C, di mana interest A dan B berhimpitan dan
saling melingkupi.
Mengenai proses komunikasi ini, Harold D. Laswell
menuangkannya di dalam kata-kata yang bersayap sebagai
berikut: “Who says what to whom in what channel with what Effect? 42
Laswell ingin mengemukakan bahwa unsur bagi terpenuhinya
proses komunikasi tersebut harus dapat memenuhi atau menjawab
pertanyaan;

42
Effendy, Onong Uchjana, 2000, 1984, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal; 67

76
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Who : Merupakan sumber dari mana gagasan untuk berkomunikasi


itu di mulai. Dan selanjutnya who di sini dapat pula
bermakna sebagai komunikator.
What : Yang di maksudkan ‘says what’ di sini tidak lain adalah
pesan-pesan (message) yang di sampaikannya yang dapat
berupa fikiran, keterangan atau pernyataan sebuah sikap.
Channel : Adalah saluran yang menjadi medium (jamaknya
media) dari penyampaian pesan tersebut sehingga dapat di
terima oleh komunikan.
Whom : adalah komunikan yaitu sasaran yang di tuju oleh seorang
komunikator.
Effect : Ialah bagaimanakah hasil dari komunikasi yang di
lancarkan tersebut, di terimakah, atau di tolak. Adakah
perubahan sikap dari komunikan, berpartisipasikah dia,
atau malahan sebaliknya dia menantang.

Disamping proses komunikasi harus memenuhi beberapa


unsur komunikasi sebagaimana yang telah dijelaskan di atas juga
harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Faktor situasi yang mungkin mempengaruhi kelangsungan


dari jalannya proses komunikasi tersebut.
2. Faktor keuntungan /manfaat.
3. Faktor adanya overlapping of interest.

Sitausi sesungguhnya merupakan totalitas dari faktorfaktor yang


dapat menentukan tercapai tidaknya seseorang dengan sasarannya.
Apabila tujuan merupkan target dan jalan untuk mencapai yang
dihrapkan adalah strategi, maka situasi adalah faktor-faktor yang
akan menentukan jauh dekatnya seseorang terhadap strategi yang
digunakan.

77
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Sehubungan dengan ini, maka komunikasi yang


dilakukannya hanyalah relevan dengan pengamatan/
pengetahuannya tentang situasi yang menyimpang atau sejaln
dengan strateginya. Bierens De Haan dalam Grondslagen der
Samenleving mengatakan;

Situasi merupakan totaitas dari hubungan yang


mempengaruhi dapat mengarahkan lebih keadaan berikut
menujua suatu arah, dilihat dari kepentingan seseorang,
golongan, ataupun bangsa. Situasi adalah lebih dari pada
hanya keadaan sekeliling ia dibentuk oleh suatu masa
lampau masyarakat, yaitu suatu tatanan masyarakat yang
akan hidup setelah masa sekarang. Situasi adalah
keseluruhan dari pengaruh masyarakat----situasi merupakan
keseluruhan dari hubungan kekuasaan dan hubungan-
hubungan biasa di dalam masyarakat. Yaitu hubungan
berkelindan yang terkait juga dengan kesadaran nilai-nilai
yang berlaku didalam masyarakat. Situasi merupakan
kenyataan sosial tentang hal-hal yang mempengaruhi situasi
sosial selanjutnya; ia merupakan kenyataan dari hasil faktor-
faktor yangmempengaruhinya, sebaliknya juga
43
akanmempengaruhi persoalan itu sendiri .

Terkait dengan hal ini dapat ditegaskan bahwa situasi setiap orang
sesungguhnya berbeda-beda dan secara otomatis akan berkelindan
terhadap penilaian situasinya sendiri, menjadi subyektif ataukah
menjadi obyketif.

43
Bierens De Haan, Grondslagen der Samenleving, dalam Astrid S Susanto,
Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Bina Cipta, Bandung, 1977, hal; 40

78
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Sementara itu terkait dengan tahapan proses komunikasi


Onog Uchjana44 membaginya menjadi dua tahap, yaitu proses
komunikasi primer dan proses komunikasi sekunder.

a. Proses komunikasi Primer


Proses komunikasi primer45 adalah proses penyampaian
pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial,
isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung
mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak di
pergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya
bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang
kepada orang lain. Apakah itu berbentuk idea, informasi, atau
opini, baik mengenai hal yang kongkrit maupun yang abstrak,
bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat
sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang
akan datang. Adalah berkat kemampuan bahasa maka manusia
dapat mempelajari ilmu pengetahuan sejak di tampilkan oleh
Aristoteles, plato dan Socrates; dapat menjadi manusia yang
beradap dan berbudaya; dan dapat memperkirakan apa yang akan
terjadi pada tahun, dekade, bahkan abad yang akan datang.
Urgensitas bahasa inipulalah yang mendorong Samuel P
Huntington menempatkannya sebagai unsure untuk menilai
kejayaan sebuah peradaban46
Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran
seseorang sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi
44
Effendy, Onong Uchjana, 1993, Ilmu, Teori dan filsafat Komunikasi, Bandung, PT
Citra Adtya Bakti, hal; 98
45
Ibid, hal; 101
46
Huntington, Samuel P, The Clash of Civilization, Remaking of The New World
Order, dalam; Ismail. Sadat (ter), Benturan antar Peradaban dan Masa Depan Politik
Dunia, Qolam, Jogjakarta, 2000, hal; 243

79
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

menggapaikan tangan, atau memainkan jemari atau mengedipkan


mata atau menggerakkkan anggota tubuh lainnya hanya dapat
mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas)
Demikian pula isyarat dengan menggunakan alat seperti
tongtong, bedug, sirine, dan lain-lain serta warna yang mempunyai
makna tertentu. Kedua lambang itu amat terbatas kemampuannya
dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.
Gambar sebagai lambang yang banyak di pergunakan
dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat dan warna
dalam hal kemampuan “menerjemahkan” pikiran seseorang, tetapi
tetap tidak melebihi bahasa. Buku buku yang ditulis dengan bahasa
sebagai lambang untuk menerjemahkan pemikiran tiudak mungkin
diganti oleh gambar, apalagi oleh lambang lambang lainnya.
Demi efekltifnya komunikasi lambang-lambang tersebut
kerap di padukan penggunaanya. Dalam kehidupan sehari-hari
bukanlah hal yang luar biasa apalagi terlibat dalam komunikasi
yang menggunakan bahasa di sertai gambar-gambar berwarna.
Berdasarkan paparan di atas pikiran dan atau perasan
seseorang baru akan di ketahui oleh dan akan ada dampaknya
kepada orang lain apabila di transmisikan dengan menggunakan
media primer tersebut, yakni lambang-lambang. Dengan perkataan
lain, pesan (message) yang di sampaikan oleh komunikator kepada
komunikan terdiri atas isi (the content) dan lambang (symbol)

b. Proses komunikasi secara sekunder


Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat
atau sarana serbagai media ke dua pasca pengunaan lambang
sebagai media pertama47.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam
melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya

47
Ibid, hal; 107

80
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

berada di tempat yang relatif jauh atau berjumlah banyak. Surat,


telephon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan
seterusnya adalah media ke dua yang kerap di gunakan dalam
komunikasi.
Pada umumnya media komunikasi dipahami sebagai media
ke dua. Sangat jarang sekali seseorang mengangap bahasa sebagai
media komunikasi, hal ini di sebabkan bahasa dipahami sebagai
lambang (symbol) beserta isi (content) yakni pikiran dan atau
perasaan yang di bawanya menjadi totalitas pesan yang tak dapat
di pisahkan. Tidak seperti media dalam bentuk surat, telepon,
radio, dan lain lainnya yang tidak selalu di pergunakan. Seolah
seseorang tidak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa tetapi
orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat atau telepon atau
televisi dan lain sebagainya.
Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan
sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi
ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk
menformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus
memperhitungkan ciri-ciri atau sifat sifat media yang akan di
pergunakan. Penentuan media yang akan di gunakan sebagai hasil
pilihan dari sekian banyak alternatif perlu di dasari pertimbangan
mengenai siapa komunikan yang akan di tuju. Komunikan media
surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan
komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. Setiap media
memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien
untuk di pergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula.
Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu
menggunakan media yang dapat di klasifikasikan sebagai media
massa (mass media) dan media nirmassa atau media non massa
(non mass media)
Seperti telah di singgung media massa, misalnya surat
kabar, radio siaran, televisi siaran, dan film yang di putar di

81
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

gedung bioskop memiliki ciri-ciri tertentu. Beberapa ciri tersebut


antara lain; ciri massif, (massife) atau massal (massaal) yakni
tertuju pada orang yang relatif banyak. Sedangkan media nirmassa
atau media non massa, umpamanya surat, telepon, telegram,
poster, spanduk, televisi siaran sekitar, dan film dokumenter tertuju
pada satu orang atau sejumlah orang yang relatif sangat sedikit.
Dalam hubungan ini, model proses komunikasi yang di
tampilkan oleh philip kotler dalam bukunya Marketing Management
dapat mewakilinya.

Gambar. 4
Model Proses Komunikasi Philip Kotler

Messagee
Messag
Senderr
Sende Encodinn
Encodi Decodi
Decodi Receiv
Receiv
gg Media ng
ng er
er

Noise
Noise

Feedba
Feedba Respon
Respon
ck
ck se
se
Sumber: Onong Uchjana(1999:18)

C. Unsur –unsur dalam proses komunikasi


Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi
itu adalah sebagai berikut:
- Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada
seseorang atau sejumlah orang
- Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke
dalam bentuk lambang
- Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang
bermakna yang di sampaikan oleh komunikator

82
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

- Media: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari


komunikator kepada komunikan
- Decoding: Pengawasandian, yaitu proses di mana
komunikan menetapkan makna pada lambang yang di
sampaikan oleh komunikator kepadanya.
- Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari
komunikator
- Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan
setelah di terpa pesan
- Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan
apabila tersampaikan atau di sampaikan kepada
komunikator
- Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi sebagai akibat di terimanya pesan lain oleh
komunikan yang berbeda dengan peasn yang di sampaikan
oleh komunikator kepadanya.

Model komunikasi di atas menegaskan faktor-faktor kunci


dalam komunikai efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana
yang di jadikannya sasaran dan tanggapan apa yang di
inginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan
memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya
mengawasandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan
melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran.
Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh
komunikator harus bertauatan dengan proses pengawasandian
oleh komunikan. Wilbur Scramm melihat pesan sebagai tanda
esensial yang harus di kenal oleh komunikan. Semakin tumpang
tindih bidang pengalaman (field experience) komunikator dengan
bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang
di komunikasikan.

83
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

D. PROSES KOMUNIKASI EDWIN B. FLIPPO


Menurut Flippo, proses komunikasi dapat dilukiskan
sebagai mempunyai tiga unsur pokok, yakni:

1. Pengirim isyarat .
2. Media untuk mengirim isyarat
3. Penerima isyarat.

Pengirim isyarat dapat berupa seseorang yang berusaha


menyampaikan suatu jenis niat atau maksud kepada orang lain
adalah mustahil menyampaikan maksud dengan sempurna. Kita
harus mengkodekan niat atau maksud kita dalam simbul-simbul dan
menyampaikannya kepada orang lain. Simbul komunikasi yang
penting adalah: Kata-kata, Tindakan, Gambar, Angka.
Kecakapan dalam komunikasi untuk menyampaikan
pengertian atau maksud adalah berbicara, menulis, bertindak, dn
menggambarkan, sedangkan mereka yang menerimanya adalah
mendengarkan, membaca, dn mengamati. Seseorang ynag akan
meningkatkan kecakapan komunikasinya sebagai seorang manajer
harus mengembangkan bidang-bidang ini.
Media terdiri atas saluran-saluran komunikasi dan
mekanisme khusus yang digunakan untuk menyampaikan isyarat.
Penerima harus memperoleh simbul-simbul yang telah
disampaikan dan membacanya untuk memnuat suatu ide. Apabila
isyarat itu membingungkan atau tidak jelas, atau apabila simbul-
simbul yang digunakan tida mengandung maksud yang sama bagi
pengirim dan penerima, maka tidak terjadi komunikasi. Seakarang
kita akan melihat secara terinci simbul-simbul yang digunakan dan
masalah penerimaan dan penafsiran isyarat-isyarat ini.

1. SIMBUL KOMUNIKASI: KATA-KATA

84
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Seperti yang dikemukakan oleh Korzybski, bahasa dapat


dibandingkan dengan sebuah peta yang isi pokoknya menunjukkan
suatu daerah atau wilayah tertentu. Sebagaimana peta itu sendiri
bukan daerah atau wilayah, suatu kata bukan obyek atau ide. Kita
akan mengalami lebih sedikit kesulitan dalam melaksanakan
penyampaian maksud atau pengertian apabila kata-kata yang
digunakan menunjukkan obyek-obyek yang nyata atau yang
kelihatan seperti kursi, tembok, atau jalan. Akan tetapi akan jauh
lebih sulit untuk menyampaikan maksud pengirim apabila kata-
kata yang digunakan menunjukkan obyek-obyek yang tidak nyata
atau yang tidak kelihatan, seperti manajemen, tenaga kerja,
liberal,sikap, atau dalam hubungannya dengan masalah yang
sedang kita bicarakan, komunikasi. Bahkan kita tidak mempunyai
keuntungan hanya dengan menggunakan satu peta untuk
menunjukkan obyek-obyek dan/atau ide-ide. Pembicara
mempunyai kerangka acuan sendiri dan memilih kata-kata yang
diharapkan akan menyampaikan maksud yang diinginkan.
Pendengar mempunyia peta yang agak berbeda, meskipun
keduanya mungkin menggunakan kamus umum. Istilh
“manajemen” mungkin mengandung arti yang baik bagi seseorang
dan arti yang jelek bagi orang lain, terganmtung pada latar
belakang, pendidikan, teman-teman dan pengalaman. Setelah kita
melihat dan mengetahui keruwetan dalam proses komunikasi,
maka kita sering merasa heran mengapa kita mengadakan
komunikasi.
Selanjutnya, bahasa inggris menyulitkan proses komunikasi
karena bahasa tersebut memberikan beberapa arti kepada satu kata.
Istilah “team” misalnya, mempunyi beberapa arti. Dalam suatu
perusahaan, seseorang karyawati dihina, karena pengawasnya
minta ia untuk “menarik dengan team”; karyawati tersebut
merasakan bahwa ia disamakan dengan binatang. Contoh lain,
inspektur perusahaan berbicara dengan sekelompok pengawas dan

85
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

mengatakan bhawa ia ingin “ membicarakan masalah produksi dari


tingkat anda.” Yang dimaksud oleh inspektur adalah tingkat
organisasi sedangkan para pengawas menafsirkan ucapan tersebut
sebagai ucapan merendahkan diri, yang secara tidak langsung
menyatakan suatu penurunan tingkat status dan wewenang.
Kata-kata merupakan simbul-simbul yang paling penting
yang digunakan dalam proses komunikasi. Kata-kata dapat
disampaikan secara lisan dan diterima dengan mendengarkan, atau
dapat diberikan secara tertulis dan diterima dengan membaca.
Dengan demikian, berbicara, menulis, mendengarkan, dan
membaca merupakan kecakapan komunikasi yang penting sekali.
Seorang manajer menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
menggunakan salah satu kecakapan ini.
Meskipun banyak waktu manajer yang digunakan dalam
komunikasi lisan, adalah juga penting untuk mempelajari secara
cermat hakekat menulis yang efektif.tindakan menempatkan kata-
kata diatas kertas memberikan kepada kata-kata tersebut suatu
ketetapan atau keabadian yang lebih besar ketimbang tindakan
berbicara. Dalam komunikasi lisan kita dapat percaya kepada
tanggapan lisan tau kepada pengamatan ekspresi wajah dari
pendengar untuk menetukan apakah kita telah menyampaikan
maksud yang kita kehendaki. Dalam komunikasi tertulis kita tidak
mempunyai keuntungan demikian, dan dengan demikian kia harus
melipatgandakan usaha untuk menjamin bahwa pembaca akan
menerima sedekat mungkin dengan maksud kita yang
sesungguhnya.
Kita harus menyadari kesulitan-kesulitan dalam komunikasi
yang sesunguhnya. Kita jangan menganggap bahwa apabila kita
telah berbicara atau menulis, kita telah sungguh-sungguh
mengadakan komunikasi dengan pendengar atau pembaca.
Kesadaran akan pentingnya penggunaan kata-kata yang tepat

86
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

hendaknya mendorong kita untuk berusaha mengadakan perbaikan


dalam kecakapan berbicara dan menulis.
Menurut Edwin B. Flippo, kejelasan pengertian dan
penyusunan pemikiran yang efektif tidak selalu menjamin adanya
komunikasi yang baik. Orang yang mempunyai sesuatu untuk
dikatakan tidak selalu menjelaskannya. Untuk mempelajari isi
suatu pengertian yang dikomunikasikan harus ditambah dengan
mempelajari proses komunikasi. Pengirim harus mengenal dan
mengetahui hakikat dan pentingnya simbul-simbul yang dgunakan.
Apakah komunikasi ide-ide itu ada akibatnya atau tidak tergantung
kepada sua orang, nukan kepada satu orang. Orang yang berteriak
minta tolong disuatu tempat pada padang pasir tidak berarti
mengadakan komunikasi, kecuali ditempat itu ada seseorang yang
mendengar.

2. SIMBUL KOMUNIKASI: TINDAKAN


Manajer harus mengakui bahwa ia mengadakan komunikasi
baik dengan tindakan maupun dengan kata-kata. Apabila tindakan
mengingkari kata-kata, maka tindakan tersebut akan
mempengaruhi bobot maksud kepada penerima. Apabila seorang
pengawas dengan mendadak berhenti berjalan disamping
karyawan, mengambil buku catatan, dam membuat catatan singkat
maka karyawan tersebut mungkin berpikir , “apa yang sekarang
telah saya lakukan?” pengawas mungkin hanya menulis daftar
bahan makanan. Seorang manajer harus menyadari nahwa ia
menjadi pusat perhatian dari orang-orang bawahannya. Semua
tindakan yang dapat diamati mengkomunikasikan sesuatu kepada
pengamat, apakah itu dikehendaki atau tidak.
Apabila ada tindakan-tindakan yang tiidak dijelaskan oleh
manajemen, maka terdapat kekosongan maksud yang biasanya lalu
diisi oleh interprestasi tindakan oleh penerima sendiri, misalnya,
seorang manajer yang memindahkan berbagai mesin dari lantai

87
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

produksi merupakan kegiatan mengkomunikasikan, apakah itu


disadari atau tidak. Apabila ia sebelumnya tidak memberitahukan
kepada orang-orang bawhan mengapa mesin-mesin itu
dipindahkan, maka orang-orang bawahan ini akn memberikan
isyarat yang tidak ada itu dengan membuat isyarat mereka sendiri
salah satu desas-desus yang paling sering terdengar dalam pabrik
industri adalah kemungkinan penutupan atau pemindahan pabrik
tersebut kekota lain. Manajer mungkin tidak mempunyai maksud
atau keinginan untuk mengkomunikasikan suatu kemungkinan
penutupan atau pemindahan pabrik kepada pegawai, tetapi
tindakan yang tidak dijelaskan ditamah dengan rasa takut akan
ketidaksamaan sering mengakibatkan komunikasi pengertian
demikian. Tindakan-tindakan berbicara lebih keras dari pada kata-
kata. Mereka juga mengkomunikasikan banyak maksud atau
pengertian yang berbeda tergantung kepada latar belakang dan
posisi pengamat.

3. SIMBUL KOMUNIKASI: GAMBAR


Gambar, komik, bioskop, dan televise menunjukkan
kekuatan gambar dalam menyampaikan maksud dan pengertian
kepada orang lain. Perusahan juga menggunakan banyak gambar
untuk mengkomunikasikan pengertian. Cetakan biru,poster, bagan,
bioskop, dan grafik dapat menyampaikan lebih banyak pengertian
dalam situasi-situasi tertentu ketimbang apa yang dapat
disampaikan oleh banyak kata. Beberapa manajer perusahaan (dan
para penulis buku pelajaran) menemukan bahwa orang-orang itu
pada umumnya tidak suka membaca bagian-bagian tulisan yang
panjang sekali, yang tidak terputus-putus. Laporan-laporan yang
penting, luas dan cermat memberikan sedikit perhatian karena
ruwetnya membaca. Penulis disini tidak mengadakan komunikasi,
bukan karena isyarat yang tidak jelas dan tidak cermat, tetapi
karena membaca tidak memanfaatkan isyarat tersebut.

88
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Laporan yang sama, yang dibuat sesuai prinsip


pengecualian dan dilengkapi dengan grafik, bagan dan gambar
memberikan lebih banyak arti dalam waktu yang lebih singkat,
sering laporan yang diberi penjelasan yang baik memberikan hasil
yang lebih besar karena dorongan yang diberikan kepada daya
peneriman pembaca. Ada kemungkinan bahwa buku-buku
pelajaran untuk waktu-awktu yang akan datang dicetak dengan
warna merah, putih dan biru dengan gambar pada tiap halaman
untuk menarik dan menyebabkan pembaca membuka
pandangannya kepada usyarat yang menyertai gam,bar tersebut .
adalah merupakan suatu kebodohan untuk mengabaikan kekuatan
gambar dalam mengadakan koimunikasi. Pengguanaan bagan-
bagan, grafik-grafik, dan bahan-bahan yang bersifat menjelaskan
lainnya akan memberikan bantuan yang penting kepada proses
penyampain maksud atau pengertian.
Suatu bagan atau grfik mempunyai keuntungan
menggambarkan banyak hubungan yang ruwet dalam satu gambar.
Perbedaan-perbedaan dapat dilihat dan difahami dengan lebih baik.
Kecenderungan-kecenderungan dapat lebih mudah diketahui. Lagi
pula, bagan atau grafik mempunyai sesuatu yang mendorong daya
penerimaan oembaca. Diantara berbagai jenis bagan dan grafik
yang digunakan dalam perusahaan adalah kurva, kolom, lingkaran,
majalah baergambar, peta, organisasi, dan frekuensi distribusi.
Penjelasan majalah bergambar khususnya adalah efektif dalam
mengadakan komunikasi dengan kelompok-kelompok orang.
Komunikasi lisan dan tindakan merupakan simbul yang sering
digunakan dalam hubungan sehari-sehari diantara individu-
individu.

4. SIMBUL KOMUNIKASI: ANGKA


Mungkin pembicaraan kita tentang simbul bahasa
mengandung pertimbangan angka-angka dan statistic-statistik

89
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

dalam peranannya sebagai simbul-simbul komunikasi. Akan tetapi


kita merasa bahwa angka-angka mempunyai sifat khusus tersendiri
yang membuat pembicaraan terpisah.
Pada umumnya adalah benar bahwa orang-orang sangat
terkesan oleh data yang sebagian besar terdiri atas angka-angka dan
statistic-statistik. Kata-kata dapat berada disekitarnya dan gambar-
gambar tampak menarik, tetapi apabila diberikan beberapa angka
dalam penyajian, maka penerimaan dan kepercayaan cenderung
meningkat. Ada suatu kecenderungan yang jelas untuk menerima
angka-angka sebagai fakta-fakta. Ada pujian terhadap angka.
Darrel Huff memberi sumbangan dalam bukunya,
Bagaimana Membohongi dengan Statistik , dalam menunjukkan
bagaimana orang-orang dapat dengan maksud tertentu disesatkan
oleh angka-angka yang dipilih dengan cerdik. Penjahat (yang tidak
mengindahkan moral ) dapat memperoleh keuntungan melalui
kekuatan komunikasi berupa simbul angka dan menyampaikan
pengertian dengan cara yang menimbulkan penerimaan.
Pengunaan angka-angka dan statistic-statistik yang pandai
dapat diterapkan untuk memimpin atau untuk menyesatkan. Kita
tidak dapat menyarankan agar manajemen jangan menggunakan
simbul-simbul komunikasi khusus ini dalam menghadapi orang
lain. Sebaliknya ia akan menemukan bahwa angka-angka dan
statistic-statistik merupakan alat komunikasi yang sangat berharga.
Akan tetapi adalah penting untuk diketahui bagaimana statistic
dapat disalahgunakan sehingga seseorang tidak diketahui oleh
komunikasi yang diusahakan oleh oaring lain. Adalah juga penting
bagi komunikator untuk mengguankan data yang tepat dan
mengakui kekurangan statistic, apabila perlu. Angka-angka dan
statistic-statistik merupakan alat komunikasi yang sangat kuat.
Diharapkan bahwa para pembaca dan pendengar yang makin
pandai dalam bidang ini akan membuat lebih sulit untuk
“berbohong dengan statistic” pada waktu-waktu yang akan datang.

90
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

5. MENDENGARKAN
Pengiriman pesan hanya merupakan sebagian dari proses
komunikasi. Perhatian juga harus juga dicurahkan kepada
penerimaan pesan. Peneriman isyarat komunikasi terutama
dilakukan melalui pendengaran, karena kebanyakan komunikasi
dilakukan secara lisan. Akan tetapi beberapa perusahaan berusaha
memperbaiki kecakapan membaca dari manajer-manajernya untuk
mempercepat dan membuat proses komunikasi lebih efektif.
Ada banyak rintangan dalam proses komunikasi. Salah satu
rintangan adalah ketidak sesuaian antara kecepatan berbicara dan
kecepatan mendengarkan. Diperlukan jauh lebih sedikit waktu
untuk mendengarkan dan memikirkan ketimbang waktu untuk
berbicara. Kita niasanya berbicvara dengan kecepatan 120 hingga
160 kata permenit. Kita dapat mendengarkan dan berpikir empat
kali lebih cepat dari pada itu. Jelas bahwa kecepatan ini membuat
mendengarkan lebih mudah. Sebaliknya, hal ini menunjukkan
suatu rintangan, karena membawa pendengar ke peadengaran yang
kurang atau yang marginal terhadap pembicara sementara
memikirkan sebelumnya untuk memberikan jawaban. Pendengar
mudah menjadi bingung karena waktu yang kelebihan ini.
Mendengarkan dengan baik itu tidak pasif; orang harus bekerja
untuk mendengarkan dengan baik. Penelitian menunjukkan bahwa
biasanya efisiensi pendengaran akan mengakibatkan 50% ingatan
segera setelah pembicaraan 10 menit, dengan penurunan sampai
25% ingatan setelah 48 jam. Rintangan terbesar bagi komunikasi
perseorangan adalah ketidak mampuan orang untuk
mendengarkan orang lain dengan baik, mengerti, dan cepat.
Berbagai jenis pendengaran dikenal sebagai bersifat (1)
marginal, (2) evaluatif, dan (3) proyektif. Seperti yang tersirat dalam
istilahnya, pendengaran marginal adalah suatu proses memberikan
sedikit perhatian seseorang kepada pembicara. Jenis pendengaran

91
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

yang berbahaya ini dapat mengakibatkan salah faham pembicara


dan bahkan menghina orang tersebut.manajer yang pura-pura
mendengarkan orang bawahan sedangkan yang sesungguhnya ia
merasa cemas tentang masalah lain adalah mencari kesulitan.
Adalah sangat sulit menaruh perhatian dengan sungguh-sungguh
menghina pembicara adalah besar. Akan jauh lebih baik menunda
pertemuan apabila pada waktu itu manajer merasa mampu
mendengarkan hanya menurut cara marginal.
Pendengaran evaluatif mengandung penuh perhatian
pendengar. Kita memberi penuh perhatian kepada pembicara. Akan
tetapi karena kita mendengar apa yang dikatakan, kita
menggunakan waktu yang ditimbulkan oleh kelambatan berbicara
dan kecepatan mendengarkan untuk mempertimbangkan dan
menilai kata-kata. Kita menyetujui atau tidak apa yang dikatakan
dari sudut pandangan kita sendiri. Kita sering menggunakan kata-
kata batiniah dari bantahan dalam menunggu kesempatan kita
sendiri untuk berbicara. Dengan demikian pendengaran evaluatif
menimbulkan rintangan dalam proses komunikasi. Sebagai
pengganti ide-ide disampaikan dari pembicara kepada pendengar,
kita mengakhiri dengan dua ide, ide pembicara dan ide pendengar,
yang tidak ada satu diantaranya yang sungguh-sungguh
dikomunikasikan kepada orang lain. Apabila kita menggunakan
waktu kita untuk mengkritik, menyetujui, atau tidak menyetujui
kata-kata pembicara, maka sesungguhnya kita menyediakan sedikit
waktu dan usaha untuk tugas sungguh-sungguh memahami apa
yang ia ingin mengatakan. Ini khususnya adalah benar apbila ide-
ide yang dikomunikasikan itu mengandung emosi. Dalam
pembicaraan-pembicaraan demikian sering terdapat banyak
percakapan dan perbedaan pendapat, tetapi sedikit pendengaran
yang sesungguhnya, suatu situasi yang mengesampingkan
komunikasi yang sesungguhnya.

92
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Komunikasi yang sesungguhnya terjadi apabila pendengar


sungguh-sungguh mendengar dan memahami posisi dan maksud
pembicara. Ini menuntut suatu jenis pendengaran yang disebut
“proyektif”. Sementara mendengarkan kata-kata si pembicara,
pendengar dengan maksud tertentu menghindari setiap usaha
untuk mengkritik, menyetujui atau tidak menyetujui. Kita berusaha
memproyeksikan diri kita sendiri dalam pikiran pembicara dan
sungguh-sungguh berusaha memahami sudut pandangnya tanpa
evaluasi pada waktu itu.Evaluasi isi kata-kata pembicara harus
terdapat dalam setiap proses komunikasi, tetapi tidak akan
terdapat sebelum pendengar mendengarkan, mempelajari, dan
memahami arti kata-kata tersebut. Carls Rogers menyarankan suatu
aturan yang perlu diikuti dalam suatu diskusi, yang akan
memudahkan pendengaran proyektif. Setiap orang dapat berbicara
dengan terus terang untuk dirinya sendiri setelah ia mengulangi ide-
ide dan perasaan-perasaan pembicara sebelumnya secara cermat
dan untuk kepuasan si pembicara tersebut. Dengan mengikuti
aturan ini mungkin akan berarti akhir dari kebanyakan “pertukaran
pikiran secara terus terang”, karena sebagian besar diskusi
demikian terdiri atas berbicara dari pada mendengarkan dan salah
faham dari pada memahami. Mutu emphathy adalah penting bagi
pendengaran yang baik. Tidak ada keperluan untuk menyetujui
pernyataan-pernyatan pembicara, tetapi ada setiap kebutuhan
untuk berusaha memahami maksud dan sikap pembicara. Hanya
dengan cara ini Anda dapat menyusun suatu jawaban yang
sungguh-sungguh menanggapi kata-kata pembicara. Pembicara
berusaha mengkomunikasikan suatu ide, kemudian orang harus
mendengarkan dengan pengertian untuk tanggapan guna untuk
menyesuaikan kata-kata berikutnya dengan tanggapan orang lain.
Kita jangan menggunakan waktu kita untuk mendengarkan secara
marginal sementara menyusun pernyataan berikutnya. Kita jangan
mendengarkan dalam arti kritis atau evaluatif sehingga kita tidak

93
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

sungguh-sungguh memahami maksud tanggapan. Pendengaran


efektif adalah pendengaran empatik, yang memungkinkan
seseorang sungguh-sungguh memahami dan kemudian menilai dan
menanggapi dengan cara yang sesuai dengan tanggapan.

6. MEMBACA
Kecakapan membaca juga penting dalam proses
komunikasi. Jumlah bahan tertulis yang harus diteliti tampak tiap
tahun meningkat. Tidak dapat disangkal pendekatan pertama dan
yang paling bersifat membangun adalah mengurangi jumlah bahan
demikian dan menyusun sisanya dengan suatu cara yang
menghemat waktu pejabat pimpinan. Prinsip pengecualian adalah
penting untuk mengurangi masalah bacaan ini. Meskipun demikian
masih tetap terdpat banyak komunikasi melalui kata-kata tertulis.
Beberapa perusahaan di Amerika Serikat mengadakan program-
program pelatihan untuk mengajar para pejabat pimpinan
bagaimana harus membaca. Perusahaan-perusahaan tersebut
menekankan kecepatan membaca dan menemukan bahwa
kecapatan membaca dapat dilipatkan dua kali atau tiga kali tanpa
terlalu banyak kehilangan pengertian. Membaca adalah suatu
kecakapan yang dapat diajarkan dan dipelajari. Akan tetapi seperti
halnya semua kecakapan lainnya, apabila tidak digunakan oleh
pejabat pimpinan, kecakapan membaca tersebutakan cenderung
berkurang atau hilang, kembali kepada kebiasaan
membacasenelumnya. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa
meskipun beberapa perusahaan telah mengusulkan untuk
mengajarkan kecakapan membaca, sedikit perusahaan yang
bermaksud mengajar pejabat pimpinan bagaimana mendengarkan.

B . PROSES KOMUNIKASI STEPHEN P. Robbins


Menurut Robbins, orang-orang selalu mengadakan
komunikasi, apakah mereka itu berada dalam suatu organisasi atau

94
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

tidak. Anda selalu ingin mengadakan komunikasi dengan teman-


teman, orang tua, kakek, adik, pelayan took, mahasiswa-mahasiswa
lain dalam kampus dan seterusnya. Oleh karena itu kita mulai
pembicaraan tentang mengadakan komunikasi dengan memandang
komunikasi antar perseorangan pada umumnya. Semua komunikasi
antara dua orang mengikuti suatu proses umum. Berikut adalah
tinjauan tentang proses komunikasi.
Sebelum komunikasi itu dapat berlangsung diperlukan
adnya suatu tujuan yang dinyatakan sebagai suatu pesan yang
disampaikan. Pesan ini lewat antara suatu sumber (pengirim) dan
penerima. Pesan diubah dalam bentuk simbolik (disebut pengkodean
atau pembuat kode) dan melewati jalan media (saluran) ke
penerima, yang mengubah kembali pesan pengirim (disebut
pembacaan kode). Hasilnya adalah suatu penyampain maksud dari
satu orang kepada orang lain.
Keseluruhan suksesnya komunikasi seseorang juga
mencakup kecakapan berbicara, membaca, mendengarka, dan
berpikir. Sikap kita mempengaruhi perilaku kita. Kita cenderung
mempunyio ide-ide mengenai banyk hal, dan komunikasi kita
dipengaruhi oleh sikap ini. Selajutnya kita dibatasi dalam kegiatan
komunikasi oleh luasnya pengetahuan kita pada suatu pokok
persoalan tertentu. Kita tidak dapat mengkomunikasikan apa yang
kita tidak mengetahuinya; dan apabila pengetahuan kita terlalu
luas, ada kemungkinan bahwa penerima tidak memahami pesan
kita. Jelasnya, banyaknya pengetahuan tentang subyek yang
dimiliki oleh sumber akan mempengaruhipesan yang ia berusaha
menyampaikan. Dan akhirnya, seperti halnya sikap mempengaruhi
perilaku kita, demikian pula kedudukan kita dalam sistem sosial
budaya ditempat kita berada. Kepercayaan-kepercayan dan nilai-
nilai Anda, semua bagian kebudayaan Anda, bertindak
mempengaruhi Anda sebagai suatu sumber komunikasi.

95
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Pesan itu sendiri dapat menyebabkan pengubahan atau


penyimpangan dalam proses komunikasi, tidak pandang alat Bantu
yang digunakan untuk menyampaikan. Pesan kita merupakan
produk fisik yang sesungguhnya dari sumber pengkodean.
“Apabila kita berbicara, pembicaraan itu merupakan pesan. Apabila
kita menulis,tulisan atau karangan itu merupakan pesan. Apabila
kita melukis, lukisan merupakan pesan. Apabila kita membuat
gerak isyarat, maka gerakan lengan kita, ekspresi wajah kita
merupakan pesan”. P[esan kita dipengaruhi oleh kode atau
sekelompok simbul-simbul yang kita gunakan untuk
menyampaikan pengertian, isi pesan itu sendiri, dan keputusan-
keputusan yng diambil oleh sumber dalam memilih dan menyusun
baik kode maupun isi. Masing-masing dari tiga bagian ini dapat
bertindak untuk mengubah pesan.
Saluran adalah media yang dil;alui oleh pesan. Media ini
dipilih oleh pengirim. Saluran-saluran umum adalah udara untuk
kata yang diucapkan dan kertas untuk kata-kata yang ditulis.
Apabila Anda memutuskan untuk menyampaikan sesuatu kepada
seorang teman yang terjadi sepanjang hari dalam suatu
pembicaraan tatap muka, maka saluran-salurannya adalah akata-
kata yang diucapkan dalam gerak isyarat. Akan tetapi Anda
mempunyai pilihan. Suatu pesan tertentu – suatu undangan ke
suatu pesta, misalnya- dapat dikomunikasikan dengan lisan atau
tetulis. Dalam suatu oeganisasi, saluran-saluran tertentu adalah
lebih sesuai untuk pesan-pesan tertentu. Jelasnya, apabila sebuah
gedung terbakar, maka suatu nota untuk menyampaikan fakta
adalah tidak sesuai. Apabila sesuatu penting sekali, seperti penilain
pelaksanaan pekerjaan, maka seorang manajer mungkin perlu
menggunakan banyak saluran, misalnya peninjauan kembali secara
lisan, diikuti dengan sepucuk surat singkat. Ini mengurangi
kemungkinan adanya perubahan.

96
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Penerima adalah individu kepada siapa pesan itu ditujukan.


Akan tetapi sebelum pesan itu dapat diterima simbul-simbul yang
ada didalamnya harus diubah dalam suatu bentuk yang dapat
dimengerti oleh penerima. Ini adalah pembacaan kode pesan. Seperti
halnya pembuat kode dibatasi oleh kecakapan, sikap, pengetahuan,
dan sistem sosial budayanya, demikian pula penerima. Seperti
halnya sumber harus cakap menulis atau berbicara, penerima harus
juga cakap dalam membaca dan mendengarkan, dan keduanya
(pengirim dan penerima) harus cakap berpikir. Tingkat
pengetahuan seseorang mempengaruhi kemampuannya untuk
menerima, seperti halnya kemempuannya untuk mengirimkan.
Lagi pula, sikap kecendrungan dan latar belakang kebudayaan
penerima dapat mengubah pesan yang disampaikan.
Mata rantai terakhir dalam proses komunikasi adalah
pengaturan umpan baik. “Apabila sumber komunikasi membaca
kode pesan yang ia kodekan, apabila pesan dikembalikan dalam
sistemnya, maka kita mempunyai umpan balik.” Umpan balik
merupakan pengecekan terhadap seberapa jauh sukses kita dalam
menyampaikan pesan seperti yang kita inginkan semula. Umpan
balk menentukan apakah pengertian telah diperoleh.

1. William b. Werther, jr., ph.d. Dan keith davis, ph.d.


Menurut Werther dan Davis, proses komunikasi adalah
metode yang digunakan oleh seorang pengirim untuk
menghubungi seorang penerima. ) berbeda dengan Robbins yang
mengatakan bahwa proses komunikasi itu terdiri atas 7 bagian,
mereka mengatkan bahwa proses komunikasi (khususnya
komunikasi dua arah) terdiri atas enam langkah, antara lain:
a) Langkah 1 adalah mengembangkan ide atau pikiran yang ingin
disampaikan oleh pemgirim. Ini merupakan langkah utama,
karena kecuali ada suatu pesan yang bermanfaat, semua
langkah lainnya adalah kurang kegunaannya.

97
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

b) Langkah 2 adalah mengkodekan ide dalam kata-kata, bagan-


bagan, atau simbul-simbul lain yang sesuai untuk
disampaikan. Pada titik ini pengiim menentukan metode
penyampain sehingga pada kata-kata dan simbul-simbul
dapat disusun dalam cara yang sesuai umtuk jenis
penyampaian. Misalnya, pembicaraan yang bolak-balik
biasanya tidak disusun dengan cara yang sama seperti suatu
nota tertulis.
c) Apabila akhirnya pesan itu dihasilkan, langkah 3 adalah
menyampaikan pesan tersebut dengan metode yang telah
dipilih penyampaian memungkinkan orang lain untuk
menerima pesan, yang merupakan langkah 4. pada titik ini
pesan menjadi tanggung jawab penerima. Apabla pesan itu
tidak diterima, maka tidak terjadi komunikasi.
d) Langkah 5 adalah membaca kode pesan sehingga pesan itu
dapat dimengerti. Pengirm menginginkan penerima dapat
memahami pesan dengan baik seperti yang disampaikan.
Misalnya, apabila pengirim menyampaikan perkataan yang
sama artinya dengan suatu persegi empat dan langkah
pembacaan kode menghaslikan suatu lingkaran, maka pesan
telah dikomunikasikan, tetapi tidak banyak pengertian yang
diperoleh. Bahakan dengan maksud-maksud yang terbaik,
situasi-situasi, dan ide-ide dalam organisasi adalah
sedemikian ruwetnya sehingga penerima mungkin tidak
memahami dengan sungguh-sungguh apa yang dimaksudkan
oleh pengirim. Yang paling baik yang dapat diharapkan oleh
pengirim dalam kebanyakan situasi adalah pengertian pokok
dari pesan yang dikirimkan.
e) Apabila pesan telah diterima dan dimengerti, maka langkah
6, penggunaan pesan oleh penerima dapat terjadi. Langkah ini
melengkapi proses komunikasi.

98
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

2. Harold koontz, cyril o`donnel dan heinz weihrich.


Koontz dan kawan-kawan dalam buku mereka yang
berjudul “manajement” menjelaskan proses komunikasi sebagai
berikut: )
Secara sederhana proses komunikasi, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar berikut, mencakup pengirim ang
menyampaikan pesan melalui suatu saluran yang telah dipilih
kepada penerima. Mailah kita teliti lebih jauh langkah-langkah
khusus dalam komunikasi.
Komunikasi mulai dengan pengirim yang mempunyai suatu
“pikiran” atau suatu ide, yang kemudian dikodekan dengan suatu
cara yang dapat dimengerti baik oleh pengirim maupun oleh
penerima. Kita biasanya berpikir “mengkodekan” suatu pesan
dalam suatu bahasa, tetapi terdapat banyak cara untuk
mengkodekan, seperti menerjemahkan pikiran kedalam bahasa
computer.
Informasi disampaikan melalui suatu “saluran” yang
menghubungkan pengirm dan dengan penerima. Pesan itu
mungkin lisan atau tertulis, dan dapat disampaikan melalui suatu
nota, suatu computer, telepon, telegram, atau televise. Dengan
sendirinya televisi juga memudahkan penyampain gerak isyarat
dan petunjuk-petunjuk visual. Kadang-kadang digunakan dua
saluran atau lebih. Misalnya, dalam suatu pembicaan dengan
telepon, dua orang dapat mencapai suatu persetujuan pokok yang
kemudian mereka menegaskan atau memperkuat dengan suatu
surat. Oleh karena banyak pilihan yang tersedia, masing-masing
dengan keuntungan dan kerugiannya, pemilih saluran yang tepat
adalah penting sekali untuk komunikasi yang efektif.
Penerima harus “siap” untuk menerima pesan sehingga
pesan tersebut dapat dibaca dalam pikiran. Misalnya, seseorang
yang sedang memikirkan suatu permainan sepak bola yang
mengasyikkan mungkin menaruh sedikit perhatian terhadap apa

99
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

yang sedang dikatakan tentang suatu laporan inventaris, dengan


demikian menambah kemungkinan gangguan komunikasi.
Langkah berikutnya dalam proses komunikasi adalah “membaca
kode” dimana penerima merubah pesan kedalam pikiran.
Komunikasi yang cermat hanya dapat terjadi apabila baik pengirim
maupun penerima memberikan pengertian yang sama atau paling
tidak mirip dengan simbul-simbul yang membentuk pesan. Suatu
pesan yang dikodekan dalam bahasa prancis menuntut penerima
yang mengerti bahasa prancis. Ini adalah jelas; kurang jelas dan
sering diabaikan adalah penggunaan loghat khusus tekhnis atau
professional yang mugkin tidak dimengerti oleh penerima pesan.
Dengan demikian komunikasi adalah tidak lengkap kecuali
komunikasi itu dimengerti. “pengertian” terdapat baik dalam
pikiran pengirim maupun dalm pikiran penerima. Orang-orang
yang mempunyai pikiran tertutup biasanya tidak mau memahami
pesan sepenuhnya, khususnya apabila informasi itu bertentangan
dengan sistem nilai mereka.

3. Elmer h. Burack dan nicholas j. Mathys


Burack dan Mathys menjelaskan secara singkat proses
komunikasi sebagai berikut: Komunikasi adalah proses pertukaran
informasi dan penyampain pengertian diantara orang-orang. Oleh
karena komunikasi demikian merupakan suatu bagian integral dari
semua kegiatan manajerial, maka suatu pengertian tentang
bagaimana proses bekerja merupakan langkah pertama yang
penting untuk memperbaiki baik komunikasi antar perseorangan
maupun komunikasi organisasional.
Proses komunikasi dimulai dengan pengirim yang
mempunyai suatu ide dan tujuan untuk mengirimkan suatu pesan.
Kemudian ia mengkodekan atau mengubah ide menjadi bentuk
pesn: kata-kata, gerakan badan, seperti gerak isyarat atau ekspresi
wajah, atau simbul-simbul seperti gambar-gambar, diagram-

100
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

diagram, atau tulisan-tulisan. Kemudian pesan tersebut


disampaikan melalui salah satu dari bermacam-macam saluran,
misalnya orang, telepon, atau tulisan. Sebagai kemungkinan lain,
informasi dapat disimpan untuk digunakn di kemudian hari,
seperti halnya dalam laporan-laporan, dan analisis-analisis.
Kemungkinan ini melengkapi keterlibatan awal pengirim dalam
proses komunikasi.
Dari sudut pandangan penerima pesan itu kemudian dibaca
atau diubah menjadi istilah-istilah yang mempunyai arti baginya.
Untuk melengkapi proses, dan penting untuk itu, adalah umpan
balik dari pengirim. Apakah secara langsung atau tidak langsung
umpan balik menunjukkan apakah pesan telah diterima dengan
cermat atau tidak.

4. Claude e. Shannon dan warren weaver


Shannon dan Weaver berusaha menggambarkan proses
umum komunikasi untuk semua situasi. ) Model mereka mencakup
unsure-unsur pokok komunikator, pembuat kode, pesan, media
penyampaian, pembaca kode, penerima, umpan balik, dan suara.

a) Langkah 1 : Pengirim –
perencana
Pada langkah 1, komunikator atau pengirim pesan
harus menciptakan pesan dalam batin sebelum pesan
tersebut dikodekan. Ini adalah perencanan proses
komunikasi, dan banyak manajer melakukan tindakan tanpa
perencanaan sebelumnya. Berapa kali Anda mendengar
seseorang berpidato tanpa memikirkan apa yang dikatakan?
Pada suatu hari Winston Churcill diminta untuk
berpidato selama 10 menit pada hari wisuda sarjana
“London School of Business”. Permintaan diajukan lima hari
sebelum tanggal upacara wisuda dan Churchill menjawab:

101
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

“Apabila Anda minta saya berpidato selama satu jam, Anda


dapat mengajukan permintaan satu hari sebelum wisuda.
Apabila anda minta saya berpidato selama setengah jam,
Anda dapat mengajukan permintaan dua bulan sebelumnya.
Akan tetapi untuk 10 menit anda harus menanyakan kepada
saya lebih dari satu tahun sebelumnya!” Ucapan Churchill
mengandung saran pentingnya persiapan pesan yang
cermat, khususnya apabila waktu merupakan intinya –
seperti halnya dalam kebanyakan organisasi perusahaan.

b) Langkah 2: Pembuatan kode


Pembuatan kode mencakup pemulihan media melalui
mana dikomunikasikan pesan yang telah direncanakan.
Media ini meliputi pembicaraan, penulisan, pemberian
isyarat (misalnya melambaikan tangan), pemberian gerak
isyarat, kontak fisik (misalnya mencium), dan sebagainya.
Tujuan pembuatan kode adalah untuk memilih media yang
terbaik yang akan difahami paling tepat oleh penerim;
sasarannya adalah saling pengertian mengakibatkan salah
pengertian dan tanggapan yang tidak benar terhadap pesan.
Seorang pendeta yang berteriak adalah sangat efektif bagi
beberapa orang, sedangkan bagi orang-orang lain mungkin
dianggap terlalu tidak sopan.

c) Langkah 3: Pesan dan media


Langkah ini mencakup pengiriman fisis yang
sesungguhnya dari pesan yang dibuat. Tindakan fisis
berbicara atau menulis, atau memberi gerak isyarat kepada
seseorang menyampaikan suatu pesan yang mempunyai
berbagai tingkat pengertian menurut penerima.
Penyampaian nonverbal seperti ekspresi wajah, kontak

102
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

mata, atau pegangan yang kuat dalam berjabatan tangan


memberikan pengertian yang sangat dalam kepada pesan
ang diinginkan dan dapat meningkatkan atau mengganggu
usaha komunikasi yang efektif. Apabila maksud Anda
adalah menyambut seseorang untuk pesta Anda dan Anda
memberikan jabatan tangan sementara melihat sepatu Anda,
maka orang tersebut mungkin tidak merasa bahwa Anda
sungguh-sungguh senang melihat dia.

d) Langkah 4: Penerimaan
Ini hanya mengandung penermaan pesan secara fisis:
mendengarkan, melihat, merasakan, memahai dan
sebagainya.
e) Langkah 5 dan 6: Membaca
kode dan memberi tanggapan
Pembacaan kode adalah penafsiran penerima terhadap
kode. Ingin mengandung proses menanyakan secara
batiniyah: apa artiya ini bagi saya? Dan apa yang akan saya
lakukan mengenai hal ini?ini dipengaruhi oleh banyak
factor, antara lain persepsi atau penglihatan pengirim,
pengalaman yang lalu dengan komunikasi yang sama,
penafsiran bahasa badan, keinginan pribadi, dan
sebagainya. Apabila seorang pria bertanya kepada seorang
mahasiswi, “Bagaimana dengan film dan makan nanti
malam?” maka penafsiran yang dikodekan mahasiswi tersebut
mungkin adalah “Ia ingin mengajak saya pergi melihat film
dan makan nanti malam. Apakah saya mau diajak pergi?”
mahasiswi tersebut mungkin secara fisis memberi tanggapan
dan mengatakan, “Silahkan duduk, Badu!” yang badu akan
membuat kode seperti “Saya tidak percaya ia ingin pergi
dengan saya nanti malam.” Atau mahasiswi tersebut dapat

103
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

memberi tanggapan dengan mengabaikan Badu dan pergi,


atau bahkan ia dapat menampar dia.

F. Umpan Balik
Reaksi penerima terhadap pesan merupakan suatu bentuk
komunikasi kembali kepada pengirim dan benar-benar mengikuti
proses langkah demi langkah yang sama seperti urutan pengirim
pertama. Umpan balik dapat tertulis, lisan, dengan isyarat, atau
diberikan melalui alat lain. Semua reaksi ini mempengaruhi pesan
pertama pengirim (yang sekarang menjadi penerima) untuk
tanggapan komunikasi berikutnya). Apabila mahasiswi tadi
mengatakan “Baik! Jam berapa saya harus siap?” Badu dapat
menjawb, “pukul enam,” atau ia dapat mengeluarkan kata-kata
“Gila!” dan pergi lari.

1. Suara Gaduh
Suara gaduh lingkungan merupakan suatu unsur atau
kegiatan yang mengganggu, mengacaukan, atau
mengakibatkan proses komunikasi menjadi sulit. Suara
gaduh dapat bergeser dari tulisan tangan yang tidak cermat
kebunyi radio yang keras dalam kantor, tekanan yang
terlalu kuat atau terlalu lemah dalam komunikasi. Selalu
terdapat suara dalam suatu pertukaran komunikasi dan ini
dapat mempengaruhi bagian proses. Manajer-manajer harus
berusaha mengurangi bila mana dan dimana saja untuk
meningkatkan mutu, kecermatan, dan pengertian pesan
yang disampaikan. Menutup pintu, mencabut telephon,
keluar dari belakang meja dan duduk dekat pegawai dapat
mengurangi suara dalam pertukaran komunikasi
pembicaraan.

2. Pentingnya Bagi manajer

104
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Penjelasan model komunikasi memerlukan waktu


yang lebih lama dari pada proses pertukaran komunikasi
yang sesungguhnya. Akan tetapi adalah penting bagi seorng
manajer untuk memahami secara terinci apa yang terjadi
dalam waktu yang sangat singkat apabil mengadakan
komunikasi dengan seorang individu atau kelompok
pegawai. Harus ditekankan pada perencanaan dan
penyusunan informasi sebelum informasi tersebut
dikomunikasikan dalam bentuk apapun. Perhatian
sebaliknya dicurahkan pada saluran pengiriman yang paling
tepat, sehingga efisiensi dan keefektifan dapat
dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Manajer-manajer
dan pegawai-pegawai sebaiknya membaca dengan cermat
kode pesan dengan cara melihat secara objektif dan
sistematis akibat-akibat perseorangan dari pesan yang
diterima menghindari reaksi-reaksi terhadap pesan.

1. Herbert j. Chruden dan arthur w. Sherman, jr.


Chruden dan Sherman dalam buku mereka yang berjudul
“personel management” menguraikan langkah-langkah proses
komunikasi sedagai berikut: )
Pembuatan kode, ide-ide disusun menjadi serangkain simbul-
simbul yang direncanakan untuk dikomunikasikan kepada
penerima yang akan datang. Baik kata-kata yang sesuai atau
ungkapan-ungkapan yang dapat dimengerti oleh penerima
maupun media yang sesuai yang digunakan – nota, konfrensi, dan
sebagainya – dipilih. Langkah ketiga adalah penyampaian pesan
seperti yang dikodekan melalui saluran-saluran yang telah dipilih
dalam struktur organisasi. Langkah keempat adalah dimana
penerima memasuki proses untuk menerima pesan. Apabila pesan
ini pesan lisan maka kegagalan untuk mendengarkan atau untuk
memusatkan perhatian pada hasil dalam pesan akan tidak ada.

105
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Langkah kelima adalah pembacaan kode, seperti misalnya mengubah


kata-kata menjadi ide. Pada langkah ini pembacaan kode mungkin
tidak sesuai dengan ide yang oleh pengirim mula-mula telah dibuat
kodenya, karena perbedaan dalam persepsi antara penerima dan
pengirim mengenai arti kata-kata, atau semantic. Akhirnya
penerima bertindak atau menanggapi dengan mencatat informasi,
menanyakan informasi lebih lanjut, atau mengamil tindakan lain.
Akan tetapi tidak ada jaminan bahwa telah terjadi komunikasi,
keculai ada umpan balik kepada pengirim dalam bentuk pengakuan
bahwa pesan telah diterima.

2. Herbert g. Hicks dan c. Ray gullett


Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian
dari seseorang kepada orang lain. Akan tetapi bagaimana terjadiny
hal ini? Bagaimna proses komunikasi itu? Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini telah dikembangkan beberapa model
komunikasi. Model yang ditunjukkan dalam gambar berikut
terutama didasarkan atas model yang dikembangkan oleh David K.
Berlo. ) perlu diperhatikan bahwa model ini dapat dipergunakn
untuk setiap situasi komunikasi apakah itu dua orang yang sedang
berbicara ataukah itu pidato presiden kepada bangsanya.

3. David r. Hampton
Yang dimaksud dengan komunikasi adalah proses melalui
mana orang-orang yang bekerja dalam organisasi menyampaikan
informasi yang satu kepada yang lain dan menafsirkan maksudnya.
Model ini menunjukkan bahwa pengirim memulai dari suatu
maksud. Andaikan Tom, Wakil Presiden Departemen Pelayanan,
Pemasaran, memandang Steve, Manajer Penjuala Daerah sebagai
“salah seorang manajer penjualan yang paling cakap dalam
perusahaan.” Tom memandang Bagian Pelayanan Pemasaran
sekarang lebih banyak merupakan “suatu kemacetan dari pada

106
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

suatu pelayanan.” Ia memandang Steve tepat sebagai orang yang


dapat memperbaiki masalah ini dan dalam proses memajukan
kariernya sendiri. Ini adalah kerangka referensi atau kenyataan
psikologis dari Tom. Ini adalah merupakan apa yang memberikan
promodi kepda Steve yang dimaksudkan oleh Tom.
Tom mengodekan maksudnya kedalam suatu pesan berupa
memo asli (saluran atau media adalah memo tertulis) minta
rekomendasi untuk seseorang guna mengambil alih pelayanan
pemasaran ditambah dengan catatan, “Apakah anda mempunyai
minat? Saya pikir Anda adalah orang yang paling cakap untuk
jabatan tersebut. Datanglah dan mari kita bicarakan hal itu!”
Steve, penerima, dalam hal ini membaca kode pesan. Artinya, ia
menafsirkannya dan mengambil kesimpulan dalam kerangka
referensinya. Hasilnya adalah mungkin bahwa Steve sampai
kepada beberapa pengertian pesan; hal ini akan mengandung
beberapa pengertian baginya. Apapun juga hal itu tidak dibut
dengan tegas untuk kita.
Beberapa hari kemudian ketika Steve datang untuk
membicarakan memo dengan Tom, Steve memberikan umpan balik
dengan mengatakan bahwa ia “tidak memikirkan mempunyai latar
belakang untuk melakukan jabatan dan bahwa ia masih banyak
mempunyai banyak pekerjaan yang harus diselesaikan didaerah
sebelum ia merasa dapat pindah keposisi yang lain.” Proses
memasuki babak yang lain, dengan Tom lebih banyak
menyampaikan melalui pembicaraan. Semuanya itu dimaksudkan
untuk menjual ide yang asli kepada Steve. Tom juga minta Steve
untuk mendengarkan Wakil Presiden Pemasaran.

4. Arun monappa dan mirza s. Saiyadain


Komunikasi berarti menjelaskan ide-ide dan informasi
kepada orang lain. ) Agar komunikasi itu dapat berlangsung,
komunikasi itu harus mulai dri seorang individu dan disampaikan

107
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

kepada orang lain yang menerimanya dan menjawabnya. Dengan


mengirim atau menyampaikan pesan saja tidak melengkapi proses
komunikasi.
Pengirim dapat menggunakan bahasa, isyarat-isyarat atau
tindakan-tindakan untuk menyampaikan suatu pesan. Penerima
dapat menerimanya dengan mendengarkan, mengadakan reaksi
atau hanya mengamati. Bagaimanapun juga proses komunikasi
mengandung tiga hal, suatu komunikator (pengirim). Sutu
komunikate (penerima), dan isi komunikasi (pesan). Ini biasanya
dirumuskan menurut siapa mengataka apa kepada siapa. Ini jelas
memperkenalkan tiga komponen atau bagian poses komunikasi,
yakni siapa, apa dan kepada siapa. Jadi komunikasi itu merupakan
suatu interaksi yang banyak artinya bagi manusia. Komunikasi
mengandung arti bahwa suatu pesan disampaikan dan suatu pesan
diterima.

108
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

BAB VII
JARINGAN KOMUNIKASI

Jaringan Komunikasi pada mulanya merupakan metode


penelitian yang dikembangkan para pakar komunikasi untuk
mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu system, dimana
data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan
mengunakan beberapa tipe hubungan-hubungan interpersonal
sebagai unit analisis48.
Pada hakekatnya prilaku manusia merupakan
interaksi melalui mana seseorang bertukar informasi dengan
seseorang atau lebih. Elemen yang menghubungkan mereka inilah
yang disebut sebagai Jariingan komunikasi yang memilki struktur
dan system tersendiri (yang membedakannya dengan interaksi
ditempat lain). Analisis terhadap elemen-elemen interaksi social ini
untuk kali pertama dilakukan oleh Bernes (1954) di dalam studinya
tentang umat Gereja yang menempati sebuah Pulau di Norwegia.
Konsep yang dikembangkan Bernes kemudian digunakan oleh Bott
(1957) dalam studinya mengenenai peran suami istri yang terdapat
pada keluarga-keluarga di London.49
Baik Bernes maupun Bott sama-sama melihat
jaringan social sebagai suatu rangkaian hubungan-hubungan yang
dibuat oleh seorang indifidu disekitar dan berpusat pada dirinya
sendiri berdasarkan atas perbandingan. Sejumlah ahli Antropologi
dan Sosiologi antara lain; Southall (1956-1961), Pons (1961 1962
1964) dan Epstein (1961) juga telah mempergunakan Jaringan Sosial
dalam study-study yang mereka kembangkan.
Dalam disiplin ilmu komunikasi, konsep jaringan social
menempati posisi yang cukup penting, karena dengan

48
Tomy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, Media Presindo, Jakarta, 2006,
hal; 87
49
Suparlan. Parsudi, Jaringan Sosial, dikutip dari Majalah INFO No 4 Tahun II,
Oktober-November 1981, Set Ditjen RTF, Deppen, Jakarta.

109
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

menggunakan dan seabrek model yang telah dihasilkannya maka


tumpukan masalah yang berhubungan dengan komunikasi menjadi
lebih tajam dan tepat untuk dapat diteliti dan dianalisis.
Beberapa masalah dalam komunikasi, seperti macamnya
arus pesan-pesan yang mengalir sepanjang garis-garis yang ada
dalam suatu jaringan, bagaimana sifat dan arus-arus tersebut
sebagai akibat dari pengaruh jaringan struktur yang ada, dan
sebagainya dapat diperlakukan dengan lebih sempurna.
Dalam tradisi penelitian komunikasi, penelitian terhadap
jaringan atau unsure-unsurnya dapat ditelusuri cukup jauh ke
belakang. Salah satu langkah pertama untuk penelaan jaringan
komunikasi adalah rangkaian penelitian yang dikembangkan pada
awal 1950-an oleh Bavelas dkk, terhadap pola komunikasi terhadap
kelompok kerja. Walaupun mereka membatasi dalam kelompok
kecil (small group) yang diteliti dalam kondisi eksperimen, mereka
merupakan orang pertama yang memperkenalkan konsep-konsep
jaringan (seperti centrality, pheripherality) ked lam bidang
komunikasi50
Untuk lebih jauh mengetahui bagaimana cara kerja Jaringan
Komunikasi di dalam kelompok kerja atau organisasi, berikut
penulis sajikan dalam beberapa aras di bawah ini:

A. Jaring Komunikasi Daniel C. Feldman


dan Hugh J. Arnold
Ada dua pola komunikasi dalam organisasi. pola pertama
adalah jaringan komunikasi formal, yang sangat menyerupai dtruktur
organisasi. Ada saluran-saluran formal melalui mana komunikasi
mengalir. Misalnya, seorang pegawai hanya dapat berkomunikasi
dengan manajer umum melalui pengawasnya langsung. Prosedur
komunikasi demikian melindungi administrator tingkat atas dari

50
Dahlan Alwi, Analisis Jaringan Komunikasi: Perkembangan dan Relevansi, Dalam
Jurnal Komunikasi Pembangunan No 5/ Tahun II/ 1979, Badan Penelitian dan
Pengembangan Deppen, Jakarta, hal; 55

110
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

informasi yang tidak diperlukan dan menguatkan struktur


kekuasaan.
Ada juga jaringan komunikasi informal , kadang-kadang
disebut “grapevine.51” Komunikasi informal ini terjadi di luar
saluran-saluran yang telah ditentukan, dan paling sering dilakukan
dalam interaksi tatap muka atau dengan telephon. Komunikasi
informal ini dapat berhubungan dengan tugas atau dengan
kemasyarakatan. Grapevine dapat digunakan oleh manajemen
puncak untuk membuat pengumuman-pengumuman tidak resmi.
Tiap orang dalam organisasi mempunyai peranan dalam jaringan
komunikasi formal dan peranan dalam jaringan komunkasi
informal, dan kedua peranan ini sangat mempengaruhi berapa
banyak dan jenis informasi apakah ia akan menerimanya.
Luasnya jaringan komunikasi formal yang mempengaruhi
aspek perhatian komunikasi paling banyak adalah sentralisasinya.
Beberapa jaringan sangat disentralisasikan; komuinkasi harus
mengalir melalui posisi pemimpin. Jaringan-jaringan yang lain
sangat disentralisasikan; orang-orang dalam suatu kelompok dapat
mengadakan suatu komunikasi langsung satu sama lain.Unit-unit
dengan jaringan-jaringan yang didesentralisasikan mempunyai
lebih banyak komunikasi bersama; orang-orang dalam jaringan-
jaringan yang didesentralisasikan menyampaikan dan menerima
jauh lebih banyak informasi.
Ada banyak sekali perbedaan dalam berapa banyak
informasi orang-orang menerima dalam jaringan informal (artinya
melaluigrapivine). Dalam penyelidikan grapevine yang paling
terkenal, Sutton dan Porter menemukan bahwa hanya 10% dari
para pekerja menerima dan menyampaikan informasi grapevine.
Lebih dari separoh pegawai menerima informasi tetapi tidak
meneruskannya. Sepertiga pegawai adalah orang-orang yang tidak
menerima dan tidak menyampaikan informasi.
51
Setiawan. Bambang, Metode Analisis Jaringan Komunikasi, Fakultas Sospol
UGM, Jogjakarta, 1983

111
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Orang-orang pada tingkat-tingkat yang tinggi dalam


jaringan komunikasi formal menerima lebih banyak informasi
grapevine dari pada orang-orang pada tingkat-tingkat yang rendah.
Mereka juga memprakarsai lebih banyak informasi grapevine. Arus
utama komunikasi informasi adalah kebawah dan horizontal;
meskipun “berita” terjadi pada tingkat bawah dalam organisasi,
berita ini biasanya pertama-pertama mengalir ke atas kepada
seseorang pada tingkat yang tinggi, kemudin menyebar lagi ke
bawah dan horizontal. Orang-orang yang mempunyai banyak
hubungan dengan teman-teman diluar organisasi juga cendrung
memprakarsai banyak komunikasi informal. Orang-orang ini
kemungkinan besar sekali menyampaikan informasi tentang suatu
fungsi jabatan di dalam mana mereka mempunyai minat atau
informasi tentang seseorang yang mereka mengenal secara pribadi.
Orang-orang yang terasing secara geografis dan orang-orang yang
mempunyai status rendah mungkin kurang menerima informasi
grapevine, dan apabila mereka juga akan menerimanya hal ini akan
terlambat.
Dengan demikian, jaringan komunikasi itu makin banyak
didesentralisasikan, makin banyak informasi yang akan diterima
oleh seorang pegawai. Berada pada tingkat yang tinggi dalam
organisasi, mempunyai banyak hubungan dengan teman-teman
diluar organisasi, dan secara fisik dekat dengan pegawai-pegawai
l;ain juga menambah kesempatan menerima informasi.

B. Jaring Komunikasi Stephen P. Robbins


Dimensi vertical dan horizontal dalam komunikasi
organisasi dapat sigabungkan dalam bermacam-macam pola atau
dalam apa yang disebut jaringan-jaringan komunikas52i. Kebanyakan
study tentang jaringan-jaringan komunikasi terjadi dalam
52
Wright, Charles R, Sosiologi Komunikasi Masa, andi S (ter), Remaja Karya,
Bandung, 1985, 67

112
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

kelompok-kelompok yang terdapat dalam suatu laboratorium.


Akibatnya, kesimpulan-kesimpulan penelitian mempunyai
penerapan yang terbatas karena keadaan tiruan dan kelompok kecil
yang digunakan. Lima jaringan yang sudah lazim ditunjukkanhal;
dalam gambar berikut.) jaringan-jaringan ini adalah jaringan rantai,
jaringan Y, jaringan roda, jaringan lingkaran, dan jaringan semua
saluran. Untuk membicarakan jaringan-jaringan dalam dalam
gambar dalam hubungannya dengan organisasi, kita anggap
anggap bahwa organisasi hanya mempunyai lima orang anggota.

a. Lima Jaringan Umum


Menunjuk kepada gambar, jaringan rantai
menunjukkan suatu hirarki vertical lima-tingkat, dimana
komunikasi hanya dapat bergerak menuju keatas atau
kebawah. Dalam suatu organisasi jenis jaringan ini terdapat
dalam hubungan kekuasaan garis langsung tanpa ada
penyimpangan. Misalnya, juru bayar memberikan laporan
kepada manajer akuntansi umum yang memberi laporan
kepada pengawas perusahaan, yang memberi laporan
kepada manajer perusahaan. Kelima individu ini akan
menunjuikkan suatu jaringan rantai.
Apabila kita merubah jaringan Y terbalik, maka kita
dapat melihat dua orang bawahan memberi laporan kepada
seorang manajer, yang masih mempunyai dua tingkat
hirarki di atas manajer. Sebenarnya ini merupakan suatu
hirarki empat-tingkat.
Apabila kita melihat kepada diagram roda seolah-olah
kita sedang berdiri di atas jaringan, maka jelas bahwa
jaringan roda menunjukkan seorang manajer yang
mempunyai empat orang bawahan. Akan tetapi tidak ada
pengaruh timbal-balik antara orang-orang bawahan. Semua
komunikasi disalurkan melalui manajer.

113
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Jaringan lingkaran memungkinkan anggota-anggota


saling mempengaruhi dengan anggota-anggota yang
berdampingan, tetapi tidak lebih jauh. Jaringan ini
menunjukkan suatu hirarki tingkat-tingkat didalam mana
terdapat komunikasi vertical antara atasan dan bawahan
dan komunikasi horizontal hanya pada tingkat paling
rendah.
Akhirnya, jaringan semua saluran memungkinkan tiap
subyek mengadakan komunikasi secara bebas dengan
keempat anggot lainnya. Dari jaringna-jaringan yang telah
dibicarakan, jaringan semua saluran adalah yang paling
sedikit tersusun. Meskipun jaringan ini dalam beberapa hal
sama dengan jaringan lingkaran, jaringan semua saluran
tidak mempunyai posisi pusat. Akan tetapi tidak ada
pembatasan-pembatasan; semua anggota adalah sama.
Jaringan ini paling baik dijelaskan dengan suatu panitia.
Dimana tidak ada seorang anggota pun baik formal maupun
informal mempunyai posisi yang menonjol atau yang
menerima beban. Semua anggota bebas untuk
mengemukakan sudut pandagan mereka.

b. Efaluasi Keefektifan Jaringan


Apabila Anda menjadi seorang manajer, mempunyai
suatu pilihan diantara jaringan-jaringan komunikasi, apakah
Anda akan menyukai suatu jaringan dari pada jaringan
yang lain? Jawabannya tergantung kepada tujuan Anda.
Tabel berikut mengikhtisarkan keefektifan berbagai
jaringan terhadap empat kriteria – kecepatan, kecernatan,
kemungkinan bahwa seorang pemimpin akan timbul, dan
tingkat moril di antara para anggota.

114
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Apabila kita amati tampak dengan segera jelas: tidak


ada satu jaringan pun akan menjadi terbaik untuk semua
kejadian. Apabila kecepatan yang penting, maka jaringan
roda dan jaringan semua saluran yang lebik disukai.
Jaringan rantai,jaringan Y, dan jaringan roda mendapat nilai
tinggi untuk kecermatannya. Susunan jaringan roda
memudahkan timbulnya seorang pemimpin. Jaringan
lingkaran dan jaringan semua saluran adalah yang terbaik
apabila tujuannya adalah untuk mencapai kepuasan pegawa
yang tinggi.

c. SuatuJjaringanIinformal: Grapevine
Pembicaraan mengenai jaringan-jaringan sebelumnya
menekankan pola-pola komunikasi formal. Marilah kita
sekarang melihat bagaimana komunikasi lewat melalaui
jaringan informal, lebih khusus Grapevine yang terkenal.
Grapevine itu aktif dalam hampir semua organisasi.
Apakah ada suatu pola yang teratur bagi komunikasi
Grapevine ? desas-desus pada grapevine tidak tampak
mengikuti suatu pola yang sama. Fakta-fakta menunjuikkan
bahwa jenis-jenis informasi yang berlainan mengikuti pola
yang berlainan pula. Akan tetapi suatu kesimpulan yang
muncul adalah hanya 10% dari orang-orang dalam suatu
organisasi bertindak sebagai penghubung yang meneruskan
informasi kepada lebih dari satu orang lainnya. Dengan
demikian para manajer dapat menganalisis informasi
grapevine dan meramalkan alirannya, asalkan bahwa hanya
sedikit pegawai yang secara aktif meneruskan informasi
kepada lebih dari satu orang lainnya.
Grapevine mempunyai nilai bagi para manajer karena
grapevine mempunyai masalah-masalah pokok yang oleh
para pegawai diangghap penting dan menimbulkan

115
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

kegelisahan. Grapevine bertindak baik sebagai penyaring


maupun sebagai mekanisme umpan balik, mengetahui
masala-masalah pokok yang oleh pegawai dianggap
penting. Apbila grapevine adalah “suatu dengungan” denga
desas-desus mengenai pemberhentian pegawai secara
massal, dan apabila manajemen mengetahui desas-desus itu
sama sekali tidak benar, maka pesan tersebut masih
mempunyai arti. Hal ini mencerminkan rasa takut dan
pehatian para pegawai-pegawai dan karenanya jangan
dibaikan.

f) James A. F. Stoner dan Charles Wankel


Menurut Stoner dan Wankel, bebrapa penelitian yang
sangat menarik telah dilakukan terhadap saluran-saluran
komunikasi dalam organisasi dan pengaruhnya terhadap
kecermatan komunikasi, pelaksanaan tugas, dan kepuasan
anggota kelompok. Penelitian ini adalah penting karena
manajer-mnajer mempunyai pengaruh terhadap bagaimana
saluan-saluran komunikasi itu berkembang dalam unit-unit
mereka. Misalnya, struktur kekuasaan formal yang dibuat
oleh manajer-manajer akan membantu menentukan siapa
yang akan saling mempengaruhi dengan siapa. Dengan
demikian manajer-manajer dapat merencanakan unit-unit
pekerjaan mereka untuk memudahkan komunikasi yang
efektif.
Organisasi dapat dengan berbagai cara merencanakan
susunan atau jaringan komunikasi mereka. Beberapa jaringan
komunikasi mungkin direncanakan secara kaku. Misalnya,
pegawai-pegawai dapat didorong untuk berbicara dengan
atasan langsung mereka. Suatu jaringan demikian biasanya
dimaksudkan untuk mencegah beban manajer-manajer
tingkat atas yang terlalu banyak dengan informasi yang

116
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

tidak perlu dan untuk memlihara kekuasaan dan status


manajer-manajer tingkat atas. Jaringan-jaringan yang lain
mungkin direncanakan lebih longgar. Individu-individu
dapat disorong untuk mengadakan komuniksai dengan
setiap orang pada setiap tingkat. Jaringan-jaringan
demim,ian dapat digunakan kemana saja arus informasi
yang bebas diinginkan, seperti halnya dalam suatu bagian
penelitian.
Untuk mengetahui pengaruh berbagai struktur
komunikasi telah diadakan serangkaian percobaan. Dalam
suatu penyelidikan dalam rangkaian in, lima subyek siminta
untuk memecahkan jenis-jenis masalah yang berlainan.
Subyek-subyek dipisahkan dengan dinding pemisah dan
dapat mengadakan komunikasi satu sama lain untuk
memecahkan masalah-masalah sepanjang garis-garis
komunikasi yang diawasi sepenuhnya oleh para peneliti.

g) Elmer H. Burack dan Nicholas J. Mathys


Menurut Burack dan Mathys, setiap kelompok
dipengaruhi oleh jaringan komunikasi melalui mana fungsi-
fungsinya dijalankan. Jaringan ini dapat merupakan akibat
dari pada struktur organisasi formal atau timbul karena
perilaku khusus dari anggota-anggota kelompok. Gambar
berikut menunjukkan empat jaringan umum yang telah
diadakan percobaan oleh para peneliti. )
Jaringan ligkaran dan jaringan semua-saluran lebih
didesentralisasikan dari pada jaringa-jaringan yang
lain,karena semua anggota dapat mencapai jumlah orang
yang sama,. Misalnya, dalam jaringan semua saluran, semua
individu dapat saling mempengaruhi denga setiap orang
lainnya; sedangkan dalam setiap bentuk lingkaran, setiap
individu dapat saling mempengaruhi hanya dengan orang

117
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

langsung sebelahnya. Sebaliknya, jaringan-jaringan yang


lain, jaringan roda, dan jaringan rantai lebih disentralisasikan
karena komunikasi dipaksa melalui suatu saluran sentral
dengan akibat bahwa beberapa anggota dapat memperoleh
lebih banyak informasi dari pada anggota-anggota lainnya.
Telah banyak sekali penelitian dilakukan untuk
mengetahui jaringan manakah yang terbaik. Criteria yang
dipergunakan untuk menetukan ini termasuk efisiensi
dengan mana masalah tertentu sipecahkan atau tugas
diselesaikan dak kepiasan yang diperoleh individu-individu
yang berpartisipasi dalam kelompok.
Penelitian menunjukkan bahwa dalam kenyataan tidak
ada suatu jenis jaringan yang terbaik. Agaknya tiap jaringan
mempunyai kebaikan dan kelemahan tertentu. Jaringan-
jaringan yang disentralisasikan seperti jaringan roda dan
jaringan rantai adalah lebih efisiensi untuk memecahkan
masalah-masalah yang sederhana; jaringan-jaringan tersebut
lebih cermat dan memerlukan sedikit waktu untuk
mendapatkan suatu pemecahan. Jaringan-jaringan yang
didesentralisasikan seperti jaringan lingkaran dan jaringan
semua saluran mampu menangani masalah-masalah yang
kompleks dan tidak tersusun yang menuntut banyak
kreatifitas dan pembicaraan dan dimana waktu tidak gawat.
Kepuasan anggota cenderung menjadi paling besar dalam
jaringan-jaringan ini karena lebih banayk individu
mempunyai perasaan partisipasi.
Berdasarkan penemuan-penemuan demikian, tampak
bahwa jaringan yang sesuai untuk suatu organisasi atau
kelompok sebagian besar tergantung kepada hakikat tugas-
tugas yang diselesaikan dan tingkat pada mana pegawai-
pegawai terlibat dalam kepuasan dan produktifitas. Apabila
diinginkan kepuasan, maka jaringan lingkaran atau jaringan

118
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

semua saluran yang sesuai. Untuk mudahnya, tugas-tugas


rutin, jaringan roda atau jaringan rantai adalah yang baik.
Untuk tugas-tugas yang sulit, yang menuntut fleksibilitas
atau kreatifitas, jaringan lingkaran atau jaringan semua-
saluran adalah yang paling berguna.
Atudi-atudi ini juga menunjukkan bahwa individu-
individu yang mempunyai posisi-posisi tertentu yang
mungkin “peka informasi” dapat menjadi lebih berpengaruh
dari pada yang dipertimbangkan oleh nama-nama mereka.
Misalnya, posisi-posisi staf seperti asisten mungkin
mempunyai otoritas formal kecil, meskipun demikian
mereka mungkin mempunyai pengaruh yang besar karena
pengawasan mereka atas informasi yang diperlukan oleh
pengambil keputusan.

C. Jaring Komunikasi Andrew F. Sikula


Pola-pola atau jaringan-jaringan komunikasi formal telah
diteliti secara mendalam.Suatu pesan dapat disampaikan dari
seseorang kepada orang lainmelalui salah satu dari beberapa pola
atau saluran komunikasi alternative yang masuk akal. Dengan
sendirinya, beberapa sistem ini kurang efisien dari pada sisrem-
sistem yang lain, dan sesungguhnya, suatu metode demikian
ternyata optimal. Studi pola-pola komunikasi telah dilakukan
dalam usaha untuk menemukan “cara yang terbaik” untuk
mengadakan komunikasi.Sesungguhnya tidak ada suatu cara yang
secara universal paling baik untuk mengadakan komunikasi
organisasi, karena informasi dan data disampaikan untuk
bermacam-macam tujuan. Cara menyampaikan pesan yang paling
efektif tergantung kepada factor-faktor situasi seperti kecepatan,
kecermatan, biaya, dan pembatasan waktu. Meskipun demikian,
suatu analisis jaringan komunikasi membantu menetukan pola-pola
mana yang tercepat, paling cermat, paling fleksibel, dan sebagainya.

119
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

1. Jaringan komunikasi
Jaringan-jaringan komunikasi biasanya ditentukan
cirri-cirinya sesuai dengan susunan komponennya, pola-
pola seperti lingkaran, rantai, roda, semua saluran, bintang,
dan pyramid, telah ditentukan cirri-cirinya, digolongkan,
dan diteliti. Misalnya, gambar berikut melukiskan model
atau antar-hubungan komponen dari jaringan-jaringan
komunikasi lingkaran, ramntai, roda, dan semua saluran.

2. Keterlibatan Jaringan Komunikasi


Ada hubungan yang diragukan mengenai apa, apabila
sesuatu, analisis demikian dapat menyumbang kepada
pemecahan masalah-masalah komunikasi organisasi.
Percobaan-percobaan jenis ini dapat memisahkan suatu
variable khusus untuk menunjukkan pengaruhnya terhadap
komunikasi.Akan tetapi karena organisasi yang
sesungguhnya tidak pernah meniru kondisi laboratorium,
maka kesimpulan-kesimpulan dari percobaan-percobaan
demikian tidak dapat langsung berlaku untuk menjalankan
organisasi. Nilai utama percobaan ini adalah menunjukkan
pengaruh potensial dari setiap variable atau factor.
Sesungguhnya ada kesenderungan alamiah bagi kelompok
untuk memecahkan masalah-masalah komunikasi yang
seefisien-efisiennya (artinya dengan sedikit pengeluaran dan
usaha seperti yang diperlukan). Filsafat ini mengakibatkan
penggunaan banyak pola komunikasi organisasi yang dapat
disesuaikan dan selalu berubah. Bahkan ada suatu
penelitian yang dapat menyarankan bahwa kesanggupan
menyesuaikan diri kelompok dalam jangka panjang dapat
mengakibatkan produktivitas organisasi yang banyak sekali

120
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

persamaannya, tidak pandang pembatasan-pembatasan


jaringan . kekurangan studi penelitian jaringan komunikasi
adalah bahwa peneliti itu menganggap bahwa hanya ada
sistem informasi rangkaian komando formal. Dengan
sendirinya suatu komunikasi grapevine informal
sesungguhnya juga bekerja pada tingjkat-tingkat organisasi
kelompok kecil individual dan struktur perusahaan cara
keseluruhan.

D. Jaring Komunikasi Harold Koontz, Cyril O`Donnell, dan


Heinz Weihrich
Selama 20 tahun yang telah lalu banyak sekali penelitian
tentang jaringan-jaringan komunikasi dilakukan dalam kelompok-
kelompok kecil. Suatu jaringan adalah suatu situasi tersusun dalam
mana orang-orang menyampaikan informasi dalam suatu pola
tertentu.

E. Jaring Komunikasi Arun Monappa dan Mirza S. Saiyadain


Apabila kita mengamati pola-pola komunikasi dalam
sejumlah organisasi, atau dalam organisasi yang sama pada waktu-
waktu yang berlainan, maka kita akan menemukan bahwa pola-
pola komunikasi tersebut disusun sekitar hubungan kerja. Pola-pola
ini disebut jaringan-jaringan. Jaringan-jaringan komunikasi
merupakan aspek-aspek structural dari kelompok pekerjaan.
Jaringan-jaringan ini menunjukkan kepada kita bagaimana
kelompok-kelompok itu saling tergantung dan bagaimana
hubungan kerja di antara anggota-anggotanya. Jaringan-jaringan
komuniksi juga menunjukkan pemeliharaan umum organisasi,
hubungan atasan-bawahan, dan sampai suatu tingkat, kepuasan
para pegawai.

121
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

122
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

BAB VIII
JURNALISTIK KONTEMPORER

A. Dalam Pusaran Jurnalistik


Jurnalisme seringkali disebut 53 literature in a hurry. Hal ini
dikarenakan jurnalistik membutuhkan kecepatan. Para pembaca
tidak akan pernah berfikir bahwa kumpulan berita yang ada di
dalam surat kabar, sesungguhnya merupakan akumulasi dari
proses panjang, melelahkan, yang tidak jarang bahkan
mempertaruhkan nyawa sang wartawan. Sebagai bagian dari
tahapan disiplin ilmu komunikasi (Jurnalistik, Publisistik, dan
Retorik) sebagaimana yang telah penulis bahas pada bab
sebelumnya, pembahasan menyeluruh pusaran jurnalistik dan
kiprahnya membentuk sejarah dunia tidak dapat disangkal lagi
menempati urutan wakhid. Setidaknya salah seorang wartawan
senior pernah berkata; “Jika anda ingin eksisting jadilah pembalap,
jika anda ingin kaya jadilah Bankir, tapi jika anda ingin duduk di
antara orang-orang yang membuat sejarah, jadilah wartawan 54”
sebuah ungkapan menggetarkan yang layak direnungkan para
wartawan, bahwa mereka bukanlah kuli tinta tapi pembuat sejarah
yang tidak harus manut pada redaksi seperti kerbau yang sedang
dicocok hidungnya.
Pendaran sejarah Pers Indonesia mengalami masa yang bisa
disebut pasang surut. Beberapa hari setelah teks proklamasi
dibacakan Bung Karno, dari kota sampai ke pelosok telah terjadi
perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang, termasuk pers. Yang
direbut terutama adalah peralatan percetakan. Perebutan kekuasan
semacam ini telah terjadi di perusahaan koran milik Jepang yakni

53
Arpan, Floyd G, edited By Ethel M Leeper, Toward Better Communications,
dalam Rochady, 1970, Wartawan Pembina Masyarakat, Suatu Pedoman Kerja Wartawan
Berlandaskan Teori Tanggung Jawab, Bandung, Bina Cipta, hal; 67
54
Hikmat Kusuma Ningrat dan Purnama Kusuma Ningrat, Jurnalistik Teori dan
Praktek, Bandung Remaja Rosda Karya, halaman tak terlacak.

123
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Soeara Asia (Surabaya), Tjahaja (Bandung) dan Sinar Baroe


(Semarang). Dan pada tanggal 19 Agustus 1945, 2605 koran-koran
tersebut telah terbit dengan mengutamakan berita sekitar Indonesia
Merdeka. Dalam koran-koran Siaran Istimewa itu telah dimuat
secara mencolok teks proklamasi. Kemudian beberapa berita
penting seperti "Maklumat Kepada Seluruh Rakyat Indonesia",
"Republik Indonesia Sudah Berdiri", "Pernyataan Indonesia
Merdeka", "Kata Pembukaan Undang-Undang Dasar", dan lagu
"Indonesia Raya".
Di bulan September sampai akhir tahun 1945, kondisi pers
RI semakin kuat, yang ditandai oleh mulai beredarnya Soeara
Merdeka (Bandung) dan Berita Indonesia (Jakarta), Merdeka,
Independent, Indonesian News Bulletin, Warta Indonesia, dan The Voice
of Free Indonesia. Di masa itulah koran dipakai alat untuk
mempropagandakan kemerdekaan Indonesia. Sekalipun masih
mendapat ancaman dari tentara Jepang, namun dengan penuh
keberanian mereka tetap menjalankan tugasnya. Dalam masa klas
pertama di tahun 1947, pers kita terbagi dua. Golongan pertama
tetap bertugas di kota yang diduduki Belanda. Dan golongan kedua
telah mengungsi ke pedalaman yang dikuasai RI. Sekalipun aktif di
wilayah musuh, yang selalu dibayangi ancaman pemberedelan dan
bersaing dengan koran Belanda, golongan pertama tetap
menerbitkan koran yang berhaluan Republikein. Yang terkenal di
masa itu antara lain Merdeka, Waspada, dan Mimbar Umum.
Demikian pula yang bergerilya ke pedalaman, dengan peralatan
dan bahan seadanya, koran mereka senantiasa menjaga agar jiwa
revolusi tetap menyala. Di masa itu telah beredar koran kaum
gerilya, yakni Suara Rakjat, Api Rakjat, Patriot, Penghela Rakjat, dan
Menara. Koran-koran ini dicetak di atas kertas merang atau stensil
dengan perwajahan yang sangat sederhana.
Sesudah proklamasi, memang jauh berbeda dibanding di
masa penjajahan Belanda dan Jepang. Di masa itu orang enggan

124
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

membaca koran, lantaran beritanya melulu untuk kepentingan


penguasa. Sedang pada masa kemerdekaan, koran apa saja selalu
menjadi rebutan masyarakat. Sehari setelah beberapa koran
mengabarkan berita tentang pembacaan teks proklamasi, maka
hari-hari berikutnya masyarakat mulai memburunya. Mereka
tampaknya tidak mau ketinggalan barang seharipun dalam
mengikuti berita perkembangan negaranya yang baru merdeka itu.
Minat baca semakin meningkat dan orang mulai sadar akan
kebutuhannya terhadap media massa. Suasana seperti ini tentunya
berdampak positif bagi para pengelola media masa di masa itu.
Usaha penerbitan koran pun mulai marak kembali, yang konon
diramaikan oleh irama gemercaknya suara alat cetak intertype atau
mesin roneo. Sementara itu para kuli tinta yang sibuk kian kemari
memburu berita, semakin banyak jumlahnya. Untuk menertibkan
dan mempersatukan mereka, pada tahun 1946 atas inisiatif para
wartawan telah dilangsungkan kongres di Solo. Dalam kongres itu
telah dibentuk persatuan wartawan dan Mr. Sumanang, ditunjuk
sebagai ketuanya.
Tercatat beberapa peristiwa penting dalam sejarah pers di
masa revolusi yakni di tahun yang sama telah didirikan Sari Pers di
Jakarta oleh Pak Sastro dan kantor berita Antara dibuka kembali,
setelah selama tiga tahun dibekukan Jepang. Kantor Sari Pers setiap
hari mencetak ratusan koran stensilan yang memuat berbagai berita
penting dari seluruh tanah air.
Mengikuti berita surat kabar di masa itu, memang
mengasyikkan dan sekaligus mendebarkan. Dari hari ke hari
beritanya silih berganti, dari pertempuran dan perundingan,
sampai pembangunan serta kabar berita yang penuh suka dan
duka. Seperti berita di tahun 1945. Indonesia Merdeka telah
disambut luapan gembira, namun di bulan November muncul
berita duka, yakni tentara Inggris telah membantai ribuan rakyat
dan para pejuang kita serta membumihanguskan kota Surabaya. Di

125
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

tahun 1946 rakyat kita telah memperingati hari proklamasi dengan


sangat meriah sebanyak dua kali, yakni pada tanggal 17 Februari,
ketika Indonesia Merdeka baru berumur setengah tahun dan
tanggal 17 Agustus. Tahun 1946 ditutup dengan munculnya berita
musibah yang memenuhi halaman-halaman koran, yakni
pembunuhan 40.000 rakyat Sulsel oleh Gerombolan Westerling
pada tanggal 11 Desember. Tindakan kejam ini dilakukan pihak
Belanda untuk melancarkan jalan menuju terbentuknya negara
boneka Indonesia Timur.
Berita yang menggembirakan tahun 1948 adalah
diselenggarakannya Pesta Pekan Olahraga Nasional pertama di
Solo secara meriah pada tanggal 9 September. Namun berita-berita
PON itu tiba-tiba sirna oleh terjadinya Peristiwa Madiun pada
tanggal 18 September di kota yang sama. Memasuki tahun 1948
situasi dan kondisi negara RI memang mulai diwarnai oleh suasana
perpecahan. Di masa itu semakin terasa ada dua golongan yang
saling bertentangan yakni golongan kanan (Front Nasional) dan
golongan ekstrem kiri (komunis) yang disebut FDR (Front
Demokrasi Rakyat). Puncak konflik ini ditandai oleh meletusnya
pemberontakan Peristiwa Madiun yang didalangi oleh PKI Muso.
Peristiwa ini sempat mengguncang pemerintah. Betapa tidak,
sementara rakyat kita sedang sibuk menghadapi agresi Belanda,
tiba-tiba PKI menusuk dari belakang. Pidato Presiden Soekarno
yang berbunyi: "Pilih Soekarno-Hatta atau Muso dengan PKI-nya"
sempat menjadi berita utama dalam setiap koran. Di masa penuh
konflik inilah untuk pertama kalinya terjadi pemberedelan koran
dalam sejarah pers RI. Tercatat beberapa koran dari pihak FDR
seperti Patriot, Buruh, dan Suara Ibu Kota telah dibreidel pemerintah.
Sebaliknya, pihak FDR membalas dengan membungkam koran Api
Rakjat yang menyuarakan kepentingan Front Nasional. Sementara
itu fihak militer pun telah memberedel Suara Rakjat dengan alasan
terlalu banyak mengeritik pihaknya.

126
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Pada tahun 1946, pihak pemerintah mulai merintis


hubungan dengan pers. Di masa itu telah disusun peraturan yang
tercantum dalam Dewan Pertahanan Negara Nomor 11 Tahun 1946
yang mengatur soal percetakan, pengumuman, dan penerbitan.
Kemudian diadakan juga beberapa perubahan aturan yang
tercantum dalam Wetboek van Strafrecht (UU bikinan Belanda),
seperti drukpersreglement tahun 1856, persbreidel ordonnantie 1931
yang mengatur tentang kejahatan dari pers, penghinaan, hasutan,
pemberitaan bohong dan sebagainya. Namun upaya ini
pelaksanaannya tertunda karena invasi dari pihak Belanda. Barulah
setelah Indonesia memperoleh kedaulatannya di tahun 1949,
pembenahan dalam bidang pers dilanjutkan kembali. Di saat itu
telah terjadi peristiwa bersatunya kembali golongan insan pers yang
bergerak di kota yang dikuasai Belanda dengan golongan yang
bergerak di daerah gerilya. Hubungan itu meliputi soal perundang-
undangan, kebijaksanaan pemerintah terhadap kepentingan pers
dalam hal aspek sosial ekonomi maupun aspek politisnya.
Dalam UUD pasal 19 contohnya, telah dicantumkan kalimat,
setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan
pendapat. Pelaksanaan UUD pasal 19 tersebut telah diusulkan
dalam sidang Komite Nasional Pusat Pleno VI Yogya tanggal 7
Desember 1949 yang intinya, Pemerintah RI agar memperjuangkan
pelaksanaan kebebasan pers yang mencakup memberi
perlindungan kepada pers nasional, memberi fasilitas yang
dibutuhkan perusahaan surat kabar, dan mengakui kantor berita
Antara sebagai kantor berita nasional yang patut memperoleh
fasilitas dan perlindungan.
Usulan di atas kemudian dijawab. Pemerintah RI sudah
mulai merencanakan segala peraturan mengenai pers dan berupaya
sekerasnya untuk melaksanakan hak asasi demokrasi. Hubungan
antara pemerintah dan pers lebih dipererat dengan cara
membentuk Panitia Pers pada tanggal 15 Maret 1950, penambahan

127
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

halaman koran, persediaan kertas dan bahan-bahan yang


diperlukan, tanpa ada ikatan apapun yang mengurangi
kemerdekaan pers. Untuk meningkatkan nilai dan mutu jurnalistik,
maka para wartawan diberi kesempatan untuk memperdalam
ilmunya. Dan diupayakan pula agar kedudukan kantor berita
Antara lebih terasa sebagai mitra dari para pengelola surat kabar.
Upaya di atas telah memungkinkan terciptanya iklim pers
yang tertib dan menguntungkan semua pihak. Jumlah perusahaan
koran pun dari tahun ke tahun semakin meningkat. Buktinya dalam
kurun waktu empat tahun sesudah 1949, jumlah surat kabar
berbahasa Indonesia, Belanda, dan Cina naik, dari 70 menjadi 101
buah. Sekalipun demikian bukan berarti mutu jurnalistiknya ikut
meningkat. Untuk itu, Ruslan Abdulgani dalam tulisannya 55 telah
menulis sebagai berikut, "Mempertinggi mutu journalistiek pada
umumnja harus diartikan mempertinggi kwaliteit apa jang ditulis:
hal ini dapat ditjapai bila wartawan berkesempatan tjukup
memperlengkapi dirinja dengan pengetahuan tentang keadaan jang
hendak ditulis, dan pelbagai ilmu pengetahuan seperti ilmu politik,
sociologie, ekomomi, psychologie, sedjarah dan ketatanegaraan"
Di masa kekuasaan Orde Baru, Indonesia mengalami sejarah
kelam. Setidaknya pemberedelan pers perlu juga dimaknai sebagai
pemberangusan kebebsan berbicara, bukan hanya pelarangan terbit
sebuah perusahaan pers.
Pembredelan koran Indonesia Raya yang dipimpin Mochtar
Lubis menandai kembalinya masa kelam pers Indonesia. Pada
tahun 1994 beberapa media lain juga mengalami nasib yang sama,
yaitu berakhir dengan pemberedelan. Beberapa media tersebut
antara lain; majalah Detak, DeTIK.com, Tempo, dan Editor, Kompas,
dll56.

55
Ruslan Abdulgani, Pers Nasional dan Funksi Sosialnya, majalah Merdeka,
Agustus 1952
56
Ignatius Haryanto, Indonesia raya Dibredel, LKiS, Jogjakarta, 2006, hal; 98

128
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Di era ini, pers dijinakkan dengan sejumlah peraturan yang


membuat insan pers tak mampu banyak bergerak. Sedikit kritis
saja, pers akan dibungkam dengan dalih stabilitas politik untuk
pelaksanaan pembangunan yang jauh panggang dari jargin
kebebsan pers yang dikampanyekan pada masa awal Orde Baru.
Kebebasan pers hanya berlangsung seumur jagung, pemerintah
Orde Baru yang bertangan besi kembali merampok kebebasan pers
karena merasa gerah dengan pemberitaan-pemberitaan yang
diusung insan pers ketika itu.
Di era ini, Indonesia Raya tampil sebagai surat kabar yang
secara tegas menyatakan berhubungan secara diametral dengan
pemerintah. Penyajian beritanya sering tanpa tedeng aling-aling.
Kritik-kritiknya yang tajam dan menusuk telah mampu membawa
pembaca larut dalam daya perlawanan yang hebat.
Indonesia Raya tepat berada pada posisi tengah antara
penguasa dan rakyat. Ia dengan lantang menyuarakan
ketidakberesan kebijakan penguasa dan menyajikan realitas sosial-
ekonomi yang terjadi di masyarakat akar rumput.
Dengan bahasa yang emotif, Indonesia Raya seolah mampu
menghipnotis pembacanya untuk menentang segala
penyelewengan serta ketidakbenaran. Apalagi pimpinan
perusahannya, Mochtar Lubis, memang dikenal sebagai tokoh yang
sangat kritis. Kekritisan itu pula yang membawa Mochtar Lubis ke
pintu penjara untuk kedua kalinya. Saat ia dipenjara, Indonesia Raya
pun sempat vakum.
Menjadi surat kabar yang berada di garda terdepan untuk
menentang langkah-langkah penguasa tentu saja tidak mudah. Jauh
lebih mudah bila media massa bermanis-manis muka di hadapan
penguasa. Selain akan aman, ia juga akan menerima ”asupan gizi”
yang cukup.
Jika memilih jalan untuk berhadap-hadapan dengan
penguasa, tentu ada sekian konsekuensi yang harus ditanggung.

129
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Sebab, penguasa pasti akan gerah akibat kekritisan media massa.


Watak penguasa selalu saja tidak rela kekuasaannya dirongrong
oleh siapa pun. Maka, ketika Orde Baru, berani mengkritisi
pemerintah berarti mengibarkan bendera perang terhadap
otoritarianisme penguasa yang disokong militer.
Sepak-terjang Indonesia Raya berakhir setelah meletus
peristiwa Malari 15 Januari 1974. suatu peristiwa bergulirnya arus
demokratisasi yang dimulai dengan protes segenap massa rakyat
terhadap kedatangan modal asing, terutama dari Jepang. Penguasa
ketika itu, dengan ideologi pembangunanisme-nya, memang
menjadikan investasi asing sebagai ”dewa”.
Gelombang protes itu kian menguat karena disokong
pemberitaan media massa yang tak kalah garangnya. Dan,
kekritisan yang diusung Indonesia Raya ketika itu lagi-lagi berbuah
pahit. Tepat tanggal 22 Januari 1974, surat izin terbit (SIT) koran ini
dicabut oleh Departemen Penerangan. Pembredelan yang terakhir
ini membuat Indonesia Raya benar-benar tak berkutik dan tak
mampu hidup lagi. Nama Indonesia Raya pun dengan penuh
kesedihan menjadi batu nisan kebebasan pers.
Seperti halnya masa sebelumnya, era reformasi ditandai dengan
kebebsan berdemokrasi termasuk juga kebebsan pers. Di era ini
koran tumbuh luar biasa bahkan pada satu titik mencapai 2.000
penerbitan. Pada tahun 2005 penerbitan yang tersisa tinggal 800
koran atau hanya 30 persen yang sehat secara bisnis. Kematian pers
sesunguhnya lebih banyak dikarenakan ‘hara-kiri’ lantaran kurang
modal dan tak mampu mengelola SDM.

B. Strategi Penulisan Berita

130
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Sejak kemunculan surat kabar pada awal abad 1557 hingga


sekarang telah banyak berkembang tekhnik-tehknik untuk
meneguhkan ornament kecepatan tadi. Walaupun disatu sisi
tekhnik jurnalistik yang ada dimaksudkan semacam itu, akan tetapi
disisi lain tidak satu-pun surat kabar yang mempunyai kesamaan
dalam tekhnik penulisan beritanya.
Model penulisan berita sesungguhnya lebih dipengaruhi
oleh visi-misi dari surat kabar yang bersangkutan dan target
konsumen yang sudah ditetapkan. Sedangkan kesamaan dalam
tekhnik penulisan berita antar surat kabar hanya terletak pada pola
yang selalu menggunkan model piramida terbalik:

57
Pelopor media untuk pertama kali adalah Johann Gutenberg yang mencetak
informasi untuk pertama kali sehingga melahirkan komunikasi massa. Inilah
peristiwa yang mengubah wajah eropa pada abad 15. Lih; Bradley Duane, 1971,
The Newspaper: Its Place In A Democracy, New York: Pyramid Communication Inc.,
p; 143

131
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Gambar. 5
Piramida Terbalik
Alinea Pertama
Lead
5W + 1 H

Alinea 2-
detailing

Gambar di atas menunjukkan bahwa setiap berita selalu


diawali dengan ringkasan atau klimaks dalam alinea pembukanya,
kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam alinea berikutnya
dengan memberikan rincian cerita secara kronologis atau dalam
urutan yang semakin menurun daya tariknya. Alinea berikutnya
yang memuat rincian dinamakan ‘tubuh berita’. Sedangkan alinea
pertama yang memuat ringkasan disebut ‘teras berita’ atau ‘lead’.
Ada alasan khusus mengapa pola berita berbentuk piramida
58
terbalik. Pertama hal itu relevan dengan naluri manusia dalam
menyampaikan berita, yaitu agar berita dengan cepat dapat
ditangkap. Kedua, memuaskan rasa penasaran pembaca dengan
segera. Ketiga, memudahkan redaktur membuat judul berita.
Keempat, memungkinkan bagian tata letak memotong uraian berita
dan menyesuaikannya dengan kolom yang ada.

A. Unsur 5 W + 1 H Dalam Lead


Unsur 5 W + 1 H dalam lead sesungguhnya tidak sekedar
ringkasan , akan tetapi justru merupakan inti berita. Karena itu
takheran jika pemula selalu mengalami kesulitan dalam membuat
lead berita. Seperti halnya etalase toko bisa memancing para
pembeli untuk masuk ke dalam toko, dalam kaitan ini lead berita

58
Harahap. Krisna, 1996, Rambu-rambu Disekitar Profesi Wartawan, Jakarta,
Grafitri Budi Utami, hal; 19

132
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

juga harus menjanjikan pada pembaca kelanjutan dari tulisan


pembuka.
Lead juga berfungsi sebagaimana intro dalam sebuah musik.
Karena itu tidak jarang lead selalu diistilahkan dengan 59teaser,
penggoda, karena pada hakekatnya bagian awal dari tulisan tak
ubahnya seperti penggoda agar pembaca tertarik untuk terus
membaca.
Tugas seorang reporter dalam mengembangkan lead atau
alinea pembuka adalah menyaring unsure-unsur penting dari
catatan-catatan hasil liputannya. Baik pidato, peristiwa kecelakaan,
fenomena alam, atau beberapa hal lain yang sekiranya menarik bagi
pembaca.
Unsur-unsur penting itu dapat dijumpai dalam jawaban-
jawaban terhadap neam pertanyaan pendek yang terkandung
dalam sajak 60Rudyard Kipling:

I have six honest serving-men


(They’ve taught me all I knew)
Their names are What and Where and When and How and
Why and Who.

(Aku punya enam orang pelayan yang jujur. Mereka


telah mengajariku semua yang aku ketahui. Nama-nama
mereka adalah Apa dan Dimana dan Bilamana dan
Bagaimana dan Mengapa dan Siapa)

59
Widodo, 1997, Tekhnik Wartawan Menulis Berita Di Surat Kabar Dan Majalah,
Suraba, Penerbit Indah, hal; 56
60
Rudyard Kipling adalah seorang Novelis dan Wartawan Inggris semasa
perang dunia I dan juga penerima hadiah Nobel. Ia pernah tinggal di India 1890
dan menghasilakan beberapa novel yang seting ceritanya terjadi di India dikutip
dari Yu, Frederick T.C, 1981, Get It Rigth, Get It Tight: The Beginning Reporter’s
Handbook, East West Center, Institute of Culture And Communication, Honolulu
Hawai, p; 247

133
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Rumus 5 W + 1 H di atas merupakan unsur dari sebuah lead


yang lengkap. Tetapi bila hanya sekedar melihat itu saja belum
cukup. Lead yang baik61 antara lain membutuhkan selektivitas, yaitu
penentuan tentang unsur apa saja yang penting.
Untuk mempermudah pemahaman di atas marilah kita ambil
contoh peristiwa ledakan bom (Apa) yang terjadi di sebuah tempat
hiburan (Bagaimana) di Legian Kuta Bali (Dimana) oleh Teroris
(Siapa) yang membenci orang-orang asing terutama Amerika dan
Australia (Mengapa) pada Malam hari (Bilamana) tatkala tempat
hiburan itu dikunjungi banyak turis dan menewaskan sedikitnya
200 pengunjung (Siapa). Bagaimana menyusun Lead berita ini
berdasarkan unsure-unsurnya yang paling penting.
Unsur-unsur berita yang manapun di antara enam itu dapat
dijadikan batu loncatan untuk menggerakkannya menjadi sebuah
beirta. 62Kata-kata pembuka berita bias memilih ‘w’ atau mana saja
yang diinginkan, misalnya dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut: What (apa yang terjadi?) Who (Siapa yang terlibat?) When
(Bilamana Terjadi?) Where (Dimana terjadinya?) How (Bagaimana
terjadinya?) atau Why (Mengapa bias terjadi?)
Pernyataan di atas sesungguhnya telah menegaskan bahwa
tidak ada formula apapun yang bisa menjamin terciptanya lead
yang bagus. Wartawan yang berpengalaman akan dapat
‘merasakan’ lead yang bagus ketika ia menemukannya. Ia akan
menyusunnya dan ‘menggosokkanya’ dengan hati-hati di dalam
pikirannya sebelum ia menuliskannya di dalam komputer.

61
Weinberg, Steve, 1996, The Reporter’s Handbook: An Investigator’s Guide To
Document And Techniques, New York, ST Marthin’s Press, p; 78
62
semasa diperkenalkan Kipling penulisan berita cukup memuat unsure 5 W +
1 H, namun kini unsure tersebut tidak cukup, perlu ada tambahan unsure so What
yaitu, hal-hal yang terkait dengan kedalaman implikasi suatu peristiwa. Hal ini
dilakukan sebab biasanya suatu peristiwa tidak berdiri sendiri. Ia acapkali
memiliki hubungan dengan peristiwa lainnya atau berhubungan dengan
perkembangan yang menjadi perhatian masyarakat. Lih; Charnley, Mitchell, 1975,
Reporting, Third Edition, Holt, Rinehart and Winston, New York, p; 97

134
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Jika sang wartawan tidak puas dengan hasil tulisannya,


biasanya dia akan menghapus dan mencoba untuk menulis
kembali. Hal ini dilakukan karena dia mengetahui bahwa sekali dia
dapat membuat lead yanag bagus selebihnya akan “bercerita
sendiri”.
Dengan indra keenamnya yang terlatih, biasanya sang
wartawan dapat ‘merasakan’ irama, kegaringan, ‘cantelan’ berita
dan dampak dramatik dalam lead yang bagus dan kuat. Sang
wartawan telah belajar bagaimana ‘ 63mengambil jarak’ dari suatu
kisah berita agar ia dapat mengkristalisasikan dalam pikirannya
tentang pentingnya berita itu dan arti berita tersebut, dan
bagaimana caranya menyampaikan unsur-unsur itu kepada para
pembaca dengan jelas dan menarik.
Jika uraian di atas dirasakan terlalu umum dan tidak dapat
diterapkan dalam praktik, ambilah surat kabar mananapun dan
bacalah leadnya yang berbeda-beda itu: mungkin leadnya sendiri
tidak dapat menjelaskan mengapa berbeda-beda, tetapi kita dapat
‘merasakan’ nya mana lead yang lebih bagus dan menarik
dibanding lead-lead lainya.

B. Lead Kontemporer
Tidak ada satu formulasi untuk menjamin lead yang
menarik, akan tetapi disisi lain ada satu cara yang bisa dilakukan,
yaitu dengan membubuhkan “punch” pasca penjabaran 5 W + 1 H
(Lih gambar piramida terbalik di atas) inilah yang secara akumulatif
saya istilahkan dengan lead kontemporer.
63
Dalam kaitan ini dunia wartawan tidak ubahnya seperti dunia penelitian yang
bertujuan untuk mencapai obyektifitas. Hal ini bisa dimunculkan ketika sebuah
penelitian dilakukan lepas dari campur tangan manusia atau peneliti mengambil
jarak dengan obyek penelitian. Bukti-bukti ditemukan bukan disebakan nilainya
yang relevan dengan frame peneliti. Juga tidak dikumpulkan berdasarkan pesanan
penyandang dana atau keterbatasan pustaka. Akan tetapi bukti-bukti itu mengalir
dan muncul secara tiba-tiba. Lih; Joel M Charon. 1998. Symbolic Interactionism: An
Introduction, an interpretation, an integration. Edisi ke-6. Upper Saddle River, N. J.:
Prentice Hall, hal; 10

135
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Secara leksikal ‘punch’ berarti menonjok, dalam konteks


penulisan lead kata ini berarti menjadikan pembaca serasa ditonjok.
Pembaca menjadi terperangah, kaget, sehingga timbul empatinya.
Untuk menuju pada kondisi yang demikian, wartawan dituntut
untuk menggunakan kalimat sederhana tetapi mengena. Dengan
demikian maka lead dan seluruh isi berita akan dapat berbicara.
Jika hal ini dapat dilakukan, maka pembaca tidak lagi merasa
sedang membaca berita, akan tetapi lebih dari itu dia akan merasa
mendengar cerita sang wartawan.
Seorang redaktur sebuah surat kabar di Amerika Serikat selalu
memanggil reporternya untuk membacakan berita-berita yang
ditulis. Bila ia tidak puas dengan model tulisan yang dibuat sang
reporter dia selalu berteriak dengan kata-katanya yang khas; “Let
me see I don’t see any thing64”.
Kalimat ini sesungguhnya dimaksudkan bahwa suatu berita
yang menarik adalah berita yang mampu menghadirkan peristiwa
dalam benak pembaca. Karena itu salah satu ahli media Jerman
pernah mengatakan, bahwa berita sesungguhnya bukanlah refleksi
dari realitas, melainkan adalah realitas yang dikonstruksi. Atau
lebih tepatnya miniature peristiwa.
Untuk bisa menguji apakah sebuah lead berita itu berbicara,
maka cara yang paling simple adalah dengan cara membaca keras-
keras. Bila kita membacanya dengan terengah-engah maka berarti
lead itu terlalu panjang.
Di dalam 10 pedoman penulisan berita yang dibuat PWI
ditegaskan, bahwa lead yang ideal hanya terdiri dari 30—45 kata.
Sebab orang cenderung akan lebih mengerti dan cepat menagkap

64
Ullman, John, 1995, Investigative Reporting, Advance Metods And Techniques,
New York, St Marthin’s, p; 89

136
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

kalimat pernyataan yang pendek dan sederhana65. Makin sederhana


sebuah kalimat makin baik.
Untuk itu, agar lead bisa pendek dan sederhana, para
wartawan dianjurkan untuk tidak memulai kalimat lead dengan
kalimat keterangan atau anak kalimat. Yang harus ditampilkan
adalah pokok berita terpenting
Untuk memudahkan pemahaman anda berikut saya sajikan
dalam contoh di bawah ini:
Memang terbuka kemungkinan bahwa banyak perguruan tinggi
swasta (PTS) didirikan para pejabat sebagai cantolan hari tua mereka.
Tetapi, untuk dijadikan lading bisnis, PTS yang didirikan itu relative
tidak ekonomis disbanding dengan sector lain karena perputaran modalnya
relative lambat. Kalangan PTS berkeyakinan, motif utama adanya pejabat
yang terjun dibidang PTS bukanlah untuk mencari keuntungan,
melainkan karena idialisme dan minat mereka terhadap dunia pendidikan
tinggi yang masih terbatas jumlahnya.
Demikian inti pendapat D Khumarga SH. Rektor Universita
Tarumanegara, Prof. Toby Mutis, Rektor Universitas Tri Sakti dan Dr.
Bukhori Rektor Universita Muhammadiyah Jakarta yang dihubungi secara
terpisah kamis kemarin.
Bandingkan lead di atas dengan lead di bawah ini setelah
mengalami perubahan.
Tiga pimpinan perguruan tinggi swasta (PTS) berpendapat, PTS
tidak menguntungkan dijadikan lading bisnis. Dibandingkan dengan
usaha lain, perputaran modal PTS relative lambat, mereka menegaskan,
kalau ada pejabat terjun ke dalam PTS. Motifnya minat dan kecintaan,
bukan keuntungan.

65
Sepuluh pedoman Penuliusan yang ditetapkan PWI meliputi; sepuluh
pedoman penulisan tentang hokum, sepuluh pedoman penulisan bidang agama,
sepuluh pedoman penulisan tengtang koperasi, sepuluh pedoman penulisan teng
pertanian dan perburuhan, sepuluh pedoman tentang penulisan Dewan
Perwakilan Rakyat, sepuluh pedoman penulisan tentang teras berita, dan sepuluh
pedoman pemakaian bahasa dalam pers

137
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Ketiga pimpinan PTS itu adalah Rektor Universita Tarumanegara


D Khumarga SH, Rektor Universitas Tri Sakti Prof. Toby Mutis, Rektor
Universita Muhammadiyah Jakarta Dr. Bukhori. Mereka dihubungi secara
terpisah Kamis kemarin.
Namun demikian, para wartawan biasanya akan mengalami
kesulitan bila harus memasukkan 5 W + 1 H secara keseluruhan,
karena itu para redaktur biasanya menyiasatinya agar
menempatkan kalimat bagaimana dan mengapa pada alinea ke dua.

C. Macam-macam Lead
Secara garis besar lead dapat dibedakan menjadi tiga
66
bagian . Pertama lead 5 W + 1 H. Kedua, lead Retorika (Retorica
Devices). Ketiga lead stilistik (Novelty Devices).

1. Lead 5 W 1 H
Adalah lead yang memanfaatkan unsur penting berita yang
biasa diistilahkan dengan 5 W 1 H. para wartawan dipersilahkan
untuk menggunakan salah satu dari unsur tersebut. Apakah akan
memulai dari What, Where, When, Who, Why, atau How. Untuk lebih
jelasnya lihat contoh di bawah ini.

Lead What. Penagkapan telah dilakukan atas AS alias Vijay (29) oleh
jajaran Reskrim Polsektif Cimahi, Selasa (21/10). Warga kampong
Pojok Selatan, Kel Setiamanah, Kotatif Cimahi, yang mengaku
wartawan itu ditangkap dirumahnya karena kedapatan membawa
paket daun ganja untuk diperdagangkan.

Lead Where. Dirumahnya sendiri di kampong Pojok Selatan, Kel


Setiamanah, Kotatif Cimahi, AS alias Vijay (29) dibekuk jajaran
Reskrim Polsektif Cimahi, As. Yang mengaku wartawan ditangkap,

66
Romli Asep Samsul M, 2003, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, Bandung,
Remaja Rosda Karya, hal; 70

138
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Selasa (21/10) karena kedapatan membawa paket daun ganja untuk


diperdagangkan.

Lead When. Selasa lalu (21/10) AS alias Vijay (29) Warga kampong
Pojok Selatan, Kel Setiamanah, Kotatif Cimahi, dibekuk jajaran
Reskrim Polsektif Cimahi di rumahnya. AS yang mengaku
wartawan kedapatan membawa paket daun ganja untuk
diperdagangkan.

Lead Why. Karena kedapatan membawa paket daun ganja untuk


diperdagangkan. AS alias Vijay (29) Warga kampong Pojok Selatan,
Kel Setiamanah, Kotatif Cimahi yang mengaku wartawan itu,
dibekuk jajaran Reskrim Polsektif Cimahi di rumahnya, Selasa
(21/10).

Lead Who. AS alias Vijay (29) Warga kampong Pojok Selatan, Kel
Setiamanah, Kotatif Cimahi yang mengaku wartawan. dibekuk
jajaran Reskrim Polsektif Cimahi di rumahnya, karena kedapatan
membawa paket daun ganja untuk diperdagangkan, Selasa (21/10).

Lead How. Melalui penggeledahan, jajaran Reskrim Polsektif Cimahi


menemukan empat bungkus daun ganja seberat 0,5 Kg lebih
dirumah kediaman AS alias Vijay (29) Warga kampong Pojok
Selatan, Kel Setiamanah, Selasa (21/10) Tersangfka AS yang
mengaku wartawan itu kemudian digelandang ke kantor polisi.

2. Lead Retorika (Retorica Devices).


Seperti halnya Lead 5 W 1 H, lead retorika sangat cocok bila
digunakan dalam straight news . sementara itu menurut jenisnya
Lead retorika dapat dibedakan menjadi 5 jenis67.

67
Hikmat Kusuma Ningrat dan Purnama Kusuma Ningrat, Jurnalistik Teori dan
Praktek, Bandung Remaja Rosda Karya, hal; 134

139
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Pertama: Frasa Partisipial


Untuk lebih memudahkan pemahan terhadap jenis pertama
ini, marilah kita melihat contoh kasus AS Alias Vijay (di atas).
“Kedapatan membawa paket daun ganjah untuk diperdagangkan……”
Frasa “kedapatan” merupakan frasa partisipial karena bentuk
katanya partisipial. Namun yang perlu diperhatikan lead jenis ini
mengandung bahaya sebab a) penggunaannya yang berlebihan
mengingat lead tipe ini dengan mudah dibuat. b) hasilnya kadang-
kadang berupa kalimat yang menjomplang ketika frasa
partisipialnya tidak menerangkan subjek, seperti dalam kalimat
“Kedapatan membawa paket daun ganja untuk diperdagangkan
jajaran Reskrim Polsektif Cimahi membekuk AS alias Vijay (29)
yang mengaku wartawan”. kalimat ini akan membingungkan,
siapa sesungguhnya yang membawa ganja, AS alias Vijay atau
jajaran Reskrim.

Kedua: Frasa Infinitif


Untuk menghindari penagkapan karena membawa paket
daun ganja untuk diperdagangkan AS alias Vijay mengaku
wartawan. Tetapi tak urung, jajaran Reskrim Polsektif Cimahi
berhasil membekuk warga kampong Pojok Selatan, Kel Setiamanah,
Selasa (21/10).

Ketiga: Frasa Preposisional


Meskipun mengaku sebagai wartawan untuk menghindari
tangan hokum, AS alias Vijay yang membawa paket daun ganja
untuk diperdagangkan akhirnya dibekuk jajaran Reskrim Polsektif
Cimahi.

Keempat: Anak Kalimat Kata Benda (Noun Clause)


Bahwa daun ganja yang membawa petaka adalah sesuatu
yang dirasakan sendiri oleh AS alias Vijay (29) ia dibekuk jajaran

140
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Reskrim Polsektif Cimahi karena kedapatan membawa paket daun


ganjah untuk diperdagangkan. warga kampong Pojok Selatan, Kel
Setiamanah yang mengaku wartawan itu ditangkap dirumahnya,
Selasa (21/10).

Kelima: Anak Kalimat Bersyarat (Conditional Clause)


Karena daun ganja itu barang terlarang, As alias Vijay (29) yang
kedapatan membawa barang haram itu untuk diperdagangkan,
selasa lalu (21/10) dibekuk jajaran Reskrim Polsektif Cimahi
dirumahnya.
Meskipun tidak ada seorang wartawanpun yang dapat
menjelaskan tanpa berfikir tentang perbedaan antara frasa
partisipasial dan frasa infinitive. Definisi tentang itu tidaklah
penting. Apa yang penting adalah sang wartawan mampu
“merasakan” adanya perbedaan antara susunan kalimat pembuka
yang bagus, yang buruk, dan yang biasa-biasa saja.

3. Lead Stilistik (Novelty Devices)


Seorang wartawan yang professional akan membuat berita
yang ditulisnya tidak terlalu mekanistik. Dalam artian, berita yang
ditulis tidak saja berisi lead-lead ringkasan yang lugas dan
menjemukan. Sebab disatu sisi ada berita-berita yang
memungkinkan untuk diperlukan sebagai future yaitu, dengan cara
diperindah, diperhidup, bahkan dibuat seperti tulisan-tulisan
kreatif yang pada tingkatan terbaik merupakan bagian dari
kesusasteraan68.
Karena itu seorang wartawan dianjurkan untuk
memperindah berita senyampang hal itu mungkin dilakukan.
Disinilah makna penting dari Lead Stilistik . karena itu lead jenis ini
sangat cocok untuk berita-berita future .

68
Schramm. Wilbur, 1964, Mass Media And National Development, University of
Stanford Press, California, p; 98

141
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Seperti lead berita penangkapan AS alias Vijay yang


dijadikan contoh kasus dalam tulisan ini adalah sebuah miniatur
ketiadaan usaha untuk menulis berita secara lebih hidup.
Daya tarik berita tentang AS tersebut sesungguhnya tidak
terletak pada masalah kejadiannya (penagkapan AS) melainkan lebih
pada sifat penangkapannya (penangkapan itu akibat membawa daun
ganja). Jika ditangani secara lugas (straight) berita tersebut akan
terasa datar, kering, tidak hidup, dan tidak layak mendapat
halaman special di sebuah surat kabar. Lihat contoh di bawah ini:

Kedapatan membawa paket daun ganja untuk diperdagangkan


seorang yang mengaku wartawan, AS alias Vijay (29) warga
kampong Pojok Selatan, Kel Setiamanah kota Cimahi, dibekuk
jajaran Reskrim Polres Cimahi. Buya rekan AS, kabur saat
digerebek dan hingga saat ini masih dalam pengejaran petugas.
Ketika tersangka AS digeledah, petugas mendapatkan empat
bungkus daun ganja 0,5 Kg lebih.

Dengan menggunakan fakta yang sama, reporter yang


kreatif dapat merangsang selera pembaca dan memikatnya untuk
masuk kedalam ceritera yang ditulisnya dengan menggunkan salah
satu “kapstok” yang lebih menghidupkan tulisan. Hal ini biasanya
datang dari dalam diri sang wartawan atau karena kebiasaan
wartawan sendiri.
Jenis-jenis Lead Stilistik berikut ini akan sangat membantu
seorang wartawan pemula sampai pada akhirnya dia akan terbiasa
untuk melakukan.

Lead Menonjok (The Punch Lead)


Lead jenis ini biasa juga disebut dengan “cartridge, capsule,
atau austonisher”69 karakter lead ini biasanya akan mengguncang
pembaca di baris pertama, dan pembaca pasti akan buru-buru

69
Schramm. Wilbur, 1964, Mass Media…..Ibid, p; 101

142
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

membaca baris berikutnya. Hal ini akan terjadi jika sang wartawan
memberi pernyataan pendek dan memikat faktanya. Untuk lebih
jelasnya lihat contoh di bawah ini:

Gara-gara empat paket daun ganja, AS alias Vijay (29) berurusan


dengan polisi. (lead menonjok)

Kapolri menyatakan perang terhadap narkoba (lead cartridge)

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kurs rupiah terpuruk ke Rp


10.000 per dolar. (lead astonisher)

Lead Deskriptif (The Picture/Descriptive Lead)


Penggambaran (deskriptif) yang hidup membuat suatu
peristiwa terasa tampil di depan mata pembaca dan mampu
memberikan jiwa pada tulisan ditempat kejadiannya atau
memberikan gambaran penampilan fisik seseorang atau objek 70.
Lihat contoh di bawah ini:

Gara-gara membawa empat paket daun ganja, AS alias Vijay (29) hanya
bias mengulurkan kedua tangannya untuk diborgol ketika ia dibekuk
jajaran Reskrim Polres Cimahi, selasa lalu (21/10). Meskipun ia
mengaku sebagai wartawan. Pengakuannya itu tidak dapat
menyelamatkannya dari tangan hokum.

Lead Kontras (The Contrast Lead)


Kadang-kadang sebuah peristiwa terdiri dari unsur-unsur
yang kontras antara situasi sekarang dengan situasi sebelumnya.
Lihat contoh di bawah ini:

70
Schramm. Wilbur, 1964, Mass Media….Ibid, p; 105

143
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Sebelum selasa lalu (21/10) AS alias Vijay (29) memang dikenal


warga sekampungnya sebagai seorang wartawan. Kini dia hanya
seorang tersangka tindak pidana karena kedapatan membawa paket
daun ganja untuk diperdagangkan.

Lead Bertanya (The Question Lead)


Pertanyaan dalam pembukaan kalimat mempunyai
keuntungan dapat membangkitkan minat, tetapi waspadalah untuk
tidak menggunakan lead bertanya secara berlebihan—melainkan
hanya jika masalahnya itu sendiri merupakan pokok berita. Lihat
contoh di bawah ini:

Jika seorang kedapatan membawa empat paket daun ganja untuk


diperjualbelikan, lalu ia ditangkap polisi., disebut apa orang itu?
Nah, itulah sebutan untuk AS alias Vijay (29) yang selasa lalu
(21/10) dibekuk jajaran Reskrim Pores Cimahi di rumahnya.
Tersangka AS….

Lead Kutipan (The Quotation Lead)


Penggunaan ucapan-ucapan orang secara tepat, jika dipilih
secara selektif dan dipertahankan terus dalam tubuh berita, dapat
membuat awal kalimat yang hidup untuk sebuah lead:

Saya wartawan, tidak mungkin saya memperjualbelikan ganja”


kata AS alias Vijay (29) saat didatangi polisi di rumahnya. Tetapi ketika
jajaran Reskrim Pores Cimahi menggeledeh dan menemukan empat
paket daun ganja yang masing-masing berisi 0,5 Kg, warga Kampung
Pojok Selatan Kelurahan Satiamanah Kotatif Cimahi, tidak bias lagi
memungkiri perbuatannya.

Lead Kepenasaran Kumulatif (The Cumulative Interest Lead)


Adalah lead yang tidak mengemukakan pokok berita (news
pag) dialinea pertama. Lead ini biasanya juga menggunakan siasat
“memancing” kepenasaran pembaca. Lead ini juga “menyeret”
pembaca ke dalam berita karena pembaca merasa penasaran apa

144
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

yang sebenarnya terjadi71. Beberapa berita, terutama berita yang


diberi “kotak” dapat diulur tanpa memberikan pasak atau inti
beritanya sampai berita tersebut diakhiri. Dalam kebanyakan berita
yang menggunakan lead ini, fakta-fakta sebenarnya biasanya
diberikan di alinea berikut segera setelah alinea lead untuk
menjelaskan “kesamarannya”. Perhatikan contoh di bawah ini:

Seorang wartawan gadungan nyaris mengecoh warga kampong


pojok selatan kelurahan Satiamanah kotatif Cimahi. Sudah lama warga
percaya saja apa yang dilakukan As alias Vijay (29) adalah kegiatan
yang berhubungan dengan profesinya sebagai wartawan.
Namun pekan lalu, kesibukan-kesibukan yang dilakukannya
menimbulkan kecurigaan warga setempat. AS terlihat sering….dsb

Lead Berurutan (The Sequence Lead)


Segi yang paling menarik dalam berita ditulis dalam gaya
yang berurutan. Fakta-faktanya disusun secara kronologis, untuk
menunda klimaks atau kepuasaan pembaca dalam memenuhi rasa
ingin tahunya sampai akhir berita. Perhatikan contoh di bawah ini:

AS alias Vijay (29) warga kampong pojok Selatan keluarahan


Satiamanah kotatif Cimahi, hari itu merasa tidak ada orang yang
memperhatikan. Ia bersama rekannya, Buya, menenteng bingkisan besar
dan pergi keluar untuk memenuhi seseorang. Belum beberapa langkah ia
berjalan dua anggota Polsektif Cimahi yang berpakaian preman
menghampirinya…..

Lead Parodi (The Parody Lead)


Judul lagu, kata-kata mutiara, peribahasa, judul buku laris,
atau judul film terkenal, frasa-frasa atau ungkapan-ungkapan yang
sedang ngetred dapat dipakai selagi masih hangat dan belum basi,
biasanya dalam bentuk parody, untuk menghidupkan lead berita.
Perhatikan contoh di bawah ini:
71
Harahap Krisna, 1996, Rambu-rambu…Op .cit, hal; 87

145
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Antara ‘madu’ dan ‘racun’ buat Herman (21) nampaknya lebih


menarik racun. Kemarin (24/10) ia memang meneguk sebotol racun
seranggan yang hamper saja merenggut nyawanya.

Lead Epigram (The Epigram Lead)


Secara bahasa epigram berarti sejenis sajak atau ungkapan
pendek yang berisi sesuatu pikiran yang luhur atau menyenangkan,
yang merupakan sindiran tajam. Nada atau moral berita dapat
diberi tekanan dengalead ini. Tetapi hindari kata-kata atau
ungkapan-ungkapan yang sudah sering digunakan.
Epigram adalah ungkapan ringkas dan mengena, biasanya
bersifat jenaka. Lead epigram biasanya berupa ajaran-ajaran yang
sudah dikenal, atau pikiran luhur yang bias diterapkan ke dalam
berita. Perhatikan contoh di bawah ini:

Diam itu emas, itulah yang dipikirkan Menkopolkam Susilo


Bambang Yudoyono ketika dirinya dihadapkan dengan kemungkinan-
kemungkinan berpolemik menghadapi pernyataan Taufik Kiemas.
Fungsionaris PDIP dan suami Megawati itu menilai Sby sebagai
kekanak-kanakan karena mengeluhkan tentang dirinya kepada pers.

Lead Tersendat-sendat (The Staccato Lead)


Jika unsur waktu, aksi yang cepat atau interval-interval yang
memisahkan kejadian-kejadian yang saling berkaitan harus diberi
tekanan, maka lead yang relevan untuk dipakai adalah lead jenis
ini. Lead stakato terderi dari serangkaian frasa, yang disela oleh
titik atau tanda penghubung dan biasanya mengambil bentuk
seperti lead deskriptif. Lihat contoh di bawah ini:

Tiga puluh tahun yang lalu—pada tahun 1973—di era yang lain,
dalam kehidupan yang berbeda, setelah 40 tahun lenyap dari diri Ny
Etty, dan ia pun menjadi buta—benar-benar buta.

146
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Tahun-tahunpun berlalu—tiga puluh tahun tepatnya—lama dan


sangat menyiksa—dan tiba-tiba do’anya terkabul: ny Etty kini dapat
melihat lagi.

Lead Ledakan (The Explosive Lead)


Lead jenis ini hampir sama dengan lead stakato bedanya lead
ledakan terdiri dari kalimat yang secara kebahasaan lengkap. Lead
ini terutama berguna untuk berita-berita future tetapi juga dapat
digunakan untuk berita-berita lugas:

Jakarta—Dor ! Bunyi tembakan mengguncang lingkungan pemukiman


elit Pondok Indah pada malam yang sunyi dan senyap itu. Seorang pria
terkapar, berlumur darah, mati dihalaman rumah No 24 Jalan Metro
Indah.

Lead Dialog (Dialogue Lead)


Tentu sulit untuk memulai tulisan berita serius tentang
suatu peristiwa penting dengan dialog. Tetapi berita-berita
pengadilan yang ringan-ringan dan memiliki unsure humant interest
yang kuat, dan kadang-kadang juga berita yang cukup penting,
dapat ditulis dengan efektif dengan lead dialog. Perhatikan contoh
berikut:

Bukankah asyik kalau akau dapat terjun ke sumur ini?” kata si


Ipung, anak umur 12 Tahun, putera salah seorang warga di kampong
Pakaan Laok Madura . ia sedang berdiri di pinggir sumur bersama
teman-temannya, Asrul 11, kemarin sambil melihat ke bawah.
Aaah,” kata temannya, “kamu tidak boleh terjun ke sana” tetapi
si Ipung tetap terjun juga dan perbuatannya yang telah merenggut
jiwanya itu menggegerkan orang sekampungnya, inilah kejadiannya
secara kronologis…

Lead Sapaan (The Direct Address Lead)


Lead jenis ini biasanya menggunakan kata ganti orang
pertama atau orang kedua agar sipenulis dan sipembaca masuk ke

147
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

dalam tulisan. Tetapi wartawan pemula tidak dianjurkan


menggunakan kata ganti orang pertama atau orang kedua ini.
Kolumnis, atau penulis-penulis kondang, atau para penulis future
dibebaskan dari pengecualian ini. Perhatikan contoh berikut:

Kalau anda belum pernah mendengar hal ini, dan tidak percaya
ketika mendengarnya, itulah yang akan anda lihat dalam pameran
teknologi di Arek Lancor besok.
Dalam pameran itu, anda antara lain akan melihat lampu yang
sinarnya tidak tampak, teropong yang dapat melihat tembus, alat masak
yang tidak menggunakan api atau listrik, dan lain-lain yang membuat
anda akan terbengong-bengong.

C . Tubuh Berita
Sekali anda bisa menemukan lead yang bagus dan dapat
menuliskannya isi berita selanjutnya akan bisa “bercerita sendiri”.
Hanya saja hal itu sangat sulit untuk dilakukan.
Sebagaimana yang saya katakan dimuka, tubuh berita harus
muncul dari lead. Dan pokok berita yang ada di alinea pertama,
harus didukung sepenuhnya pada alinea berikutnya.
Dilihat dari manfaatnya tubuh berita sesungguhnya
bertujuan untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut72:
Pertama, Ia menjelaskan dan menguraikan pokok-pokok
masalah yang disajikan dalam lead.
Kedua, ia menambahkan atau menguatkan pokok-pokok
yang kurang penting yang tidak diberikan dalam lead.
Dalam kaitan ini perlu juga ditegaskan, bahwa sebagian
besar berita-berita lugas mengikuti bangunan yang sudah pernah
saya singgung pada awal pembahasan ini, yaitu piramida terbalik.
Tidak peduli seberapa panjangpun berita itu. Lead diuraikan dalam
tubuh berita, dan jika petugagas tata letak terpaksa harus
memotong berita untuk menyesuaikan dengan halaman, ia dapat
72
Sims. Norman and Kramer, 1995, Mark.,--ed. Literary Journalism, New York,
Ballantine Book, p; 112

148
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

melakukannya dengan mudah, yaitu dengan cara memotong dari


yang paling bawah tanpa mengurangi isi berita.
Dalam kaitan ini perlu juga saya tegaskan, bahwa ada tiga
jenis berita lugas73. (a) berita fakta (fact story) (b) berita aksi (action
story) dan (c) berita kutipan (quote story). Namun bila diamati secar
seksama dalam ketiga jenis berita tersebut terdapat modifikasi yang
membedakan strukturnya antara satu dengan lainnya. Untuk lebih
memahami penjelasan ini, perhatikan gambar di bawah ini:

73
Siebert, F., T. Peterson and Wilbur. Schramm, 1956, Four Theories of The Press,
University of Illinois Press, Urbana, III edition, p; 332

149
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Gambar 6
Berita Aksi:

Paragraph 1 Lead
K ejadian Utama

Paragraph 2 lebih detail

Paragraph 3 lebih detail

Gambar . 7
Berita Fakta

Alinea 1: Lead—Ringkasan
Alinea 2: Fakta 2 & 3
Alinea 3: Fakta 4
Alinea 4: Fakta 5

Gambar . 8
Berita Kutipan

Alinea 1. Lead: Pokok-pokok pernyataan Yang dominan


Alinea 2 Transisi
Alinea 3 Kutipan
Alinea 4 Transisi

Penggolongan ketiga berita di atas sesungguhnya hanya


dimaksudkan untuk mempermudah para pemula, dalam
membedakan tipe mana yang akan dia pilih sebagai model tatkala

150
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

ia menemukan suatu fakta, sesuatu masalah atau sesuatu kejadian


yang akan ditulis menjadi berita.
Namun yang perlu diingat bahwa berita-berita dalam surat
kabar biasanya tidak sama seperti ketiga model tersebut. Suatu
berita mungkin hanya memiliki satu pokok masalah menarik yang
menonjol, berita lainnya mungkin memiliki beberapa pokok
masalah yang harus ditulis dalam lead.
Hal ini disebabkan setiap berita menuntut seorang
wartawan untuk mengambil keputusan dalam hitungan detik.
Dalam menulis berita seorang wartawan senantiasa berfikir bukan
tentang fakta-faktanya, dan nilai fakta-faktanya saja, melainkan
tentang tulisannya ketika sudah jadi berita nanti.
Sementara itu tentang bagian akhir berita para
wartawan dianjurkan untuk tidak terlalu memikirkan tentang
bagaimana memolesnya, sebab bisa jadi bagian itu akan dipotong
oleh bagian tata letak. Kecuali ketika wartawan menggunakan lead
kepenasaran yang tertunda yang klimaks ceritanya muncul diakhir
tulisan.
Yang perlu diperhatikan dalam menulis berita
74
sesungguhnya terkait dengan transisi atau perpindahan dari satu
bagian kebagian lain dalam berita yang sedang ditulis. Atau dari
alinea satu ke alinea selanjutnya. Jika tidak terlalu berlebihan
pemakiannya, mungkin kata-kata sambung berikut ini dapat
digunakan, itupun jika terpaksa sekali:

Kemudian, sementara itu, pada saat yang bersamaan, segera


setelah itu, setelah itu, sekarang, segera, dulu, sebelumnya, paling tidak,
selama ini, berikutnya, akhirnya,
Dengan demikian, misalnya, sebagai contoh, sebagai gambaran,
sebab itu.
Di pihak lain, tetapi, meskipun demikian, sebaliknya, sekalipun,
kendatipun, jika tidak, selain itu.
74
Bond F. Fraser, An Introduction To Journalism, ter—Suhandang. Kustadi,
Jurnalistik Publik dan Media, Bandung, Sinar Baru, 1986, hal; 81

151
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Akan halnya, berbicara tentang, mengenai, bertalian dengan,


tentang.
Disini, tidak jauh dari, disekitar sini, didekat-dekat tempat itu 75

Ada pula beberapa kata sambung yang menyiratkan opini


seperti; di atas itu semua, sebab itu, akibatnya, tak diragukan lagi, sudah
tentu, barangkali, setelah melihat itu. Tetapi, frasa-frasa ini harus
digunakan dengan hati-hati dalam berita karena mengandung opini
yang bias menghilangkan unsur obyektivitas dan faktualitas berita.

D. Gaya Penulisan & Bahasa Jurnalistik


Sekitar tahun 1950-an76 para pakar komunikasi di Amarika
menyelidiki kemungkinan untuk menilai mutu penulisan dalam
bahasa Inggris dengan menggunakan formula. Rudolph Felsch
mengembangkan teori yang ia sebut sebagai kemudahan untuk
dibaca “readable”. Teori ini berisikan deskriptis matematis tentang
suatu contoh tulisan melalui jumlah kata-katanya dalam kalimat.
Jumlah perkataan-perkataan poli-silabiknya (perkataan yang
bersukukata banyak), kerumitan kalimat-kalimatnya, dan
karakteristik-karakteristik lainya.
Para peneliti lainya pun mengembangkan formula serupa.
Dua kantor berita utama Amerika dan media-media lainnya secara
sendiri-sendiri telah pula melakukan eksperimen untuk
mengaplikasikan program-program ini. Tetapi formula-formula itu
ternyata tidak mengajarkan cara menulis, meskipun disatu sisi
bersubtansikan karakteristiknya.
Jika ditelisik lebih jauh, sesungguhnya mereka hanya
mengulangi formula itu dengan cara lain, apa yang selalu dikatakan
guru tulis menulis: tulislah dengan bahasa sederhana, gunakan kata-kata
biasa jangan teralalu menjejali, atau memperumit kalimat-kalimat anda.

75
Kursif penulis
76
Arpan, Floyd G, edited By Ethel M Leeper, Toward Better Communications,
dalam Rochady, 1970, Wartawan….Op.cit, hal; 106

152
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Namun, selain dari pelajaran sederhana itu, dalam


penulisan jurnalistik ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
yang terkait dengan sifat tulisan jurnalistik sebagai media
komunikasi masa.
Sebuah berita disurat kabar sesungguhnya tidak pernah
berharap agar berita tersebut dibaca oleh 200 juta lebih penduduk
Indonesia, namun hanya diperuntukkan pada kelompok khalayak
yang sudah ditetapkan dalam visi-misi surat kabar yang
bersangkutan atau apa yang biasa disebut dengan ‘segmen
pembaca’.
Tilikan di atas menekankan akan pentingnya sebuah
kesederhanaan, kejelasan, dan sifat langsung suatu tulisan berita.
Untuk mencapai hal-hal tersebut, ada beberapa keharusan
yang patut diperhatikan. Beberapa keharusan ini harus lebih dulu
diterapkan dalam berita sebelum wartawannya berfikir tentang
gaya penulisan. Beberapa keharusan ini sangat menentukan apakah
suatu tulisan berita itu memenuhi tujuannya dalam menyampaikan
fakta secara jelas. Untuk mempermudah memahaminya berikut
penulis sajikan dalam table di bawah ini:

153
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Tabel. 2
Berita Spesifik

Spesifik “sejumlah pengunjuk rasa (kurang spesifik) “sekitar 2000


pengunjuk rasa” (spesifik)
Kalimat “Bola itu ditendang Kurniawan” (kurang memberikan
aktif tekanan. “Kurniawan menendang bola” (aktif)77.
Dan pasif
Pendek “Sopir itu karena tangannya sibuk menepuk lebah yang
berdengung mengitari kepalanya, tidak dapat
mengendalikan truknya, sehingga truk itupun oleng
kemudian menyeruduk parit” (kurang pendek) “Sopir itu
menepuk lebah, lalu kehilangan kendali, dan trukpun
menyeruduk parit” (pendek)
Variasikan “Tersangka mengatakan bahwa rekanyalah yang
kalimat membunuh korban, lalu menambahkan bahwa dia sudah
berusa untuk mencegahnya” (kurang tepat). “meskipun ia
sudah berusaha mencegah, korban dibunuh juga oleh
rekannya, demikian pengakuan tersangka…” (tepat)
Alinea Surat kabar biasanya menyukai alinea yang pendek agar
Harus mudah dibaca, jelas dan menarik secara tipografis. Alinea
Pendek baru akan muncul bila ada topic atau gagasan baru78
Hindari “100 pengemudi angkot berunjuk rasa di depan Taman
Angka Di Arek Lancor” (salah) “seratus pengemudi angkot berunjuk
Awal rasa di depan Taman Arek Lancor” (benar)
Kalimat
Sebutkan Nama dan gelar lengkap harus ditulis di awal penulisan
Identitas nama tersebut. Sementara itu identitas lain misalnya, usia,
Orang alamat, pekerjaan, dsb.
Penggunaan “Menurut Dr. Mahfud MD, hukum di Indonesia…” atau
Kutipan “Hukum di Indonesia… Kata Dr. Mahfud MD”.
Hindari Becak itu menyeruduk tiang billboard iklan rokok Djarum
Merk Super di Pinggir Jalan (Djarum Super tidak perlu disebut)
Dagang
Pemborosan Kata-kata seperti; adapun, adalah, oleh, dari, telah, dan
Kata bahwa” dapat diganti dengan tanda baca koma.

77
Namun kalimat pasif tetap harus digunakan jika memang diperlukan
menggunkan tekanan pada objek kalimat. Contoh “Si Bogel Preman di Pelabuhan
Kamal, tewas di bunuh tadi malam”
78
Dalam kaitan ini Kantor Berita Associated Press menganjurkan dengan jargon
“one idea in one sentence”

154
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Istilah asing Yaitu istilah yang tidak dimengerti mayoritas harus


dijelaskan contoh “ia ditangkap karena melakukan delik
berat” (salah) “Ia ditangkap karena melakukan delik
(tindak pidana) berat”. (benar)
Tata Bahasa Harus sdesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
dan Ejaan Contoh; praktek (salah) praktik (benar)
Ketentuan Analisa Dampak Lingkungan atau ANDAL (salah). Yang
Akronim benar “Andal”

Sementara itu disis lain gaya penulisan berita akan sangat


ditentukan oleh beberapa hal; pertama, kecermatan dalam menulis
berita. Penulis suatu berita harus memahami fakta yang akan ia
tulis.
Kedua, Organisasi dalam berita. Yaitu, wartawan dituntut
untuk merancang dahulu sebelum menulis berita, sebab tanpa
organisasi tanpa susunan yang teratur, suatu berita tidak akan
efektif.
Ketiga, Diksi dan tata bahasa yang tepat. Berita harus
menggunakan tata bahasa yang tepat. Biasanya setiap redaksi akan
memilki standart bahasa sendiri.
Keempat, Prinsip hemat kata dalam penulisan berita. Kata
harus ingkat, padat, dan jelas. Wartawan dianjurkan untuk
membuang retorika kata, hiasan kata dan lain-lain.
Kelima, Daya Hidup warna dan Imajinasi. Hal ini bias
dilakukan dengan cara, tidak menulis hanya karena kata itu
berbeda atau aneh. Gunakan kata yang sederhana, carilah kata
kiasan yang memperjelas tetapi jangan biarkan kalimat menjadi
panjang.
Sementara itu jika terkait bahasa jurnalistik sesungguhnya
tidak ada bahasa yang khusus untuk dunia ini. Bahasa jurnalistik
hanyalah bahasa konsumen. Namun perlu diingat bagaimana berita
yang dijual tidak mengekor pada kesadaran konsumen. Tapi ‘ikut’
sehingga bisa mengarahkan kesadaran tersebut.

155
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

E. Unsur Lain Penentu Berita


Unsur lain yang mempengaruhi berita salah satunya adalah
perspektif yang dimiliki dan melatar belakangi wartawan. Dari
mana, dengan cara apa, dan bagaimana perspektif tersebut
dibangun.
Perspektif seringkali menentukan hasil berita yang akan
dibuat. Dalam kaitan ini Becker79 mendefinisikan ‘perspektif’
sebagai suatu ‘situasi’, separangkat gagasan yang melukiskan karakter
situasi yang memungkinkan pengambilan tindakan. “suatu spesifikasi
jenis-jenis tindakan yang secara layak dan masuk akal dilakukan
reporter”, kriteria untuk penilaian “standart nilai yang
memungkinkan obyek berita dapat dinilai” yang secara
keseluruhan ditentukan oleh situasi yang dialami wartawan.
Seseorang yang hidup sendiri sejak lahir—kalau itu ada—
tidak akan pernah memiliki perspektif, sebab perspektif hanya bisa
dibangun melalui situasi yang dialaminya.
Jika dilihat sepintas kata ‘perspektif’ hampir sama dengan
kata ‘persepsi’ namun Charon80 menyebutkan bahwa perspektif itu
bukan persepsi, melainkan pemandu persepsi kita; perspektif
mempengaruhi apa yang kita lihat dan bagaimana menafsirkan apa
yang kita lihat. Perspektif adalah ‘kacamata’ yang dipakai
wartawan untuk melihat. Untuk memudahkan pemahaman kita
terhadap perspektif berikut penulis sajikan dalam sketsa berikut ini:

79
Howard S. Becker, Blanche Geer, dan Everett C. Hughes. 1968, Making The
Grade: The Academic Side of College Life. New York: John Wiley & Sons, hal; 29—30
80
Joel M Charon. 1998. Symbolic Interactionism: An Introduction, an interpretation,
an integration. Edisi ke-6. Upper Saddle River, N. J.: Prentice Hall, hal; 8

156
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Diagram: 1
Kerangka konseptual

Perangkat asumsi Mempengaruhi


Mempengaruhi
Perspektif Perangkat nilai persepsi kita tindakan
dalam Perangkat gagasan Situasi

Sumber: Joel M Charon. 1998. Symbolic Interactionism: An Introduction, an


interpretation, an integration. Edisi ke-6. Upper Saddle River, N. J.: Prentice
Hall, hal; 8

Ilmu Modern yang berkembang tentang obyek apapun


dewasa ini tidaklah berdasarkan kebiasaan (tradisi), intuisi atau
fatwa seseorang yang mempunyai kekuasaan (politik), melainkan
berdasarkan pengamatan seksama. Semua rangsangan disekeliling
kita bersifat acak dan kacau balau hingga kita menafsirkan
rangsangan tersebut sebagai benda, peristiwa atau tindakan. Tujuan
ilmu secara umum adalah untuk memberikan perspektif atas apa
yang diamatinya81.
Perspektif dalam bidang ilmu pengetahuan sering juga
diistilahkan dengan paradigma atau mazhab pemikiran (school of
thought) atau teori. Istilah-istilah lain yang sering diidentikkan
dengan perspektif adalah model, pendekatan, strategi intelektual,
kerangka konseptual, kerangka pemikiran, dan pandangan dunia
(world view). B Aubrey Fisher82 seorang ilmuan komunikasi
menggunakan istilah perspektif alih-alih teori karena ia tidak yakin
apa yang disebut teori dan karena bidang komunikasi belum
mengembangkan teori-teori yang memperoleh parsimony (hemat
universal) sebagaimana ilmu-ilmu alam (natural science). Dalam
81
James A. Anderson, 1987. Communication Research: Issues and Methods, New
York, McGraw-Hill, hal; 5
82
B Aubrey Fisher, 1986. Teori-teori Komunikasi (ter) Soejono Trimo, Bandung,
Remaja Rosda Karya, hal; 86

157
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

konteks ini argument Fisher dapat dipahami karena membicarakan


teori pada dasarnya membicarakan perspektif yang
melatarbelakanginya.
Sementara itu menurut Thomas Kuhn83 paradigma adalah
suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.
Sebagaimana dikatakan Patton84 paradigma tertanam kuat dalam
sosialisasi para penganut dan praktisinya: paradigma menunjukkan
pada mereka apa yang penting, abash dan masuk akal. Paradigma
juga bersifat normative menunjukan pada praktisinya apa yang
harus dilakukan tanpa perlu mempertimbangkan eksistensial atau
epistemologis yang panjang. Akan tetapi menurut Patton aspek
paradigma inilah yang sekaligus merupakan kekuatan dan
kelemahannya—kekuatanya adalah hal itu memungkinkan
tindakan, kelemahannya adalah alasan untuk melakukan tindakan
tersebut tersembunyi dalam asumsi-asumsi paradigma yang tidak
dipersoalkan.
Salah satu makna paradigma yang sesuai dalam diskusi kita,
sebagaimana dikemukan Anderson85, adalah ‘ideologi dan praktik
suatu komunitas ilmuan yang menganut pandangan yang sama
atas suatu realitas. Memiliki seperangkat kriteria yang sama untuk
menilai aktivitas, dan menggunakan metode serupa.
Dalam kaitan ini ada dua kerangka besar paradigma, yaitu
para digma structural dan paradigma fungsional. Kedua paradigma
ini sering dipertukarkan, namun paradigma yang pertama
jangkauannya lebih luas dibanding yang kedua sebab mencakup
pendekatan marxis (Marxian) untuk membedakan keduanya sering
digunakan istilah paradigma structural consensus (yang menekankan

83
Dennis Brissett dan Charles Edgley. 1990 ed Life as Theater Edisi 2 New York
Aldine de Gruyter, hal; 34
84
Michael Quinn Patton, 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods, Edisi
ke 2 Newbury Park: Sage, hal; 37
85
James A. Anderson, 1987….Op cit, hal; 45

158
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

pentingnya sosialisasi) dan paradigma strktural konflik86. Namun bila


orang menggunakan istilah ‘paradigma structural’ lazimnya istilah
tersebut merujuk pada ‘paradigma structural fungsional’ dua
paradigma lain yang maknanya identik adalah paradigma
interpretative dan paradigma fenomenologis. Karenanya, kedua
istilah tersebut dalam penggunaannya sering dipertukarkan.
Dari perspektif dan paradigma frame reporter inilah arah
berita akan dapat dibaca. Apakah wartawan sudah terbiasa
menyembah dan terhegemoni penguasa, ataukah justru sebaliknya
menggunakan perspektif yang kritis sehingga idealisme media akan
dapat dipertahankan.

86
Philips Jones, 1985. Theory and Method in Sociology: A Guide for The Beginner.
Slough: Univercity Tutorial Press, hal; 5—15

159
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

DAFTAR PUSTAKA

Tommy, Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, Media Presindo,


Jogjakarta, 2006
Cal W Dawns, Professional Communication in Asia/Pacific
Organisations: A Comparative Study” dipresentasikan pada
Simposium Intercultural Communication di Goteborg,
Sweden 26-28 November 1998 dalam Journal of Intercultural
Communication, ISSN 1404-1634, issue 14, June 2007. Editor:
Prof. Jens Allwood.
Bonner, Hubert (1953) Social Psychology,dalam Rahmat, Jalaluddin,
2003, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Pace, R. Wayne et al., Techniques for Effective Communication,
Addison Westley Publishing Company, Massachusetts-ontario 1979
Liliweri, Alo, Komunikasi Verbal dan Non Verbal, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1994
Widjaya, H.A.W, 1986, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat,
Jakarta: Bina aksara
Mulyana, Deddy, 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Dani Fardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, Pendekatan Taksonomi
Konseptual, Galia Indonesia, Jakarta, 2004
Astrid S Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Cipta,
Bandung, 1977
Agus M Harjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal,
Kanisius, Jogjakarta, 2003
Dedy Jamaluddin Malik, Melacak Perjalanan Ilmu Komunikasi Menuju
Paradigma Baru, dalam kumpulan tulisan, Berbagai Aspek
Ilmu Komunikasi, Riyono Pratikto (ed), Remaja Karya,
Bandung, 1982
Bradley Duane, 1971, The Newspaper: Its Place In A Democracy, New
York: Pyramid Communication Inc

160
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Rosda


Karya, Bandung, 2004
Joseph A Devito, Communicology an introduction to the study of
communication, Harper & Row, New York, 1976
Warner J Severin & James W Tankard Jr., Communication Theories,
Origins, Metode, and Uses in The Mass Media, 2001, dalam
Sugeng Harianto (ter) Teori Komunikasi, Sejarah, Metode dan
Terapan Di Dalam Media Masa, Kencana, Jakarta, 2005
Kuhn Thomas, The Structure of Scientific Revolution, Rosda Karya,
Bandung, 2000
Russell. Bertrand, Sejarah Filsafat Barat, kaitanya dengan kondisi social
politik dari zaman kuno hingga sekarang, Pustaka Pelajar,
Jogjakarta, 2002
Eriyanto, Analisis Wacana “Pengantar Analisis Teks Media”. LKiS,
Jogjakarta, 2001
Lukman Hakim, Revolusi Sistemik Solusi Stagnasi Reformasi Dalam
Bingkai Sosialisme Relegius, Kreasi Wacana, Jogjakarta, 2003.
Tanen, Deborah, 1996, Seni Komunikasi Efektif, Jakarta, PT Gramedia
Pustaka Utama
Effendy, Onong Uchjana, 2000, Dinamikan Komunikasi, Bandung:
Remaja Rosda Karya
Arifin, Anwar, 2002, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas,
Jakarta: Raja Grafindo persada
Effendy, Onong Uchjana, 1993, Ilmu, Teori dan filsafat Komunikasi,
Bandung, PT Citra Adtya Bakti, hal; 70
Rahmat, Jalaluddin dan Mulyana Deddy, 2001, Komunikasi Antar
Budaya, Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Tasmara, Toto, 1997, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media
Pratama
Wilbur Schramn, Men Message and Media, Horper and Row, New
York, 1973

161
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Liliweri, Alo, Komunikasi Verbal dan Non Verbal, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1994
Effendi Onong Uchjana, Propaganda Melalui Siran Radio, Tesis
Fakultas Publistik Universitas Pajajaran Bandung, 1966
Koesdarini Soemiati, Komunikasi Interpersona dalam Riyono Pratikto
(ed) Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi, Remaja Karya, Bandung,
1987
Joseph A Devito, The Interpersonal Comunication Book, Harper &
Row, New York, 1976
Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi; Meneropong Politik dan
Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer, Rosda Karya,
Bandung, 2001
Pudjawijatna, 1987, Tahu dan Pengetahuan, Pengantar Ke Ilmu dan
Filsafat, Jakarta, Bina Aksara
Denis MC Quail, 1987, Teori Komunikasi Massa, Jakarta, Erlangga
Effendy, Onong Uchjana, 2000, 1984, Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek, Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Bierens De Haan, Grondslagen der Samenleving, dalam Astrid S
Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Bina Cipta,
Bandung, 1977
Effendy, Onong Uchjana, 1993, Ilmu, Teori dan filsafat Komunikasi,
Bandung, PT Citra Adtya Bakti
Huntington, Samuel P, The Clash of Civilization, Remaking of The New
World Order, dalam; Ismail. Sadat (ter), Benturan antar
Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia, Qolam, Jogjakarta,
2000
Tomy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, Media Presindo,
Jakarta, 2006
Suparlan. Parsudi, Jaringan Sosial, dikutip dari Majalah INFO No 4
Tahun II, Oktober-November 1981, Set Ditjen RTF, Deppen,
Jakarta.

162
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Dahlan Alwi, Analisis Jaringan Komunikasi: Perkembangan dan


Relevansi, Dalam Jurnal Komunikasi Pembangunan No 5/
Tahun II/ 1979, Badan Penelitian dan Pengembangan
Deppen, Jakarta
Setiawan. Bambang, Metode Analisis Jaringan Komunikasi, Fakultas
Sospol UGM, Jogjakarta, 1983
Wright, Charles R, Sosiologi Komunikasi Masa, andi S (ter), Remaja
Karya, Bandung, 1985
Arpan, Floyd G, edited By Ethel M Leeper, Toward Better
Communications, dalam Rochady, 1970, Wartawan Pembina
Masyarakat, Suatu Pedoman Kerja Wartawan Berlandaskan Teori
Tanggung Jawab, Bandung, Bina Cipta
Hikmat Kusuma Ningrat dan Purnama Kusuma Ningrat, Jurnalistik
Teori dan Praktek, Bandung Remaja Rosda Karya, halaman
tak terlacak.
Ruslan Abdulgani, Pers Nasional dan Funksi Sosialnya, majalah
Merdeka, Agustus 1952
Ignatius Haryanto, Indonesia raya Dibredel, LKiS, Jogjakarta, 2006
Bradley Duane, 1971, The Newspaper: Its Place In A Democracy, New
York: Pyramid Communication Inc.
Harahap. Krisna, 1996, Rambu-rambu Disekitar Profesi Wartawan,
Jakarta, Grafitri Budi Utami
Widodo, 1997, Tekhnik Wartawan Menulis Berita Di Surat Kabar Dan
Majalah, Suraba, Penerbit Indah
Yu, Frederick T.C, 1981, Get It Rigth, Get It Tight: The Beginning
Reporter’s Handbook, East West Center, Institute of Culture
And Communication, Honolulu Hawai
Weinberg, Steve, 1996, The Reporter’s Handbook: An Investigator’s
Guide To Document And Techniques, New York, ST Marthin’s
Press
Charnley, Mitchell, 1975, Reporting, Third Edition, Holt, Rinehart
and Winston, New York

163
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Joel M Charon. 1998. Symbolic Interactionism: An Introduction, an


interpretation, an integration. Edisi ke-6. Upper Saddle River,
N. J.: Prentice Hall
Ullman, John, 1995, Investigative Reporting, Advance Metods And
Techniques, New York, St Marthin’s
Romli Asep Samsul M, 2003, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula,
Bandung, Remaja Rosda Karya
Hikmat Kusuma Ningrat dan Purnama Kusuma Ningrat,
Jurnalistik Teori dan Praktek, Bandung Remaja Rosda Karya
Schramm. Wilbur, 1964, Mass Media And National Development,
University of Stanford Press, California
Sims. Norman and Kramer, 1995, Mark.,--ed. Literary Journalism,
New York, Ballantine Book
Siebert, F., T. Peterson and Wilbur. Schramm, 1956, Four Theories of
The Press, University of Illinois Press, Urbana, III edition
Bond F. Fraser, An Introduction To Journalism, ter—Suhandang.
Kustadi, Jurnalistik Publik dan Media, Bandung, Sinar Baru,
1986
Howard S. Becker, Blanche Geer, dan Everett C. Hughes. 1968,
Making The Grade: The Academic Side of College Life. New
York: John Wiley & Sons
Joel M Charon. 1998. Symbolic Interactionism: An Introduction, an
interpretation, an integration. Edisi ke-6. Upper Saddle River,
N. J.: Prentice Hall
James A. Anderson, 1987. Communication Research: Issues and
Methods, New York, McGraw-Hill
B Aubrey Fisher, 1986. Teori-teori Komunikasi (ter) Soejono Trimo,
Bandung, Remaja Rosda Karya
Dennis Brissett dan Charles Edgley. 1990 ed Life as Theater Edisi 2
New York Aldine de Gruyter
Michael Quinn Patton, 1990. Qualitative Evaluation and Research
Methods, Edisi ke 2 Newbury Park: Sage

164
Komunikasi Kontemporer
Strategi, Konsepsi, dan Sejarahnya

Philips Jones, 1985. Theory and Method in Sociology: A Guide for The
Beginner. Slough: Univercity Tutorial Press

165

You might also like