You are on page 1of 4

UPAYA MENJAWAB

TANTANGAN RUMAH SAKIT MASA


KINI*

1. Mimpi pengalaman Mayo Clinic

Sebuah kutipan dari “MANAGEMENT LESSONS FROM MAYO CLINIC” oleh


Leonard L. Berry – Kent D. Seltman yang diedarkan oleh dr. Angela, mantan Direktur
Medis RS. Carolus.

Dalam kutipan tersebut diuraikan kekuatan dari core values yang dijadikan
sebagai dasar dari klinik yang dibangunnya. Praktek klinik ketiga dokter tsb.
dimulai lebih dari 140 tahun yang lalu di sebuah kota kecil Rochester di Minnesota
yang kemudian dikenal sebagai “Mayo Clinic” pada awal tahun 1900-an. Mayo
Clinic masih bertahan hingga saat ini, dan telah menciptakan brand yang paling
berpengaruh di seluruh dunia. Keberhasilan Mayo Clinic dalam mempertahankan,
memperluas dan melindungi brandnya dalam kurun waktu demikian lama,
merupakan prestasi yang luar biasa. Sampai hari ini, Mayo Clinic hanya sedikit
menggunakan iklan dalam mempromosikan pelayanannya. Sampai tahun 1986
Mayo Clinic tidak mempunyai staf marketing, dan sejak saat itu sampai sekarang
bagian marketing hanya terdiri dari satu orang saja.
Pada masa tuanya, Dr. William Mayo mengidentifikasi tiga kondisi yang
menurut pendapatnya penting untuk menentukan keberhasilan Mayo Clinic dalam
masa depan :
1. Melanjutkan upaya pelayanan yang ideal dan not for profit
2. Melanjutkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap perawatan dan
kesejahteraan setiap pasien secara individual
3. Melanjutkan perhatian dari setiap anggota staf Mayo Clinic terhadap
perkembangan professional staf lainnya
Pada tahun 1975 Dr. Emmerson Ward, yang menjadi ketua board of governors,
menyampaikan kondisi yang keempat :
4. Kemauan untuk berubah sebagai respons terhadap kebutuhan
masyarakat yang berubah
Baru setelah 75 tahun beroperasi mereka menyadari perlu adanya
penyesuaian, karena core values ternyata berhadapan dengan perubahan –
perubahan yang menuntut suatu core value lain agar tetap dapat memberi
pelayanan prima. Adalah menarik bagi kita semua, untuk mencermati apakah
Yayasan atau RS kita juga memiliki core values yang berkembang sesuai dengan
perkembangan dan perubahan zaman ?

Bab I, Yos.E.Hudyono Halaman 1


2. Keadaan di Indonesia (Anggota PERDHAKI)

Kita tahu di Indonesia, rumah sakit (RS) baru dikenal sekitar tahun 1629
karena dibangun oleh tentara Belanda (lebih tepat tentara VOC) di sekitar
perbatasan kota lama, dekat wilayah Glodok di Jakarta (Glodok sendiri berada di
luar dinding kota pada waktu itu), meskipun sekarang tidak jelas dimana rumah
sakit itu berada.
Kita juga mencatat bahwa Direktur RS Militer ini pernah dijabat seorang
Farmasis pada tahun 1666 yang merupakan orang Jerman dengan nama
Andreas Meyer yang menjadi penanggung jawab di RS tersebut. Meskipun pada
tahun itu Pharmacopea Nederlandica I belum ada, karena baru diterbitkan pada
tanggal 18 Juni 1757. Keberadaan RS ini sendiri terdapat dalam dokumen
semasa pemerintahan Raffles pada tahun 1629.
Baru pada tahun 1857 dibangun RS Militer (dikenal sebagai RS Kompani)
disekitar tempat pemerintahan VOC (Roemah toewan Besar di Koningsplein
Noord) yaitu di dekat Lapangan Banteng, yang dikenal sebagai jalan Hospital
Weg, tepatnya di RSPAD sekarang.
Rumah sakit yang dibangun oleh kelompok agama baru diawali pada paruh
kedua abad ke-19 yang antara lain terdiri dari RS Bethesda ( = 20 Mei 1899 -
Petronella Ziekenhuis), RS Tjikini yang diawali oleh Ibu Adriana dengan
mendirikan Koningin Emma Ziekenhuis yang berada di Gang Pool, yang
berkembang dengan pesat dan akhirnya membeli tanah dari Raden Saleh Estate
dan kemudian menjadi RS Tjikini pada tanggal 12 Januari 1898. Sedangkan RS
Katolik umumnya dibangun di kota di mana ada Uskup sesuai keputusan salah
satu Sinode pertama di Nicaceae pada tahun 325. Pada awal abad ke-XX,
menurut catatan yang ada pada penulis, RS Carolus dibangun pada tahun 1919
dan RS Borromeus Bandung pada tahun 1921,
RS Bukit Maria tahun 1916 (seizin Mgr. Luypen)
di Tomohon (= Marienheuvel Ziekenhuis); Panti
Rapih pada tahun 1930; RKZ St. Vincentius a
Paulo didirikan pada tahun 1925; RS Elizabeth
Semarang didirikan tahun 1927; dan RS.
Charitas Palembang tahun 1926 .
Penulis tidak memiliki informasi yang akurat
apakah visi dan misi setiap RS Katholik sudah
dirumuskan, tetapi kemungkinan besar apabila
Awal RS. St.Carolus
visi dan misinya ada, pasti akrab dengan keteladanan yang diberikan Kristus
dalam hidupnya untuk melayani sesama manusia dalam kasih dan terutama
mereka yang miskin, atau sejalan dengan semangat yang menjadi ciri dan
kharisma pendiri tarekatnya.

Bab I, Yos.E.Hudyono Halaman 2


3. Perkembangan zaman menyebabkan core values perlu disesuaikan.
Pada kutipan pertama di awal tulisan nyata bahwa sesuai dengan
perkembangan zaman, visi dan misi dapat atau perlu disesuaikan dengan
keadaan zaman. Salah satu yang perlu berubah adalah Core Values RS
disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan zaman. Apakah kita di
Indonesia juga merumuskan Core Values yang harus dibangun oleh organisasi
yang apabila diterapkan dapat membawa kita pada pencapaian visi dan misi kita?
Saya belum melihat karena dalam buku Direktori Rumah Sakit & BP/RB tahun
2007 hanya memuat visi dan misi saja.
Di Amerika Serikat kita memperoleh gambaran dari Core Values Klinik Mayo
yang disempurnakan pada tahun 1975 sehingga sesuai dengan perkembangan
zamannya. Bagaimana di Indonesia ? Apakah RS – RS kita yang lahir pada awal
dan pertengahan abad ke- XX, tidak perlu mengkaji kembali Visi-Misi dan Core
Values-nya ?

4. Bagaimana di Indonesia kini?


Beberapa kutipan mengenai Visi dan Misi dari Balai Pengobatan, Rumah
Bersalin, RS kecil dan RS besar di lingkungan Perdhaki, akan disajikan sebagai
gambaran mengenai apa saja yang mendorong organisasi mau mengarahkan unit
operasionalnya.

1. Balai Pengobatan di luar Jawa (Kalimantan)


Visi : Pelayanan dalam kasih dan persaudaraan
Misi : Mencegah lebih baik daripada mengobati

2. Balai Pengobatan di Sumatera


Visi : Melayani orang sakit kapan saja dan di mana pun
Misi : Melayani orang sakit dengan hati mau berkorban dalam waktu 24 jam
Siap sedia untuk melayani yang membutuhkan pertolongan.

3. Balai Pengobatan di Jakarta


Visi : Menjadi tanda dan sarana kehadiran cinta Tuhan serta belas kasih-Nya
yang menyelamatkan.
Misi : Melayani dengan ramah bagi yang miskin dan menderita
Memberi pelayanan yang berkualitas dan profesional
Memberikan pelayanan yang holistik
Melayani tanpa perbedaan status sosial, golongan serta agama
Membangun persaudaraan sejati
Bab I, Yos.E.Hudyono Halaman 3
Ketiga contoh ini merupakan perwakilan dari pelayanan Poliklinik di tiga wilayah.
Berikut ini kami kutip beberapa unit yang berkarya sebagai Balkesmas

1. Balkesmas di Jakarta
Visi : Dengan terang iman Katolik, berkarya dalam bidang kemanusiaan dan
pelayanan sesama
Misi : Menyelenggarakan karya sosial kemanusiaan dalam bidang kesehatan
dan pelayanan kepada sesama

2. Balkesmas di Jakarta
Visi: Mengelola unit pelayanan secara profesional melalui upaya layanan
kesehatan paripurna, yang memadukan iman Kristiani dengan ilmu
pengetahuan dan pelayanan berdasarkan kasih.
• Menjadi unit pelayanan terkemuka, prospektif, mandiri dan mampu
bersaing secara global
• Mengembangkan ilmu Kedokteran dan ilmu Kesehatan lainnya,
seirama dengan perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan
demi pengabdian kepada masyarakat.
Misi: Memberikan pelayanan Kesehatan kepada masyarakat secara profesional,
tanpa memandang perbedaan ras, suku, agama dan kedudukan.
Mengembangkan cipta, rasa dan karsa serta membina setiap pribadi yang
mengutamakan pelayanan, rasa tanggung jawab, kerja sama,
keterbukaan, kesadaran akan hak dan kewajiban bersumber pada cinta
kasih.
Mengembangkan pelayanan secara prospektif, sehingga layak menjadi
bahan pendidikan ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan lain.

Bab I, Yos.E.Hudyono Halaman 4

You might also like