Dalam kutipan tersebut diuraikan kekuatan dari core values yang dijadikan
sebagai dasar dari klinik yang dibangunnya. Praktek klinik ketiga dokter tsb.
dimulai lebih dari 140 tahun yang lalu di sebuah kota kecil Rochester di Minnesota
yang kemudian dikenal sebagai “Mayo Clinic” pada awal tahun 1900-an. Mayo
Clinic masih bertahan hingga saat ini, dan telah menciptakan brand yang paling
berpengaruh di seluruh dunia. Keberhasilan Mayo Clinic dalam mempertahankan,
memperluas dan melindungi brandnya dalam kurun waktu demikian lama,
merupakan prestasi yang luar biasa. Sampai hari ini, Mayo Clinic hanya sedikit
menggunakan iklan dalam mempromosikan pelayanannya. Sampai tahun 1986
Mayo Clinic tidak mempunyai staf marketing, dan sejak saat itu sampai sekarang
bagian marketing hanya terdiri dari satu orang saja.
Pada masa tuanya, Dr. William Mayo mengidentifikasi tiga kondisi yang
menurut pendapatnya penting untuk menentukan keberhasilan Mayo Clinic dalam
masa depan :
1. Melanjutkan upaya pelayanan yang ideal dan not for profit
2. Melanjutkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap perawatan dan
kesejahteraan setiap pasien secara individual
3. Melanjutkan perhatian dari setiap anggota staf Mayo Clinic terhadap
perkembangan professional staf lainnya
Pada tahun 1975 Dr. Emmerson Ward, yang menjadi ketua board of governors,
menyampaikan kondisi yang keempat :
4. Kemauan untuk berubah sebagai respons terhadap kebutuhan
masyarakat yang berubah
Baru setelah 75 tahun beroperasi mereka menyadari perlu adanya
penyesuaian, karena core values ternyata berhadapan dengan perubahan –
perubahan yang menuntut suatu core value lain agar tetap dapat memberi
pelayanan prima. Adalah menarik bagi kita semua, untuk mencermati apakah
Yayasan atau RS kita juga memiliki core values yang berkembang sesuai dengan
perkembangan dan perubahan zaman ?
Kita tahu di Indonesia, rumah sakit (RS) baru dikenal sekitar tahun 1629
karena dibangun oleh tentara Belanda (lebih tepat tentara VOC) di sekitar
perbatasan kota lama, dekat wilayah Glodok di Jakarta (Glodok sendiri berada di
luar dinding kota pada waktu itu), meskipun sekarang tidak jelas dimana rumah
sakit itu berada.
Kita juga mencatat bahwa Direktur RS Militer ini pernah dijabat seorang
Farmasis pada tahun 1666 yang merupakan orang Jerman dengan nama
Andreas Meyer yang menjadi penanggung jawab di RS tersebut. Meskipun pada
tahun itu Pharmacopea Nederlandica I belum ada, karena baru diterbitkan pada
tanggal 18 Juni 1757. Keberadaan RS ini sendiri terdapat dalam dokumen
semasa pemerintahan Raffles pada tahun 1629.
Baru pada tahun 1857 dibangun RS Militer (dikenal sebagai RS Kompani)
disekitar tempat pemerintahan VOC (Roemah toewan Besar di Koningsplein
Noord) yaitu di dekat Lapangan Banteng, yang dikenal sebagai jalan Hospital
Weg, tepatnya di RSPAD sekarang.
Rumah sakit yang dibangun oleh kelompok agama baru diawali pada paruh
kedua abad ke-19 yang antara lain terdiri dari RS Bethesda ( = 20 Mei 1899 -
Petronella Ziekenhuis), RS Tjikini yang diawali oleh Ibu Adriana dengan
mendirikan Koningin Emma Ziekenhuis yang berada di Gang Pool, yang
berkembang dengan pesat dan akhirnya membeli tanah dari Raden Saleh Estate
dan kemudian menjadi RS Tjikini pada tanggal 12 Januari 1898. Sedangkan RS
Katolik umumnya dibangun di kota di mana ada Uskup sesuai keputusan salah
satu Sinode pertama di Nicaceae pada tahun 325. Pada awal abad ke-XX,
menurut catatan yang ada pada penulis, RS Carolus dibangun pada tahun 1919
dan RS Borromeus Bandung pada tahun 1921,
RS Bukit Maria tahun 1916 (seizin Mgr. Luypen)
di Tomohon (= Marienheuvel Ziekenhuis); Panti
Rapih pada tahun 1930; RKZ St. Vincentius a
Paulo didirikan pada tahun 1925; RS Elizabeth
Semarang didirikan tahun 1927; dan RS.
Charitas Palembang tahun 1926 .
Penulis tidak memiliki informasi yang akurat
apakah visi dan misi setiap RS Katholik sudah
dirumuskan, tetapi kemungkinan besar apabila
Awal RS. St.Carolus
visi dan misinya ada, pasti akrab dengan keteladanan yang diberikan Kristus
dalam hidupnya untuk melayani sesama manusia dalam kasih dan terutama
mereka yang miskin, atau sejalan dengan semangat yang menjadi ciri dan
kharisma pendiri tarekatnya.
1. Balkesmas di Jakarta
Visi : Dengan terang iman Katolik, berkarya dalam bidang kemanusiaan dan
pelayanan sesama
Misi : Menyelenggarakan karya sosial kemanusiaan dalam bidang kesehatan
dan pelayanan kepada sesama
2. Balkesmas di Jakarta
Visi: Mengelola unit pelayanan secara profesional melalui upaya layanan
kesehatan paripurna, yang memadukan iman Kristiani dengan ilmu
pengetahuan dan pelayanan berdasarkan kasih.
• Menjadi unit pelayanan terkemuka, prospektif, mandiri dan mampu
bersaing secara global
• Mengembangkan ilmu Kedokteran dan ilmu Kesehatan lainnya,
seirama dengan perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan
demi pengabdian kepada masyarakat.
Misi: Memberikan pelayanan Kesehatan kepada masyarakat secara profesional,
tanpa memandang perbedaan ras, suku, agama dan kedudukan.
Mengembangkan cipta, rasa dan karsa serta membina setiap pribadi yang
mengutamakan pelayanan, rasa tanggung jawab, kerja sama,
keterbukaan, kesadaran akan hak dan kewajiban bersumber pada cinta
kasih.
Mengembangkan pelayanan secara prospektif, sehingga layak menjadi
bahan pendidikan ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan lain.