You are on page 1of 73

PETA KONSEP

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


(ISBD)
ISD
KEANEKARAGAMAN, KESEDERAJATAN, DAN KEBERMASYARAKATAN, KEBERMARTABATAN
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAHLUK SOSIAL DALAM ERKEHIDUPAN BERMASYA­RAKAT.
Individu, Keluarga dan Masyarakat

Pemuda dan Sosialisasi

Pemerintah, Negara dan Warga Negara

Pelapisan Sosial, Keragaman dan Kesederajatan

Masyarakat Pedesaaan dan Perkotaan

Masalah-Masalah Kependudukan

IBD
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM, DENGAN SESAMA MANUSIA, DIRINYA SENDIRI, NILAI-
NILAI MANUSIA DAN BAGAIMANA PULA HUBUNGAN MANUSIA DENGAN TUHAN
Manusia dan cinta kasih

Manusia dan keindahan

Manusia dan penderitaan

Manusia dan keadilan

Manusia dan pandangan hidup

Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian

Manusia dan kegelisahan


PETA KONSEP ISD
Individu, Keluarga dan Mahasiswa
Masyarakat Memiliki wawasan
KEANEKAR komprehensif dan pendekatan
AGAMAN, integral di dalam
KESEDERA Pemuda dan Sosialisasi menyikapi pennasalahan
JATAN, DAN kehidupan baik sosial,
KEBERMAS- Pemerintah, Negara dan ekonomi, politik,
YARAKATA kebudayaan, maupun
N, Warga Negara
pertahanan keamanan.
KEBERMAR Memiliki wawasan budaya yang
TABATAN Pemerintah, Negara dan luas tentang kehidupan
MANUSIA Warga Negara bennasyarakat dan
SEBAGAI secara bersama-sama
INDIVIDU mampu berperan serta
DAN Pelapisan Sosial, Keragaman meningkatkan
MAHLUK dan Kesederajatan kualitasnya, maupun
SOSIAL lingkungan alamiah dan
DALAM Masyarakat Pedesaaan dan secara bersama-sama
ERKEHIDUP berperan serta didalam
AN BERMAS Perkotaan
pelestariannya.
YARAKAT.
IPTEK dan Kemiskinan
KEANEKARAGAMAN, KESEDERAJATAN, DAN
KEBERMASYARAKATAN, KEBERMARTABATAN
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDUDAN MAHLUK SOSIAL
DALAM ERKEHIDUPAN BERMASYA­RAKAT.

 Individu, Keluarga dan Masyarakat


 Pemuda dan Sosialisasi
 Pemerintah, Negara dan Warga Negara
 Pelapisan Sosial, Keragaman dan Kesederajatan
 Masyarakat Pedesaaan dan Perkotaan
 Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan
Individu, Keluarga dan Masyarakat

 Individu berasal dari kata latin, "individuum" yang


artinya yang tak terbagi. Kata individu merupakan
sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan
yang paling kecil dan terbatas.
 Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai
kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen.
I. INDIVIDU
 Individu berasal dari kata latin, "individuum" yang
artinya yang tak terbagi. Kata individu merupakan
sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
 Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan
sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai
manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A.
Lysen.
A. Pertumbuhan Individu
Pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pada proses asosiasi
yang primer adalah bagian-bagian. Bagian-bagian yang ada lebih dahulu,
sedang keseluruhan ada pada kemudian. Bagian-bagian ini terikat satu
sama lain menjadi keseluruhan oleh asosiasi.

Faktor-faktor pertumbuhan
 Pendirian nativistik
Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat, bahwa pertumbuhan individu itu semata-mata ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Misalnya kemiripan antara orang tua dengan anaknya. Misalnya seorang
ayah memiliki keahlian di bidang seni lukis maka kemungkinan besar anaknya juga menjadi pelukis dan
sejenisnya
 Pendirian Empiristik dan Environmentalistik
Menurut pendirian ini menolak dasar dalam pertumbuhan individu dan lebih jauh menekankan pada lingkungan
dan konsekuensinya hanya lingkunganlah yang banyak dibicarakan. Pendirian semacam ini biasa disebut
pendirian yang environmentalistik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendirian ini pada hakikatnya adalah
kelanjutan dari faham emperisme.
 Pendirian Konvergensi dan Interaksionisme
Konsepsi konvergensi ialah konsepsi interaksionisme yang berpandangan dinamis yang menyatakan bahwa
interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu. Nampak lain dengan konsepsi
konvergensi yang berpandangan oleh dasar (bakat) dan lingkungan
Tahap pertumbuhan individu berdasar psikologi.
Masa vital yaitu dari 0,0 sampai kira-kira 2,0 tahun .

Pada masa vital ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam
dunianya. Menurut Frued tahun pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral, karena mulut
dipandang sebagai sumber kenikmatan dan ketidaknikmatan.
Masa estetik dari umur kira-kira 2,0 tahun sampai kira-kira 7,0 tahun.

Masa estetik ini dianggap sebagai masapertumbuhan rasa keindahan. Sebenarnya kata estetik diartikan bahwa
pada masa ini pertumbuhan anak yang terutama adalah fungsi pancaindera. Dalam masa ini pula tampak
munculnya gejala kenakalan yang umumnya terjadi antara umur 3,0 tahun sampai umur 0,5 tahun. Anak
sering menentang kehendak orang atau, kadang­kadang menggunakan kata-kata kasar, dengan sengaja
melanggar apa yang dilarang dan tidak melakukan apa yang seharusnya untuk dilakukan
Masa intelektual dari kira-kira umur 7,0 tahun sampai kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun.

Setelah anak melewati masa kegoncangan yang pertama, maka proses sosialisasinya telah berlangsung
dengan lebih efektif. Sehingga menjadi matang untuk dididik daripada masa-masa sebelum dan sesudahnya.
Masa sosial, kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun sampai kira-kira umur 20,0 tahun atau 21,0 tahun.

Masa ini demikian khasnya sehingga menarik perhatian. Sifat-sifat khas anak-anak masa peral itu dapat
diringkas ke dalam dua hal yaitu :pada masa ini anak menerima otoritas orang tua dan guru sebagai suatu hal
yang wajar karena itu pada anak-anak ini mengharapkan adanya sikap yang obyektif dan adil pada pihak
orang tua dan guru sebagai pemegang atoritas sehingga sikap pilih kasih akan mudah menimbulkan problem
di kalangan mereka.
2. KELUARGA
 Keluarga adalah unit/satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok
kecil dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu,
sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan
berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.

 Sigmund Freud: keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
wanita. Bahwa perkawinan itu menurut beliau adalah berdasarkan pada
libido seksualis.
(keluarga merupakan manifestasi daripada dorongan seksual sehingga
landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami isteri)
 Durkheim: berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai
hasil faktor-faktorpolitik, ekonomi dan lingkungan
 Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa:
keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh saw
turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang
hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh
gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
Fungsi Keluarga
 Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpaiadanya pekerjaan-pekerjaan
yang harus dilakukan.Suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan itu
biasa disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau
tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.
 Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpaiadanya pekerjaan-pekerjaan
yang harus dilakukan.Suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan itu
biasa disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan
atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.
Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat
digolongkan/dirinci kedalam beberapa fungsi, yaitu :
 Fungsi Biologis
 Fungsi Pemeliharaan
 Fungsi Ekonomi
 Fungsi Keagamaan
 Fungsi Sosial.
1) Fungsi Biologis
 Dengan fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat
menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-
anaknya. Karena dengan perkawinan akan terjadi proses
kelangsungan keturunan. Dan setiap manusia pada hakikatnya
terdapat semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan hidup
keturunannya, melalui perkawinan.
 Persiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang-orang
tua bagi anak-anaknya dapat berbentuk antara lain pengetahuan
tentang kehidupan sex bagi suami isteri, pengetahuan untuk
mengatur rumah tangga bagi sang isteri, tugas dan kewajiban
bagi suami, memelihara pendidikan bagi anak-anak dan lain-
lain. Sehingga tepat pada waktunya ia sudah matang menerima
barn dalam mengarungi hidup untuk rumah tangganya.
2) Fungsi Pemeliharaan
 Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya
dapat terlindung dari gangguan-gangguan sebagai berikut :
1. gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah;
2. gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat-
obatan;
3. gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar
tembok dan lain-lain.
Bila dalam keluarga fungsi ini telah dijalankan dengan sebaik-
baiknya sudah barang tentu akan membantu terpeliharanya
keamanan dalam masyarakat pula. Sehingga terwujud suatu
masyarakat yang terlepas/ terhindar dari segala gangguan
apapun yang terjadi.
3) Fungsi Ekonomi

 Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan


manusia yang pokok yaitu :
1. kebutuhan makan dan minum
2. kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya
3. kebutuhan tempat tinggal.
 Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan
pokok ini maka orang tua diwajibkan untuk berusaha
keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup
makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.
4) Fungsi Keagamaan
 Di negara Indonesia yang berideologi Pancasila berkewajiban
pada setiap warganya (rakyat) untuk menghayati, mendalami
dan mengamalkan Pancasila di dalam perilaku dan kehidupan
keluarganya sehingga benar-benar dapat diamalkan P4 ini
dalam kehidupan keluarga yang Pancasila.
 Dengan dasar pedoman ini keluarga diwajibkan untuk
menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran
agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian akan tercermin
bentuk masyarakat yang Pancasila apabila semua keluarga
melaksanakan P4 dan fungsi keluarga itu.
5) Fungsi Sosial
 Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya
bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-
sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan
yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa. Dengan
demikian terjadi apa yang disebut dengan_istilah sosialisasi.
 Dengan fungsi ini diharapkan agar di dalam keluarga selalu terjadi
pewarisan kebudayaan atau nilai-nilai kebudayaan. Kebudayaan yang
diwariskan itu adalah kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua
yaitu ayah dan ibu, diwariskan kepada anak-anaknya dalam bentuk antara
lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik
buruknya perbuatan dan lain-lain.
Fungsi-fungsi Keluarga dari tingajaun konteks Ilmu Sosial.
Drs. Soewaryo Wangsanegara mengatakan bahwa fungsi-fungsi keluarga meliputi
beberapa hal sebagai berikut :
1) Pembentukan kepribadian; dalam lingkungan keluarga, para orang tua meletakkan
dasar-dasar kepribadian kepada anak-anaknya, dengan tujuanuntuk memproduksikan
serta melestarikan kepribadian mereka dengan anak cucu dan keturunannya.
2) Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat, karena menempati posisi
kunci. Keluarga adalah sebagai jenjang dan perantara pertama dalam transmisi
kebudayaan.
3. MASYARAKAT
 Drs. JBAF Mayor Polak menyebut masyarakat (Society) adalah
wadah segenap antar hubungansosial terdiri atas banyak sekali
kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompokterdiri
atas kelompok-kelompok lebih baik atau subkelompok.
 Kemudian pendapat dari Prof. M.M. Djojodiguno tentang
masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala
perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan
manusia. Akhirnya Hasan Sadily berpendapat bahwa masyarakat
adalah suatu keadaan badan atau kumpulan manusia yang hidup
bersama.
 Jelasnya : Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang
sanna-sama ditaati dalam lingkungannya.
 Kalau kita mengikuti definisi Linton, maka masyarakat itu timbul
dari setiap kumpulan individu, yang telah cukup lama hidup dan
bekerjasama dalam waktu lama.
Kelompok Masyarakat/Ciri Khas
 Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka memiliki itulah yang
menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat
membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan
yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara ibu
danayah, antara kakek dan cucu, antara sesama kaum laki-laki atau sesama
kaum wanita, atau antara kaum laki-laki dan kaum wanita, larut dalam
suatu kehidupan yang teratur dan terpadu dalam suatu kelompok manusia,
yang disebut masyarakat.
 Menilik kenyataan di lapangan, suatu kelompok masyarakat dapat berupa
suatu suku bangsa. bisajuga berlatar belakang dari berbagai suku.
 Contoh : yang disebut masyarakat Jakarta atau orang Betawi, pada
hakikatnya berakar dan bernenekmoyang dari berbagai suku. Salah satu di
antaranyaadalah suku Sunda, Jawa Barat. Erat kaitannyadengan itu tatanan
kehidupan, norma-norma dan adatistiadat yang memberi warna
kepribadian orang Betawi, salah satu diantaranya berakar dan berasal dari
kebudayaan dan kepribadian suku Sunda dan Jawa Barat.
Pengolongan Masyakat
Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan
masyarakat maju (masyarakat modern).
 Masyarakat sederhana. Dalam lingkunganmasyarakat sederhana (primitif) pola pembagian kerja cenderung
dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja dalam bentuk lain tidak terungkap dengan jelas, sejalan
dengan pola kehidupan dan pola perekonomian masyarakat primitif atau belum sedemikian rupa seperti pada
masyarakat maju.
 Masyarakat maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih akrab dengan sebutan
kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu
yang akan dicapai.
 Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non industri dan masyarakat
industri.
Masyarakat Non Industri
 Secara garis besar, kelompok nasional atau organisasi kemasyarakatan non industri dapat digolongkan menjadi
dua golongan, yaitu kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group).
1) Kelompok primer; Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih akrab.
Kelompok primer ini disebut juga kelompok "face to face group", sebab para anggota kelompok sering berdialog,
bertatap muka, karena itu saling mengenal lebih dekat, lebih akrab. Sifat interaksi dalam kelompok-kelompok
primer bercorak kekeluar gaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada
kelompok menerima serta menjalankan tugas tidak secara paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran, tanggung
jawabpara anggota dan berlangsung atas dasar rasasimpati dan secara sukarela. Contoh-contoh kelompok primer,
antara lain :keluarga, rukun tetangga, kelompok belajar,kelompok agama, dan lain sebagainya.
 Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak Iangsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karen yaitu, sifat
interaksi, pembagian kerja, pembagian kerja antaranggota kelompok di atur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasional, obyektif.
 Para anggota menerima pembagian kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan; keahlian tertentu, di samping dituntut dedikasi. Hal-hal semacam
itu diperlukan untuk mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah sama-sama disepakati. Contoh-contoh
kelompok sekunder, misalnya : partai politik, perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya.
HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA,
DAN MASYARAKAT
 Makna Individu
 Manusia adalah makhluk individu. Makhluk individu berarti makhluk yang
tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan
raganya.
 Para ahli Psikologi modern menegaskan bahwa manusia itu merupakan
suatu kesatuan jiwa raga yang kegiatannya sebagai keseluruhan, sebagai
kesatuan. Kegiatan manusia sehari-hari merupakan kegiatan keseluruhan
jiwa raganya. Bukan hanya kegiatan alat-alat tubuh saja, atau bukan hanya
aktivitas dari kemampuan-kemampuan jiwa satu persatu terlepas daripada
yang lain.
Contoh : Manusia sebagai makhluk individu mengalami kegembiraan atau
kecewa akan terpaut dengan jiwa raganya. Tidak hanya dengan mata,
telinga, tangan, kemauan, dan perasaan saja. Dalam kegembiraannya
manusia dapat mengagumi dan merasakan suatu keindahan, karena ia
mempunyai rasa keindahan, rasa estetis dalam individunya.
Makna Keluarga
 Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat.
Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita,
perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan
anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial ini
mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.
Di sini kita sebutkan 5 macam sifat yang terpenting, yaitu :
1) Hubungan suami-isteri :
 Hubungan ini mungkin berlangsung seumur hidupdan mungkin dalam waktu yang singkat saja.
Adayang berbentuk monogomi, ada pula yang poligami. Bahkan masyarakat yang sederhana
terdapat "group married", yaitu sekelompok wanita kawin dengansekelompok laki-laki.
2) Bentuk perkawinan di mana suami-isteri itu diadakan dan dipelihara.
 Dalam pemilihan jodoh dapat kita lihat, bahwacalon suami-isteri itu dipilihkan oleh orang-
orangtua mereka. Sedang pada masyarakat lainnya diserahkan pada orang-orang yang
bersangkutan. Selanjutnya perkawinan ini ada yang berbentuk indogami (yakni kawin di dalam
golongan sendiri,ada pula yang berbentuk exogami, yaitu kawin diluar golongan sendiri)
3) Susunan nama--nama dan istilah-istilah termasuk cara menghitung keturunan.
 Di dalam beberapa masyarakat keturunan dihitung melalui garis laki-laki misalnya : dibatak. Ini
disebut patrilineal. Ada yang melalui garis wanita, di Minangkabau. Ini disebut : Matrilineal, di
mana kekuasaan terletak padawanita. Di Minangkabau wanita tidak mempunyai hak apa-apa,
bahkan hartanya pun tidak diurusi oleh wanita itu, melainkan diurus oleh adik atau saudara
perempuannya. Sistem ini disebut : Avonculat.
4) Milik atau harga benda keluarga.
 Di manapun keluarga itu pasti mempunyai milik untuk kelangsungan hidup para anggota-
anggotanya. Pada umumnya keluarga itu tempat bersama/rumah bersama.
Makna Masyarakat
 Seperti halnya dengan definisi sosiologi yangbanyak jumlahnya kita dapati pula definisi
definisi tentang masyarakat yang juga tidak sedikit. Definisi adalah sekedar alat ringkat untuk
memberikan batasan-batasan mengenai sesuatu persoalan atau pengertian ditinjau daripada
analisa. Analisa inilah yang memberikan arti yang jernih dan kokoh dari sesuatu pengertian.
Mengenai arti masyarakat ini, baiklah di sini kita kemukakan beberapa definisi mengenai
masyarakat itu, seperti misalnya :
R. Linton : Seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan
batas-batas tertentu.
M.J. Herskovist : menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan
dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
J.L. Gillin dan J.P. Gillin : mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang
terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.
Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
S.R. Steinmetz : seorang sosiologi bangsa Belanda, mengatakan bahwa masyarakat
adalahkelompok manusia yang terbesar yang meliputi pengelompokkan-pengelompokkan
manusia yang lebihkecil, yang mempunyai perhubungan yang erat danteratur.
Hasan Shadily : mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa
manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh
kebatinan satu sama lain.
MASYARAKAT
DAN INTERAKSI SOSIAL
 Pengertian dan Definisi Masyarakat
 Definisi Interaksi Soasial
 Benduk-betuk Interaksi Soaial
 Sifat Kontak Sosial
 Status dan Peran Sosial
MASYARAKAT
DAN INTERAKSI SOSIAL
 Seperti halnya dengan definisi sosiologi yangbanyak jumlahnya kita dapati pula definisi
definisi tentang masyarakat yang juga tidak sedikit. Definisi adalah sekedar alat ringkat untuk
memberikan batasan-batasan mengenai sesuatu persoalan atau pengertian ditinjau daripada
analisa. Analisa inilah yang memberikan arti yang jernih dan kokoh dari sesuatu pengertian.
Mengenai arti masyarakat ini, baiklah di sini kita kemukakan beberapa definisi mengenai
masyarakat itu, seperti misalnya :
 R. Linton : Seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap
kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan
batas-batas tertentu.
 M.J. Herskovist : menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan
dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
 J.L. Gillin dan J.P. Gillin : mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang
terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.
Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
 S.R. Steinmetz : seorang sosiologi bangsa Belanda, mengatakan bahwa masyarakat
adalahkelompok manusia yang terbesar yang meliputi pengelompokkan-pengelompokkan
manusia yang lebihkecil, yang mempunyai perhubungan yang erat danteratur.
 Hasan Shadily : mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa
manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh
kebatinan satu sama lain.
INTERAKSI SOSIAL
1. Pengertian Interaksi Sosial
Menurut Robert M.Z.Lawang (1986) interaksi sosial adalah
proses di mana orang-orang yang berkomunikasi saling
pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan.
Mengutip Gillin dan Gillin dalam Cultural Sociology (1954;
489) Soekanto (2006;55) menegaskan bahwa interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia.
Interaksi sosial (Soekanto: 2006; 54-55) merupakan kunci dari
semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak
mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang-
perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan
pergaulan hidup. Pergaulan hidup baru akan terjadi apabila
setiap orang dalam pergaulan itu terlibat dalam suatu interaksi.
Syarat-Syarat terjadinya Interaksi sosial
Soekanto (2006;58) menyatkan bahwa interaksi sosial tidak mungkin
terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yakni kontak sosial dan
adanya komunikasi.
Kontak Sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa Latin con atau cum yang berarti
bersama-sama atau tango yang berarti menyentuh. Kontak sosial
dapat terjadi secara fisik, namun kemajuan teknologi informasi
telah menghasilkan suatu bentuk kontak sosial yang baru. Orang
dapat melakukan kontak sosial melalui telephone, telegraf, radio,
surat dan lain sebagainya. Kontak sosial dapat berlangsung dalam
tiga bentuk yakni:
 Kontak sosial antara orang perorangan.
 Antara Orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau
sebaliknya antara sekelompok manusia dengan orang
perorangan.
 Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia yang
lainnya
Sifat-sifat Kontak Sosial
Sebelum mendeskripsikan bentuk dari kontak sosial. Namun kontak sosial
beberapa sifat:
 Kontak sosial tidak hanya tergantung pada tindakan, melainkan juga
tanggapan terhadap tindakan itu. Kita dapat saja melakukan
komunikasi panjang lebar dengan seseorang lain, tetapi kalau tidak ada
tanggapan, maka tindakan itu tidak dapat dikategorikan sebagai kontak
sosial.
 Kontak sosial dapat bersifat negatif dan positif. Kontak sosial yang
bersifat positif akan menghasilkan kerja, dan sebaliknya kontak sosial
yang negatif akan menghasilkan konflik atau pertentangan.
 Suatu Kontak sosial juga dapat bersifat primer dan sekunder. Dalam
kontak sosial primer, dua subyek yang mengadakan kontak saling
berhadapan muka, mereka tidak menggunakan media atau sarana
lainnya seperti telephon dan lain sebagainya. Mereka saling berjabat
tangan, memandang, menukar senyuman. Sebaliknya dalam kontak
sosial sekunder, dua subyek yang mengadakan kontak menggunakan
media atau sarana-sarana tertentu.
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Ada empat bentuk interaksi sosial (Soekanto, 2006; 65-97) yakni
kerja sama, akomodasi, persaingan dan konflik.
1. Kerja Sama.
Charles H. Cooley (Soekanto, p.66) menyatakan bahwa kerja
sama timbul apa bila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri
sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut;
kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan
adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam
kerja sama yang bergun
Soekanto (p.68) merumuskan ada lima bentuk kerja sama yakni:
 Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolog
 Barganinig yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atu lebih .
2. Akomodasi
Istilah akomodasi (Soekanto,2006: 68) dapat digunakan untuk
menjelaskan suatu keadaan dan suatu proses. Sebagai suatu keadaan,
akomodasi berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara
orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya
dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam
masyarakat. Dan sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-
usaha manusia untuk meredam suatu pertentangan yaitu usaha-usaha
untuk mencapai kestabilan. Ini berari bahwa akomodasi merupakan
suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghacurkan pihak
lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Akomodasi dapat terjadi melalui beberapa bentuk:
 Coercion, akomodasi dalam bentuk ini terjadi karena adanya
pemaksaan,
 Compromise, akomodasi yang terjadi di mana pihak-pihak yang
saling bertentangan sama-sama mengurangi tuntutannya masing-
masing.
…………..Akomodasi
 Arbitration, akomodasi yang terjadi karena kedua belah pihak sepakat
untuk menyelesaikan pertentangan melalui pihak ketiga.
 Mediation, mediasi hampir sama dengan arbitrase, hanya saja pihak
ketiga dalam mediasi hanya berfungsi sebagai penasehat dan tidak
memiliki wewenang membuat keputusan untuk menyelesaikan
perselisihan,
 Conciliation, suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari
pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan bersama,
 Toleration, suatu akomodasi tanpa persetujuan formal,
 Stalemate, suatu akomodasi yang terjadi karena kedua belah pihak yang
bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang sehingga pada suatu
titik berhenti dengan sendirinya dalam pertentangan.
 Adjudication, penyelesaian perkara melalui pengadilan
Tahap yang lebih lanjut dari akomodasi adalah asimilasi di mana seseorang
yang memasuki suatu kelompok tertentu tidak lagi memandang perbedaan
dirinya dengan kelompok yang dimasukinya, melainkan ia akan
mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan dan tujuan kelompok
yang dimasukinya. Faktor-fakto yang mempermudah terjadinya asilimilasi
adalah adanya toleransi, kesempatan ekonomi yang sama, sikap saling
menghargani, terbuka, adanya persamaan unsur kebudayaan, perkawinan
campur dan adanya musuh bersam dari luar.
4.Persaingan
Persaingan (Soekanto, p. 83) dapat diartikan sebagai proses
sosial di mana individu atau kelompok bersaing mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang langka
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Udara
misalnya bukan sumber daya yang langka, oleh karena itu
tidak ada persaingan untuk memperolehnya, tetapi lain halnya
dengan kedudukan tertentu dalam suatu organisasi, atau
kesempatan tertentu dalam bidang usaha. Kedudukan dan
kesempatan dalam berusaha tidak mudah diperoleh, karena
itu ia bersifat langka. Oleh karena ia bersifat langka, maka
orang atau kelompok akan bersaing untuk memperolehnya.
5. Kontravensi dan Konflik
Kontravensi (Soekanto, p.87-88) pada hakekatnya merupakan
bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan
atau pertikaian. Sebagaimana yang dikutip oleh Soekanto, Leopold
von Wiese dan Howard Becker (1932, bab 19) merumuskan lima
bentuk kontravensi yaitu:
 Perbuatan-perbuatan seperti penolakan, gangguan, perlawanan,
perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan,
perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencan pihak lain;
 Menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki
melalui surat selebran, mencerca, memfitnah dan lain sebagainya;
 Mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat dan
seterusnya;
 Menganggu atau membingungkan pihak lain. Contoh lain adalah
memaksa pihak lain untuk menyesuaikan diri. Kontravensi dapat
menimbulkan konflik sosial
5.Interaksi Sosial dan Struktur Sosial

Masyarakat merupakan suatu sistem yang terorganisasi, dan sistem ini


terjadi malalui interaksi antara individu dalam masyarakat. Oleh karena
masyarakat merupakan suatu sistem yang terorganisasi, maka interaksi
yang terjadi dalam masyarakat memiliki suatu pola (Macionis,
1989:150-156, Schaefer, 2006: 104-111).
Sebagai contoh keluarga merupakan suatu unit sosial yang tidak saja
terdiri dari individu-individu, melainkan juga terdiri dari status dan
peran. Artinya interaksi yang terjadi antara individu itu selalu terjadi
dalam konteks peran dan status yang dimiliki oleh individu sebagai
anggota keluarga itu. Ayah bukan sekedar pribadi yang berjenis kelamin
laki-laki tetapi dalam konsep ‘ayah’ itu sendiri terkandung peran dan
status sosial, demikian halnya dengan ibu, anak dan anak-anak.
Peran dan status dalam masyarakat atau dalam contoh kita keluarga
membentuk struktur sosial dan oleh karenanya juga struktur interaksi.
6. Status dan Peran Sosial
Status
Status adalah posisi sosial yang diakui yang miliki oleh individu
dalam masyarakat. Stiap status meliputi sejumlah hak, kewajiban
dan harapan-harapan yang mengarahkan interaksi sosial.
Ada dua jenis status yakni ascribed status dan achieved status.
Ascribed status adalah posisi sosial yang dimiliki oleh
seseorang karena kelahiran sedangakan achieved status adalah
posisi sosial yang dimiliki oleh seseorang karena kemapuan dan
usaha individu. Kemampuan ini dapat diukur secara signifikant.
Peran
Komponen kedua dari interaksi sosial adalah peran. Peran
berkaitan dengan pola-pola tingkah laku seorang individu sesuai
dengan status yang dimilikinya. Oleh karena itu peran
merupakan ekspresi dinamis dari status. Dengan perkataan lain,
siapa yang memiliki status tertentu
MASYARAKAT DAN
KEBUDAYAAN
 PENGERTIAN MASYARAKAT
 JENIS-JENIS MASYARAKAT
 MASYARAKAT KOTA DAN DESA
 PENGERTIAN KEBUDAYAAN
 JENIS KEBUDAYAAN
MANUSIA,
MASYARAKAT,
KEBUDAYAAN
Definisi dan Konsep
Definsi Manusia
 Homo sapien
 Homo Symbolicum

 Homo Faber

 Rationale Animale

 Micro Cosmos
Definisi Masyarakat (Society)
Suatu sistem sosial yang
menghasilkan kebudayaan
(Soerjono Soekanto, 1983)
Definisi Masyarakat (Society)

Kolektif manusia dalam arti


yang seluas-luasnya yang
terikat oleh suatu kebudayaan
yang mereka pandang sama.
(Koentjaraningrat, 1984)
Jenis-Jenis Masyarakat - 1
(Soerjono Soekanto, 1983)
 Masyarakat abstrak (abstract society)
 Masyarakat atomistik (atomistic society)
 Masyarakat kasta (caste society)
 Masyarakat konkret (concrete society)
 Masyarakat ekstraktif (extractive society)
 Mayarakat feodal (feudal society)
Jenis-Jenis Masyarakat - 2
(Soerjono Soekanto, 1983)
 Masyarakat hidrolis (hydraulic society)
 Masyarakat industrial (industrial society)
 Masyarakat manorial (manorial society)
 Masyarakat massa (mass society)
 Masyarakat berpindah (nomadic society)
Jenis-Jenis Masyarakat - 3
(Soerjono Soekanto, 1983)
 Masyarakat organis (organic society)
 Masyarakat petani (peasant society)
 Masyarakat terencana (planned society)
 Masyarakat majemuk (plural society)
 Masyarakat subsisten (subsistence society)
 Masyarakat tradisional (traditional society)
 Masyarakat transisional (trantitional society)
Jenis-Jenis Masyarakat - 1
(Koentaraningrat, 1984)
 Masyarakat adat (adat society)
 Masyarakat desa (village society)
 Masyarakat dinamis (dinamic society)
 Masyarakat kota (urban society)
 Masyarakat kontemporer (contemporary
society)
 Masyarakat modern (modern society)
 Masyarakat organik (organic society)
Jenis-Jenis Masyarakat - 2
(Koentaraningrat, 1984)
 Masyarakat pedesaan (rural society)
 Masyarakat primitif (primitive society)
 Masyarakat progresif (progresive society)
 Masyarakat tanpa kelas (classless society)
 Masyarakat tradisional (traditional society)
 Masyarakat terbuka (open society)
 Masyarakat tertutup (closed society)
Definisi Kebudayaan
(Culture)
Hasil karya, rasa, dan cipta
manusia yang didasarkan pada
karsa.
(Soerjono, Soekanto, 1983)
Definisi Kebudayaan
(Culture)
Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk
memahami lingkungan serta
pengalamannya, dan yang menjadi
pedoman tingkah lakunya.
(Koentjaraningrat, 1984)
DINAMIKA MASYARAKAT DAN
KEBUDAYAAN
1. KONSEP-KONSEP DAN KONSEPSI-KONSEPSI
KHUSUS MENGENAI PERGESERAN
MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
 Semua konsep yang kita perlukan untuk menganalisa proses-proses
pergeran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian
antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial. Konsep
yang terpenting ada yang mengenai proses belajar kebudayaan
sendiri, yakni internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi. Selain itu ada
proses perkembangan kebudayaan umat manusia(evolusi
kebudayaan) dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sederahana
hingga yang makin lama makin kompleks. Proses lainnya adalah
proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing yang disebut
proses akulturasi dan asimilasi. Ada proses pembaruan(inovasi) yang
berkaitan erat dengan penemuan baru(discovery) dan invention.
2. PROSES BELAJAR KEBUDAYAAN SENDIRI
 Proses internalisasi, adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup
individu, yaitu mulai saaat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang
hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan,
hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk kepribadiannya. Perasaan pertama
yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas dan
tak puas, yang menyebabkan ia menangis.
 Proses sosialisasi, semua pola tindakan individu-individu yang menempati
berbagai kedudukan dalam masyarakatnya yang dikumpai seseorang dalam
kehidupannya sehari-hari sejak ia dilahirkan. Para individu dalam masyarakat
yang berbeda-beda juga mengalami proses sosialisasi yang berbeda-beda,
karena proses itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan serta
lingkungan sosial yang bersangkutan. Penelitian dilapangan telah dapat
menghasilkan pengumpulan bahan mengenai adat istiadat pengasuhan anak,
kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan seksual, dan riwayat hidup yang rinci
dari sejumlah individu.individu-individu yang mengalami berbagai hambatan
dalam proses internalisasi, sosialisasi atau enkulturasinya, sehingga individu
seperti itu mengalami kesukaran dalam menyesuaikan kepribadiannya dengan
lingkungan sosial sekitarnya.
3. PROSES EVOLUSI SOSIAL
 Proses Mikroskopik dan Makroskopik Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi
dapat dianalisa secara mendetail(makroskopik) tetapi dapat dilihat secara
keseluruhan, dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan besar yang
telah terjadi(makroskopik). Proses evolusi sosial budaya secara makroskopik
yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam antropologi
disebut ”Proses-proses pemberi arah”, atau directional proses.
 Proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya. Dalam antropologi,
perhatian terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru
timbul sekitar tahun 1920 bersama dengan perhatian terhadap individu dalam
masyarakat.
 Dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan
kebutuhan yang dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat,
perlu diperhatikan dua konsep yang berbeda, yaitu (1) kebudayaan sebagai
kompleks dari komsep norma-norma, pandangan-pandangan, dan sebagainya,
yang bersifat abstrak (yaitu sistem budaya), dan (2) kebudayaan sebagai
serangkaian tindakan yang konkrit, dimana para individu saling berinteraksi
(yaitu sistem sosial). Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan, dan
dengan mempelajari konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah
dapat diperoleh pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya.
4. PROSES DIFUSI
 Penyebaran manusia. Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa makhluk
manusia yang pertama hidup didaerah sabana beriklim tropis di Afrika
Timur. Manusia sekarang telah menduduki hampir seluruh muka bumi
dengan berbagai jenis lingkungan iklim yang berbeda-beda. Hal itu hanya
mungkin terjadi dengan proses pengembangbiakan, migrasi, serta adaptasi
fisik dan sosial budaya, yang berlangsung beratus ratus ribu tahun lamanya.
 Penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Bersama dengan penyebaran dan
migrasi kelompok-kelompok manusia, turut tersebar pula berbagai unsur
kebudayaan. Sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang
disebut proses difusi itu merupakan salah satu objek penelitian ilmu
antropologi, terutama sub ilmu antropologi diakronik. Proses difusi dari
unsur-unsur kebudayaan antara lain diakibatkan oleh migrasi bangsa-bangsa
yang berpindah dari suatu tempat ketempat lajn dimuka bumi.
 Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada
perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena
unsur-unsur kebudayaan itu memang sengaja dibawa oleh individu-individu
tertentu, seperti para pedagang dan pelaut.
 Bentuk difusi yang terutama mendapat perhatian antropologi adalah
penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-
pertemuan antara individu-individu dari berbagai kelompok yang berbeda.
5. AKULTURASI DAN ASIMILASI
 Akulturasi. Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari
suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun
diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu.
 Kalau masalah-masalah mengenai akulturasi kita ringkas, akan
tampak 5 golongan masalah, yaitu :
 Masalah tentang metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan
melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
 Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak
mudah diterima oleh suatu masyarakat.
 Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak
mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
 Masalah mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran
dan cepat diterima unsur kebudayaan asing, dan jenis-jenis individu
yang sukar dan lamban dalam menerimanya.
 Masalah mengenai ketegangan-ketegangan serta krisis-krisis sosial
yang muncul akibat akulturasi.
Ikhwal Jalannya Akulturasi
Dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang
peneliti sebaiknya memperhatikan beberapa hal, yaitu :
Keadaan sebelum proses akulturasi dimulai.
Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing.
Saluran-saluran yang dilalui oleh unsusr-unsur kebudayaan asing
untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima.
Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh.
Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.
Asimilasi. Adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai
golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda
setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari
unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing
berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Dari berbagai proses asimilasi pernah diteliti, diketehui bahwa
pergaulan intensif saja belum tentu mengakibatkan terjadinya suatu
proses asimilasi, tanpa adanya toleransi dan simpati antara kedua
golongan.
PEMBARUAN (INOVASI)
 Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-
sumber alam, energi, dan modal serta penataan kembali dari tenaga
kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga terbentuk suatu
sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu
berkaitan penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan
suatu proses sosial yang melalui tahap discovery dan invension.
 Pendorong penemuan baru. Faktor-faktor yang menjadi pendorong
bagi seorang individu untuk memulai serta mengembangkan
penemuan baru adalah (1) kesadaran akan kekurangan dalam
kebudayaan; (2) mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan; (3)
sistem perangsang bagi kegiatan mencipta. Penemuan baru sering kali
terjadi saat ada suatu krisis masyarakat, dan suatu krisis terjadi karena
banyak orang merasa tidak puas karena mereka melihat kekurangan-
kekurangan yang ada di sekelilingnya.
 Dengan demikian proses inovasi itu merupakan suatu proses
evolulusi juga. Bedanya ialah bahwa dalam proses inovasi para
individu berperan secara aktif, sedangkan dalam proses evolusi para
individu itu pasif, bahkan seringkali negatif.
REMAJA, PEMUDA DAN
PERMASALAHANNYA
1. Pengertian Remaja, Pemuda
 Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya
terbebani bermacam­macam harapan, terutama dari
generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena
pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi
yang akan melanjutkan perjuangan generasi
sebelumnya, generasi yang harus mengisi dan
melangsungkan estafet pembangunan secara terus
menerus.
 Lebih menarik lagi pada generasi ini mempunyai
permasalahan­permasalahan yang sangat bervariasi, di
mana jika permasalahan ini tidak dapat diatasi secara
proporsional maka pemuda akan kehilangan fungsinya
sebagai penerus pembangunan.
2. Masalah Dan Potensi Generasi Muda
a. Permasalahan Generasi Muda.
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain :
 Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme di kalangan
masyarakat termasuk generasi muda.
 Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
 Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang
tersedia, baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang
diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda sendiri,
tetapi juga merugikan seluruh bangsa.
 Kurangnya lapangan kerja/kesempatan kerja serta tingginya tingkat
pengangguran/setengah pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan
berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan
pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem social lainnya.
 Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan
dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh
rendahnya daya beli dan kuranguya perhatian tentang gizi dan menu makanan
seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
 Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat
daerah pede saan.
 Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
 Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.
 Belum adanya peraturan perundangan yang rnenyangkut generasi muda.
2. Potensi-potensi Generasi Muda/Pemuda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah :
1. Idealisme dan daya kritis.
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, maka is dapat melihat kekurangan-kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru.
Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu untuk senantiasa dilengkapi dengan landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
2. Dinamika dan kreatifitas.
Adanya idealisme pada generasi muda, maka generasi muda memiliki potensi kedinamisan dan kreatifitas yakni kemampuan dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan dan
penyempurnaan kekurangan­kekurangan yang ada atau pun mengemukakan gagasan-gagasan/alternatif yang baru sama sekali.
3. Keberanian mengambil resiko.
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun mengambil resiko itu adalah perlu jika kemajuan ingin diperoleh.
Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko, kesiapan pengetahuan, perhitungan dan keterampilan dari generasi muda akan memberi kualitas yang baik kepada
keberanian mengambil resiko.
4. Optimis dan kegairahan semangat.
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda akan merupakan daya pendorong untuk mencoba maju lagi.
5. Sikap kemandirian dan disiplin murni.
Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya, agar dengan demikian
mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa.
6. Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kuantitatif maupun dalam arti kualitatif generasi muda secara relatif lebih terpelajar karena lebih
terbukanya kesempatan belajar dari generasi-generasi pendahulunya.
7. Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan.
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat merupakan hambatan jika hal itu dihayati secara sempit dan ekslusif.
Tapi keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat merupakan potensi dinamis dan kreatif jika keanekaragaman itu ditempatkan dalam rangka integrasi nasional yang didasarkan atas semangat dan
jiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 serta kesamaan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Sehingga dengan demikian merupakan sumber yang kaya untuk kemajuan bangsa itu sendiri. Untuk itu generasi
muda perlu didorong untuk menampilkan potensinya yang terbaik dan diberi peran yang jelas serta bertanggung jawab dalam menunjang pembangunan nasional.
8. Patriotisme dan nasionalisme.
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan dan turut serta memiliki bangsa dan negara di kalangan generasi muda perlu lebih digalakkan, pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan
kesiapannya untuk membela dan mempertahankan bangsa dan negara dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan semangat ini generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan
ketahanan dan pertahanan nasional.
9. Sikap kesatria.
Kemurnian idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan serta rasa tanggung jawab social yang tinggi adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk dan dikembangkan terus menjadi sikap
kesatria di kalangan generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
10. Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi.
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai transformator dan dinamisator terhadap
lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidikan serta penerapan teknologi, baik yang maju, madya maupun yang sederhana.
PEMERINTAH NEGARA DAN
WARGA NEGARA
1. Pengertian Pemerintah
Pemerintah merupakan salah satu unsur penting daripada negara. Tanpa Pemerintah,
maka negara tidak ada yang mengatur. Karena Pemerintah merupakan roda negara,
maka tidak akan mungkin ada suatu negara tanpa Pemerintah.
Dalam pengertian umum sering dicampuradukkan pengertian Pemerintah dan
pemerintahan, seakan-akan keduanya adalah sama. Padahal jelas keduanya berbeda.
Mengikuti pengertian pemerintahan dalam arti luas dan sempit tersebut, maka :
Pemerintah dalam arti luas :
Adalah menunjuk kepada alat perlengkapan negara seluruhnya (aparatur negara)
sebagai badan yang melaksanakan seluruh tugas/kekuasaan negara atau melaksanakan
pemerintahan dalam arti luas.
Pemerintah dalam arti sempit :
Adalah hanya menunjuk kepada alat perlengkapan perlengkapan negara yang
melaksanakan pemerintahan dalam arti sempit.
Tugas-tugas Pemerintahan
Menurut Ryaas Rasyid [1] membagi tugas-tugas pokok pemerintahan ke dalam 7
bagian, yaitu:
 Pemerintah bertugas menjamin terciptanya kondisi keamanan negara dari segala
kemungkinan terjadinya ancaman dari luar berupa penghancuran keamanan dan dari
dalam berupa bentrokan antar warga yang menye­babkan tergulingnya pemerintahan
yang syah;
 Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya bentrokan antar warga;
 Menegakkan keadilan kepada setiap warganegara tanpa membeda-bedakan statusnya,
apapun yang melatar be­lakangi keberadaan mereka;
 Melakukan pekerjaan umum dengan cara membangun fasilitas jalan, pendidikan dan
sebagainya;
 Meningkatkan kesejahteraan sosial, membantu orang miskin, memelihara orang
cacat, anak terlantar serta kegiatan sosial lainnya;
 Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan rakyat banyak seperti
pengendalikan laju inflasi, men­dorong terciptanya lapangan kerja baru, memajukan
perdagangan domestik dan sebagainya;
 Membuat dan menerapkan kebijakan pemeliharaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
____________________________________

[1] Muhammad Ryaas Rasyid, Makna Pemerintahan. (Jakarta: PT Mutiara Sumber


Widjaya. Jakarta. 2000). Hlm. 11-12.
NEGARA DAN WARGA NEGARA
Pengertian
Unsur penting suatu negara yang lain adalah rakyat. Tanpa rakyat, maka negara itu
hanya ada dalam angan-angan. Termasuk rakyat suatu negara adalah meliputi
semua orang yang bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaan negara tersebut
dan tunduk pada kekuasaan negara tersebut. Dalam hubungan ini rakyat diartikan
sebagai kumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persatuan dan yang
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.
Menurut Kansil, orang-orang yang berada dalam wilayah suatu negara itu dapat
dibedakan menjadi Penduduk ialah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat
tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan
mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.

Penduduk ini dapat dibedakan menjadi 2 lagi, yaitu :


1. Penduduk Warga Negara atau Warga negara adalah penduduk yang sepenuhnya
dapat diatur oleh Pemerintah negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri;
2. Penduduk bukan Warga negara atau Orang Asing adalah penduduk yang bukan
warga negara.
Bukan Penduduk ialah mereka yang berada dalam wilayah suatu negara untuk
sementara waktu dan yang tidak bermaksud bertempat tinggal di wilayah negara
tersebut.
Hak dan Kewajiban Warga Negara
1. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
 Apabila kita melihat pasal-pasal dalam UUD 1945,
maka akan dapat kita temukan beberapa ketentuan
tentang hak-hak warga negara, misalnya, pendidikan,
pertahanan dan kesejahteraan sosial.
 Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
 Tiap-tiap warga negara berhak ikut serta dalam usaha
pembelaan negara.
 Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Tentang Kemerdekaan Warga Negara
Selain pasal-pasal yang menyebutkan hak warga negara maka terdapat pula
beberapa pasal yang menyebutkan tentang kemerdekaan warga negara dalam
UUD’45:
Pasal 27 (1):
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan (hak memilih dan dipilih).
Pasal 29 (2):
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu
(hak untuk beragama dan beribadat menurut kepercayaan masing-masing,
selama agama dan kepercayaan itu diakui Pemerintah).
Pasal 28:
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, menge luarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. (hak bersama
dan mengeluarkan pendapat).
2. Kewajiban Warga Negara Indonesia
 Di samping itu dua ketentuan dengan tegas
menyebutkan tentang kewajiban warga
negara :
 Pasal 27 (1) : Segala warga negara wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
 Pasal 30 (1) : Tiap-tiap warga negara wajib
ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
STRATIFIKASI SOSIAL
1. Pengetian Stratifikasi Sosial
2. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial
3. Faktor-faktor Statifikasi Sosial
1. Pengetian Stratifikasi Sosial
 Beberapa definisi stratifikasi sosial:
 a. Pitirim A. Sorokin
 Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki). [1]
 b. Max Weber
 Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki
menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
 c. Cuber
 Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas
kategori dari hak-hak yang berbeda. Stratifikasi sosial ( Social Stratification)
berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti
berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai
pembedaan penduduk atau masya­rakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.

[1] Pitirim Sorokin, Social and Cultural Mobility, The Free Press of Glencoe,
(London: Colliner-Macmillan Limited 1959). Hlm. 11.
2. Perbedaan Stratifikasi Sosial dengan Status
Sosial
 Status atau kedudukan yaitu posisi seseorang didalam
masyarakat yang didasarkan pada hak-hak dan
kewajiban-kewajiban tertentu. Dalam teori Sosiologi,
unsur-unsur dalam sistem pelapisan masyarakat
adalah status (kedudukan) dan role (peranan). Kedua
unsur ini merupakan unsur baku dalam sistem
pelapisan masyarakat.
 Dengan demikian status sosial atau kedudukan sosial
merupakan unsur yang membentuk terciptanya
stratifikasi sosial, sedangkan stratifikasi sosial adalah
pelapisan sosial yang disusun dari status-status sosial.
3. Sebab-sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial
 Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan,
kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama manusia
membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan
menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan
masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau
lapisannya. Seba­liknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak
memiliki sama sekali, maka mereka mem­punyai kedudukan dan lapisan yang rendah.
 Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat/ketua atau pemimpin pasti menempati
lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak mem­punyai tugas
apa-apa. Karena penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula
ditempatkan pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan
sebagainya. Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan
tertentu dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak mempu­
nyai ketrampilan apapun.
 Adanya sistem lapisan sosial dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan
msayarakat itu. Tetapi adapula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan
bersama. Yang biasa menjadi alasan terben­tuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian
keanggtaankerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas
tertentu.
4. Tiga Lapisan Sosial dengan Dasar Kualitas Pribadi

Tiga Lapisan Sosial dengan Dasar Kualitas Pribadi


Dalam masyarakat yang paling sederhana dan homogen, biasanya pembedaan peranan
dan status relatif sedikit, maka stratifikasi sosialnya pun sedikit. Pelapisan sosial
dalam masyarakat ini umumnya didasarkan pada jenis kelamin, senioritas dan
keturunan, yang merupakan kualitas pribadi seseorang.
a. Jenis Kelamin
 Pada sebagian masyarakat Indonesia kedudukan laki-laki dinilai lebih tinggi
daripada kedudukan wanita. Laki-laki yang menjadi kepala keluarga/rumah tangga
dihormati oleh isteri dan anak-anak mereka.
b. Senioritas
 Senioritas disini dapat berarti senioritas usia maupun generasi. Kedudukan yang
lebih tua lebih tinggi daripada yang muda.
c. Keturunan
 Keturunan bangsawan dianggap lebih tinggi daripada keturunan rakyat jelata.
Proses Terjadinya Stratifikasi
Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai berikut:
Sosial
a. Terjadinya secara otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya,
kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseo­rang dalam
masyarakat. Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun
orang-orang yang menduduki lapisan dibentuk bukan berdasarkan atas kesegajaan yang
disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya.
Pengakuan terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuih dengan sendirinya. Oleh karena
sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar daripada pelapisan itu
bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat di mana sistem itu berlaku.
Pada lapisan yang terjadi dengan sendirinya, maka kedudukan seseorang pada suatu strata atau
pelapisan adalah secara ptomatis, misalnya karena usia tua, karena pemilikan kepandaian yang
lebih atau kerabat pembuka tanah, seseorang yang memiliki bakat seni atau sakti dan
sebagainya.
b. Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama Biasanya dilakukan dalam pembagian kekuasaan
dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti pemerintahan, partai
politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata. Di dalam sistem pelapisan ini diatur
secara tegas dan jelas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang.
Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan kekuasaan ini maka di dalam
organisasi itu terdapat keteraturan sehingga jelas bagi setiap orang di tempat mana letaknya
kekuasaan dan wewenang yang dimiliki dan dalam suatu organisasi baik secara vertikal
maupun horizontal.
c. Sistem lapisan berpangkal pada pertentangan yang terja­di dalam masyarakat. Sistem demikian
hanya mempu­nyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi obyek
penelitian;
PENDUDUK KOTA DAN DESA
 Pengertian Masyarakat Kota dan Karakteristiknya
 Kota, menurut definisi universal, adalah sebuah area urban yang berbeda
dari desa ataupun kampung berdasar­kan ukurannya, kepadatan
penduduk, kepentingan, atau status hukum.
 Dalam konteks administrasi pemerintahan di Indonesia, kota adalah
pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah provinsi, yang
dipimpin oleh seorang walikota. Selain kota, pembagian wilayah
administratif setelah provinsi adalah kabupaten. Secara umum, baik
kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama. Kabupaten
bukanlah bawahan dari provinsi, karena itu bupati atau walikota tidak
bertanggung jawab kepada gubernur. Kabupaten maupun kota
merupakan daerah otonom yang diberi wewenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahannya sendiri.
Perbedaan Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan
 Pertentangan antara kota dan desa, awal mulanya bukan sesuatu hal yang
harus dibesar-besarkan. Sifatnya komple­men. Kota acapkali merupakan
tempat raja bersemayam, teritori dimana tidak lagi dijumpai sawah-
sawah, tempat peribadatan, pusat perdagangan. Dua hal, desa dan kota,
merupakan sebentuk kehidupan yang utuh dan saling melanjutkan.
Namun ketika muncul gairah produksi ala modern, cara pandang dan
gaya hidup berubah, menjadi era industri (produksi) manusia hanya
unsur dari gegap sistem produksi:tenaga kerja. Hanya salah satu dari alat
produksi yang lain seperti modal, SDA, teknologi dan lain-lain.
 Lain halnya dengan kehidupan sebelumnya atau kehidupan desa yang
me­nye­but manusia adalah sesama, keluarga, tetangga dan saudara. Dari
sinilah dikotomi kota dan desa mulai muncul. Klasifikasi termasyhur
Ferdinand Tonnies, membentangkan kota dan desa menjadi pengertian
gamaenschaft dan gesselschaft merupakan penjelasan klasik yang
popular untuk memaparkan definisi desa, kota di dunia ketiga.[1]
 [1] Eko Budiharjo dan Djoko Sujarto, Kota Berkelanjutan, (Bandung:
Alumni, 1999). Hlm. 20
Ciri-ciri untuk membedakan antara
desa dan kota
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan-perbedaan
yang ada mudah-mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam
menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagai masyarakat
pedesaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri-ciri tersebut antara lain :
 jumlah dan kepadatan penduduk;
 lingkungan hidup;
 mata pencaharian;
 corak kehidupan sosial;
 stratifikasi sosial;
 mobilitas .sosial;
 pola interaksi sosial;
 solidaritas sosial; dan
 kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional.
Hubungan penduduk Kota dan Desa
 Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama
sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar di antara keduanya
terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka
saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan
warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur­mayur, daging dan
ikan.Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis­jenis pekerjaan tertentu di
kota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek­proyek perumahan, proyek
pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka
ini biasanya adalah pekerja-pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk
bekerja di sawah. Bila pekerjaan di bidang pertanian mulai menyurut, sementara
menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan
pekerjaan apa saja yang tersedia.
 Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa
seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian,
minyak tanah, obat-obatan untuk memelihara kesehatan dan alat transportasi. Kota
juga menyediakan tenaga-tenaga yang melayani bidang­bidang jasa yang dibutuhkan
oleh orang desa tetapi tidak dapat dilakukannya sendiri, misalnya saja tenaga-tenaga
di bidang medis atau kesehatan, montir­montir, elektronika dan alat transportasi
serta tenaga yang mampu memberikan bimbingan dalam upaya peningkatan hasil
budi daya pertanian, peternakan ataupun perikanan darat.
VIII. IPTEK DAN KEMISKINAN
 Judul "Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan" memberi petunjuk adanya sesuatu yang
inheren, mungkin permasalahannya ialah adanya kontinuitas dan perubahan, harmoni atau
disharmoni. Tidak mustahil ketiga masalah ini akan melihat masa lampau atau masa depan yang
penuh dengan ketidakpastian, dan dapat melibatkan perdebatan semantika.
 "Ilmu Pengetahuan" lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, "ilmu"
dan "pengetahuan", yang masing-masing mempunyai identitas sendiri-sendiri. Dalam
membicarakan "pengetahuan" saja akan menghadapi berbagai masalah, seperti kemampuan
indera dalammemahami fakta pengalaman dan dunia realitas, hakikat pengetahuan, kebenaran,
kebaikan, membentuk pengetahuan, sumber pengetahuan, dsb. Kesemuanya telah lama
dipersoalkan oleh para ahli filsafat seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, di mana teori
pengetahuan merupakan cabang atau sistem filsafat. Oleh J.P. Farrier, dalam Institutes of
metaphisics (1854), pemikiran tentang teori pengetahuan itu disebut "epistemologi" (epistem =
pengetahuan, logos= pembicaraan/ilmu).
 Keperluan sekarang adalah pengetahuan ilmiah yang harus ditingkatkan karena pengetahuan,
perbuatan, ilmu, dan etika makin saling bertautan. Berulang kali harus diambil keputusan dalam
menerapkan secara praktis pengetahuan ilmiah. Semuanya itu memperlihatkan suatu perpaduan
dari pertimbangan moral ilmiah. Semuanya itu memperlihatkan suatu perpaduan dari
pertimbangan moral ilmiah. Dalam hal ini dipertanyakan bagaimana mengkaji kemampuan
manusia mengembangkan ilmu pengetahuan guna memanfaatkan sumber daya alam, dan
bagaimana memanfaatkan sumber daya untuk membasmi kemiskinan.
Teknologi dan Masalahnya
 Teknologi dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat
menyongsong masa depan cerah, kepercayaannya sudah mendalam.
Sikap demikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks
penglihatan yang rasional. Sebab teknologi, selain mempermudah
kehidupan manusia, mempunyai dampak sosial yang sering lebih
penting artinya daripada kehebatan teknologi itu sendiri.
 Schumacher, dalam Kecil itu Indah, dunia modern yang dibentuk oleh
teknologi menghadapi tiga krisis sekaligus. Pertama, sifat
kemanusiaan berontak terhadap pola-pola politik, organisasi, dan
teknologi yang tidak berperikemanusiaan, yang terasa menyesakan
napas dan melemahkan badan. Kedua, lingkungan hidup menderita
dan menunjukkan tanda-tanda setengah binasa. Ketiga, penggunaan
sumber daya yang tidak dapat dipulihkan, seperti bahan bakar, fosil,
sedemikian rupa sehingga akan terjadi kekurangan sumber daya alam
tersebut. Oleh karena itu dipertanyakan, bagaimana peranan teknologi
dalam usaha mengatasi kemiskinan dan membatasi alternatif
pemecahan masalah serta mempengaruhi hasilnya.
Hubungan IPTEK dan Kemiskinan
 Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai
perjuangan yang akan memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi
fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Hal itu
sudah sejak lama oleh sarjana ekonomi di banyak negara digeluti dan
dipecahkan, dan setiap kali pula pemecahannya lobs dari genggaman, dan
berkembang inenjadi masalah baru. Berbicara tentang masalah kemiskinan
akan dihadapkan kepada persoalan lain, seperti persepsi manusia terhadap
kebutuhan pokok, posisi manusia dalam lingkungan sosial, dan persoalan
yang lebih jauh; bagaimana ilmu pengetahuan (ekonomi) dan teknologi
memanfaatkan sumber daya alam untuk membasmi kemiskinan.
 Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan merupakan bagian-bagian
yang tidak dapat dibebaskan dan dipisahkan dari suatu sistem yang
berinteraksi, interelasi, interdependensi, dan ramifikasi (percabangannya).
Dengan demikian wajarlah apabila menghadapi masalah yang kompleks ini,
memerlukan studi mendalam dan analisis interdisipliner kalau tidak mau
mencampuradukkan unsur-unsur sintesis dengan sintesisnya sendiri.
 Maka usaha mulia berikutnya adalah untuk membuatnya operasional dalam
rangka social engineering-nya. Oleh sebab itu tulisan ini hanyalah bersifat
penjajagan problema, kalau mungkin sampai mencari interelasi, interaksi,
interdependensi, dan ramifikasi dari berbagai unsur sistem dan subsistem.

You might also like