You are on page 1of 1

KARTIKA AYU PRATIWI

408 413 418 440

Sentimen investor membaik setelah pertemuan G7 sepakat untuk membantu yen,


dan situasi reaktor nomor 4 di Fukushima terkendali. Nilai tukar Asia diluar yen
menguat termasuk IDR yang ditutup di Rp.8.773 per USD (kurs tengah Bloomberg).
Bursa Asia juga menguat, begitupun IHSG. IHSG ditutup naik ke 3.494,07.
Sementara itu harga minyak mentah turun, harga Brent ditutup turun ke US$114,3
pbrl dan harga WTI ditutup di US$101,7 pbrl. Lifting turun, harga ICP naik, IDR
menguat – APBN aman. Produksi minyak (lifting) Indonesia terus turun, hanya akan
mencapai 450.000 bph pada 2011. Penurunan produksi ini akan membuat perkiraan
penurunan penerimaan dan bertambahnya defisit APBN. Menurut Menkeu pada
setiap penurunan 5000 bph akan mengurangi kemampuan APBN sebesar Rp.900
miliar, sehingga perkiraan revisi turun 20.000 bph (dari asumsi 470.000 bph) akan
membuat defisit APBN 2011 bertambah Rp.3,6 triliun. Defisit ini akan bertambah
dengan kenaikan harga ICP dan penguatan IDR. Harga minyak ICP menyentuh
US$113,03 pbrl pada 14 Maret. Kendati faktor-faktor tersebut berdampak negatif,
tetapi APBN 2011 dikatakan masih aman, sehingga menjadi indikasi pemerintah
bisa bertahan tanpa perlu menaikkan harga BBM bersubsidi tahun ini. BI
memperkirakan pertumbuhan ekonomi untuk Q1-2011 ini diperkirakan bisa tumbuh
sebesar 6,6% yoy, lebih tinggi dari perkiraan awal BI yaitu 6,4%. Kenaikan terutama
didukung oleh membaiknya nilai ekspor selama dua bulan pertama tahun 2011 ini
(sebelum Jepang mengalami musibah). Kenaikan harga komoditas teruama dari
minyak mentah membuat penerimaan ekspor mengalami peningkatan. Selain
ekspor, konsumsi masyarakat baik dari dalam negeri maupun impor meningkat
karena daya beli rupiah meningkat akibat IDR apresiasi. Perkiraan yang tinggi ini
positif untuk menopang confidence investor terhadap pasar Indonesia. Masuknya
modal asing diharapkan berlanjut hingga Q3 mendatang untuk mengurangi tekanan
inflasi eksternal. Per 18 Maret lalu, BI mencatat posisi cadangan devisa telah
mencapai US$103,3 miliar, melonjak US$1 miliar dibandingkan pekan lalu (10/3)
yang mencapai US$102,2 miliar atau naik 3,7% dari posisi akhir Februari. Dengan
demikian cadangan devisa cukup untuk 7 bulan impor dan pembayaran utang
jangka pendek pemerintah. Per 18 Maret tersebut, posisi kepemilikan SBI melonjak
Rp.4,7 triliun dari posisi akhir Februari lalu, mencapai total Rp.71,6 triliun atau
31,1% dari total outstanding SBI. Sedangkan posisi SUN naik sebesar Rp.9,57 triliun
menjadi Rp.204,2 triliun atau 29,9% dari total outstanding SUN. Tetapi disaat yang
sama posisi kepemilikan asing di saham menurun sebesar US$550 juta menjadi
US$3,14 miliar. Tampaknya investor asing lebih memilih SBI dan SUN karena risiko
relatif lebih terukur, sedangkan harga saham Indonesia sudah dianggap cukup
tinggi dengan sentimen risiko yang lebih rentan.

You might also like