You are on page 1of 8

Pragmatisme Cina : Pemerintah Sebagai Aktor Utama

Oleh Rum Rosyid


Pragmatisme yang berbasis kondisi setempat yang di maksud adalah seperti Cina dan
India. Kedua negara ini sama2 maju tapi dengan cara yang berbeda. Cina maju dengan
aktor utama pemerintah. Pemerintahlah yang membuat kebijakan membuka zona
ekonomi khusus dan membuat kebijakan yang menarik investor asing. Sehingga akhirnya
industri di Cina sangat berkembang pesat dan membuat kemajuan ekonomi yg
menakjubkan. Tentu saja semua pencapaian ini tidak bisa mensejahterakan 1 milyar lebih
orang sekaligus. India berkembang terutama karena industri IT dan tempat yang subur
bagi outsourcing perusahaan barat. Berbeda dengan Cina justru pemerintahan India
kurang berperan dalam kemajuan ekonominya. Yang berperan adalah kaum swasta.

Para penguasa China paham betul hukum ekonomi kapitalisme pasar, yakni bagaimana
mengakumulasi kapital dan mengeruk keuntungan bahkan untuk satu dollar investasi
sekalipun. Karena itu, mereka lebih mengutamakan reformasi kelembagaan
pemerintahan-efisiensi birokrasi, peningkatan mutu pelayanan publik, efektivitas
regulasi, akuntabilitas dan transparansi, penegakan hukum dan perkuatan peradilan, yang
lebih dibutuhkan guna memfasilitasi investasi asing ketimbang demokratisasi.
Pemerintah China yakin, para investor asing lebih memilih jaminan stabilitas politik dan
keamanan serta kepastian hukum dalam berinvestasi ketimbang memilih tipe
pemerintahan: otoriter atau demokrasi.

Dari dua contoh ini terlihat, bahwa kemajuan ekonomi kedua negara ini lebih
berdasarkan kondisi setempat. Di Cina peran pemerintah dalam kemajuan ekonomi
menonjol adalah cocok dengan sistem komunisme. Pemimpin dipilih oleh suatu dewan.
Kemudian pemerintah inilah yang secara pragmatis menentukan arah kebijakan ekonomi
yang sesuai. Tentu saja peran pemerintah yang besar ini tidak bisa ditiru negara
demokrasi seperti India. Namun toh pemimpin India walaupun berganti2, tetap bisa
membuat kebijakan yang cocok dengan negaranya dan membuat kemajuan.

Cina pada masa Mao Zedong tumbuh menjadi sebuah negara yang ambisius dalam
membangun negara yang besar berdasarkan ajaran komunis. Dalam merealisasikan
keinginannya Mao melakukan berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk
menandingi ekonomi negara-negara eropa dibidang industri dengan kemampuan bangsa
sendiri. Beberapa kebijakan tersebut adalah Lompatan Jauh kedepan dan Revolusi
Kebudayaan. Kehidupan masyarakat Cina pada periode ini sangat dipengaruhi oleh
paham komunis yang kental. Dalam bidang politik pemerintah bersikap otoriter, dengan
kebijakan mono-partainya yaitu dengan dibentuknya PKC sebagai partai tunggal. Sedang
dalam bidang ekonomi Mao mengeluarkan kebijakan ekonomi terencana dan terpusat
pada negara dengan menggunakan ekonomi sosialis.

Pada aspek sosial, budaya, agama dan pendidikan, pemerintah menjadi pengatur dan
melakukan kontrol yang ketat. Sehingga masyarakat mendapat tekanan dari komunisme
terutama dalam bidang agama dan budaya. Sedangkan dalam bidang pendidikan komunis
melarang unsur-unsur agama Khatolik dan Protestan ikut dalam mengembangkan
pendidikan. Semua pola pendidikan barat digantikan dengan pola pendidikan Uni Soviet.
Sepeninggal Mao, pemerintah berusaha memperbaiki keadaan negara dengan mulai
bersikap terbuka terhadap negara-negara barat. Mereka mengakui kegagalan sistem
ekonomi sosialis yang tidak mampu menyejahterakan rakyat Cina. Deng Xio Ping adalah
orang yang memulai terbukanya cina dengan paham kapitalis ketika ia menjabat sebagai
perdana menteri di tahun 1973, terutama pada bidang Ekonomi. Walaupun begitu dalam
bidang lain pemerintah masih mempertahankan paham Komunis sebagai nilai-nilai dasar.

Dalam khazanah filsafat, Pragmatisme selalu diidentifikasikan sebagai sesuatu yang


menjijikkan dan tidak pantas. Dalam kehidupan sehari-hari, pragmatis terkadang
digunakan untuk merujuk kepada perilaku yang tidak baik. Padahal, pragmatisme
merupakan cara pandang yang selalu membuka diri terhadap kebenaran dan tidak
mencoba mencari kebenaran absolut. Cara pandang ini menghasilkan perilaku yang tidak
terkungkung oleh ideologi dan kepercayaan sempit. Weber berpendapat bahwa spirit
protestanisme yang membidani kapitalisme tak dapat dilepaskan dari etika pragmatisme.
Adalah spirit pragmatisme yang melepaskan Amerika dari kepercayaan akan rasisme dan
ethnic intolerance menuju pengakuan hak-hak sipil yang universal.

Dalam era globalisasi ini, pragmatisme adalah panduan terbaik yang dapat digunakan
mengarungi perjalanan menghadapi tantangan abad ke-21. Pragmatisme bukanlah sesuatu
yang keliru dan harus dijauhi. Sebaliknya, pragmatisme mampu menciptakan optimisme
dan membuang hambatan-hambatan yang biasa terselubung dalam doktrin-doktrin
ideologi yang kaku. Sikap pragmatisme selalu lebih baik daripada sikap yang didasari
kepercayaan ideologi yang kaku.

Orang-orang Cina memandang negara mereka sebagai negara besar karena warisan
sejarah, budaya, daerah yang luas dan populasi yang banyak. Cina memiliki aspirasi
untuk menjadi kekuatan besar, namun ia menyadari bahwa saat ini tidak memiliki
kekuatan nasional yang komprehensif untuk merealisasikannya. Banyak orang Cina yang
percaya bahwa kelemahan relatif Cina membuatnya mudah menjadi “bulan-bulanan” AS
dan secara potensial juga oleh negara-negara kuat lainnya. Oleh karena itu, sebuah Cina
yang kuat akan mempunyai posisi yang lebih baik dalam berhadapan dengan AS,
khususnya dalam masalah Taiwan.

China tak mau didikte kepentingan Barat, kukuh meretas jalan sendiri dalam
melaksanakan proyek modernisasi ekonomi-politik. Bagi China, sungguh tidak mudah
berayun di antara ekonomi dan demokrasi karena negara ini dihuni 1,3 miliar penduduk.
Gejolak politik berskala kecil pun akan berdampak besar terhadap stabilitas keamanan
domestik, yang dapat mengguncang sendi kehidupan masyarakat dan pemerintahan.
Meski demikian, China perlahan mulai mengakomodasi sebagian elemen demokrasi
modern. Reformasi ekonomi China disertai penataan kelembagaan pemerintahan untuk
mendukung good governance, rule of law, pemberantasan korupsi, dan pasar terbuka. Ini
adalah strategi gradual yang bertujuan memperkuat peran negara dalam membangun
perekonomian dan menjamin stabilitas politik sebagai prasyarat mutlak untuk menarik
investasi asing (foreign direct investment) dan memacu pertumbuhan berkelanjutan.
Keputusan Cina untuk meningkatkan ketergantungan perdagangan dan ekonomi dengan
Jepang merupakan keputusan pragmatis karena Cina mengabaikan hubungan yang
kurang baik diantara keduanya yang selama ini terjadi. Cina juga tidak ambil pusing saat
negara-negara Barat memprotes rendahnya penerapan hak asasi manusia di negara-negara
Afrika. Cina malah semakin intensif melakukan kerja sama serta memberikan bantuan
kepada negara-negara Afrika.

Tatkala AS secara tegas menolak melakukan negosiasi dengan Iran, Cina justru memilih
jalan diplomasi dan menolak mentah-mentah sanksi terhadap Iran. Masih segar diingatan
kita tatkala hampir semua negara mengutuk pemerintahan Junta Militer Myanmar yang
memberangus Demokrasi, Cina malah menjadi mitra dagang terbesar bagi Myanmar.
Bagi Cina, diplomasi adalah diplomasi dan perdagangan adalah perdagangan.
Pimpinan komunis Cina menyampaikan ancaman. Dua tema peka yang membuat
penguasa di Beijing menunjukkan kejengkelan terhadap Washington, yakni menyangkut
masalah Taiwan dan Tibet. Cina menuntut agar Presiden Obama
membatalkan pertemuannya dengan Dalai Lama. Bila tidak, pemerintah di Beijing
mengancam untuk mengambil konsekuensi dalam hubungan bilateral.
Ketegangan akhir-akhir ini antara Washington dan Beijing dengan mudah terlihat dalam
membentuk tatanan dunia yang baru. Diperingatkan, Cina merupakan negara adi daya
yang agresif. Ketakutan mengenai hal itu berlebihan. Ketegangannya lebih
mencerminkan permainan kekuatan, yang mana kedua belah pihak hanya akan meraih
kemenangan, bila menjalin kerjasama dengan damai.

Ancaman keras dan sikap pragmatis yang dingin antara kedua belah pihak, telah muncul
sejak era Nixon - Mao, pada tahun 70-an. Setelah badai ketegangan berlalu, dalam waktu
singkat hubungan antara kedua negara ini kembali normal. Amerika Serikat merupakan
pasaran besar Cina. Dan Amerika Serikat merupakan kreditor besar Bank Cina. Dengan
ringkas dapat dikatakan, kegiatan ekonomi kedua negara sejak lama saling terkait.
Baik Cina maupun Amerika Serikat tidak akan terjebak kedalam perselisihan yang
serius. Tapi sejak krisis ekonomi dunia, muncul beberapa perubahan. Cina
yang mengalami "boom ekonomi" luput dari krisis. Ini membangkitkan fantasi
kekuasaan. Pemerintah di Beijing mempertahankan pragmatisme. Elit politik Cina
semakin sering menuntut untuk mengambil tindakan terhadap Amerika Serikat. Cina
tidak perlu lagi untuk mengalah, bila negara-negara Barat menjegal kepentingannya.
Bila pimpinan di Bejing benar-benar menerapkan ancamannya untuk
memboikot perusahaan Amerika Serikat, maka misalnya pada akhirnya setengah dari
armada penerbangan Cina tidak akan beroperasi, karena suku cadangnya berasal
dari perusahaan Boeing. Jadi tidaklah mengherankan, bila di tengah ancaman yang
disampaikan pimpinan Cina, hubungan lainnya tetap berjalan. Untuk pertama kalinya,
kapal induk Amerika Serikat Nimitz memperoleh ijin berlabuh di Hongkong. Ini
menunjukkan isyarat bahwa hubungan antara kedua negara masih dalam kerangka
permainan kekuatan.

Cina memahami bahwa urusan dalam negeri suatu negara bukanlah urusannya. Cina pun
paham perekonomian jauh lebih penting tinimbang politik. Hal inilah yang luput dilihat
Gorbachev tatkala ia lebih memilih Glastnost (reformasi politik) tinimbang perestorika
(reformasi Ekonomi). Cina juga telah mencoba keluar dari permasalahan cultural
constraints yang dihadapinya untuk terlibat aktif dalam budaya global. Sekarang, Kota-
kota di Cina terlihat seperti kota-kota di Barat. Warga Cina berpakaian layaknya
mencoba meniru mannerism orang Amerika. Merk-merk Barat yang dapat diakses jauh
lebih banyak berterbaran di Cina menandakan usaha Cina untuk mentransformasi dirinya
menjadi bagian dari dari warga negara Dunia dimata orang-orang Amerka dan Eropa.

Pragmatisme Cina yang selalu melihat kedalam tinimbang keluar membuat kebangkitan
Cina selalu dilihat sebagai kebangkitan yang damai (the peaceful rice of China). Cina
selalu fokus membangun peradaban Cina daripada membangun peradaban dunia. Tak
heran, Cina tidak pernah terbebani untuk menjadi polisi dunia yang bereaksi terhadap
segala permasalahan yang muncul. Terlepas dari ideologi komunis yang dianut negara
ini, pada dasarnya Cina telah menjadi bangsa pragmatis sejati yang mampu meraih
capaian-capaian yang belum mampu ditandingi oleh bangsa Asia manapun.
Kepustakaan
Alif Lukmanul Hakim, Merenungkan Kembali Pancasila Indonesia, Bangsa Tanpa
Ideologi , Newsletter KOMMPAK Edisi I 2007.
http://aliflukmanulhakim.blogspot.com
Abdurrohim, Pendidikan Sebagai Upaya Rekonstruksi Sosial, posted by Almuttaqin at
11:41 PM , http://almuttaqin-uinbi2b.blogspot.com/2008/04/
Abdurrohim, Pendidikan Sebagai Upaya Rekonstruksi Sosial, posted by Almuttaqin at
11:41 PM , http://almuttaqin-uinbi2b.blogspot.com/2008/04/
Adnan Khan(2008), Memahami Keseimbangan Kekuatan Adidaya , By hati-itb
September 26, 2008 , http://adnan-globalisues.blogspot.com/
Al-Ahwani, Ahmad Fuad 1995: Filsafat Islam, (cetakan 7), Jakarta, Pustaka Firdaus
(terjemahan Pustaka Firdaus).
Ary Ginanjar Agustian, 2003: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual ESQ, Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (edisi XIII),
Jakarta, Penerbit Arga Wijaya Persada.
_________2003: ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al Ihsan, (Jilid II), Jakarta,
Penerbit ArgaWijaya Persada.
A. Sonny Keraf, Pragmatisme menurut William James, Kanisius, Yogyakarta, 1987
R.C. Salomon dan K.M. Higgins, Sejarah Filsafat, Bentang Budaya, yogyakarta, 2003
Avey, Albert E. 1961: Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas &
Noble, Inc.
Awaludin Marwan, Menggali Pancasila dari Dalam Kalbu Kita, Senin, Juni 01, 2009
Bernstein, The Encyclopedia of Philosophy
Bagus Takwin. 2003. Filsafat Timur; Sebuah Pengantar ke Pemikiran Timur. Jalasutra.
Yogjakarta. Hal. 28
Budiman, Hikmat , Lubang Hitam Kebudayaan , Kanisius, Yogyakarta : 2002
Chie Nakane. 1986. Criteria of Group Formation. Di jurnal berjudul. Japanese Culture
and Behavior. Editor Takie Sugiyama Lembra& William P Lebra.
University of Hawaii. Hawai. p. 173
Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and
Government, Calabasas, California, U.S Departement of Education.
Dawson, Raymond, 1981, Confucius , Oxford University Press, Oxford Toronto,
Melbourne
D. Budiarto, Metode Instrumentalisme – Eksperimentalisme John Dewey, dalam Skripsi,
Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta, 1982
Edward Wilson. 1998. Consilience : The Unity of Knowledge. NY Alfred. A Knof.
Fakih, Mansour, Dr, Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi . Pustaka Pelajar.
Yogyakarta : 1997
Fritjof Capra. 1982. The Turning of Point; Science, Society and The Rising Culture.
HaperCollins Publiser. London.
Hadiwijono, H, Dr, Sari Sejarah Filsafat 2, Kanisius, Yogyakarta, 1980
Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4,
Bandung, Penerbit Alumni.
Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell
Lasiyo, 1982/1983, Confucius , Penerbit Proyek PPPT, UGM Yogyakarta
--------, 1998, Sumbangan Filsafat Cina Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Manusia , Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Faklutas Filsafat
UGM, Yogyakarta
--------, 1998, Sumbangan Konfusianisme Dalam Menghadapi Era Globalisasi , Pidato
Dies Natalis Ke-31 Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta.
McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition),
Glasgow, Bell & Bain Ltd.
Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum
(sebagai Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III,
Malang, Laboratorium Pancasila.
---------2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural,
Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.
Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law An Introduction to
Jurisprudence, San Francisco, Westview Press.
mcklar(2008), Aliran-aliran Pendidikan, http://one.indoskripsi.com/node/ Posted July
11th, 2008
Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe,
Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.
Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cet ke-6.
Radhakrishnan, Sarpavalli, et. al 1953: History of Philosophy Eastern and Western,
London, George Allen and Unwind Ltd.
Roland Roberton. 1992. Globalization Social Theory and Global Culture. Sage
Publications. London. P. 85-87
Sudionokps(2008)Landasan-landasan Pendidikan, http://sudionokps.wordpress.com
Titus, Smith, Nolan, Persoalan-Persoalan Filsafat, Bulan Bintang, Jakarta : 1984
UNO 1988: Human Rights, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO
UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS – MPR RI dan UU yang berlaku. (1966;
2001, 2003)
Widiyastini, 2004, Filsafat Manusia Menurut Confucius dan Al Ghazali, Penerbit
Paradigma, Yogyakarta
Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New
York, Harvard College, University Press.
Ya'qub, Hamzah, 1978, Etika Islam , CV. Publicita, Jakarta
Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New
York, Harvard College, University Press.
Andersen, R. dan Cusher, K. (1994). Multicultural and intercultural studies, dalam
Teaching Studies of Society and Environment (ed. Marsh,C.). Sydney:
Prentice-Hall

Banks, J. (1993). Multicultural education: historical development, dimensions, and


practice. Review of Research in Education, 19: 3-49.

Boyd, J. (1989). Equality Issues in Primary Schools. London: Paul Chapman Publishing,
Ltd.
Burnett, G. (1994). Varieties of multicultural education: an introduction. Eric
Clearinghouse on Urban Education, Digest, 98.

Bogdan & Biklen (1982) Qualitative Research For Education. Boston MA: Allyn Bacon
Campbell & Stanley (1963) Experimental & Quasi-Experimental Design for Research.
Chicago Rand McNelly
Carter, R.T. dan Goodwin, A.L. (1994). Racial identity and education. Review of
Research in Education, 20:291-336.

Cooper, H. dan Dorr, N. (1995). Race comparisons on need for achievement: a meta
analytic alternative to Graham's Narrative Review. Review of Educational
Research, 65, 4:483-508.

Darling-Hammond, L. (1996). The right to learn and the advancement of teaching:


research, policy, and practice for democratic education. Educational
Researcher, 25, 6:5-Dewantara,
Deese, J (1978) The Scientific Basis of the Art of Teaching. New York : Colombia
University-Teachers College Press
Eggleston, J.T. (1977). The Sociology of the School Curriculum, London: Routledge &
Kegan Paul.

Garcia, E.E. (1993). Language, culture, and education. Review of Research in Education,
19:51 -98.

Gordon, Thomas (1974) Teacher Effectiveness Training. NY: Peter h. Wydenpub


Hasan, S.H. (1996). Local Content Curriculum for SMP. Paper presented at UNESCO
Seminar on Decentralization. Unpublished.

Hasan, S.H. (1996). Multicultural Issues and Human Resources Development. Paper
presented at International Conference on Issues in Education of Pluralistic
Societies and Responses to the Global Challenges Towards the Year 2020.
Unpublished.
Henderson, SVP (1954) Introduction to Philosophy of Education.Chicago : Univ. of
Chicago Press
Hidayat Syarief (1997) Tantangan PGRI dalam Pendidikan Nasional. Makalah pada
Semiloka Nasional Unicef-PGRI. Jakarta: Maret,1997
Highet, G (l954), Seni Mendidik (terjemahan Jilid I dan II), PT.Pembangunan
Ki Hajar (1936). Dasar-dasar pendidikan, dalam Karya Ki Hajar Dewantara Bagian
Pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Kemeny,JG, (l959), A Philosopher Looks at Science, New Hersey, NJ: Yale Univ.Press
Ki Hajar Dewantara, (l950), Dasar-dasar Perguruan Taman Siswa, DIY:Majelis Luhur
Ki Suratman, (l982), Sistem Among Sebagai Sarana Pendidikam Moral Pancasila,
Jakarta:Depdikbud

Ki Hajar, Dewantara (1945). Pendidikan, dalam Karya Ki Hajar Dewantara Bagian


Pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Ki Hajar, Dewantara (1946). Dasar-dasar pembaharuan pengajaran, dalam Karya Ki


Hajar Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa.
Kuhn, Ts, (l969), The Structure of Scientific Revolution, Chicago:Chicago Univ.

Langeveld, MJ, (l955), Pedagogik Teoritis Sistematis (terjemahan), Bandung, Jemmars

Liem Tjong Tiat, (l968), Fisafat Pendidikan dan Pedagogik, Bandung, Jurusan FSP FIP
IKIP Bandung
Oliver, J.P. dan Howley, C. (1992). Charting new maps: multicultural education in rural
schools. ERIC Clearinghouse on Rural Education and Small School. ERIC
Digest. ED 348196.

Print, M. (1993). Curriculum Development and Design. St. Leonard: Allen & Unwin Pty,
Ltd.
Raka JoniT.(l977),PermbaharauanProfesionalTenagaKependidikan:Permasalahan dan
Kemungkinan Pendekatan, Jakarta, Depdikbud

Twenticth-century thinkers: Studies in the work of Seventeen Modern philosopher, edited


by with an introduction byJohn K ryan, alba House, State Island, N.Y, 1964
http://stishidayatullah.ac.id/index2.php?option=com_content
http://macharos.page.tl/Pragmatisme Pendidikan.htm
http://www.blogger.com/feeds/7040692424359669162/posts/default
http://www.geocities.com/HotSprings/6774/j-13.html
http://stishidayatullah.ac.id/index2.php
http://macharos.page.tl/Pragmatisme Pendidikan, .htm
http://www.blogger.com/feeds/7040692424359669162/posts/default
http://www.geocities.com/HotSprings/6774/j-13.html
Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Modern, http://panjiaromdaniuinpai2e.blogspot.com
Koran Tempo, 12 November 2005 , Revolusi Sebatang Jerami.
http://www.8tanda.com/4pilar.htm di down load pada tanggal 2 Desember 2005
http://filsafatkita.f2g.net/sej2.htm di down load pada tanggal 2 Desember 2005
http://spc.upm.edu.my/webkursus/FAL2006/notakuliah/nota.cgi?kuliah7.htm l di down
load pada tanggal 16 November 2005
http://indonesia.siutao.com/tetesan/gender_dalam_siu_tao.php di down load pada tanggal
16 November 2005
http://storypalace.ourfamily.com/i98906.html di down load pada tanggal 16 November
2005
http://www.ditext.com/runes/y.html di down load pada tanggal 2 Desember 2005

You might also like