You are on page 1of 6

PENDAPAT

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
TERHADAP
RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF
TENTANG
1. LEMBAGA KEUANGAN MIKR0,
2. PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006
TENTANG SISTEM RESI GUDANG,
3. PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997
TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,
4. INTELIJEN NEGARA,
5. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PEMBALAKAN LIAR
MENJADI
RANCANGAN UNDANG-UNDANG DPR RI
Disampaikan pada Rapat Paripurna DPR-RI, Kamis, 16 Desember 2010
Oleh Juru Bicara Fraksi PPP DPR-RI : H. Iskandar D. Syaichu, SE
Anggota DPR-RI Nomor: 309

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Yang Terhormat Saudara Pimpinan Rapat,
Yang Terhormat Saudara Pengusul RUU Inisiatif Komisi VI, Komisi I dan Komisi IV
DPR RI.
Yang terhormat Rekan-rekan Anggota Dewan,
Dan hadirin sekalian yang berbahagia.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
berkat rahmat, taufiq dan karunia-Nya-lah maka pada saat ini, kita dapat menghadiri
Rapat Paripurna Dewan dalam keadaan sehat wal-afiat. Selanjutnya sholawat dan
salam kita haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan kepada keluarga
Beliau serta para sahabatnya. Semoga kita senantiasa dapat mengikuti sunnahnya
dan menjadi pengikutnya yang setia, dan di hari akhir kelak memperoleh syafa`atnya.
Amin.
Dalam pandangan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan DPR RI, ketiga RUU
inisiatif Komisi VI DPR RI, yakni Rancangan Undang-undang tentang Lembaga
2

Keuangan Mikro, RUU tentang Perubahan atas Undang-undang No.9 Tahun 2006
tentang Sistem Resi Gudang, dan RUU tentang Perubahan No.32 Tahun 1997
tentang Perdagangan Berjangka Komoditi adalah penting dan strategis. RUU tersebut
penting karena merupakan RUU yang mengatur kegiatan ekonomi di tingkat mikro
yang memang kita butuhkan. Disebut strategis karena ketiga RUU tersebut
membentuk lanskap sistem perekonomian kita. Ketiga RUU tersebut harus
memperkokoh dan menjadi pilar dari sistem ekonomi kerakyatan yang sedang kita
bangun. Selain itu, ketiga RUU tersebut sangat terkait dengan para pelaku ekonomi di
sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), dengan demikian pemangku
kepentingan utama RUU tersebut adalah UMKM.
Mengenai pembentukan RUU tentang Lembaga keuangan Mikro merujuk pada
semangat dalam Pasal 33 ayat (1), ayat (4) dan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. RUU ini bertujuan untuk
memberdayakan ekonomi dan produktivitas masyarakat miskin berpenghasilan
rendah, mempermudah akses masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah untuk
memperoleh pinjaman atau pembiayaan mikro, dan meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah.
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan berpendapat Lembaga Keuangan Mikro
dapat menjadi wahana bagi pengentasan kemiskinan, seperti banyak LKM maupun
Baitul mal wa Tamwil (BMT) yang telah berhasil meningkatkan kemampuan para
nasabahnya dalam mengelola usahanya. Dengan prinsip pengelolaan LKM yang tidak
memerlukan jaminan untuk pinjaman ataupun penyertaan maka itu telah
mempermudah akses memperoleh pinjaman ataupun penyertaan bagi masyarakat
kecil. Oleh karena itu keberpihakan kepada LKM harus dilakukan dan salah satu
caranya adalah dengan menyusun peraturan perundangan yang pro terhadap
perkembangan dan pertumbuhan LKM yang sehat dan terpercaya. RUU LKM ini juga
memberikan kepastian hukum bagi pelaku LKM dan pihak lain yang terkait, dimana
kepastian hukum ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada LKM.

Rapat Paripurna Dewan yang Terhormat


Selanjutnya, latar belakang RUU tentang Perubahan atas Undang-undang
No.9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang adalah karena sejak diundangkannya
pada tanggal 14 Juli 2006 menghadapi kendala di lapangan. Salah satunya adalah
tidak tersedianya mekanisme penjaminan atau asuransi yang terjangkau bagi pelaku
usaha, jika Pengelola Gudang mengalami pailit dan melakukan kelalaian dalam
pengelolaan, sehingga tidak dapat melaksanakan kewajibannya. Untuk mengatasi hal
ini, maka perlu diatur mekanisme penjaminan di dalam undang-undang tersebut.
3

Dalam RUU ini diatur mengenai lembaga yang akan berperan sebagai penjamin yang
disebut Lembaga Dana Jaminan Ganti Rugi. Menurut kami, dengan adanya lembaga
ini diharapkan para petani kecil tidak sulit untuk mendapatkan resi gudang guna
memperoleh pembiayaan usahanya. Selain itu, dengan eksisnya lembaga ini, maka
diharapkan akan meningkat kepercayaan pelaku usaha, yaitu pemegang resi gudang,
bank, dan pengelola gudang terhadap Sistem Resi Gudang.

Pimpinan Sidang dan Anggota Dewan yang Berbahagia


Selanjutnya, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan DPR RI mendukung
semangat perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan
Berjangka Komoditi, dimana dinyatakan bahwa Perdagangan Berjangka Komoditi
adalah prasarana perdagangan yang dapat dimanfaatkan dunia usaha, termasuk
petani, usaha kecil, dan produsen kecil, agar dapat melindungi dirinya dari risiko
fluktuasi harga. Petani dan produsen kecil pada umumnya tidak memiliki kemampuan
secara langsung menggunakan sarana Perdagangan Berjangka. Agar mereka dapat
memanfaatkan Perdagangan Berjangka Komoditi, kepentingan mereka dapat
diorganisasikan melalui koperasi, kelompok pemasaran, atau pola kemitraan
pengusaha dengan petani dan produsen kecil.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Perdagangan Berjangka Komoditi,
selain berfungsi sebagai sarana pengalihan risiko, juga berfungsi sebagai sarana
pembentukan harga yang efektif dan transparan serta informasi harga yang terjadi
dapat digunakan sebagai patokan dan rujukan bagi masyarakat luas, termasuk petani
dan produsen kecil, di dalam pengelolaan usahanya. Dalam hal pengalihan risiko,
Fraksi kami berpendapat bahwa Perdagangan Berjangka Komoditi tidak boleh
meningkatkan risiko baru seperti transaksi spekulatif yang dapat merugikan Bursa dan
pelaku bursa.
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan memahami bahwa Perdagangan
Berjangka Komoditi merupakan kegiatan bisnis yang kompleks sehingga perlu dasar
hukum yang kuat untuk memberikan kepastian hukum serta melindungi masyarakat
dari praktik perdagangan yang merugikan. Selain itu, dalam menghadapi persaingan
global dengan bursa komoditi negara lain, maka dinamisasi perdagangan berjangka
komoditi nasional memang sangat diperlukan. Untuk mendinamisasi pasar komoditas
inilah kiranya perlu dilakukan perubahan terhadap undang-undang Nomor 32 Tahun
1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dengan mengucap
Bismillahirrahmanirrahiim dan bertawakal kepada Allah SWT Fraksi Partai
Persatuan Pembangunan menyatakan dapat menyetujui RUU Lembaga
4

Keuangan Mikro, RUU tentang Perubahan atas Undang-undang No.9 Tahun


2006 tentang Sistem Resi Gudang, dan RUU Perubahan Undang-undang Nomor
32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi untuk ditetapkan
menjadi RUU DPR RI.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang berbahagia,


Selanjutnya, kami sampaikan pendapat Fraksi Partai Persatuan Pembangunan
DPR RI tentang RUU Intelijen Negara. Pada dasarnya, RUU ini sangat penting untuk
pencapaian tujuan bernegara Indonesia, terutama tujuan melindungi segenap bangsa
dan tumpah darah Indonesia serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Fraksi PPP DPR RI menekankan pengaturan intelijen negara harus tetap
selaras dengan Pancasila dan merujuk Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan, yang selama ini telah
berlaku sebagai sistem negara.
Akan tetapi, Fraksi PPP DPR RI keberatan dengan kewenangan khusus
Lembaga Koordinasi Intelijen Negara (LKIN) untuk melakukan intersepsi
komunikasi dan pemeriksaan aliran dana yang diduga kuat untuk membiayai
terorisme, separatisme, dan ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang
mengancam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk permintaan
yang wajib dipenuhi oleh Bank Indonesia, PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan), lembaga keuangan bukan bank dan lembaga jasa pengiriman
uang untuk LKIN, sebagaimana diusulkan dalam Pasal 14.
Kami berpendapat, pengaturan kewenangan khusus tersebut harus
diselaraskan dengan Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Undang-undang Bank Indonesia, Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang,
serta hukum acara pidana yang berlaku. Bagaimanapun, intersepsi komunikasi dan
pemeriksaan aliran dana adalah untuk kepentingan proses hukum (pro justitia). Selain
itu, demi kepentingan pembangunan ekonomi dan kemajuan investasi, selayaknya
kita membuat undang-undang yang mendukung kepentingan ekonomi nasional dan
kenyamanan warga negara dalam bekerja, berusaha dan menyimpan
pendapatannya, termasuk melakukan berbagai transaksi finansial.
Kami juga belum melihat adanya pembatasan (definisi) yang ketat dan tidak
multitafsir mengenai frase “ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang
mengancam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Dalam hal ini,
Fraksi PPP DPR RI mengingatkan semua pihak bahwa pemerintah dan DPR RI
telah sama menyetujui Undang-undang No 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan
5

Undang-undang No 11/PnPS/1963 tentang Pemberantasan Kegiatan Subversi.


Alasan DPR dan pemerintah adalah pada kenyataannya undang-undang tersebut
menimbulkan ketidakpastian hukum, keresahan masyarakat, ketidakadilan dan
pelanggaran Hak Asasi Manusia, yang kesemuanya itu tidak selaras dengan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan hukum. Kami juga
menegaskan bahwa Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 1 Ayat (3) berbunyi, “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Terkait dengan kepentingan kemajuan ekonomi nasional, Fraksi PPP
berpendapat draf RUU Intelijen Negara masih perlu disempurnakan untuk
memperkuat fungsi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan di bidang ekonomi
dan kontra-intelijen dengan negara dan perusahaan asing. Kami menilai kelemahan
terbesar bangsa Indonesia saat ini adalah ketidakmampuan bersaing di negerinya
sendiri, dan inilah salah satu agenda terbesar bagi komunitas intelijen Indonesia.
Kami berharap agar aturan intelijen negara mengarahkan lembaga dan
komunitas intelijen untuk menjalankan operasi intelijen di luar negeri dan bersifat
lintas batas negara, serta terhadap warga, lembaga dan negara asing. Adapun
terhadap warga negara dan badan hukum Indonesia selayaknya hanya diperiksa jika
terdapat indikasi pidana dan hanya semata-mata untuk kepentingan penegakan
hukum.
Kemudian, mengenai fenomena pembocoran informasi rahasia negara, yang
antara lain dilakukan oleh Wikileaks, maka kami berharap rancangan undang-undang
tentang intelijen nantinya dapat mengantisipasinya, termasuk membuat klasifikasi
informasi publik dan informasi strategis yang bersifat sangat rahasia, rahasia, terbatas
untuk keperluan dinas dan terbatas hanya untuk warga negara Indonesia.
Berdasarkan beberapa poin penting di atas, maka dengan mengucapkan
Bismillahirrahmanirrahiim dan bertawakkal kepada Allah SWT, Fraksi Partai
Persatuan Pembangunan DPR RI menyatakan Setuju RUU Intelijen Negara untuk
ditetapkan menjadi RUU DPR RI. Dalam hal ini, Fraksi PPP DPR RI juga
memberikan beberapa catatan bahwa dalam pembahasannya nanti perlu pembulatan
dan pemantapan konsepsi rancangan undang-undang agar tidak bertentangan
dengan konstitusi, peraturan perundang-undangan lainnya, prinsip-prinsip HAM dan
status Indonesia sebagai negara hukum.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang berbahagia,


Adapun terhadap RUU Usul Inisiatif Komisi IV DPR tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Pembalakan Liar (P3L) disampaikan pendapat sebagai berikut. Pada
dasarnya, pembalakan liar adalah kejahatan yang berdimensi kompleks dan
6

melibatkan banyak pihak yang tidak bertanggungjawab terhadap lingkungan, kerugian


ekonomi dan merugikan hak-hak generasi mendatang. Kita sadari dan pahami bahwa
pembalakan liar dilakukan secara terorganisir, sehingga kejahatan tersebut kita sebut
sebagai kejahatan yang terorganisasi. Lebih dari itu ditengarai pula bahwa jaringan
internasional terlibat dalam merusak hutan Indonesia. Karenanya, harus ada aturan
yang lebih tegas dan keras untuk memerangi para pelaku mafia kayu ini.
Bahkan, Fraksi PPP DPR RI menyatakan bahwa pembalakan hutan secara liar
termasuk dalam tindak pidana terorisme. Terdapat lima faktor yang yang menguatkan
bahwa pembalakan hutan secara liar masuk dalam kategori tindak pidana terorisme
yaitu: pembalakan liar termasuk tindak pidana berat, karena dimainkan oleh cukong
lintas negara, sistematis, jaringannya luas, serta mengancam kehidupan dunia.
Fraksi kami juga mendukung adanya lembaga yang kuat dan dapat
menegakkan supremasi hukum di sektor kehutanan sehingga bisa menanggulangi
pembalakan liar. Namun lembaga ini harus transparan dan akuntabel dalam
menjalankan fungsi, wewenang, dan tugasnya.
Fraksi PPP DPR RI juga menekankan agar nantinya implementasi aturan ini
dapat menjaga kelestarian hutan dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat
sekitar hutan. Masyarakat sekitar hutan harus diberikan kesempatan memanfaatkan
hutan bagi kebutuhan hidupnya dan janganlah mereka dengan mudah dituding
sebagai perambah atau pembalak liar. Kriminalisasi masyarakat desa juga harus
dihindari.
Selanjutnya, dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahiim dan dengan
bertawakal kepada Allah SWT, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan
menyatakan menyetujui RUU Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar
(P3L) untuk ditetapkan menjadi RUU DPR RI.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah tekun menyimak Pendapat Partai
Persatuan Pembangunan DPR RI, kami ucapkan terima kasih.
Billahit taufiq wal hidayah.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Jakarta, 16 Desember 2010
PIMPINAN
FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
K e t u a, Sekretaris,

Drs. H. Hasrul Azwar, MM H.M. Romahurmuziy, ST, MT.

You might also like