You are on page 1of 4

Batik Pelangi -teknik ikat dan celup

Di Malaysia, kain yang mempunyai motif berwarna cerah atau warna muda seperti warna
pelangi ini lazimnya digunakan sebagai kain selendang, jarang dibuat baju atau kain.

CARA membuat kain pelangi ini tidak serumit membuat kain limar.

PERNAHKAH anda mendengar tekstil tradisional yang dikenali kain pelangi? Kain ini
pernah dipakai oleh kaum wanita Melayu zaman dahulu tetapi telah lenyap setelah
tercetusnya Perang Dunia Kedua.

Tekstil ini menggunakan teknik ikat celup seperti kain limar. Bezanya kain pelangi mengikat
pada kain kosong yang telah siap, manakala kain limar dibuat dengan mengikat benang pakan
sebelum benang itu ditenun. Tujuan teknik mengikat ini adalah untuk menghasilkan corak
pada kain.
Di Malaysia, lazimnya kain pelangi digunakan sebagai kain selendang, jarang dibuat baju atau
kain. Tetapi di Palembang dan di India, kain ini digunakan lebih meluas.

Kain pelangi yang dimaksudkan di sini adalah kain yang mempunyai motif-motif yang
berwarna cerah atau warna muda seperti warna pelangi. Misalnya, merah jambu, kuning,
putih, hijau muda dengan warna latarnya yang gelap contohnya biru tua, hijau tua dan merah
tua. Teknik asal membuat kain pelangi, besar kemungkinan datang dari Gujerat, India. Ini
kerana di India, masih ada kain ikat-celup seperti kain pelangi yang dibuat secara komesial
dan dikenali dengan nama Bandhni maksudnya mengikat dalam bahasa India.

Ikat-celup kain pelangi adalah teknik di dalam kategori tekstil resis. Proses membuat sehelai
kain selendang berukuran satu setengah meter memerlukan kain sutera atau kain kapas halus,
supaya kain ini senang diserap pewarna. Terlebih dahulu corak dan motif perlu dirancang dan
dilukis ke atas kain. Kemudian kain ini dijahit jelujur secara halus mengikut rekaan yang
terdapat di kain tersebut. Setiap jahitan ke atas motif ditarik kemas dan diikat mati supaya
menghalang perwarna menyerap di bahagian ikatan ini semasa mencelupkan pewarna. Biji
saga atau biji kacang hijau boleh juga diikat untuk mendapatkan motif bulatan. Seterusnya
kain yang telah diikat, dicelupkan ke dalam pewarna sebagai warna latar. Setelah kering, kain
ini akan dibuka kesemua ikatan pada motif dan diperkemaskan. Proses seterusnya
mewarnakan motif-motif yang dibuka ikatannya dengan warna yang biasa digunakan seperti
warna merah jambu dan kuning atau dibiarkan putih iaitu warna asal kain. Cara mewarna
perlu berhati-hati supaya warna itu tidak merebak ke tempat lain. Mewarna kain pelangi ini
perlu mempunyai kesabaran dan ketelitian. Jika menggunakan warna asli alam perlulah
mematikan warna dengan asam limau. Kain ini juga boleh menggunakan pewarna sintetik.
Seterusnya kain pelangi ini dibilas dengan air bersih dan dijemur hingga kering. Kain pelangi
ini, kemudiannya digosok dengan seterika panas dan boleh dipakai sebagai selendang.

EKSPLORASI TEKNIK CELUP RINTANG DAN PLEATS UNTUK


PRODUK TEKSTIL
ISTI KARTIKA – 17203015
ABSTRAK
Kegiatan membuat celup rintang dilakukan banyak negara di dunia. Sejarah asal-
usul teknik ini diperkirakan berasal dari Asia dan berkembang ke wilayah India, dengan
sebutan bhandani, kemudian bersambung ke wilayah Malaysia juga ke benua Afrika.
Diperkirakan penyebaran kain ini juga melalui Jalur Sutera, dari Cina sampai ke daratan
Persia. Teknik celup rintang mempunyai beberapa teknik pengerjaan, tetapi masih dalam
prinsip yang sama, yaitu merintangi zat warna yang masuk ke beberapa bagian kain.
Diantaranya adalah celup ikat atau tie dye, merintangi zat warna dengan mengikat kain
menggunakan serat atau tali. Stitched Resist, merintangi zat warna dengan cara
menjahit. Dan Wax Resist, merintangi zat warna menggunakan lilin, malam atau parafin.
Teknik Pleats merupakan bagian kecil dari sejarah kostum pakaian, pada jaman mesir
kuno pleats telah hadir dengan sebutan “Pleated Kalasiris”, yang dibuat dengan
menggunakan kain linen. Mariano Fortuny membawa kembali teknik pleats kuno dan
memperkenalkan karyanya the Delphos silk pleated gown yang terinspirasi dari patung
Yunani yang terkenal: The Charioteer of Delphi.
”Eksplorasi Teknik Celup Rintang dan Pleats Pada Produk Tekstil”, dilakukan untuk
menggabungkan teknik tradisional dengan gaya desain pengaruh luar dalam tema Etnik
Contemporer. Hasil dari keseluruhan proses eksplorasi diharapkan dapat menghasilkan
produk yang dapat menciptakan bentuk baru dari perpaduan tradisional dan modern.

Batik celup

Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.

Lompat ke: pandu arah, gelintar

Batik celup atau juga dikenali sebagai batik ikat, merujuk kepada kaedah mencorak batik
dengan cara mencelup kain kedalam pewarna sebanyak beberapa kali. Corak dan reka bentuk
penerapan warna dirancang terlebih dahulu dan bahagian yang hendak dilindung dari pewarna
akan dicorak dengan menggunakan lilit (yang biasanya dicampur damar) atau diikat ponjok.
Lilin atau ikatan tersebut akan melindung warna sedia ada dari bertukar apabila dicelup
kedalam warna berikutnya.

Pada kebiasaannya, batik celup akan dicelup dari warna cerah kepada warna semakin gelap.
Ini bagi mengelak warna celupan dari bercampur atau comot. Proses mengikat atau melilin
corak batik pada kain putih dan proses pewarnaan dengan merencam kain ke dalam pewarna
akan diulang beberapa kali dengan corak yang berlainan untuk mendapatkan corak batik yang
lengkap.

Baju Ikat Celup, Warisan Generasi Bunga

Baju dengan motif acak dari berbagai warna terang ini kini menjadi sebuah tren fashion di
Indonesia. Namun, banyak orang yang belum mengetahui sejarah di balik baju ikat celup.
Sebutan ikat celup berasal dari kosakata bahasa Inggris tie-dye. Tie-dye merupakan salah satu
bentuk seni tekstil warisan kaum Hippies atau Flower Generation yang berkembang pada akhir 1960-
an dan awal 1970-an di Amerika. Coraknya yang penuh warna seolah mewakili semangat kebebasan
yang dilambangkan melalui gaya berbusana, gaya hidup, seks bebas, rock n roll, dan mariyuana.
Tie-dye diaplikasikan pada baju mereka agar terlihat lebih berwarna dan mendapatkan motif yang
lebih trippy seperti efek psikotropika. Tak heran bila ikat celup juga dianggap sebagai sebuah bentuk
psychedelic art.

Motif ini kemudian identik dengan kaum hippies dan menjadi bagian dari hippie style, sama
halnya dengan rambut gondrong dan ikat kepala. Baju ikat celup semakin popular saat para musisi
rock menggunakannya sebagai pakaian panggung, misalnya almarhum Jimmy Hendrix dan Janis
Joplin.
Di Indonesia sendiri, baju yang kerap dijual dengan sebutan baju bali, baju reggae, baju
pantai, baju laskar pelangi atau baju Nidji ini memang baru popular setelah Giring, vokalis band Nidji,
memakainya dalam video klip Laskar Pelangi. Seluruh personel Nidji pun kemudian memakai kaos
yang sama pada malam penghargaan MTV Indonesia Awards 2008. Sejak saat itu, baju ikat celup
banyak dicari dan menghiasi gerai-gerai pakaian di tanah air.
Aneka Motif
Rupanya tiap negara mempunyai sejarah, motif, dan teknik baju ikat celup yang berbeda-beda. Jauh
sebelum era Hippies, baju ikat celup tertua ditemukan di Peru (500-800 tahun SM). Pre Columbian
tie-dye ini memiliki corak melingkar atau bergaris serta memakai warna cerah biru, merah, kuning,
dan hijau.
Sutra ikat celup juga ditemukan selama masa Dinasti Tang di Tiongkok (618-906 M). Pada
masa yang sama, ikat celup menyebar ke Jepang dalam periode Nara (552-794 M).Di Jepang, ikat
celup diaplikasikan pada kimono dengan teknik pewarnaan yang disebut shibori. Shibori tak hanya
dicelup dan diikat saja tetapi juga diikat, dijahit, dilipat, atau ditekan-tekan. Biasanya bahan diberi
motif dan payet sebelum dicelup.
Di negara-negara Afrika Barat, teknik ikat celup disebut indigo dye yang dimodifikasi dengan sulam
tradisional Afrika. Teknik semacam ini terdapat di sekitar Kano dan Nigeria. Di India, ikat celup
dikenal dengan sebutan Bandha. Di Afrika Selatan tepatnya di Housa, mereka menambahkan corak
ikat celup dengan pola bordir khas daerah setempat, dan ikat celup Housa inilah yang menginspirasi
fashion kaum Hippies. Thailand memiliki Mudmee tie-dye yang menggunakan warna hitam sebagai
dasarnya.

Kreasi Baru
Baju ikat celup yang tipis dan cerah cocok digunakan oleh pria dan wanita dari segala umur,
terutama karena kesan vintage yang ditimbulkan. Bagi wanita, baju ini biasanya dikombinasikan
dengan celana legging atau hot pants. Harga yang ditawarkan pun terjangkau, mulai dari Rp15.000
hingga Rp50.000.
Kini motif ikat celup dapat diaplikasikan dalam berbagai format seperti atasan tunik, gaun,
rok, kaus kaki, tas, sarung, topi, ikat kepala, kemeja, celana, bahkan tali sepatu. Orang yang tertarik
pun dapat mendesain sendiri corak ikat celupnya. Untuk membuat sebuah kaos ikat celup, hanya
memerlukan kaos katun 100%, tube/botol dengan tutup kerucut sesuai warna, penyaring air,
baskom,sendok ukur, garam, sitrun, air, benang semi-tebal atau tali tambang, karet gelang, panci
besar, sarung tangan karet, dan pewarna pakaian wantex atau dylon yang bisa dibeli di toko tekstil.
Cara membuat kaos ikat celup pertama-tama adalah rendam kaos di air, peras hingga airnya
hilang, biarkan lembap. Sisihkan dalam kondisi terbuka lebar di tempat mendatar. Ambil bagian
tengah kaos, putar hingga membentuk lingkaran. Ikat dengan karet agar bentuknya tak berubah,
kuatkan dengan tali tambang kecil, sisihkan. Lalu rebus satu bungkus pewarna pakaian dengan air (2-
3 gelas), taburi garam dan sitrun (2-3 sendok teh), aduk rata. Selama proses pewarnaan, jangan lupa
memakai sarung tangan karet. Masing-masing warna dimasukkan ke tube berbeda. Semprotkan
secara bergantian warna satu dengan lainnya ke kedua sisi kaos atau dapat pula dengan
mencelupkan kaos ke dalam campuran pewarna selama 20 menit. Cuci kaos dengan air dingin hingga
air perasannya berubah menjadi bening dan jemur kembali hingga kering. Selamat berkreasi!

You might also like