Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Makanan bergizi sangat penting diberikan pada bayi sejak masa kandungan.
Selanjutnya masa bayi dan balita merupakan momentum paling penting dalam
melahirkan ”generasi pintar dan sehat”. Jika usia ini tidak dikelola dengan baik, apalagi
kondisi gizinya buruk, di kemudian hari akan sulit terjadnya perbaikan kualitas bangsa.
Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang terjadi di rumah sakit dalam
upaya penyembuhan pasien. Malnutrisi dapat timbul sejak sebelum dirawat di rumah
sakit yang disebabkan karena penyakit yang diderita atau masukan zat gizi yang tidak
mencukupi, namun tidak jarang pula malnutrisi timbul selama rawat inap.
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
tingkat konsumsi dengan status gizi pada pasien anak yang dirawat inap di Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar.
1
langsung, pengukuran antropometri, serta pencatatan, sedangkan untuk konsumsi
makanan pasien menggunakan metode visual Comstock dan recall 24 jam. Untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan dilakukan dengan uji korelasi, dengan menggunakan
program SPSS 12.0. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama satu bulan
diperoleh 36 pasien yang memenuhi kriteria penelitian.
Hasil yang diperoleh adalah dari 36 sampel penelitian diperoleh data tingkat
konsumsi energi pada sampel sebagian besar baik yaitu sebanyak 15 orang (41.7%),
tingkat konsumsi cukup sebanyak 9 orang (25 %), sedangkan untuk tingkat konsumsi
kurang sebanyak 12 orang (33.3 %). Adanya peningkatan status gizi satu orang sampel
yang pada awal pengumpulan data berstatus gizi kurang menjadi baik. Terlihat dari
kenaikan presentase sampel yang berstatus gizi baik yaitu 2,8 %. Dari 36 sampel,
kejadian malnutrisi yang terjadi adalah sebanyak 14 orang dengan rincian berstatus gizi
lebih sebanyak 6 orang (16.7 %) dan berstatus gizi kurang sebanyak 8 orang (22.2 %).
Dari hasil uji analisa dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p untuk
hubungan tingkat konsumsi energi dengan status gizi adalah 0,889 sedangkan untuk
hubungan tingkat konsumsi protein didapatkan nilai p adalah 0,984, data ini menyatakan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi terhadap status gizi
pasien. Dimana diketahui bahwa peningkatan tingkat konsumsi tidak diikuti dengan
peningkatan status gizi pasien anak di RSUP Sanglah Denpasar.
002
Klasifikasi : 616.642
No Induk : 013/KTI/2008
Abstrak
2
Dengan bertambahnya angka harapan hidup bangsa Indonesia menyebabkan
perhatian masalah kesehatan beralih dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Selain
penyakit jantung koroner dan hipertensi, diabetes melitus (DM) merupakan salah satu
penyakit degeneratif dan bersifat kronis yang saat ini makin bertambah jumlahnya di
Indonesia. Di Indonesia, DM merupakan penyakit yang menyebabkan kematian kedua
setelah jantung. Hasil survei Departemen Kesehatan RI tahun 2001 menunjukkan
prevalensi DM di Jawa dan Bali mencapai 7,5 %. Laporan RSUP Sanglah Denpasar
menunjukkan penderita DM rawat inap dan rawat jalan di Bali khususnya di kota
Denpasar terus meningkat setiap tahun dan menduduki urutan ketiga pada pola penyakit
rawat jalan terbanyak. Berdasarkan Laporan Kegiatan RSUP Sanglah Denpasar, tercatat
pasien DM yang rawat jalan di Poli Penyakit Dalam dari bulan Januari sampai dengan
Juni 2008 sebanyak 3987 orang. Jumlah ini meningkat sebesar 62,03 % dibandingkan
dengan jumlah pasien DM rawat jalan bulan Januari-Juni 2007.
Tujuan penelitian secara umum adalah mengetahui perbedaan kadar glukosa
darah berdasarkan tingkat pengetahuan penderita DM Tipe 2 rawat jalan di RSUP
Sanglah Denpasar.
Penelitian dilaksanakan di Poli Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar pada
bulan Juli 2008. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional yang bersifat
analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sampel ditentukan dengan
metode Consecutive sampling dimana jumlah sampelnya sebanyak 100 orang. Jenis data
yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah dengan wawancara langsung dan pencatatan dari rekam
medik.
Karakteristik sampel diperoleh sebagai berikut : laki-laki (53,0 %), kelompok
umur 50-60 tahun (50,0 %), tingkat pendidikan SMA/SMK (37,0 %), beragama hindu
(74,0 %), pekerjaan sebagai wiraswasta (27,0 %), riwayat DM lebih dari 1 tahun (60,0
%), pernah berkonsultasi gizi dengan ahli gizi (98,0 %), serta menggunakan obat
hipoglikemik oral atau OHO (69,0 %).
Tingkat pengetahuan sampel sebagian besar tergolong baik (62,0 %),
dan hanya 38,0 % yang tergolong kurang. Rata-rata kadar glukosa darah
puasa pada kelompok tingkat pengetahuan baik adalah 128,48 mg/dl,
3
sedangkan rata-rata kadar glukosa darah pada kelompok tingkat
pengetahuan kurang adalah 136,42 mg/dl. Kadar glukosa darah puasa
sampel yang sudah terkendali sebesar 59,0 % sedangkan yang tidak
terkendali sebesar 41,0 %.
Hasil uji statistik dengan uji t tidak berpasangan diketahui bahwa tidak ada
perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan tingkat pengetahuan penderita DM Tipe 2
rawat jalan di RSUP Sanglah Denpasar. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan bukan merupakan faktor utama yang berhubungan langsung dengan kadar
glukosa darah penderita DM Tipe 2. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor-
faktor yang berhubungan langsung dengan pengendalian glukosa darah, antara lain pola
makan, aktifitas fisik, kegemukan, stres, perokok, peminum alkohol serta usia.
Penderita DM Tipe 2 rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RSUP Sanglah
Denpasar diharapkan agar melakukan konsultasi dengan ahli gizi dan dokter
secara rutin dan berkesinambungan serta lebih banyak menggali informasi
tentang penatalaksanaan DM baik melalui media massa maupun elektronik
guna menunjang perubahan sikap dan tingkah laku penderita itu sendiri
dalam mengendalikan kondisi penyakitnya.
003
ANITA YONITA
Klasifikasi ; 641.52
No Induk : 033/KTI/2008
Abstrak
Makan pagi merupakan salah satu pesan PUGS (Pedoman Umum Gizi
Seimbang ),dapat menyumbang seperempat dari kebutuhan gizi sehari yaitu
450 sampai 500 kalori,dengan 8 sampai 9 gram protein.Anak yang makan
4
pagi mempunyai sikap dan prestasi sekolah yang lebih baik dari pada anak
yang tidak sempat sarapan.
004
Klasifikasi ; 613.043
No Induk : 030/KTI/2008
5
Abstrak
Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan asupan nutrien (zat gizi). Status gizi merupakan faktor penting untuk
menilai seseorang tidak menderita penyakit gangguan gizi (malnutrisi) atau sehat baik
secara mental, sosial, maupun fisik.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer yang meliputi identitas sampel,
data antropometri, data konsumsi zat gizi dan data sekunder meliputi gambara umum
lokasi penelitian. Pengumpulan data seperti identitas sampel dan gambaran lokasi
penelitian dikumpulkan dengan wawancara langsung kepada sampel. Data konsumsi
makanan diperoleh menggunakan metode comstock selama 3 hari, dan status gizi didapat
dengan cara mengukur tinggi badan dan berat badan.
Tingkat konsumsi energi lansia dalam panti sebagian besar baik (81,2 %), dan
tingkat konsumsi lansia luar panti sebagian besar baik (71,8 %). Tingkat konsumsi
kalsium lansia dalam panti seluruhnya kurang (100 %) , dan tingkat konsumsi kalsium
lansia luar panti sebagian besar kurang ( 96.9 % ). Tingkat konsumsi zat besi lansia
dalam panti seluruhnya kurang (100 %), dan tingkat konsumsi zat besi lansia luar panti
sebagian besar kurang (56.2 %). Untuk status gizi lansia dalam panti sebagian besar baik
(53.1 %), dan status gizi lansia luar panti sebagian besar baik (65.6 %).
6
Dari uji statistik diketahui bahwa ada perbedaan konsumsi energi, kalsium, zat
besi, dan status gizi lansia yang tinggal di Panti Pelayanan Lanjut Usia Wana Seraya dan
lansia yang tinggal di Desa Kesiman Kertalangu.
Kebiasaan makan lanjut usia yang berada dalam panti terdiri dari nasi, lauk
hewani, lauk nabati, sayur dan buah. Porsi makan yang diberikan di tiap wisma untuk
para lanjut usia sebagai berikut : nasi diberikan 250 gram, protein hewani diberikan 25
gram, protein nabati diberikan 25 gram, sayur diberikan 75 gram, dan buah diberikan 100
gram. Sehingga nilai gizi per porsi adalah 594.9 kkal. Sedangkan kebiasaan makan lanjut
usia luar panti adalah tidak menentu, tapi dalam satu kali makan biasanya terdiri dari
nasi, lauk hewani dan sayur. Frekuensi makan lanjut usia baik yang di dalam maupun
yang diluar panti sebanyak 3 kali sehari.
005
Klasifikasi ; 641.539
No Induk : 020/KTI/2008
Abstrak
iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, tetapi terlalu banyak
(Arisman,2003)
7
Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh
rata-rata per kapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan
meningkat dari 9,19 % pada tahun 1996 menjadi 11,7 % pada tahun 1999.
terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5,5 % energi dan 4,2 %
makanan jajanan terhadap status gizi siswa SLTP K Santo Yoseph Denpasar.
Data identitas, data konsumsi makanan jajanan, data jumlah, frekwensi dan
langsung dengan sampel, untuk tinggi badan diukur dengan mikrotoice dan
bulan juli 2008. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan
cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I dan II
pada tahun 2007 yang berjumlah 495 orang, sedangkan sampelnya adalah
bagian dari populasi yaitu pada tahun 2008 menjadi kelas II dan III yang
tercatat dan aktif sebagai siswa di SLTP K Santo Yoseph Denpasar yang
8
Hasil dari penelitian ini ternyata jenis-jenis makanan jajanan yang
sering dikonsumsi adalah nasi campur, mie goreng, sate ayam bakso, dan
berbagai jenis snack lainnya dengan konsumsi energi makanan jajanan pada
sampel rata-rata yaitu 455,27 Kalori dan konsumsi energi terendah adalah 4
Kalori sedangkan yang tertinggi adalah 1800 Kalori. Dari data ini dapat
yang tertinggi adalah 103 gram. Dari data ini dapat diketahui bahwa
rata-rata.
besar mempunyai status gizi baik 70 sampel (83,33%), gizi lebih 13 sampel
statistik diketahui ada hubungan yang bermakna tapi tidak begitu erat dan
berbanding terbalik antara kontribusi energi makanan jajanan dan status gizi
status gizi juga ada hubungan tapi tidak begitu erat dan berbanding terbalik
kontribusi energi dan protein makanan jajanan maka semakin baik status
gizi dari siswa tersebut, begitu pula sebaliknya semakin tinggi kontribusi
energi dan protein makanan jajanan maka semakin buruk keadaan status
gizinya.
9
Demikian pula jika dilihat total kebutuhan energi maka kontribusi
konsumsi energi dan protein maka semakin baik status gizinya, Tetapi
dalam penelitian ini kontribusi energi dan protein makanan diluar sekolah
dan protein sehari dipenuhi oleh makanan yang di konsumsi di rumah atau
diluar sekolah sehingga bisa menyebabkan status gizi baik pada siswa
tersebut.
006
Klasifikasi ; 618.24
No Induk : 022/KTI/2008
Abstrak
Anemia gizi besi merupakan salah satu masalah gizi yang belum nampak
menunjukkan titik terang keberhasilan penanggulangannya. Ibu hamil merupakan salah
satu kelompok rawan anemia gizi besi, karena terjadi peningkatan zat besi untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pola konsumsi sangat menentukan
kesehatan ibu dan janin dimana konsumsi makanan yang bervariasi dan banyak
10
mengandung zat-zat gizi akan mengurangi segala resiko selama masa kehamilan dan
persalinan. Status anemia seseorang dapat dilihat dengan cara mengukur kadar Hb dalam
darah.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui hubungan pola makan
(kebiasaan minum susu, mengkonsumsi sayur dan buah) dengan status anemia pada ibu
hamil pada bulan Juli 2008. Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan
crossectional. Sampel penelitian berjumlah 36 sampel. Data yang dikumpulkan meliputi
data primer dan data sekunder yang selanjutnya diolah secara manual kemudian dianalisis
dengan menggunakan uji statistik Chi Square.
Hasil penelitian hubungan pola makan (kebiasaan minum susu) dan status anemia
menunjukkan 61,1 % yang biasa minum susu berstatus non anemia dan 11,1 % yang
tidak biasa minum susu berstatus non anemia berati ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan minum susu dengan status anemia pada ibu hamil.
Hasil penelitian hubungan pola makan (kebiasaan mengkonsumsi
sayur) dan status anemia menunjukkan 69,4 % yang biasa mengkonsumsi
sayur berstatus non anemia dan 2,8 % yang tidak biasa mengkonsumsi sayur
berstatus non anemia berati ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
mengkonsumsi sayur dengan status anemia pada ibu hamil. Hasil
penelitian hubungan pola makan (kebiasaan mengkonsumsi buah) dan status
anemia menunjukkan 55,6 % yang biasa mengkonsumsi buah berstatus non
anemia dan 16,6 % yang tidak biasa mengkonsumsi buah berstatus non
anemia berati tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
mengkonsumsi buah dengan status anemia pada ibu hamil. Untuk itu
disarankan kepada ibu hamil mengkonsumsi sumber protein terutama susu
minimal dua gelas dalam sehari dan sumber zat besi terutama sayuran
berwarna hijau tua serta buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C.
Diharapkan ibu hamil melakukan pengecekan kadar Hb minimal dua kali
selama kehamilan untuk mencegah terjadinya anemia sejak dini.
007
Klasifikasi ; 613.704
No Induk : 010/KTI/2008
11
Abstrak
Sebagai data dasar dalam rangka menilai keadaan gizi orang dewasa
8,7 %. Dengan adanya dampak dari arus globalisasi yang paling nyata,
terlihat pada warga perkotaan, yaitu adanya perubahan gaya hidup konsumsi
makan termasuk gaya hidup dalam memilih tempat makan dan jenis
penelitian tentang hubungan gaya hidup dengan status gizi Pejabat eselon III
dan eselon IV Setda Kota Denpasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan gaya hidup dengan status gizi Pejabat eselon III dan
eselon IV Setda Kota Denpasar. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam
Kota Denpasar. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pejabat eselon III
adalah total dari populasi. Dimana pada saat melakukan penelitian, dari 38
berjumlah 36 orang.
dan data skunder. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini
12
adalah kuesioner. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan
sehari, mempunyai kebiasaan makan pagi dan makan malam dirumah, dan
makan siang diluar rumah. Dimana tempat makan yang dipilih yaitu kantin
kantor sebagai tempat untuk makan siang karena letaknya yang strategis
efesien. Jenis masakan yang dipilih yaitu masakan tradisional Bali. Jika dilihat
dari jenis masakan yang dipilih adalah masakan tradisional Bali yaitu babi
guling, ayam betutu dan lawar dimana jenis masakan ini tergolong masakan
yang tinggi lemak sehingga kemungkinan gizi lebih bisa saja terjadi, akan
tetapi kebiasaan itu telah diimbangi dengan olahraga atau aktivitas lain yang
cukup banyak baik dikantor atau diluar kantor. Dimana frekuensi melakukan
olahraga minimal 3 kali/minggu. Dimana status gizi Pejabat Eselon III dan
eselon IV Setda Kota Denpasar, 52,8% gizi baik dan 47,2% gizi lebih. Hasil uji
statistik, tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan status gizi.
008
13
Subyek : Kesehatan remaja
Klasifikasi : 613.043
No Induk : 026/KTI/2008
Abstrak
di SD-SMP Raj Yamuna Denpasar adalah 11 tahun (50,0 %). Hal ini berarti
telah terjadi pergeseran usia menarche yang normalnya adalah 12,5 tahun.
peningkatan kadar estrogen sehingga menarche akan terjadi pada usia lebih
berdasarkan pola konsumsi fast food dan keadaan sosial ekonomi pada siswi
Santo Yoseph Denpasar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SD
kelas VI dan siswi SLTP kelas I, II dan III Santo Yoseph yang telah mengalami
menarche tidak lebih dari satu tahun saat penelitian ini dilakukan. Jenis data
meliputi gambaran umum sekolah, identitas sampel, data keluarga, data usia
menarche, data pola konsumsi fast food dan data keadaan sosial ekonomi.
14
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh sampel (46,3 %)
mengalami menarche pada usia 132 – 143 bulan (11 – 12 tahun). Pola
konsumsi fast food menunjukkan lebih dari separuh sampel (56,1 %) jenis
tingkat konsumsi energi fast food-nya rendah, sebagian besar sampel (63,4
besar sampel (69,5 %) frekuensi konsumsi fast food-nya jarang. Dilihat dari
keadaan sosial ekonominya maka lebih dari separuh (53,7 %) sampel keadan
konsumsi lemak dan frekuensi konsumsi fast food. Tidak ada perbedaan jenis
konsumsi fast food, tingkat konsumsi karbohidrat fast food dan keadaan
sosial ekonomi.
fast food agar tidak terjadi menarche pada usia yang terlalu muda (< 11
tahun) karena hal ini dapat meningkatkan resiko obesitas, kanker payudara
dan keguguran.
15
009
Klasifikasi ; 613.704
No Induk : 010/KTI/2008
Abstrak
Oleh karena itu makanan sangatlah penting bagi pasien di rumah sakit
yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh dan membantu
mempercepat proses penyembuhan penyakit.
16
Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan tingkat konsumsi
energi dan protein dengan status gizi pasien Jamkesmas yang mendapat
makanan biasa di RSUP Sanglah Denpasar.
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu Bulan Juli 2008.
Lokasi penelitian di RSUP Sanglah Denpasar dengan alamat di Jln Diponegoro,
Denpasar. Sampel penelitian adalah pasien dengan status perawatan
Jamkesmas dan mendapat makanan biasa tanpa diet khusus, yang berjumlah
49 orang.
17
010
Klasifikasi ; 641.563 14
No Induk : 024/KTI/2008
Abstrak
mencapai 2,5 juta pada tahun 2000, dan diperkirakan tahun 2010 mencapai
pada intinya mengikuti 3J yaitu : Jumlah dihabiskan, Jadwal diikuti, dan Jenis
18
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita DM Tipe 2 yang rawat
perencanaan makan yang tergolong tidak baik, dan sisanya hanya 4 orang
(4,00 %) yang memiliki perencanaan makan yang baik. Hal ini disebabkan
karena salah satu bagian dari 3J yaitu jadwal makan yang tidak teratur.
mereka masing-masing dan stres sehingga pasien sering lupa makan, serta
informasi yang kurang diperoleh oleh pasien tentang jadwal makan, yaitu
untuk penderita diabetes mellitus 3 kali makan utama dan 3 kali makan
sampel yaitu sebanyak 51 orang (51,00 %) memiliki kadar gula darah puasa
19
yang terkendali, dan 49 orang (49,00 %) memiliki kadar gula darah tidak
terkendali. Hal ini disebabkan karena tidak hanya perencanaan makan yang
perencanaan makan dan pengendalian gula darah. Hal ini disebabkan karena salah satu
dari perencanaan makan yaitu jadwal makan yang tidak baik dan adanya faktor lain yaitu
gula darah. Disarankan kepada penderita diabetes mellitus untuk taat dan disiplin dalam
pengaturan makan, olahraga teratur, dan minum obat secara teratur sehingga kadar gula
012
Klasifikasi ; 616.642
No Induk : 008/KTI/2008
Abstrak
20
kadar gula darah melalui berbagai cara yaitu; pengaturan jadwal makan
yang teratur, melakukan aktivitas fisik yang berkesinambungan, minum obat
yang teratur, dan edukasi. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat
menurunkan kadar gula darah, sesuatu yang diinginkan oleh kebanyakan
penderita Diabetes.
Dari hasil penelitian diperoleh rata – rata aktivitas fisik sampel 1479.7
METs/minggu, berdasarkan tingkatan aktivitas fisik diperoleh sebagian besar
sampel memiliki aktivitas fisik sedang yaitu 53 sampel (53.0%), 33 sampel
(33.0%) dengan aktivitas ringan, dan aktivitas berat 14 sampel (14.0). Rata –
rata kadar gula darah sampel adalah 131.24 mg/dl, sebagian besar sampel
52 (52.0%) memiliki kadar gula darah yang terkendali, dan 48 sampel
(48.0%) kadar gula darahnya tidak terkendali. Berdasarkan hasil analisis Chi
– Square terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan
pengendalian kadar gula darah sampel (p=0.004)
013
Klasifikasi ; 641.67
No Induk : 034/KTI/2008
Abstrak
21
berkat perkembangan teknologi produksi dan penggunaan Bahan Tambahan
Makanan (BTM).
22
Sensoris di peroleh bahwa minuman limun berwarna orange lebih disukai
dibandingkan dengan minuman limun berwarna merah.
014
Klasifikasi : 616.614
No Induk : 009/KTI/2008
Abstrak
23
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 23 orang (46,5%)
tingkat konsumsi energi cukup, sebanyak 14 orang (28,6%) tingkat konsumsi
energi baik dan sebanyak 12 orang (24,5%) yang tingkat konsumsi energi
kurang. Penelitian pada tingkat konsumsi protein, menunjukkan sebanyak 24
orang (49,0%) tingkat konsumsi protein baik, sebanyak 13 orang (26,5%)
tingkat konsumsi protein cukup dan sebanyak 12 orang (24,5%) tingkat
konsumsi protein kurang. Dari 49 sampel, sebagian besar tidak malnutrisi
yaitu 33 orang (67,4%) dan sebanyak 16 orang (32,6%) yang mengalami
malnutrisi. Setelah dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square, pada
taraf signifikan 5 %, didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat
konsumsi energi dan protein dengan kejadian malnutrisi pada pasien gagal
ginjal kronik dengan hemodialisis.
015
Klasifikasi ; 310.12
No Induk : 025/KTI/2008
Abstrak
24
Bila ditinjau secara jelas penyebab masalah gizi yang ada di masyarakat seperti
KEP penyebabnya adalah kurangnya konsumsi sumber makanan energi dan protein,
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) disebabkan karena kurangnya
mengkonsumsi zat iodium yang biasanya terdapat pada makanan tinggi zat iodium.
Kekurangan Vitamin A (KVA) disebabkan karena kurang konsumsi sumber makanan
vitamin A, dan Anemia Defisiensi Besi (ADB), disebabkan kurang konsumsi sumber
makanan zat besi (Almatsier, 2004).
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
karakteristik ibu dengan tingkat kepuasan ibu balita tentang pelayanan
posyandu di Desa Tojan Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung,
Provinsi Bali.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ibu balita sebanyak 83,30%
yang puas tentang pelayanan posyandu dan yang kurang puas 16,70%.
Karakteristik ibi balita menurut kelompok umur beresiko 10,67% puas
tentang pelayanan posyandu dan 1,67% kurang puas tentang pelayanan
posyandu dan kelompok umur tidak beresiko 73,33% puas tentang
pelayanan posyandu dan 15% kurang puas tentang pelayanan posyandu. Ibu
balita menurut tingkat pendidikan dasar 30% puas tentang pelayanan
25
posyandu dan 10% kurang puas tentang pelayanan posyandu sedangkan
tingkat pendidikan tinggi 53,33% puas tentang pelayanan posyandu dan
6,70% kurang puas tentang pelayanan posyandu.
Ibu balita menurut jenis pekerjaan ibu balita yang bekerja 48,33%
puas tentang pelayanan posyandu dan 13,33% kurang puas tentang
pelayanan posyandu dan ibu balita yang tidak bekerja 35% puas tentang
pelayanan posyandu dan 3,34% kurang puas tentang pelayanan posyandu.
Ibu balita menurut tingkat pengetahuan,tingkat pengetahuan cukup 66,67%
puas tentang pelayanan posyandu dan 10% kurang puas tentang pelayanan
posyandu dan tingkat pengetahuan kurang 16,66% puas tentang pelayanan
posyandu dan 6,67% kurang puas tentang pelayanan posyandu.
26
016
Klasifikasi ; 649.63
No Induk : 005/KTI/2008
Abstrak
masa datang kelompok ini diharapkan menjadi sumber daya manusia (SDM)
27
mempengaruhi minat anak untuk membeli produk makanan jajanan tersebut.
Apalagi iklan makanan jajanan tersebut dilakoni oleh anak yang menjadi idola
iklan di televisi belum pasti baik bagi kesehatan dan dari aspek nilai
penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
penelitian yaitu seluruh siswa kelas IV dan V dengan total sampel yaitu 86
orang.
sampel sehari sebagian besar 2- 4 jam sebanyak 55 orang (67%) dengan rata
– rata lama nonton TV 2,5 jam/hari ( SD 1,16) . Rata – rata jumlah iklan yang
ditonton anak sekolah sehari yaitu 5 jenis ( SD 2,12 ), yang terdiri dari iklan
snack dan minuman. Iklan snack yang paling sering ditonton seperti sosis,
geri toya – toya, geri chocolatos, pilus, leo kripik kentang, dan sebagainya.
Sedangkan iklan minuman yang sering ditonton anak yaitu marimas, jelly
drink, ale – ale, pop ice dan sebagainya Berdasarkan hasil penelitian
28
roti), snack, permen dan minuman (es, teh sisri, marimas). Sebagian besar
sampel memiliki frekuensi konsumsi makanan jajanan > 3 kali sehari yaitu
sampel adalah < 400 Kal sebanyak 66 orang (76,7%) dan sebagian besar
017
Klasifikasi ; 613.71
No Induk : 019/KTI/2008
Abstrak
29
mempertahankan dan memperkuat daya tahan tubuh, sehingga pengaturan
makan sangatlah penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Pengaturan Makan dan Status Gizi Atlet Bulutangkis di Tunas Mekar Tembau.
30
Dari permasalahan yang ditemukan maka dapat disarankan beberapa
hal yaitu perlu adanya penyuluhan minimal satu bulan sekali untuk
meningkatkan pengetahuan atlet dan pelatih (pengelola) di Tunas Mekar
tentang pengaturan makan, dan juga perlu pengaturan makan yang khusus
baik pada waktu pelatihan maupun pada waktu pertandingan, supaya atlet
mendapat asupan gizi sesuai kebutuhan, karena makanan sangat erat
hubungannya dengan prestasi.
018
No Induk : 034/KTI/2008
Abstrak
31
Anemia Gizi Besi termasuk salah satu masalah gizi kurang yang belum
makan vegetarian dapat menyebabkan kekurangan zat besi Pola hidup ini
kesakitan, daya tahan tubuh lebih baik, dan memperoleh kesegaran serta
data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari identitas sampel,
pengetahuan, sikap, dan tingkat konsumsi zat besi. Data sekunder antara lain
data tentang remaja dan kadar Hb. Cara pengolahan dan analisis data
dimana skor rata-rata adalah 35,5. Bila dilihat dari sebarannya sebagian
32
tentang vegetarian cukup. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor sikap
yaitu 62,56 dan dapat disimpulkan bahwa rata-rata sampel mempunyai sikap
konsumsi zat besi yaitu 14,05 mg/hari dan diperoleh sebagian besar sampel
gizi yang cukup baik jumlah maupun macamnya dan bagi vegetarian yang
019
33
Klasifikasi ; 618.24
No Induk : 003/KTI/2008
Abstrak
34
empat, umur kehamilan trimester tiga, rutin memeriksakan kehamilan,
tempat memeriksakan kehamilan di dokter, tidak minum tablet Fe
dengan alasan lupa, tidak enak makan dan menyebabkan mual, tingkat
pengetahuan baik dan percaya dengan manfaat tablet Fe. Jadi
perbedaan karakteristik sosial demografi ibu hamil yang patuh dan
tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe terletak pada umur kehamilan,
tempat pemeriksaan, praktek minum tablet Fe, tingkat pengetahuan
dan tingkat kepercayaan tentang manfaat tablet Fe.
020
Klasifikasi ; 641.300
No Induk : 021/KTI/2008
Abstrak
35
Masalah kekurangan gizi merupakan masalah utama yang dialami
bayi dan balita. Data menunjukkan masih tingginya status gizi kurang, status
gizi buruk, dimana status gizi kurang pada anak batita tahun 1989 sebesar
37,5%, tahun 1992 sebesar 35,6%, tahun 1995 sebesar 31,6%, tahun 1998
sebesar 29,5% dan tahun 1999 sebesar 26,4%,sedangkan untuk kasus gizi
buruk terjadi peningkatan dari 6,3 pada tahun 1989 menjadi 11,4% pada
tahun 1995. Hal ini menunjukkan masih tingginya status gizi kurang dan
status gizi buruk. Salah satu penyebab masalah gizi kurang pada anak adalah
pemberian MP-ASI yang salah. Pola pemberian MP-ASI dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya pengetahuan dengan tingkat pendidikan dan
status pekerjaan, ekonomi, budaya, lingkungan, tempat tinggal, dll.
36
021
RIDHA, ISTIANA
Klasifikasi : 613.042 3
No Induk : 011/KTI/2008
Abstrak
pemberian Air Susu Ibu (ASI), karena dalam ASI banyak terkandung zat-zat
diatas peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan status gizi balita
dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan status gizi balita yang
Gizi Balita adalah zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh balita yang
diperoleh melalui ASI dan makanan agar tetap sehat serta tumbuh dan
37
Variabel dependent dari pnelitian ini adalah status gizi dan variabel
sampelnya adalah bagian dari populasi dengan kriteria yaitu Balita berusia
diatas 24 bulan, balita sudah tidak diberikan ASI, laki-laki dan perempuan
keluarga sebagian besar ibu sampel berumur dibawah 30 tahun, lebih dari
50% ibu sampel tidak bekerja, untuk tingkat pendidikan ibu sebagian besar
ibu sampel tingkat pendidikan akhir SMU. Untuk umur ayah sebagian besar
besar SMU. Sedangkan untuk jumlah keluarga sebagian besar sampel jumlah
ASI.
022
38
NON KADARZI DI DESA PELIATAN KABUPATEN GIANYAR PROVINSI
BALI
Klasifikasi : 613.208. 3
No Induk : 026/KTI/2008
Abstrak
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki ibu dan
balita (6-59 bulan) baik laki – laki maupun perempuan yang bertempat
tinggal dan berasal dari Desa Peliatan Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang jumlahnya ditentukan
dengan rumus sehingga diperoleh 50 sampel untuk KADARZI dan 50 sampel
untuk Non KADARZI yang memiliki kesamaan jenis kelamin dan umur
balitanya. Pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random
Sampling dengan cara mengundi anggota populasi (lottery technique).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan
dan sikap sampel, tingkat konsumsi energi dan jenis konsumsi balita antara
KADARZI dan Non KADARZI, sedangkan pola konsumsi, tingkat konsumsi
39
protein, frekuensi makan dan status gizi balita KADARZI dan Non KADARZI
tidak ditemukan adanya perbedaan.
023
SULASTINI NI MADE
Klasifikasi : 641.52
No Induk : 016/KTI/2008
40
Abstrak
kesehatan yang optimal, khususnya bagi masyarakat pekerja. Selain itu gizi
menurun maka tubuh mereka akan lemas, lesu, sering juga merasa pusing
yang akan mengakibatkan pekerja itu sakit. Untuk dapat melihat kondisi itu
diperhatikan kapan tepatnya diberikan misal saat akan timbul kelebihan pada
siang hari.
makan pagi status gizi serta produktivitas tenaga kerja LPD adalah untuk
mengetahui sumbangan energi dan protein dari makan pagi terhadap status
gizi serta produktivitas kerja. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
70,36%. Sumbangan energi dari sarapan sebanyak 77,78 % cukup dari status
gizi gemuk dan 66,67% sumbangan protein dari sarapan kurang dari status
gizi kurus. Sebagian besar sampel (73, 68%) berstatus gizi gemuk dari
41
cukup dari produktivitas tinggi dan 75% sumbangan protein dari sarapan
024
SUTHAMI, NI KADEK
Klasifikasi : 641.563
No Induk : 007/KTI/2008
Abstrak
(DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif dan bersifat kronis yang
42
adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang
melebihi normal sebagai akibat dari defisiensi atau resistensi insulin. Dewasa
Gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat dapat memicu terjadinya
disertai kegemukan pada perut, tekanan darah tinggi, trigliserin yang tinggi,
dan atau kadar kolesterol yang tidak sehat serta kadar glukosa darah yang
tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran status gizi dan
status metabolik pasien DM yang rawat jalan di RSUP Sanglah Denpasar.
025
43
iii
IDENTIFIKASI KLORIN PADA BERAS YANG BEREDAR DI KOTA MADYA
DENPASAR
Klasifikasi : 641.47
No Induk : 0012/KTI/2008
Abstrak
44
lapisan masyarakat khususnya ditinjau dari zat klorin yang terkandung di
dalam beras. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau
tidaknya zat klorin di dalam beras, dan tujuan khususnya ialah menentukan
ada atau tidaknya penggunaan zat klorin pada beras yang dijual di Kota
Denpasar, dan menentukan jumlah zat klorin pada beras yang beredar di
Kota Denpasar.
026
45
Klasifikasi : 641.539
No Induk : 034/KTI/2008
Abstrak
46
Untuk mencegah agar prevalensi kejadian obesitas tidak
bertambah lagi dari tahun ketahui sebaiknya sekolah perlu menyelipkan
pelajaran mengenai pengetahuan gizi kepada siswa. Dan perlu diadakan
promosi kesehatan mengenai gizi ke sekolah-sekolah mengenai makanan
jajanan.
027
Klasifikasi : 370.4
No Induk : 034/KTI/2008
Abstrak
Bila ditinjau secara jelas penyebab masalah gizi yang ada di masyarakat seperti
KEP penyebabnya adalah kurangnya konsumsi sumber makanan energi dan protein,
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) disebabkan karena kurangnya
mengkonsumsi zat iodium yang biasanya terdapat pada makanan tinggi zat iodium.
Kekurangan Vitamin A (KVA) disebabkan karena kurang konsumsi sumber makanan
vitamin A, dan Anemia Defisiensi Besi (ADB), disebabkan kurang konsumsi sumber
makanan zat besi (Almatsier, 2004).
47
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
karakteristik ibu dengan tingkat kepuasan ibu balita tentang pelayanan
posyandu di Desa Tojan Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung,
Provinsi Bali.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ibu balita sebanyak 83,30%
yang puas tentang pelayanan posyandu dan yang kurang puas 16,70%.
Karakteristik ibi balita menurut kelompok umur beresiko 10,67% puas
tentang pelayanan posyandu dan 1,67% kurang puas tentang pelayanan
posyandu dan kelompok umur tidak beresiko 73,33% puas tentang
pelayanan posyandu dan 15% kurang puas tentang pelayanan posyandu. Ibu
balita menurut tingkat pendidikan dasar 30% puas tentang pelayanan
posyandu dan 10% kurang puas tentang pelayanan posyandu sedangkan
tingkat pendidikan tinggi 53,33% puas tentang pelayanan posyandu dan
6,70% kurang puas tentang pelayanan posyandu.
Ibu balita menurut jenis pekerjaan ibu balita yang bekerja 48,33%
puas tentang pelayanan posyandu dan 13,33% kurang puas tentang
pelayanan posyandu dan ibu balita yang tidak bekerja 35% puas tentang
pelayanan posyandu dan 3,34% kurang puas tentang pelayanan posyandu.
Ibu balita menurut tingkat pengetahuan,tingkat pengetahuan cukup 66,67%
48
puas tentang pelayanan posyandu dan 10% kurang puas tentang pelayanan
posyandu dan tingkat pengetahuan kurang 16,66% puas tentang pelayanan
posyandu dan 6,67% kurang puas tentang pelayanan posyandu.
028
NI MADE WINDAYANI
Klasifikasi : 613.583
No Induk : 035/KTI/2008
49
Abstrak
Masalah gizi lebih baru muncul di permukaan pada tahun terakhir PJP I,
pada awal tahun 1990-an. Peningkatan pendapatan pada kelompok
masyarakat tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam
gaya hidup, terutama dalam pola makan. Perubahan pola makan dan
aktivitas fisik berakibat semakin banyaknya penduduk golongan tertentu
mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dari kelas III sampai
dengan kelas VI yang tercatat sebagai murid di SD yang ada di wilayah
Kesiman yaitu 690 orang. Sedangkan sampelnya adalah berjumlah 76 orang
sebagai kasus dan sebagai kontrol berjumlah 76 orang.
50
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t-tes maka
didapat nilai t= 0,85 dan nilai p > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan
antara prestasi belajar anak SD yang obesitas dengan non obesitas.
Anak SD harus tetap menjaga status gizi agar tidak terjadi obesitas,
karena dampak obesitas akan terjadi setelah dewasa. Disarankan ada
peneliti lanjutan yang meneliti tentang obesitas dengan rancangan penelitian
yang lain.
029
YULIATI , NI WAYAN
Klasifikasi : 613.208
No Induk : 023/KTI/2008
Abstrak
51
Penelitian ini dilakukan di SD No. 8 Mas Kecamatan Ubud Kabupaten
Gianyar. Data di ambil dari 50 sampel siswa kelas II sampai kelas diambil
secara acak sederhana. Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, dan wawancara langsung dengan sampel. Analisis data
menggunakan uji korelasi Product Monent Persen dengan bantuan computer.
030
52
POLA KONSUMSI IKAN LAUT DAN KOLESTEROL DARAH PADA
PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI KLINIK
PELAYANAN SWASTA.
Klasifikasi : 613.208
No Induk : 023/KTI/2008
Abstrak
Pada saat ini hanya tinggal 50% dari penduduk di Indonesia yang
masih mengkonsumsi bahan makanan yang disebut “ basic four food group “.
Perubahan pola hidup dan pola makan merupakan faktor utama penyebab
PJK diantara faktor resiko lainnya. Semakin banyak lemak jenuh yang kita
konsumsi, semakin tinggi pula kadar kolesterol darah, sebaliknya lemak tidak
jenuh ganda apabila dikonsumsi akan dapat menurunkan kadar kolesterol
darah. Ikan laut merupakan salah satu dari basic four food group yang
mengandung lemak tidak jenuh ganda. Ikan merupakan sumber alami asam
lemak omega-3, yaitu EPA dan DHA yang dapat menurunkan secara nyata
kadar kolesterol dalam darah.
53
yang melakukan pemeriksaan di klinik, laki-laki atau perempuan, berusia >
20 tahun dan masih dapat berkomunikasi dengan baik.
54