Professional Documents
Culture Documents
Contoh : Saat Anda mengikuti kegiatan perkuliahan, Anda mendengar benda jatuh. Anda
menoleh ke arah suara benda tadi. Anda tidak melihat apa-apa kemudian Anda melanjutkan
kembali kegiatannya.
Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan senagaja
tetapi belum ada unsur pemahaman.
Contoh : Saya sedang membuat materi perkuliahan bahasa Indonesia. Saat saya sedang menulis,
tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian saya berhenti sejenak sambil
menikmati lagu tersebut. Setelah lagu selesai, saya mengerjakan tugas lagi.
Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28)
Contoh : pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan sungguh-sungguh.
Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya dengan isi pembicaraan.
Tanpa saya sadari, sesekali saya mengangguk-anggukkan kepala karena saya memahami apa
yang telah dijelaskan. Saat guru memberi kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang
belum saya pahami. Sebelum berakhir, saya merasa puas mengenai pembelajaran yang telah
dibahas.
Setelah Anda membaca dan memahami ketiga kata dan contoh di atas, maka kata apa yang
paling tepat digunakan dalam bahan pelatihan ini? Tentu kata menyimak bukan? Oleh sebab itu,
dalam pembahasan pembelajaran, konsep atau pengetahuan dalam pelatihan ini istilah yang
digunakan adalah istilah menyimak.
Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat memperoleh informasi
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga di sekola, menyimak mempunyai
peranan penting karena dengan menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan
menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu dalam pembelajaran menyimak memerlukan
latihan-latihan yang intensif.
MENYIMAK
Modul 1
HAKIKAT MENYIMAK
Pendahuluan
Modul ini membicarakan tentang hakikat menyimak. Pembicaraan dipusatkan kepada tiga hal
yakni :
Pembicaran mengenai ketiga butir tersebut di atas dianggap sangat penting karena
beberapa alasan. Pertama, hakikat menyimak merupakan dasar pengetahuan yang sangat
fungsional dalam rangka memahami seluk beluk menyimak. Kedua, butir-butir tersebut di atas
perlu dipahami para mahasiswa sehingga pengetahuan dan pengalaman menyimak mereka
selama ini menjadi lebih bermakna. Dalam alasan kedua ini tersirat pengertian pengetahuan dan
pengalaman menyimak mahasiswa dikaitkan dengan teori. Sebagai alasan ketiga, pemahaman
ketiga unsur hakikat menyimak sangat membantu para mahasiswa dalam mempelajari modul
menyimak berikutnya serat merupakan modal dalam mempraktekkan pengajaran menyimak di
kelas.
Setelah mengkaji isi modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami atau mengetahui
pengertian, tujuan, dan peranan menyimak, menyimak sebagai proses dan kemampuan
penunjang, serta jenis-jenis menyimak. Tujuan yang sangat umum ini bila dirinci adalah sebagai
berikut:
(5) mahasiswa dapat mengidentifikasi kemampuan penunjang dalam setiap tahap menyimak
Istilah mendengarkan, mendengar dan menyimak sering kita jumpai dalam dunia pengajaran
bahasa. Ketiga istilah itu berkaitan dengan makna.
Peristiwa mendengar biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba dan tidak diduga sebelumnya.
Karena itu kegiatan mendengar tidak direncanakan. Hal itu terjadi secara kebetulan. Apa yang
didengar mungkin tidak dimengerti maknanya dan mungkin pula tidak menjadi perhatian sama
sekali. Suara yang didengar masuk telingan kanan dan keluar dari telinga kiri. Dalam hal tertentu
suara yang didengar itu dipahami benar-benar maknanya. Hal itu terbukti dari reaksi si
pendengar yang bersangkutan.
Mendengarkan setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Bila dalam peristiwa mendengar
belum ada faktor kesengajaan , maka dalam peristiwa mendengarkan hal itu sudah ada. Faktor
pemahaman biasanya juga mungkin tidak ada karena hal itu belum menjadi tujuan.
Mendengarkan sudah mencakup mendengar.
Di antara ketiga istilah teraf tertinggi diduduki istilah menyimak. Dalam peristiwa menyimak
sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa
menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam mendengarkan maka baik mendengar maupun
mendengarkan sudah tercakup dalam menyimak.
Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung
atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga
diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa dan klausa, kalimat
dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicarapun turut diperhatikan oleh
penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah
kebenarannya atau dinilai lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya. Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan difinisi menyimak sbb :
“ Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di
dalamnya. “ Menyimak melinbatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan,
pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimakpun harus diperhitungkan
dalam menentukan maknanya.
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ada
alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang kita sebut sebagai
tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan
simakan Karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah
menangkap,memahami, atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan
aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam
aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti
pembagian berikut yaitu menyimak untuk tujuan :
1. mendapatkan fakta
2. menganalisis fakta
3. mengevaluasi fakta
4. mendapatkan inspirasi
5. menghibur diri
6. meningkatkan kemampuan berbicara
Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Para peneliti mengumpulkan atau
mendapatkan fakta melalui kegiatan penelitian, riset atau eksperimen. Pengumpulan fakta seperti
cara ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang terpelajar. Bagi rakyat biasa hal itu jarang atau
hampir-hampir tidak dapat dilakukan. Cara lain yang dapat dilakukan dalam pengumpulan fakta
ialah melalui membaca. Orang-orang terpelajar sering mendapatkan fakta melakui kegiatan
membaca seperti membaca buku-buku ilmu pengetahuan, laporan penelitian, makalah hasil
seminar,majalah ilmiah, dan populer, surat kabar, dsb. Hal yang seperti ini pun jarang dilakukan
oleh rakyat biasa. Dalam masyarakat tradisional pengumpulan fakta melalui menyimak tersebut
banyak sekali digunakan. Dalam masyarakat modern pun pengumpulan fakta melalui menyimak
itu masih banyak digunakan.
Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam
berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar,
pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, percakapan dengan
teman sekerja, sekelas dsb. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi ini di kalangan pelajar
dan mahasiswa banyak sekali dilakukan melalui menyimak. Fakta yang diperoleh melalui
kegiatan menyimak ini kemudian dilengkapi dengan kegiatan membaca atau mengadakan
eksperimen.
Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas kaitan antarunsur
fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan pembicara
harus dikaitkan dengan pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan.
Proses analisis fakta ini harus berlangsung secara konsisten dari saat-ke saat selama proses
menyimak berlangsung. Waktu untuk menganalisis fakta itu cukup tersedia asal penyimak dapar
menggunakan waktu ekstra. Yang dimaksud waktu ekstra adalah selisih kecepatan pembicaraan
120 – 150 kata per menit dengan kecepatan berpikir menyimak sekitar 300 – 500 kata per menit.
Analisis kata sangat penting dan merupakan landasan bagi penilaian fakta. Penilaian akan jitu
bila hasil analisis itu benar.
Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta yang
disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan sejumlah pertanyaan
seperti antara lain :
Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan, pengalaman dan
pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima. Sebaliknya bila fakta yang disampaikan
kurang akurat atau kurang relevan, atau kurang meyakinkan kebenarannya maka penyimak
pantas meragukan fakta tersebut. Hasil pengevaluasian fakta-fakta ini akan berpengaruh kepada
kredibilitas isi pembicaraan dan pembicaranya. Setelah selesai mengevaluasi biasanya penyimak
akan mengambil simpulan apa isi pembicaraan pantas diterima atau ditolak.
Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah atau jamuan tertentu,
bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak pembicaraan orang lain
semata-mata untuk tujuan mencari ilham. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak
memerlukan fakta baru. Yang mereka perlukan adalah sugesti, dorongan, suntikan semangat,
atau inspirasi guna pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat
mengharapkan pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal. Pembicaraan yang
semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani, dari direktur perusahaan, orator
ulung, tokoh periklanan, salesman dsb.
Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam
hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi :
Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian dipraktikkan. Menyimak
yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara.
Cara menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara biasanya dilakukan oleh mereka
yang baru belajar menjadi orator dan mereka yang mau menjadi profesional dalam membawa
acara atau master ceremony.
Berapa jam manusia menyimak dalam kegiatan sehari-hari? Jawaban pertanyaan itu bagi
masyarakat diindonesia belum ada karena penelitian terhadap masalah tersebut sepengetahuan
penulis belum pernah ada. Untuk sekedar informasi, penulis kutipan beberapa laporan hasil
penelitian yang pernah dilaksanakan oleh para ahli di Amerika serikat. Donald E. Bird
melaporkan hasil penelitiannya terhadap mahasiswa Stephene College Girls bahwa mahasiswa
pada perguruan tinggi tersebut dalam mengikuti perkuliahan membagi aktivitasnya sebagai
berikut:
a. menyimak : 42%
b. berbicara : 25%
c. membaca : 15%
d. menulis : 18%
_____
Jumlah : 100% (Stuart Vhase, Power of Words, Harcourt, Brace & World,
Paul T. Rankin seorang ahli bidang komunikasi, meneliti tentang penggunaan waktu
kerja sekelompok manusia, Laporan Rankin adalah sebagai berikut:
a. menyimak : 42%
b. berbicara : 32%
c. membaca : 15%
d. menulis : 11%
_____
Jumlah : 100% (Martin P. Anderson dkk. The speaker and His Audience,
Hasil penelitian lainnya walaupun hasilnya agak bervareasi namun tetap membuktikan
bahwa kegiatan menyimak lebih lama dari kegiatan berbicara, membaca atau menulis.
Sekarang mari kita perhatikan sejenak bagaiman perbandingan antara kegiatan menyimak
dan berbicara dalam suatu diskusi dengan jumlah peserta yang berbeda-beda. Diskusi yang
beranggotakan dua orang dan kesempatan berbicara untuk masing-masing anggota setengah jam,
maka perbandingan antara kegiatan menyimak dan berbicara adalah 1 : 1. Dalam diskusi yang
pesertanya tiga orang dengan kesempatan berbicara masing-masing setengah jam, perbandingan
kegiatan menyimak dan berbicara adalah 2 : 1. Bila jumlah peserta diskusi empat orang, maka
perbandingan tersebut menjadi 4 :1. Artinya semakin banyak peserta diskusi, semakin lama
kegiatan menyimak. Untuk memperjelas uraian diatas perhatikanlah diagram berikut:
No. Kesempatan/orang
Jumlah Perbandingan Bicara-
Uru Berbicara Menyimak
Peserta Menyimak
t
1. 2 Orang ½ jam 1x½ jam 1:1
2. 3 Orang ½ jam 2x½ jam 1:2
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Tanda-tanda
kesempurnaan ini amat banyak, antara lain kelihatan bahwa manusia (normal) dianugerahi
dengan satu mulut dan dua telinga. Apa makna dari kenyataan ini?Kenyataan tersebut
mengisyaratkan kepada kita bahwa faktor menyimak sangat penting, setidak-tidaknya, jalur
untuk mendengar berbanding jalur untuk berbicara adalah 2:1.
Uraian tersebut di atas menggambarkan secara umum betapa fungsionalnya kegiatan menyimak
bagi kehidupan manusia. Bila diperinci, peranan menyimak tersebut hasilnya seperti berikut.
Menyimak berperan sebagai:
Belajar berbahasa dimulai dengan menyimak. Coba perhatikan bagaimana anak kecil
belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak menyimak rangkaian bunyi bahasa.
Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna. Setelah banyak menyimak, ia mulai meniru ucapan-
ucapan yang pernah disimaknya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan.
Proses menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktekkan bunyi bahasa itu
dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar berbicara.
Hal yang sama terjadi pula pada saat orang dewasa belajar bahasa asing. Yang
bersangkutan mulai dengan mendengarkan cara pengucapan fonem, kata, dan kalimat serta
menghafalkan maknanya. Langkah berikutnya meniru pengucapan, dan mempraktekannya dalam
berbicara. Semakin banyak yang bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara
semakin cepat ia menguasai bahasa yang dipelajarinya.
Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan
kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata, dan kalimat serta menghafalkannya dalam berbicara.
Semakin banyak yang bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara, semakin cepat ia
menguasai bahasa yang dipelajarinya.
Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan
kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat ini sangat membantu yang bersangkutan
dalam kegiatan berbicara, membaca, ataupun menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar
berbicara, membaca, ataupun menulis selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa
keterampilan menyimak memang benar-benar menunjang keterampilan berbicara, membaca dan
menulis.
Komunikasi lisan dapat bebrbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua arah atau satu
arah. Dalam komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor menyimak sangat penting.
Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan pembicara. Bila penyimak memahami apa
yang disampaikan pembicara maka ia dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang
tepat. Terutama dalam komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya
komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak, penyimak berubah
manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi sebagai penyimak. Bila penyimak
kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan teman bicaranya, maka ia dapat memberikan
reaksi yang tepat pula. Dengan demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.
Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi. Berbagai
ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui menyimak. Kita dapat menyimak
siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli dalam diskusi, seminar, konvensi, atau
pertemuan ilmiah. Kita pun dapat mengundang para pakar di bidangnya berceramah dan
ceramahnya kita simak. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak
adalah sebagai penambah informasi.
Pada hakikatnya, menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa. Namun
sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus menapaki jalan yang
berliku-liku. Artinya, yang bersangkutan harus berupaya bersungguh-sungguh. Kenyataan ini
membuktikan bahwa menyimak sebenarnya bersifat aktif.
Bial perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang bersangkutan
terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak memang benar bersifat pasif.
Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang. Tetapi kini anggapan seperti itu sudah
ditinggalkan. Meyimak dianggap bersifat aktif-reseptif.
Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan.
Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas penyimak. Pada saat penyimak
menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan
perhatian. Bunyi yang ditangkap perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik.
Kembali, bunyi yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknannya. Dala
hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik. Makna yang
sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dan
dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini
diperlukan kemampuan mengevaluasi.
Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil keputusan apakah
dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan. Kecermatan managgapi isi bahan
simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi.
Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah suatu proses.
Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap, yakni pemahaman,
penginterpelasikan, dan penilaian. Logan dan Greene membagi proses menyimak atas empat
tahap, yakni mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi. Walker Morris
membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yakni mendengar, perhatian, persepsi, menilai,
dan menanggapi.
Berdasarkan keteraguan dan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut di atas penyusun
modul ini berkesimpulan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses menyimak tersebut
mencakup enam tahap, yakni:
1. mendengar
2. mengidentifikasikan
3. menginterpretasi
4. memahami
5. menilai
6. menanggapi
Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menagkap pesan pembicara yang sudah
diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasaitu diperlukan telinga
yang peka dan perhatian terpusat.
Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi
suku kata, kata, kelompk kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa
akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik.
Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu diupayakan agar
interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara.
Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan
dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung
kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak.
Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai
dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berujud
berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.
Menyimak adalah suatu proses. Proses itu terbagi atas tahap-tahap, yakni:
1. mendengar
2. mengidentifikasi
3. menginterpretasi
4. memahami
5. menilai
6. menaggapi
Dalam setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak dapat
berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa diperlukan kemampuan
menangkap bunyi. Telinga penyimak harus peka. Gangguan pada alat pendengaran
menyebabkan penangkapan bunyi kurang sempurna. Di samping itu penyimak ditunutut pula
dapat mengingat bunyi yang telah ditangkap oleh telinganya. Kemampuan menangkap
danmengingat itu harus dilandasi kemampuan memusatkan perhatian.
Perlu didasari bahwa kemempuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang sudah
ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah berkurang setengahnya saat
diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan berikutnya hanya tinggal sedikit yang tinggal.
Karena itu diperlukan penyegaran, misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan
kebali catat-annya, mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan.
Melalui proses persepsi bunyi yang ditangkap oleh gendang pendengaran diteruskan ke
syaraf-syaraf pendengaran. Penyimak menterjemahkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu. Di
sini diperlukan kemampuan linguistik. Penyimak harus memahami susunan dan makna dari
fonem, kata,kalimat paragraf atau wacana yang telah dilisankan. Tidak hanya itu, gerak-gerik
tubuh, ekspresi wajah, cara pengucapan, nada, dan intonasi pembicara, serta situasi yang
menyertai pembicara perlu dipahami agar penafsiran makna dan pemahaman makna tepat.
Kemampuan yang terakhir ini disebut kemampuan nonlinguistik.
Pesan yang sudah ditangkap, ditafsirkan dan dipahami maknanya. Setelah itu makna
pesan itu perlu pula ditelaah, dikaji, diuji kebenaran isinya. Di sini diperlukan pengalaman yang
luas, kedalaman dan keluasan ilmu dari penyimak. Kualitas hasil pengujian sangat ditentukan
oleh kualitas orang yang mengujinya. Dalam fase menilai inilah diperlukan kemampuan menilai.
Bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara diterima oleh penyimak. Bunyi itu
kemudian diidentifikasi, ditafsirkan, dipahami maknanya. Makna itu kemudian dikaji dari
berbagai segi. Hasil pengkajian itu digunakan sebagai dasar untuk memberikan reaksi, respon
atau tanggapan. Di sini diperlukan kemampuan memberikan tanggapan.
Kualitas pesan yang diterima menentukan ragam respon yang terjadi. Pesan yang
kebenarannya diragukan kurang meyakinkan, atau pesan yang tidak didukung oleh argumentasi
yang kuat akan menimbulkan reaksi cemooh, cibiran atau gelengan kepala penyimak.
Serbaliknya pesan yang meyakinkan akan menghadirkan reaksi mengiakan, mengangguk,
acungan jempol dari penyimak.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase penyimak diperlukan
kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan kemampuan penunjang
menyimak. Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh kemampuan penunjang
penyimak yaitu :
2. kemampuan mengingat
4. kemampuan linguistik
5. kemampuan nonlinguistik
6. kemampuan menilai
7. kemampuan menanggapi
3. JENIS-JENIS MENYIMAK
Apabila kita membaca dan memperhatikan berbagai buku literatur mengenai menyimak, maka
akan ditemui jenis dan nama menyimak. Misalnya menyimak terputus-putus, menyimak dangkal,
menyimak sekelumit, menyimak sosial, menyimak kritis, menyimak responsif dan sebagainya.
Keanekaragaman nama menyimak ini disebabkan oleh pengklasifikasian menyimak dengan titik
pandang yang berbeda-beda pula.
Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh titik pandang yang digunakan sebagai
dasar pengklasifikasian menyimak. Ketujuh titik pandang itu adalah :
1. sumber suara
6. tujuan menyimak
7. tujuan spesifik
Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak yaitu
intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal listening atau menyimak
antarpribadi. Sumber suara yang disimak dapat berasal dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat
kita menyendiri merenungkam nasib diri, menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan
diri sendiri. Jenis menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening. Sumber
suara yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti inilah
yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar, dan sebagainya.
Jenis menyimak yang seperti ini disebut inter personal listening.
Taraf aktivitas penyimak dalam menyimak dapat dibedakan atas kegiatan bertaraf rendah dan
bertaraf tinggi. Dalam aktivitas bertarf rendah penyimak baru sampai pada kegiatan memberikan
dorongan, perhatian, dan menunjang pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat nonverbal
seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui ucapan-
ucapan pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya. Menyimak dalam taraf rendah
ini dikenal dengan nama silent listening. Dalam aktivitas yang bertaraf tinggi, penyimak sudah
dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan. Pengutaraan kembali isi bahan simakan
menandakan bahwa penyimak sudah memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini
disebut dengan nama active listening.
Taraf hasil simakan bervariasi merentang mulai dari taraf terendah sampai taraf mendalam.
Berdasarkan taraf hasil simakan tersebut dikenal sembilan jenis penyimak. Yaitu :
Klasifikasi menyimak dapat pula didasarkan kepada cara penyimakan bahan simakan. Cara
menyimak isi bahan simakan mempengaruhi kedalaman dan keluasan hasil simakan.
Berdasarkan cara penyimakan dikenal dua jenis menyimak :
Logan dan kawan-kawan mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan juga, yakni tujuan
khusus. Menurut mereka ada tujuh jenis menyimak yang perlu dikembangkan melalui pengajaran
bahasa bagi siswa di sekolah. Jenis dan penjelasan setiap menyimak tersebut adalah :
Modul 2
EFEKTIVITAS MENYIMAK
PENDAHULUAN
Modul kedua ini membahas efektivitas menyimak secara umum dengan fokus pembicaraan tiga
butir masalah, yakni:
pembahasan butir (1), (2), dan (3) dianggap sangat penting mengingat berbagai alasan.
Secara umum dapat dipastikan setiap penyimak berkeinginan untuk menjadi penyimak yang
berkualitas, penyimak yang efektif. Hal yang sama tentu juga berlaku bagi para mahasiswa yang
bersangkutan mengenal, menghayati, dan menguasai faktor penentu keberhasilan menyimak, ciri
menyimak ideal, serta cara-cara meningkatkan daya simak. Pembicaraan butir (1), (2), dan (3)
pun sangat penting bagi memperkuat landasan pembahasan bagian modul berikutnya, serta
merupakan modal utama bagi pengajaran menyimak nantinya, saat mahasiswa sudah bertugas
sebagai guru bahasa Indonesia di kelas.
Di bagian akhir proses pengkajian modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memenuhi,
mengenal, atau mengetahui faktor penentu keberhasilan menyimak, ciri menyimak ideal, serta
cara-cara meningkatkan daya simak. Tujuan yang masih bersifat umum tersebut di atas dapat
dirinci menjadi tujuan yang khusus sebagai berikut:
Dalam modul pertama sudah disinggung bahwa menyimak sangat fungsional dalam kehidupan
sehari-hari manusia. Artinya, setiap insan tak akan terlepas dari kegiatan menyimak. Rakyat
jelata menyimak, para pedagang menyimak, mahasiswa dan pelajar sering harus menyimak
dosen atau gurunya, para ilmuwanpun harus menyimak dalam berbagai kegiatan seperti pidato
ilmiah, seminar, diskusi, dan sebagainya. Kegiatan menyimak selalu terjadi dimana saja, kapan
saja, dan dilakukan oleh siapa saja.
Berikut ini disajikan beberapa gambaran peristiwa menyimak yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Perhatikan faktor-faktor yang terlibat dalam setiap contoh.
(1) Ganda mengikuti dengan cermat tanya-jawab antara wartawan olah raga dengan Robby
Darwis yang disiarkan melalui televisi. Inti pertanyaan berkisar tentang hukuman yang
dijatuhkan wasit Malaysia terhadap Darwis. Ganda sangat berminat terhadap masalah
tersebut, sehingga ia mengikuti acara itu sampai selesai.
(2) Kelompencapir Mayangsari sedang mendengarkan siaran pedesaan dari RRI Bandung.
Mereka berdesak-desakan duduk di ruang tamu, rumah Pak Hasan. Sebentar-sebentar
suara mesin mobil menderu mengalahkan suara penyiar. Udara di ruangan itu pengap
dipenuhi asap rokok. Siaran yang berisi cara memelihara domba itu tidak bisa mereka
tangkap sepenuhnya.
(3) Anggota Koperasi Mahasiswa FPBS IKIP Bandung, mendengarkan dengan cermat
ceramah koperasi yang disampaikan oleh dekan. Sebentar-sebentar mahasiwa itu
bertanya ini-itu, kadang-kadang minta diulangi, dijelaskan lagi butir-butir tertentu.
Kegiatan itu berlangsung digedung baru. Suasana akrab, meriah, kadang-kadang serius.
(4) Halimah, mahasiswa tingkat pertama, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
IKIP Bandung, dengan tekun dan penuh perhatian mengikuti kuliah menyimak. Materi
yang direncanakan dosen mencakup pengertian, peranan, dan jenis-jenis menyimak.
Kuliah tersebut berlangsung di ruang 19 pagi-pagi jam 7.00.
Bila pembaca jeli memperhatikan contoh tang tertera pada nomor (1),(2),(3), dan (4)
maka akan ditemui sejumlah faktor pendukung setiap peristiwa menyimak. Faktor-faktor itu ada
yang sering berulang, ada yang berbeda, ada yang lengkap, dan ada pula yang tidak lengkap.
Peristiwa menyimak selalu mencakup faktor pembicara, bahan yang dibicarakn, pendengar,
waktu, peralatan, suasana, keadaan cuaca, ruangan, dan sebagainya.
Karena sering dikatakan orang bahwa efektivitas menyimak bergantung kepada sejumlah
faktor. Salah seorang ahli bahasa mengklarifikasikan faktor-faktor itu menjadi empat bagian,
yaitu:
a. pembicara
b. pembicaraan
c. situasi
d. penyimak
Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para
pendengar melalui bahasa lisan. Kualitas pembicara, keahliannya, karismanya, dan
kepaopulerannya sangat berpengaruh kepada para pendengarnya. Karena itu ada sejumlah
tuntutan yang dialamatkan kepada pembicara seperti:
(2) Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus menyampaikan materi pembicaraannya
dalam bahasa yang baik dan benar. Ucapan jelas, intonasi tepat, susunan kalimat
sederhana dan benar, pilihan kata atau istilah tepat. Bahasa yang digunakan pembicara
dalam menyampaikan materi pembicaraan menarik, sederhana, efektif, dan sesuai dengan
taraf pendengarnya.
(3) Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri. Pembicara yang
yakin akan kemampuan dirinya akan tampil dengan mantap dan meyakinkan pendengar.
(4) Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa sistematis. Bahan yang disampaikan
harus tersusun secara sistematis dan mudah dimengerti.
(5) Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik dan simpatik.
Yang bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang dibuat-buat atau berlebih-
lebihan. Pembicara yang terlalu “over acting” akan membuat pendengarnya beralih dari
isi pesan yang disampaikan kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.
(6) Kontak dnegan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak dengan pendengarnya.
Pembicara menghargai, menghormati, serta menguasai para pendengarnya.
Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak disampaikan oleh
seseorang pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan yang baik harus memenuhi syarat-
syarat tertentu seperti:
(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual. Sesuatu yang baru
pastilah lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh pendengar.
(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang berarti, berguna, atau bermakna bagi
pendengar. Materi yang bermakna bagi kelompok pendengar A belum tentu bermakna
bagi kelompok pendengar B.
(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan haruslah yang berkaitan dengan pendengar.
Akan lebih baik lagi bila pembicaraan itu berada dalam lingkaran pusat minat pendengar.
(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun sistematis, sehingga mudah diikuti dan dipaham
pendengar.
(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan
pendengar. Materi pembicaraan yan terlalu mudah tidak menarik dan berguna bagi
pendengar. Sebaliknya materi pembicaran yang terlalu tinggi akan membuat pendengar
kewalahan.
Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di
luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Situasi tersebut sangatlah berpengaruh dan
menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan pantas diperhatikan, yang termasuk
kategori situasi dalam proses menyimak, antara lain:
(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus menunjang.
Ruangan yan menunjang adalah ruangan yang memenuhi persyaratan akustik, ventilasi,
penerangan, penataan tempat duduk pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas
ruangan dan sebagainya.
(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan
diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar
masih segar, rileks, dan sebagainya.
(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan, pemandangan yang
tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik antar kelompok pendengar sangat
menunjang keefektifan menyimak.
(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah yang mudah
dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam melancarkan kegiatan
menyimak.
Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu yang tepat,
suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi dengan peralatan yang
fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.
Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang
disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak. Dibandingkan dengan faktor
pembicara, pembicaraan dan situasi, faktor penyimak adalah yang terpenting dan paling
menentukan keefektifan dalam peristiwa menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang pertama
sudah memenuhi segala persyaratan, bila si penyimak tidak mau menyimak maka sia-sialah
semuanya. Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang memadai, kurang sempurna,
asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan kerja keras maka keefektifan menyimak
dapat tercapai.
(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan stabil. Penyimak
tidak mungkin menyimak secara efektif bila kondisi fisik dan mentalnya tidak
menunjang.
(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan simakan.
Buat sementara yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain
bahan simakan.
(3) Bertujuan: penyimak harus bertujuan dalam penyimak. Yang bersagkutan harus dapat
merumuskan tujuannya secara tegas sehingga ia mempunyai arah dan pendorong dalam
menyimak.
(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau mengusahakan meminati bahan yang
disimaknya.
(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak juga harus memiliki pengalaman dan
pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah menerima, mencerna, dan memahami isi
bahan simakan.
Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan tersebut diatas pasti berhasil dalam setiap
peristiwa menyimak. Penyimak yang belum dapat memenuhi persyaratan tersebut jelas akan
mengalami berbagai hambatan dalam menyimak. Penyimak seperti golongan terakhir ini sudah
dapat dipastikan gagal dalam menyimak.
Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa, dan orang
awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada waktunya. Perlakuan
demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai secara otomatis.
Sebagai mana orang dapat bernafas tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak
tidak perlu dipelajari karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai
menyimak jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak
diabaikan.
Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama ini mengenai
menyimak, ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan potensi dapat menyimak.
Namun, potensi itu perlu dikembangkan melalui latihan sistematis, terarah, dan
berkesinambungan supaya menjadi kenyataan. Potensi itu akan tetap merupakan potensi bila
tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.
Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan. Menyimak dengan
segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak bermunculan. Pengajaran menyimak mulai
diperhatikan. Bahkan lebih dari itu, menyimak diperlakukan sebagai mata pelajaran yang
mandiri. Sebagai mata pelajaran yang mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan,
bahan, metode, media, dan penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai
tersendiri pula.
Dalam pokok bahasan faktor penentu keberhasilan menyimak, sudah dijelaskan faktor-
faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:
(1) pembicara
(2) pembicaraan
(3) situasi
(4) penyimak
Faktor penyimak ini akan dibicarakan sekali lagi. Fokus pembicaraan mengenai ciri-ciri
atau karakteristiknya.
Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik atau ideal sangat
berguna bagi setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum berpengalaman, pengetahuan tentang
ciri penyimak ideal itu dapat digunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak
yang ideal. Bagi penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang dianggap perlu
dan membuang hal yang dianggap tak perlu.
Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak ideal. Berikut
ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.
Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar bersiap untuk menyimak.
Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi prima. Mentalnya stabil, pikiran jernih.
(2) Berkonsentrasi
(3) Bermotivasi
Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam menyimak. Yang
bersangkutan mungkin mempunyai tujuan menambah pengetahuan, mau belajar tentang
sesuatum mau menguji tentang sesuatu dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya
sebagai motivasi atau pemacu, pendorong, penggerak, dalam menyimak.
(4) Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berprasangka, tidak berat sebelah. Yang
bersangkutan bukan melihat siapa yang berbicara tetapi apa yang dikatakannya. Bila yang
dikatakan itu memang benar, ia terima, bila salah, ia menolak siapapun yang
mengatakannya.
(5) Menyeluruh
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan secara lengkap,
utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat ataupun terputus-putus, atau
hanya menyimak yang disenangi saja.
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai pembicara. Ia tidak menganggap
enteng, menyepelakan apa yang disampaikan oleh pembicara. Ia pun tidak mengaggap diri
tahu segalanya dan pengetahuannya melebihi pembicara. Penyimak yang baik selalu
menghargai pendapat pembicara, walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan
pendapatnya.
(7) Selektif
Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan simakan yang perlu
diperhatikan da diingat. Tidak semua bahan yang diterima diteln mentah-mentah, tetapi
dipilihnya bagian–bagian yang bersifat inti.
(8) Sungguh-sungguh
Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan dengan sesungguh hatinya. Ia tidak
akan berpura-pura menyimak padahal hatinya dan perhatiannya ke tempat lain. Yang
bersangkutan benar-benar menyimak pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik
baginya.
Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan simakan. Yang
bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai gangguan kecil seperti kebisingan.
Kalaupun sekali waktu ia mendapat gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali
kepada tugas semula, yakni menyimak.
Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap terhadap situasi. Ia cepat menghayati
dan menyesuaikan diri dengan inti pembicaraan, irama pembicaraan, dan gaya pembicara.
Penyimak yang baik selalu mengenal arah pembicaraan, bahkan sudah dapat menduga ke
arah mana pembicaraan berlangsung. Biasanya, pada menit-menit pertama awal
pembicaraan, penyimak yang baik sudah mengetahui arah pembicaraan dan barangkali
sudah dapat menduga isi pembicaraan.
(13) Merangkum
Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan. Hal itu
terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara lisan atau tertulis setelah
proses menyimak selesai.
(14) Menilai
Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi bahan simakan
yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau dibandingkan dnegan pengetahuan
dan pengalamannya.
(15) Merespons
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil simakan, penyimak menyatakan
pendapat terhadap isi pembicaraan tersebut. Yang bersangkutan mungkin setuju atau tidak
setuju, sependapat atau tidak sependapat dengan si pembicara. Reaksi atau tanggapn
penyimak itu dapat berwujud dalam bentuk mengagguk-angguk, menggeleng-geleng,
mengerjakan sesuatu, dan sebagainya.
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai
apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak
yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang sudah dibicarakan.
Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran kemampuan
menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan
seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up on my listening”, yang disadur secara bebas
menjadi duga daya simak diri.
Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan pada diri sendiri yang dapat dijawab dengan ya
atau tidak. Bila semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya, artinya Anda mempunyai daya
simak tinggi. Sebaliknya bila pertanyaan itu dijawab tidak, Anda mempunyai daya simak yang
rendah.
(1) Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dna strategis sehingga saya dapat melihat
dan mendengarkan si pembicara
(2) Terarahkah pandangan saya kepada pembicara?
(3) Bersiapkah saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan disampaikan?
(1) Pada menit-menit pertama, sadarkah saya ke mana dibawa oleh pembicara?
(2) Dapatkah saya temukan ide pusat sehingga saya dapat mengikutinya sepanjang
pembicaraan?
(1) Sesuaikah pengetahuan baru itu (hasil simakan) dengan pengetahuan siap saya?
(2) Saya pertimbangkan setiap ide yang disampaikan pembicara sehingga saya dapat
mengatakan setuju atau tidak setuju dengan pembicara?
Setiap manusia dialhirkan dengan sejumlah potensi. Salah satu potensi pembawaan sejak lahir itu
adalah potensi mampu menyimak. Potensi harus dibina dan dikembangkan. Melalui latihan
menyimak yang terarah dan berkesinambungan, potensi tadi dapat berwujud menjadi
kemampuan menyimak yang nyata. Tanpa pembinaan dan pengembangan, potensi tersebut tetap
berupa potensi tertutup. Tidak timbuh, ataumati.
Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara untuk mempertajam daya simak. Kelima cara
tersebut adalah:
(3) parafrase
(4) merangkum
MODUL 3
PENGAJARAN MENYIMAK
Modul ketiga ini membahas tentang bahan dan metode pengajaran menyimak. Pembicaraan
dipusatkan kepada tiga hal, yakni:
Bahan, metode, dan penilaian merupakan sebagian dari butir-butir panjang dalam setiap
pengajaran, termasuk pengajaran menyimak. Setiap guru atau calon guru harus memahami
benar-benar dan mempraktekkan penyusunan bahan, penerapan metode dan penilaian dalam
proses belajar mengajar. Jika guru dan calon guru sudah menguasai ketiga hal terseebut, mak
ayang bersangkutan akan mendapatkan berbagai manfaat. Pertama, yang bersangkutan dapat
merencanakan pengajaran menyimak dengan sebaik-baiknya. Kedua, yang bersangkutan akan
tampil di kelas dengan penuh percaya diri, meyakinkan dan mengesankan. Ketiga, pemahaman
terhadap ketiga butir tersebut diatas sangat membantu yang bersangkutan dalam melaksanakan
pengajaran pokok bahasan lainnya.
Sebagimana modul-modul lainnya, modul ini pun dapat Anda pelajari denagn berbagai
cara. Anda dapat mempelajari secara mandiri, berkelompok, berdiskusi, atau secara tutorial. Cara
mana pun yang dipilih, pada akhirnya kegiatan belajar-mengajar Anda diharapkan dpat
memahami dan menerapkan penyusunan bahan, metode dan penilaian dalam pengajaran
menyimak.
Tujuan instruksional umum di atas dapat dirinci menjadi tujuan instruksional khusus
seperti berikut yaitu mahasiswa dapat;
Teori tidak selamanya sejalan dengan prakteknya. Buktinya, tergambar dalam pengajaran
menyimak. Kita sudah mengetahui bahwa menyimak sangat fungsional dalam kehidupan
manusia. Pengajaran bahasa, baik bahasa pertama ataupun bahasa kedua, harus berlandaskan
menyimak. Menyimak juga memperlancar ketrampilan berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan menyimak juga sangat penting dalam memperlancar komunikasi lisan. Menyimak
adalah sarana ampuh dalam mengumpulkan informasi.
Sebenarnya menyusun bahan pengajaran menyimka tidak sesukar yang diduga. Hampir sama
bahan pengajaran pokok bahasan yang ada dapt dijadikan bahan pengajaran menyimak. Semua
bahan pengajaran yang tertulis dialihkan dalam bentuk suara maka jadilah bahan tersebut
menjadi bahan pengajaran menyimak.
Bahan pengajaran membaca yang sudah ada dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran
menyimak. Caranya dengan mengubah bentuk tetulis menjadi bentuk lisan.
Pengajaran menyimak dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Metode yang dipilih
sangat bergantung kepada pengajar dengan mempertimbangkan tujuan, bahan,dan keterampilan
proses yang ingin dikembangkan. Pengajaran menyimak yang bervariasi sangat menunjang
minat dan gairah belajar. Proses belajar yang dilandasi oleh minat dan gairah dapat diharapkan
akan berhasil.
Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat akan dapat menanggulangi
berbagai masalah seperti:
Pengajar yang memiliki pengetahuan dan keterampilan menggunakan berbagai teknik pengajaran
menyimak akan tampil lebih meyakinkan, percaya diri, dan menarik.
Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat akan menumbuhkan
suasana belajar-mengajar yang baik.
Memusatkan Perhatian
Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat membuat perhatian terpusat
pada pelajaran.
Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat menjamin penyampaian
materi pejaran lebih terarah, efisien dan efektif.
Pengajaran Lebih Berhasil
Pemilihan dan penerapan metode pengajaran meenyimak yang lebi tepat lebih menjamin
tercapainya tujuan pengajaran. Ini berarti pengajarn pun akan berhasil dengan baik.
Pada hakikatnya tidak ada metode yang baik atau buruk. Metode itu sifatnya netral, karena baik
buruknya suatu metode tergantung dari pengajar itu sendiri yang memakai.
Namun dalam praktek pengajaran kita kenal juga istilah metode yang baik. Sesuatu metode
pengajaran yang baik dapat dikenal dari ciri-cirinya seperti:
Apabila anda rajin membuka-buka buku pengajaran bahasa, Anda akan menemukan
bermacam-macam metode pengajaran bahasa. Sebagian dari metode tersebut digunakan sebagai
metode pengajaran menyimak. Berikut ini disajikan sejumlah metode pengajaran menyimak.
(12) Parafrase
Contoh : Saat Anda mengikuti kegiatan perkuliahan, Anda mendengar benda jatuh. Anda
menoleh ke arah suara benda tadi. Anda tidak melihat apa-apa kemudian Anda melanjutkan
kembali kegiatannya.
Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan senagaja
tetapi belum ada unsur pemahaman.
Contoh : Saya sedang membuat materi perkuliahan bahasa Indonesia. Saat saya sedang menulis,
tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian saya berhenti sejenak sambil
menikmati lagu tersebut. Setelah lagu selesai, saya mengerjakan tugas lagi.
Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28)
Contoh : pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan sungguh-sungguh.
Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya dengan isi pembicaraan.
Tanpa saya sadari, sesekali saya mengangguk-anggukkan kepala karena saya memahami apa
yang telah dijelaskan. Saat guru memberi kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang
belum saya pahami. Sebelum berakhir, saya merasa puas mengenai pembelajaran yang telah
dibahas.
Setelah Anda membaca dan memahami ketiga kata dan contoh di atas, maka kata apa yang
paling tepat digunakan dalam bahan pelatihan ini? Tentu kata menyimak bukan? Oleh sebab itu,
dalam pembahasan pembelajaran, konsep atau pengetahuan dalam pelatihan ini istilah yang
digunakan adalah istilah menyimak.
Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat memperoleh informasi
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga di sekola, menyimak mempunyai
peranan penting karena dengan menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan
menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu dalam pembelajaran menyimak memerlukan
latihan-latihan yang intensif.