You are on page 1of 16

01.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak dibicarakan adalah
rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya ratarata prestasi belajar, khususnya siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA). Masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia yang juga
banyak dibicarakan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu di dominasi oleh guru
(teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai obyek didik. Pendidikan kita
kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran, untuk
mengembangkan kemampuan berfikir holistik (menyeluruh), kreatif, obyektif dan logis, belum
memanfatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta
kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Demikian juga proses pendidikan kita,
umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pembelajaran secara
tuntas. Akibatnya, tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun
sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran pula kalau mutu pendidikan secara nasional masih
rendah.
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang
otonomi daerah telah mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam
penyelenggaran pemerintah, termasuk di dalamnya bidang pendidikan. Berdasar UU tersebut maka
pemerintah menetapkan suatu kurikulum baru bagi pendidikan nasional kita yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan di
sekolah yang dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan warga sekolah berdasarkan karakteristik dan
potensi sekolah dan lingkungan serta kebutuhan peserta didik di sekolah tersebut (Sosialisasi KTSP,
XXXX:6).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa
dalam kurikulum terbaru ini dikelompokkan 5 mata pelajaran :
0.2

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian


c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Peningkatan mutu pendidikan berdasarkan kurikulum KTSP diarahkan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia seutuhnya melalui : olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya
saing dalam menghadapi tantangan global.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan belajar bagi masyarakat
dan meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan. Upaya-upaya
tersebut dilakukan karena disadari bahwa pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan
seluruh potensi peserta didik agar mampu menguasai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk ilmu kimia, telah menciptakan
pemilihan materi, metode dan media pembelajaran, serta sistem pengajaran yang tepat. Guru selalu
dituntut berinovasi dan memperbaiki proses belajar dan pembelajaran kelas yang selama ini telah
dilakukan. Proses belajar mengajar harus dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan
pembelajaran yang bermakna (meaningfull learning), dan bukan sekedar pembelajaran yang hafalan
saja (rote learning). Untuk mencapai suatu pembelajaran yang bermakna (meaning learning), salah
satu pendekatan kontruktivisme memulai pelajaran dari ”apa yang diketahui siswa”. Untuk
menjadikan suatu pembelajaran yang bermakna maka dalam suatu pembelajaran dapat menggunakan
model pembelajaran kooperatif. Model belajar kooperatif salah satunya adalah belajar kooperatif
model STAD (Student Teams Achievement Divisions). Belajar kooperatif model STAD mempunyai
ciri, yakni belajar dilakukan melalui belajar kelompok, guru menyajikan informasi akademik baru
kepada siswa, siswa dalam kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap
kelompok harus heterogen, yakni terdiri dari lakilaki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, dan
memiliki kemampuan yang tinggi, sedang, dan rendah (Slavin, XXXX: 144).
Model pembelajaran STAD dikembangkan untuk membuat pelajaran menjadi suatu proses yang aktif
03.

bukan pasif. Model pembelajaran ini diberikan agar siswa mampu melakukan observasi sendiri,
mampu menganalisis sendiri, dan mampu berfikir sendiri. Siswa bukan hanya mampu menghafal dan
meniru pendapat orang lain, juga untuk merangsang agar berani dan mampu menyatakan dirinya
secara aktif, bukan hanya pendengar yang pasif terhadap segala suatu yang dikatakan guru. Belajar
kooperatif ditandai dengan adanya tugas bersama bagi siswa, yang kemudian diterjemahkan menjadi
tujuan yang harus dicapai kelompok. Kelompok yang efektif ditandai dengan suasana yang hangat dan
produktivitas yang tinggi dalam pemenuhan tugas-tugas, tanpa adanya kelompok yang dikorbankan
dan ditonjolkan (Joni, 1993).
Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut siswa melaksanakan
eksperimen, salah satunya adalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pembelajaran materi Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus sesuai
dengan karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses. Dalam kurikulum ini
disebutkan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa adalah :”Memahami sifat-sifat
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”. Standar kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar,
yaitu mengidentifikasi sifat Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan data percobaan.
Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran
yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep
sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar Metode STAD (Student Team Achievement
Divisions) sebagai contoh metode pembelajaran kooperatif terbukti efektif jika digunakan pada pokok
bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit yang memerlukan pemahaman konsep. Dengan metode
STAD ini, siswa dapat saling bantu membantu dalam kelompoknya dalam menguasai konsep pada
materi tersebut. Disisi lain, metode pembelajaran STAD ini merupakan metode pembelajaran
kooperatif yang kegiatan kelompoknya lebih mudah dikendalikan dan diawasi
Keberhasilan proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh metode mengajar, dipengaruhi pula oleh
aktivitas belajar siswa. Pada kegiatan itu siswa diarahkan pada latihan menyelesaikan masalah,
sehingga akan mampu mengambil keputusan karena telah memiliki ketrampilan di dalam
04.

mengumpulkan informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil belajar yang
diperolehnya. Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Hal
ini mengingat bahwa kegiatan belajar mengajar diadakan dalam rangka memberikan pengalaman
belajar kepada siswa. Jika siswa aktif dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat
mengambil manfaat dari pengalaman tersebut dan memilikinya. Mengingat pentingnya aktivitas
belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan situasi belajar
mengajar yang lebih banyak melibatkan aktivitas belajar siswa, sedangkan siswa itu sendiri hendaknya
dapat memotivasi dirinya sendiri untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya aktivitas
belajar ini kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai siswa akan memuaskan.
Di SMA X pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit diajarkan dengan menggunakan
metode ceramah, sedangkan pada kurikulum KTSP menekankan pada pencapaian kompetensi dasar.
Pencapaian kompetensi dasar dapat dikembangkan melalui pemilihan metode. Metode yang dipilih
dalam penelitian ini adalah metode kooperatif. Salah satu metode kooperatif adalah metode STAD
(Student Team Achievement Division) yang dilengkapi pendekatan PAIKEM. Pemilihan metode ini
dirasa sangat kondusif bagi siswa SMA X. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswanya masih
individual, kerjasama antar siswa dalam belajar masih kurang sehingga perlu ditumbuhkan sikap
kerjasama antar kelompok siswa karena dalam belajar kelompok jika ada seorang siswa yang belum
memahami materi, maka teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk menjelaskannya. Dengan
penggunaan metode kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar yang
lebih baik. Sekolah Menengah Atas (SMA) X, merupakan salah satu sekolah di Kabupaten X.
Berdasarkan pengamatan di kelas, khususnya kelas X-2 dan dari hasil wawancara dengan guru kimia
di sekolah tersebut, serta hasil dari angket observasi kesulitan belajar kimia siswa, dapat diidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran kimia,
khususnya pada materi pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, yaitu dengan metode
ceramah.
2. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multi media yang telah tersedia di
05.

sekolah tersebut, khususnya untuk mata pelajaran kimia.


3. Kurang lengkapnya fasilitas alat dan bahan di Laboratorium Kimia.
4. Kondisi siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran kimia.
5. Banyak siswa yang masih sulit memahami materi pembelajaran, salah satunya pada materi
pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar
kimia pada materi pembelajaran tersebut.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM sesuai untuk
dilaksanakan pada materi pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit?
3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit?
1.3. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka perlu adanya pembatasan
masalah. Berdasrkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang ada maka penelitian ini
dibatasi pada :
1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2 semester II SMA X tahun pelajaran
XXXX/XXXX.
2. Metode Penelitian
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
3. Materi Pokok
06.

Materi pokok yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Penilaian
Sistem penilaian yang digunakan dalam metode pembelajaran ini meliputi aspek kognitif, aspek afektif
dan aspek psikomotorik. Nilai aspek kognitif diperoleh dari hasil tes awal, tes siklus satu dan tes siklus
dua. Sedangkan Nilai afektif diperoleh dari angket afektif dan observasi terhadap presensi siswa, serta
perilaku siswa dalam proses belajar mengajar. Aspek afektif hanya digunakan untuk mengetahui
karakteristik siswa.

1.4. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat
disusun perumusan masalah sebagai berikut : ”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit?”

1.5. Tujuan Penelitian


Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : ”Meningkatkan prestasi belajar
siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM ”.

1.6. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoritis :
a. Memberikan masukan kepada guru dan calon guru terhadap kemampuan kognitif dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Sebagai masukan bagi sekolah dalam mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui
pendekatan PAIKEM untuk pembelajaranpembelajaran pada mata pelajaran eksak yang lain.
07.

BAB II

GURU SEBAGAI PERAIH PRESTASI SISWA


Guru mempunyai peranan amat penting dalam keseluruhan upaya pendidikan.
Bimbingan merupakan bagian terpadu dari keseluruhan upaya pendidikan yang
dilakukan agar anak dapat mencapai hasil kegiatan yang optimal. Hal ini dapat
diupayakan melalui peningkatan kualifikasi pendidikan, kinerja profesionalisme guru,
tentunya diiringi dengan kesejahteraan bagi guru dan pemberian penghargaan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan, menyatakan guru adalah pendidik profesional. Terkait dengan makna
profesionalisme maka guru harus merefleksikan kamampuan dan kesiapan untuk
melaksanakan seluruh tugas profesional guru yang mensyaratkan adanya kepribadian
yang menjadi teladan, menguasai ilmu keguruan dan memahami materi pelajaran.

Kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh guru melainkan oleh intake
(siswa), sarana, dan faktor-faktor eksternal lainnya, sesuai dengan pendekatan
pembelajaran holistik, pembelajaran sebagai proses terpadu memungkinkan adanya
hubungan antara sekolah dan orang tua. Guru dan orang tua sama-sama memandang
pentingnya pengembangan potensi anak secara optimal.
Siswa dapat berhasil dalam pendidikan apabila proses pendidikannya itu berlangsung
terus menerus baik di sekolah maupun di dalam keluarga. Tetapi pada akhirnya tidak
terlepas pada kompetensi yang dimiliki setiap guru dalam proses pembelajaran.

Upaya guru terhadap pembimbingan siswa harus didasari hati yang ikhlas, rela
berkorban, tanpa pamrih, apapun hasil yang diperoleh, guru harus tetap menghargai
usaha siswa baik belum berhasil apalagi jika berhasil, semua harus dijadikan proses
pembelajaran agar tidak cepat puas dengan hasil yang sudah diperoleh.

Permediknas Nomor 18 Tahun 2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru


dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat
pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang
08.

merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian


terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Salah satu
komponen penilaian portofolio yaitu prestasi akademik.

Guru yang melakukan pembimbingan terhadap siswa dalam berbagai lomba


baik memperoleh juara maupun tidak, dihargai minimal tingkat kecamatan. Hal ini
merupakan angin segar bagi para guru yang selalu melakukan pembimbingan terhadap
siswa-siswinya.
Namun demikian tidak sedikit guru yang sudah melakukan pembimbingan, tidak
mempunyai bukti fisik, hal ini mungkin kurangnya apresiasi di lingkungan tenaga
kependidikan itu sendiri, atau mungkin masih melekatnya anggapan “guru tanpa tanda
jasa”. Maka seyogyanya tidak boleh lagi guru menjadi “pahlawan tanpa tanda jasa”,
tapi justru guru harus menjadi pahlawan yang berwibawa, yang memperoleh hak
sesuai dengan jasa-jasanya (yang justru luar biasa).

Melihat kenyataan di atas, penulis memiliki gagasan mengenai upaya guru


meraih prestasi dengan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah upaya guru meraih prestasi siswa melalui bimbingan belajar di
Sekolah Dasar Negeri Wantilan dalam menghadapi lomba bidang studi?
b. Faktor apa saja yang menjadi kendala dalam meraih prestasi siswa Sekolah Dasar
Negeri Wantilan?
c. Bagaimanakah keberhasilan upaya guru terhadap siswa melalui bimbingan belajar?

Dengan perumusan masalah di atas diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai


berikut:
a. Mendeskripsikan upaya guru meraih prestasi siswa untuk menghadapi lomba
bidang studi Sekolah Dasar.
b. Mendeskripsikan faktor yang menjadi kendala dalam meraih prestasi siswa.
c. mendeskripsikan keberhasilan prestasi siswa Sekolah Dasar Negeri Wantilan
melalui bimbingan belajar.
Dengan harapan pencapaian tujuan di atas, penulisan ini dapat memberikan manfaat,
09.

diantaranya :
a. Sebagai bahan masukan bagi para guru guna mempersiapkan siswa-siswinya dalam
menghadapi lomba bidang studi.
b. Sebagai landasan/tolak ukur kebijakan bagi tenaga kependidikan yang terkait
berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi pada prestasi.

A. Upaya Guru Meraih Prestasi Siswa


Pada permulaan tahun pelajaran, guru/wali kelas dihadapkan pada siswa yang
baru masuk di kelas I atau ke tingkat kelas yang lebih tinggi. Disini guru akan
menghadapi situasi/kondisi, karakter dan potensi siswa yang selalu berbeda dan
berubah setiap tahunnya pada setiap jenjang satuan pendidikan.
Guru/wali kelas perlu mengantisipasi sedini mungkin, salah satu contoh untuk
persiapan dalam menghadapi berbagai macam lomba, khususnya lomba bidang studi
maupun lomba siswa berprestasi. Guru mempunyai peranan yang sangat penting.
Kemajuan pendidikan disuatu sekolah salah satu diantaranya dapat dilihat dari
keberhasilan siswa-siswanya meraih prestasi di berbagai perlombaan.
1. Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Prestasi
Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses dan hasil belajar siswa
sesuai dengan kompetensi dasar yang menyangkut materi pelajaran dan perilaku yang
diharapkan dari siswa.
Menurut Bloom (dalam Slavin, 1994) prestasi akademik/prestasi belajar adalah
proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang
pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi.
Siswa yang berorientasi berprestasi, memiliki harapan yang besar untuk berhasil
daripada yang takut akan kegagalan. Atkinson dan Dianor dalam Santrok 1992. Hasrat
berprestasi menunjukkan keinginan untuk mencapai yang terbaik. Hal ini dapat
ditunjang dengan adanya hubungan kerjasama yang baik antara guru di sekolah,
melalui pembimbingan yang terus menerus secara berkesinambungan.
Di era globalisasi seperti sekarang ini persaingan sangat dimungkinkan perlu
10.

diciptakan suatu lingkungan sekolah yang mendorong anak didiknya untuk berprestasi
sehingga dapat dan siap bersaing dengan siapa saja.
Untuk pertama kali yang dipersiapkan guru dalam menghadapi lomba bidang studi
atau siswa berprestasi adalah jumlah nilai siswa tertinggi secara berurutan sebanyak
10 siswa.
Contoh : mengajukan pertanyaan yang diajukan pada siswa :
1) Siapa saja yang senang dengan semua mata pelajaran bidang studi?
2) Pelajaran apa saja yang paling sangat disenangi?
Sehingga data awal dapat diperoleh sebagai berikut :
No. Mata Pelajaran Banyak Siswa Ket.
1.
2.
3.
4. Siswa berprestasi
Bahasa Indonesia
IPA
Matematika 2
2
3
3
Jumlah 10

Siswa diberitahu bahwa setiap tahun selalu ada seleksi lomba bidang studi/siswa
berprestasi. Siswa harus mempersiapkan diri dan termotivasi untuk mengikuti. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa siapa saja yang menunjukkan prestasi yang
terbaik.
11.

BAB III

FAKTOR KENDALA
3.1Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala Bagi Siswa Dalam Meraih Prestasi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Miranda
(2000), Winkel (1986), dan Santrok menyatakan bahwa prestasi belajar siswa
ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
3.1.1. Faktor yang ada pada diri siswa:
a. Taraf intelegensi;
b. Bakat khusus;
c. Taraf pengetahuan yang dimiliki;
d. Taraf kemampuan berbahasa;
e. Taraf organisasi kognitif;
f. Motivasi;
g. Perasaan;
h. Sikap;
i. Minat;
j. Konsep diri;
k. Kondisi fisik dan psikis.

3.1.2. Faktor-faktor yang ada pada lingkungan sekolah


a. Hubungan antara orang tua;
b. Hubungan orang tua-anak;
c. Jenis pola asuh;
d. Keadaan sosial ekonomi keluarga.

3.1.3. Faktor-faktor yang ada di lingkungan sekolah


a. Guru; kepribadian guru; sikap guru terhadap siswa; keterampilan didaktik, dan gaya
mengajar.
12.

b. Orgaisasi sekolah;

c. Sistem sosial di skeolah;


d. Keadaan fisik sekolah dan fasilitas pendidikan;
e. Hubungan sekolah dengan orang tua;
f. Loksi sekolah.

Matindas (1997) dalam konsep AKU (Ambisi Kenyataan Usaha) menyatakan


bahwa faktor-faktor di atas sebagai kenyataan yang ada keberhasilan yang dapat di
capai seseorang juga ditentukan oleh ambisi (sesuatu yang dilakukan oleh individu
untuk mencapai ambisinya dan mengatasi kenyataan yang ada).
13.

BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan gagasan mengenai upaya guru meraih prestasi
berdasarkan pengalaman, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pelaksanaan bimbingan yang penulis laksanakan selama ini sangat bermanfaat,
walaupun masih jauh dari harapan yang diinginkan, sehubungan belum banyak
berprestasi di tingkat kabupaten apalagi di tingkat Propinsi.
Mengajar di kelas 5 selama 8 periode, satu periode tidak meraih prestasi. Dari 8
periode, 6 periode meraih prestasi juara I murid teladan/siswa berprestasi di Tk
Kecamatan Cipeundeuy. Dua periode di Tk Kabupaten Subang yaitu : juara 2 dan 3
harapan.
Dari 8 periode, 6 periode meraih prestasi juara ke-1 bidang studi Bahasa
Indonesia/Sinopsis. Tiga periode tingkat kabupaten yaitu: juara ke-2 Bahasa
Indonesia, juara ke-3 lomba sinopsis, juara ke-3 mengarang.
Dari 8 periode, 3 periode juara ke-1 Tk Kecamatan sebanyak 2 kali, juara ke-3 satu
kali. Peringkat hatapan 3 Tk Kabupaten, pada mata pelajaran IPA.
faktor-faktor yang menyebabkan hambatan siswa meraih prestasi, yaitu faktor interen
dan eksteren siswa diupayakan sedini mungkin dengan pembimbingan secara intensif,
terprogram, dan terpadu dai kelas rendah sampai kelas tinggi secara
berkesinambungan maka hasilnya akan lebih baik.

4.2. Saran
Agar upaya guru meraih prestasi siswa dapat optimal, maka pembimbingan
harus dilaksanakan secara terprogram, terpadu, baik yang mengajar di kelas rendah,
maupun di kelas tinggi bersama-sama berkomitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
14.

4.3. Rekomendasi
Pengembangan kompetensi guru dalam upaya meraih prestasi siswa ditempuh
melalui peningkatan studi. Guru harus mempunyai motivasi untuk melanjutkan studi
ke jenjang yang lebih tinggi. Guru juga dapat mengambil mata kuliah tertentu yang
relevan dengan tugas di sekolah (belum umum di Indonesia). Guru perlu mengikuti
seminar-seminar untuk memperluas wawasannya atau penataran-penataran untuk
meningkatkan keprofesionalannya. Guru juga harus senantiasa belajar mandiri supaya
menjadi guru yang up to date. Pengembangan diri ini mensyaratkan ketersediaan dana
yang mencukupi, yang harus dipertimbangkan oleh Depdiknas.
Idealnya guru-guru profesional memenuhi standar profesi. Guru mempunyai
pengetahuan akademik dan kependidikan yang mendalam, kemahiran profesional
(praktik) yang memadai, komitmen terhadap pekerjaan yang kuat, dan kewenangan
(izin) mengajar dari lembaga yang berwenang. Guru yang demikian, dalam
penampilan kerjanya berani bertindak secara otonom untuk mengolah kurikulum dan
pengalaman belajar siswa sesuai dengan kemajuan iptek/zaman; guru bersikap dan
bertindak inovatif.
Kepada tenaga kependidikan seyogyanya melihat keberhasilan tidak dari satu sisi saja
semisal dengan banyaknya prestasi siswa yang diraih pada berbagai perlombaan,
namun dengan proses pembimbingan itu sendiri sebagai upaya guru dalam
meningkatkan mutu pendidikan hendaknya juga mendapatkan apresiasi dari pihak-
pihak yang terkait. Pepatah bijak mengatakan: “Untuk jadi yang terbaik tidak harus
jadi nomor satu”.
15.

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D, Drs. Agus Taufik, M.Pd, Dra. Puji Lestari Prianto,
M.Psi. Pendidikan Anak di SD: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka; 2003.

DR. Reni akbar – Hawadi. Akselerasi A-Z Informasi Percepatan Belajar dan Anak
Berbakat Intelektual: PT. Grasindo; November 2003.
Victor Cogen, Ed.D. Melejitkan Prestasi Anak: Pustaka Hidayah,Cetakan I; Februari
2006.
DAFTAR ISI
Halaman

MOTTO

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang …………………………………………………………………01.

1.2 Identifikasi masalah ……………………………………………………………05.

1.3 Pembatasan masalah …………………………………………………………..05.

1.4 Perumusan masalah ……………………………………………………………06.

1.5 Tujuan penelitian ………………………………………………………………06.

1.6 Mamfaat penelitian ……………………………………………………………06.

BAB II GURU SEBAGAI PERAIH PRESTASI SISWA

BAB III FAKTOR KENDALA

3.1. Faktor yang menjadi kendala bagi siswa dalam meraih prestasi ……………….11.

3.1.1 Faktor yang ada pada diri siswa ………………………………………………..11.

3.1.2 Faktor yang ada pada lingkungan sekolah ……………………………………..11.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

4.3 Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

You might also like