Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
bukan pasif. Model pembelajaran ini diberikan agar siswa mampu melakukan observasi sendiri,
mampu menganalisis sendiri, dan mampu berfikir sendiri. Siswa bukan hanya mampu menghafal dan
meniru pendapat orang lain, juga untuk merangsang agar berani dan mampu menyatakan dirinya
secara aktif, bukan hanya pendengar yang pasif terhadap segala suatu yang dikatakan guru. Belajar
kooperatif ditandai dengan adanya tugas bersama bagi siswa, yang kemudian diterjemahkan menjadi
tujuan yang harus dicapai kelompok. Kelompok yang efektif ditandai dengan suasana yang hangat dan
produktivitas yang tinggi dalam pemenuhan tugas-tugas, tanpa adanya kelompok yang dikorbankan
dan ditonjolkan (Joni, 1993).
Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut siswa melaksanakan
eksperimen, salah satunya adalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pembelajaran materi Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus sesuai
dengan karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses. Dalam kurikulum ini
disebutkan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa adalah :”Memahami sifat-sifat
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”. Standar kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar,
yaitu mengidentifikasi sifat Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan data percobaan.
Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran
yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep
sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar Metode STAD (Student Team Achievement
Divisions) sebagai contoh metode pembelajaran kooperatif terbukti efektif jika digunakan pada pokok
bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit yang memerlukan pemahaman konsep. Dengan metode
STAD ini, siswa dapat saling bantu membantu dalam kelompoknya dalam menguasai konsep pada
materi tersebut. Disisi lain, metode pembelajaran STAD ini merupakan metode pembelajaran
kooperatif yang kegiatan kelompoknya lebih mudah dikendalikan dan diawasi
Keberhasilan proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh metode mengajar, dipengaruhi pula oleh
aktivitas belajar siswa. Pada kegiatan itu siswa diarahkan pada latihan menyelesaikan masalah,
sehingga akan mampu mengambil keputusan karena telah memiliki ketrampilan di dalam
04.
mengumpulkan informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil belajar yang
diperolehnya. Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Hal
ini mengingat bahwa kegiatan belajar mengajar diadakan dalam rangka memberikan pengalaman
belajar kepada siswa. Jika siswa aktif dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat
mengambil manfaat dari pengalaman tersebut dan memilikinya. Mengingat pentingnya aktivitas
belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan situasi belajar
mengajar yang lebih banyak melibatkan aktivitas belajar siswa, sedangkan siswa itu sendiri hendaknya
dapat memotivasi dirinya sendiri untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya aktivitas
belajar ini kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai siswa akan memuaskan.
Di SMA X pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit diajarkan dengan menggunakan
metode ceramah, sedangkan pada kurikulum KTSP menekankan pada pencapaian kompetensi dasar.
Pencapaian kompetensi dasar dapat dikembangkan melalui pemilihan metode. Metode yang dipilih
dalam penelitian ini adalah metode kooperatif. Salah satu metode kooperatif adalah metode STAD
(Student Team Achievement Division) yang dilengkapi pendekatan PAIKEM. Pemilihan metode ini
dirasa sangat kondusif bagi siswa SMA X. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswanya masih
individual, kerjasama antar siswa dalam belajar masih kurang sehingga perlu ditumbuhkan sikap
kerjasama antar kelompok siswa karena dalam belajar kelompok jika ada seorang siswa yang belum
memahami materi, maka teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk menjelaskannya. Dengan
penggunaan metode kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar yang
lebih baik. Sekolah Menengah Atas (SMA) X, merupakan salah satu sekolah di Kabupaten X.
Berdasarkan pengamatan di kelas, khususnya kelas X-2 dan dari hasil wawancara dengan guru kimia
di sekolah tersebut, serta hasil dari angket observasi kesulitan belajar kimia siswa, dapat diidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran kimia,
khususnya pada materi pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, yaitu dengan metode
ceramah.
2. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multi media yang telah tersedia di
05.
Materi pokok yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Penilaian
Sistem penilaian yang digunakan dalam metode pembelajaran ini meliputi aspek kognitif, aspek afektif
dan aspek psikomotorik. Nilai aspek kognitif diperoleh dari hasil tes awal, tes siklus satu dan tes siklus
dua. Sedangkan Nilai afektif diperoleh dari angket afektif dan observasi terhadap presensi siswa, serta
perilaku siswa dalam proses belajar mengajar. Aspek afektif hanya digunakan untuk mengetahui
karakteristik siswa.
BAB II
Kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh guru melainkan oleh intake
(siswa), sarana, dan faktor-faktor eksternal lainnya, sesuai dengan pendekatan
pembelajaran holistik, pembelajaran sebagai proses terpadu memungkinkan adanya
hubungan antara sekolah dan orang tua. Guru dan orang tua sama-sama memandang
pentingnya pengembangan potensi anak secara optimal.
Siswa dapat berhasil dalam pendidikan apabila proses pendidikannya itu berlangsung
terus menerus baik di sekolah maupun di dalam keluarga. Tetapi pada akhirnya tidak
terlepas pada kompetensi yang dimiliki setiap guru dalam proses pembelajaran.
Upaya guru terhadap pembimbingan siswa harus didasari hati yang ikhlas, rela
berkorban, tanpa pamrih, apapun hasil yang diperoleh, guru harus tetap menghargai
usaha siswa baik belum berhasil apalagi jika berhasil, semua harus dijadikan proses
pembelajaran agar tidak cepat puas dengan hasil yang sudah diperoleh.
diantaranya :
a. Sebagai bahan masukan bagi para guru guna mempersiapkan siswa-siswinya dalam
menghadapi lomba bidang studi.
b. Sebagai landasan/tolak ukur kebijakan bagi tenaga kependidikan yang terkait
berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi pada prestasi.
diciptakan suatu lingkungan sekolah yang mendorong anak didiknya untuk berprestasi
sehingga dapat dan siap bersaing dengan siapa saja.
Untuk pertama kali yang dipersiapkan guru dalam menghadapi lomba bidang studi
atau siswa berprestasi adalah jumlah nilai siswa tertinggi secara berurutan sebanyak
10 siswa.
Contoh : mengajukan pertanyaan yang diajukan pada siswa :
1) Siapa saja yang senang dengan semua mata pelajaran bidang studi?
2) Pelajaran apa saja yang paling sangat disenangi?
Sehingga data awal dapat diperoleh sebagai berikut :
No. Mata Pelajaran Banyak Siswa Ket.
1.
2.
3.
4. Siswa berprestasi
Bahasa Indonesia
IPA
Matematika 2
2
3
3
Jumlah 10
Siswa diberitahu bahwa setiap tahun selalu ada seleksi lomba bidang studi/siswa
berprestasi. Siswa harus mempersiapkan diri dan termotivasi untuk mengikuti. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa siapa saja yang menunjukkan prestasi yang
terbaik.
11.
BAB III
FAKTOR KENDALA
3.1Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala Bagi Siswa Dalam Meraih Prestasi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Miranda
(2000), Winkel (1986), dan Santrok menyatakan bahwa prestasi belajar siswa
ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
3.1.1. Faktor yang ada pada diri siswa:
a. Taraf intelegensi;
b. Bakat khusus;
c. Taraf pengetahuan yang dimiliki;
d. Taraf kemampuan berbahasa;
e. Taraf organisasi kognitif;
f. Motivasi;
g. Perasaan;
h. Sikap;
i. Minat;
j. Konsep diri;
k. Kondisi fisik dan psikis.
b. Orgaisasi sekolah;
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan gagasan mengenai upaya guru meraih prestasi
berdasarkan pengalaman, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pelaksanaan bimbingan yang penulis laksanakan selama ini sangat bermanfaat,
walaupun masih jauh dari harapan yang diinginkan, sehubungan belum banyak
berprestasi di tingkat kabupaten apalagi di tingkat Propinsi.
Mengajar di kelas 5 selama 8 periode, satu periode tidak meraih prestasi. Dari 8
periode, 6 periode meraih prestasi juara I murid teladan/siswa berprestasi di Tk
Kecamatan Cipeundeuy. Dua periode di Tk Kabupaten Subang yaitu : juara 2 dan 3
harapan.
Dari 8 periode, 6 periode meraih prestasi juara ke-1 bidang studi Bahasa
Indonesia/Sinopsis. Tiga periode tingkat kabupaten yaitu: juara ke-2 Bahasa
Indonesia, juara ke-3 lomba sinopsis, juara ke-3 mengarang.
Dari 8 periode, 3 periode juara ke-1 Tk Kecamatan sebanyak 2 kali, juara ke-3 satu
kali. Peringkat hatapan 3 Tk Kabupaten, pada mata pelajaran IPA.
faktor-faktor yang menyebabkan hambatan siswa meraih prestasi, yaitu faktor interen
dan eksteren siswa diupayakan sedini mungkin dengan pembimbingan secara intensif,
terprogram, dan terpadu dai kelas rendah sampai kelas tinggi secara
berkesinambungan maka hasilnya akan lebih baik.
4.2. Saran
Agar upaya guru meraih prestasi siswa dapat optimal, maka pembimbingan
harus dilaksanakan secara terprogram, terpadu, baik yang mengajar di kelas rendah,
maupun di kelas tinggi bersama-sama berkomitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
14.
4.3. Rekomendasi
Pengembangan kompetensi guru dalam upaya meraih prestasi siswa ditempuh
melalui peningkatan studi. Guru harus mempunyai motivasi untuk melanjutkan studi
ke jenjang yang lebih tinggi. Guru juga dapat mengambil mata kuliah tertentu yang
relevan dengan tugas di sekolah (belum umum di Indonesia). Guru perlu mengikuti
seminar-seminar untuk memperluas wawasannya atau penataran-penataran untuk
meningkatkan keprofesionalannya. Guru juga harus senantiasa belajar mandiri supaya
menjadi guru yang up to date. Pengembangan diri ini mensyaratkan ketersediaan dana
yang mencukupi, yang harus dipertimbangkan oleh Depdiknas.
Idealnya guru-guru profesional memenuhi standar profesi. Guru mempunyai
pengetahuan akademik dan kependidikan yang mendalam, kemahiran profesional
(praktik) yang memadai, komitmen terhadap pekerjaan yang kuat, dan kewenangan
(izin) mengajar dari lembaga yang berwenang. Guru yang demikian, dalam
penampilan kerjanya berani bertindak secara otonom untuk mengolah kurikulum dan
pengalaman belajar siswa sesuai dengan kemajuan iptek/zaman; guru bersikap dan
bertindak inovatif.
Kepada tenaga kependidikan seyogyanya melihat keberhasilan tidak dari satu sisi saja
semisal dengan banyaknya prestasi siswa yang diraih pada berbagai perlombaan,
namun dengan proses pembimbingan itu sendiri sebagai upaya guru dalam
meningkatkan mutu pendidikan hendaknya juga mendapatkan apresiasi dari pihak-
pihak yang terkait. Pepatah bijak mengatakan: “Untuk jadi yang terbaik tidak harus
jadi nomor satu”.
15.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D, Drs. Agus Taufik, M.Pd, Dra. Puji Lestari Prianto,
M.Psi. Pendidikan Anak di SD: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka; 2003.
DR. Reni akbar – Hawadi. Akselerasi A-Z Informasi Percepatan Belajar dan Anak
Berbakat Intelektual: PT. Grasindo; November 2003.
Victor Cogen, Ed.D. Melejitkan Prestasi Anak: Pustaka Hidayah,Cetakan I; Februari
2006.
DAFTAR ISI
Halaman
MOTTO
BAB I PENDAHULUAN
3.1. Faktor yang menjadi kendala bagi siswa dalam meraih prestasi ……………….11.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
4.3 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA