You are on page 1of 2

DIYAN ZULMAR TRIWIBOWO / 1006694896

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Contoh kasus :
Seorang ibu yang masih muda, berumur antara 35-40 tahun, memiliki seorang anak laki-laki
yang berumur 10 tahun. Si anak mengikuti les matematika dan bahasa inggris, disamping
kegiatan ekstrakurikulernya, basket. Ibu mengharapkan anaknya menjadi anak yang pintar di
matematika, karena ibu percaya bahwa dengan menguasai matematika, bisa menguasai bidang
yang lain dengan lebih mudah. Tapi si anak sebenarnya tidak seberapa suka dengan banyak les
yang diikutinya, dia masih ingin bermain-main dengan teman-temannya, bukan bermain dengan
tugas-tugas dari sekolah dan tempat les. Suatu ketika, si anak yang seharusnya mengerjakan PR-
nya justru malas-malasan. Ibu yang mengetahuinya, langsung membentak, dan kalau si anak
masih bandel, langsung dicubit. Ketika berada di luar rumah (misal di tempat les), ketika si anak
mengerjakan tugas tidak secepat biasanya, ibu hanya memberikan ekspresi yang kecewa
sekaligus memarahi dengan suara pelan, mungkin takut didengar orang lain. Bagaimana
psikologi menjelaskan perbedaan perilaku yang ditunjukkan si ibu terhadap si anak di tempat
yang berbeda?

Analisa :
Berdasarkan pendekatan psikoanalisis, manusia terdiri dari 3 bagian, Id, Ego, dan Superego.
Pada contoh kasus di atas, perbedaan perilaku tersebut dapat dianalisa melalui pendekatan
psikoanalisis. Keinginan ibu untuk menjadikan anaknya pintar, merupakan hasil dari Id. Naluri
ibu untuk menunjukkan kasih sayang pada anaknya, dengan mengikutkan anak les bahasa inggris
dan matematika. Superego ibu lalu menginstruksikan Ego untuk merekamnya dalam alam bawah
sadar, bahwa anaknya harus menjadi pintar. Ketika di tempat les, si anak mengerjakan tugas
tidak secepat biasanya, maka Id si ibu memunculkan keinginan untuk memarahi atau bahkan
menyubitnya. Tapi, Ego si ibu memberikan peringatan, bahwa itu di tempat umum. Jika ibu tetap
menuruti keinginan Id, ibu akan dipandang sebagai ibu yang jahat, karena banyak orang di
sekitarnya. Superego si ibu juga memberi peringatan, bagaimanapun juga itu adalah anaknya,
kasihan kalau dimarahi terus-menerus. Maka, kemarahan ibu pun diredam karena di sekitarnya
ada banyak orang, dan ibu pun hanya memberikan ekspresi kecewa lalu memarahi si anak
dengan suara lebih pelan daripada biasanya.

Berdasarkan pendekatan humanistik, tiap manusia memiliki keunikannya sendiri-sendiri.


Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dengan caranya sendiri. Pada
contoh kasus di atas, perbedaan perilaku ibu bisa dijelaskan. Ketika anak berada di rumah,
saatnya mengerjakan tugas, justru malas-malasan. Si ibu yang ingin anaknya pintar, melihatnya
seperti itu, segera memarahinya dan kalau perlu menyubitnya. Menurut pandangan si ibu,
marahnya dan perbuatan menyubitnya itu merupakan bentuk kasih sayang si ibu. Kalau si anak
terus-menerus malas-malasan, mungkin si anak tidak akan menjadi pintar seperti yang
diharapkan si ibu. Ketika di tempat les, ibu yang mengetahui bahwa anaknya mengerjakan tugas
tidak secepat biasanya, memandang bahwa sikap si anak sama seperti di rumah. Ibu
menyimpulkan bahwa kalau si anak mengerjakan tugas lebih lambat, si anak malas-malasan
dalam mengerjakannya. Muncul keinginan ibu untuk memarahinya, tapi di sekitarnya ada
banyak orang. Si ibu pun mengevaluasi dirinya, jika si anak terus-menerus dimarahi, mungkin si
anak justru menjadi takut dan tidak mau ikut les lagi. Maka si ibu tidak memarahi seperti di
rumah ataupun menyubitnya, tapi hanya menunjukkan ekspresi kekecewaan dan memarahi
namun dengan suara yang lebih kecil.

You might also like