You are on page 1of 6

PENGATURAN FISIOLOGIS PADA TUBUH MANUSIA

Disusun Oleh : Ir. Rini Hidayati, M.Si

1. Sistem Manusia - Lingkungan

Dalam kehidupannya manusia berinteraksi dengan dua lingkungan, yaitu: lingkungan eksternal (fisik)
dan lingkungan internal. Hubungan antara kedua lingkungan ini bersifat terbuka. Dari lingkungan eksternal
manusia mendapatkan energi makanan (lemak dan karbohidrat), dan material-material lain (oksigen, air, protein,
mineral dan vitamin) yang dibutuhkan oleh sel, jaringan dan organ. Bahan-bahan dari lingkungan eksternal ini
masuk ke dalam lingkungan internal.

Lingkungan internal mempunyai kemampuan mengorganisir material yang heterogen menjadi struktur
yang homogen yang kita sadari sebagai keadaan yang dibutuhkan tubuh manusia. Keadaan yang homogen ini
dicapai dan dikelola melalui proses-proses pengaturan dengan cara mengeluarkan simpanan energi (yang
levelnya lebih besar) ke lingkungan. Kapasitas untuk mencapai keadaan homogen dari keadaan yang heterogen
merupakan sifat dasar dari seluruh organisme hidup.

Tubuh manusia terdiri dari sel-sel, jaringan dan organ-organ yang terendam dalam lingkungan berair
(lingkungan inilah yang disebut lingkungan internal). Lingkungan internal ini terdiri dari lebih kurang l5 liter
cairan ekstra seluler (yang terdiri dari plasma darah, cairan getah bening dan cairan yang tersebar di antara
jaringan) dan lebih kurang 30 liter air intra seluler. Jadi hampir 70 % dari berat tubuh manusia adalah air.

2. Konsep Homeostasis

Sehatnya fungsi sel, jaringan dan organ sangat berhubungan dengan keadaan atau status fisik dan kimia
dari lingkungan internal. Sifat-sifat fisik meliputi suhu, tekanan osmotik dan berat jenis. Sifat kimia meliputi
kandungan ion hidrogen (pH), tekanan parsial oksigen, konsentrasi elektrolit (sodium, potasium, posporus dan
klorid) maupun kandungan (kadar) gula, asam amino dan lemak. Keadaan sehat tergantung dari keadaan
pengaturan sifat-sifat fisik dan kimia. Simpangan yang besar dari keadaan seimbang selalu berhubungan dengan
memburuknya fungsi organ (sakit). Tingkat pengaturan lingkungan internal ini pada umumnya teridentifikasi pada
homeostasis.

Sifat lingkungan internal ditandai dengan simpangan yang kecil atau terkontrol. Yang tergambar dari keadaan
ini adalah komposisi lingkungan internal bervariasi dengan sangat terbatas. Sifat yang paling ketat terjaga (teratur)
adalah suhu, pH, tekanan osmotik dan konsentrasi beberapa elektrolit seperti sodium, potasium dan klorid. Sifat dengan
pengaturan longgar terjadi pada konsentrasi enzim darah dan limbah dari metabolisme seluler. Sifat-sifat yang paling
terjaga adalah hal yang paling vital pada effisiensi fungsi dari sel, jaringan dan organ. Sifat-sifat yang tidak terjaga
tidak berhubungan atau tidak penting untuk kesehatan fungsi sel, jaringan atau organ.

Simpangan yang terbatas pada sifat fisik dan kimia lingkungan internal ini berarti ada pada keadaan yang
mantap. Keadaan yang mantap bukan berarti keadaan yang tetap (statis) tetapi keadaan yang dinamis dengan
simpangan yang terbatas (teratur). Keadaan ini dicapai dengan pengaturan fisiologis. Proses-proses pengaturan
fisiologis inilah yang disebut dengan mekanisme homeostasis.

3. Mekanisme Homeostasis

Iritabilitas merupakan sifat dasar dari organ-organ tubuh manusia. Dengan iritabilitas berarti kita berespon
terhadap perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan merupakan stimulus untuk terjadinya perubahan keseimbangan
lingkungan internal. Perubahan lingkungan akan berarti sebagai stimulus jika intensitas dan durasi dari perubahan
lingkungan tersebut cukup untuk menimbulkan respon .

Sel, jaringan dan organ berespon terahadap lingkungan dengan dua cara. Pertama perubahan menimbulkan
aksi langsung pada sel. Sebagai contoh : hadirnya suatu zat kimia (perubahan kimia) pada lingkungan internal
menyebabkan proses-proses seluler menjadi lebih cepat atau lambat. Hormon bekerja pada kejadian ini. Kedua,
perubahan lingkungan terdeteksi oleh sel-sel khusus, yaitu sel-sel pada system syaraf. Pada kasus ini respon organ
bersifat tidak langsung,, tetapi dimediai oleh sistem syaraf. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana sistem
syaraf berfungsi yang kemudian disertai dengan sistem endokrin.

3.1 Sistem Syaraf

Organ-organ tubuh manusia memiliki detektor yang sensitif (organ dengan tanggapan khusus) yang
khusus menanggapi berbagai jenis rangsangan. Jadi pada tubuh manusia terdapat organ-organ yang menanggapi
(bereaksi) terhadap cahaya/sinar, suara, perubahan kimia, gradien termal, tekanan, regangan, dan masih banyak
lagi. Beberapa organ berfungsi menanggapi perubahan lingkungan internal. Beberapa organ lain bertugas
menanggapi perubahan lingkungan eksternal.

Detektor atau reseptor adalah perpanjangan jaringan syaraf dari pusat sistem syaraf. Pusat sistem syaraf
terdiri dari otak, batang otak dan sumsum tulang belakang. Reseptor ini merupakan ujung syaraf yang terbuka.
Sebagai contoh reseptor yang mendeteksi perubahan termal adalah ujung-ujung syaraf yang terbuka yang
terdapat di kulit. Reseptor juga bisa berupa struktur yang lebih kompleks seperti (ujung-ujung syaraf yang
terbuka yang terdapat di) mata atau telinga.

Reseptor adalah transduser energi yang mengubah rangsangan yang berupa iritasi khusus menjadi pulsa
listrik. Pulsa listrik ini akan menjalar di sepanjang perpanjangan jaringan syaraf (neuron atau serabut syaraf) ke
lokasi khusus di pusat syaraf. Neuron yang berfungsi sebagai penghantar pulsa listrik dari hasil rekaman
perubahan lingkungan ini disebut afferent neuron atau sensory neuron .

Ada dua grup pusat syaraf utama di mana pulsa-pulsa syaraf ini ditujukan yaitu :

1. Pusat refleks. Berlokasi di batang otak dan sumsum tulang belakang.

2. Pusat sadar. Berlokasi di otak.

Pusat refleks mengumpulkan informasi dari pulsa syaraf tanpa disadari oleh organ-organ yang bersangkutan.
Pusat sadar mengumpulkan informasi dari pulsa syaraf yang sifat dan lokasi dari perubahan lingkungannya
disadari. Informasi ke pusat refleks akan ditanggapi berupa refleks-rekleks khusus. Sebagai contoh; jika kita
memegang benda panas, maka secara refleks kita akan menjatuhkannya. Informasi ke pusat sadar akan ditanggapi
secara sukarela. Secara sadar, oleh akibat benda panas yang dipegang dalam contoh di atas akan timbul rasa nyeri dan
luka bakar. Respon yang terjadi terhadap perubahan lingkungan biasanya melibatkan baik pusat refleks maupun pusat
sadar.

Refleks adalah reaksi yang otomatis dan tidak disengaja yang terjadi pada otot-otot atau kelenjar-kelenjar
dalam organ manusia. Reaksi-reaksi otot atau kelenjar tersebut terbawa melalui neuron yang bergerak dari pusat refleks
dalam pusat sistem syaraf ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar tersebut. Pulsa syaraf ini merambat melalui efferent atau
motor neuron. Jika pulsa syaraf bereaksi pada otot, maka pada otot-otot tersebut akan terjadi perubahan panjang,
sehingga terjadi gerakan. Jika pulsa syaraf bereaksi di kelenjar, kelenjar tersebut akan memproduksi dan melepaskan
cairan sekresi (air liur, empedu, keringat, dan sebagainya).

Pada umumnya otot-otot pada tubuh manusia terletak menempel pada tulang atau menempel di dinding organ
dan struktur, seperti sistem pencernaan makanan, kantong kemih dan pembuluh-pembuluh darah. Di dalam tubuh
manusia terdapat dua jenis kelenjar, yaitu kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin berperan pada
sistem pencernaan makanan dan sistem produksi (pengeluaran) keringat. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai salutan
(pembuluh) dan jika terangsang akan menghasilkan/mengeluarkan produk seperti ludah dan keringat Kelenjar endokrin
tidak mempunyai pembuluh. Produknya berupa hormon (bahan pengatur), produk ini akan langsung masuk ke dalam
aliran darah.

Otot-otot yang menempel pada tulang tidak hanya diaktifkan oleh refleks, tetapi juga dapat diatur oleh
keputusan sukarela (sadar). Aktivitas sukarela ini dimungkinkan oleh motor neuron yang bergerak ke otak atas perintah
pusat kesadaran dan keluar dari pusat sistem syaraf ke otot-otot tulang. Sebagai contoh, bernafas adalah aktivitas
otomatis yang tidak disadari. Dengan keputusan sukarela suatu ketika kita dapat menghentikan nafas sementara,
menahan nafas atau mengatur panjang pendeknya pernafasan.

3.2 Sistem Endokrin


Pada umumnya kelenjar yang tidak berpembuluh dirangsang oleh refleks. Ada juga yang dirangsang
atau dihambat oleh perubahan kimia khusus pada cairan di sekelilingnya. Sebagai akibat dari adanya stimulasi,
apakah itu secara kimiawi atau syaraf, kelenjar endokrin memproduksi hormon yang langsung masuk ke dalam
aliran darah. Hormon adalah molekul organik kompleks yang terbawa di dalam alirah darah ke sel-sel atau organ,
berfungsi mengatur metabolik sel, jaringan dan organ.

Hormon tidak memulai proses-proses di dalam tubuh, tetapi hanya mengatur laju aktifitas di mana
hormon tersebut beiperan. Reaksi terhadap perubahan lingkungan bersifat hormonal berlangsung lambat
dibandingkan dengan reaksi yang ditimbulkan oleh urat syaraf. Pulsa syaraf bergerak sangat cepat pada neuron
sensor atau neuron motor, jauh lebih cepat dari pada perjalanan hormon di dalam sistem sirkulasinya.

Hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin mempunyai peran yang luas. Peran-peran
hormon yang telah diketahui antara lain: mengatur pertumbuhan fisik dan mental, metabolisme sel, sifat fisik dan
kimia lingkungan internal, proses-proses pencernaan, dan memfungsikan banyak organ tubuh.

3.2.1 Pengaturan Tekanan Osmotik Lingkungan Internal

Organ organ yang berperan dalam proses tersebut adalah hipotalamus (terletak di batang otak banyak
mengandung pusat-pusat refleks untuk mekanisme homeostatik), kelenjar pituitary posterior, dan ginjal. Ginjal
berfungsi untuk membuang limbah hasil metabolisme, tetapi juga menjaga air di dalam tubuh. Ginjal mempunyai
kemampuan mengatur jumlah dan kepekatan urin dalam rangka mengatur air di dalam tubuh. Kelebihan air di
tubuh akan menurunkan tekanan osmotik darah. Kekurangan air dalam tubuh akan meningkatkan tekanan
osmotik. Perubahan tekanan osmotik dalam darah akan terdeteksi oleh osmoreseptor yang berlokasi di pembuluh
darah kecil di hipotalamus. Pulsa syaraf terbawa melalui neuron ke kelenjar pituitary posterior di mana hormon
diuretic disimpan. Hormon ini diproduksi dan langsung dibawa oleh aliran darah ke ginjal di mana jumlah
produksi air (urin) diatur. Jika darah kental dan tekanan osmotik naik, produksi hormon diuretic
diperbesar. Sebagai akibatnya volume urin turun (sedikit). Dengan sedikitnya urin yang dikeluarkan,
maka banyak air yang terjaga, dan darah menjadi encer. Produksi hormon diuretik diturunkan. Inilah
perubahan kimiawi dinamis antara batang otak dan ginjal dalam pengelolaan lingkungan internal agar
tekanan osmotik menjadi mantap.

3.3. Model Sederhana Mekanisme Homeostasis

Perubahan lingkungan eksternal pada umumnya ditanggapi oleh tubuh melalui sistem syaraf,
perubahan dideteksi oleh detektor (receptor) khusus. Perubahan lingkungan internal dideteksi oleh
detektor khusus lainnya. Tubuh manusia merupakan sistem terbuka, yang membutuhkan energi makanan
dan material-material makanan dari lingkungan eksternal, maka model mekanisme homeostasi melibatkan
pengaturan internal dan pengaturan eksternal.

3.3.1. Pengaturan Internal

Perubahan lingkungan internal akan menimbulkan keadaan yang menyimpang (dari keadaan set-
point) pada reseptor-reseptor internal. Penyimpangan tersebut akan terdefeksi dan menimbulkan respon
untuk mengoreksi simpangan tersebut. Tanpa adanya simpangan maka tidak akan ada pengaturan.
Keragaman awal pada lingkungan internal ini disebut sistem keragaman. Suatu ketika proses-proses
pengaturan akan beraksi untuk mengkoreksi simpangan. Organisme memiliki mekanisme untuk
menunjukkan bahwa simpangan telah dikoreksi. Mekanisme ini diidentifikasikan sebagai umpan balik
negatif. Jika perubahan lingkungan telah dikoreksi lingkungan di sekitar detektor mendekati keadaan set-
point. Detektor kemudian berhenti menimbulkan respon-respon pengaturan lanjutan. Oleh karena
diperlukan waktu untuk berbagai tahapan proses pengaturan, maka sering terjadi koreksi berlebih.
Koreksi berlebih ini menimbulkan lingkungan yang baru, yang dapat memicu mekanisme pengaturan
kembali. Jadi sistem keragaman adalah perubahan yang kontinu pada lingkungan internal. Simpangan
dari keadaan set-point pada detektor tidak pernah terkoreksi secara komplit, tetapi mekanisme pengaturan
memungkinkan keadaan mantap pada lingkungan internal terkelola.

3.3.2. Pengaturan Eksternal

Pengelolaan keadaan mantap pada lingkungan internal menuntut organisme terus menerus mengisi kembali
simpanan energi makanan dan material-material lain yang terbatas dari sumber di lingkungan eksternal. Jika
pemanfaatan materi-materi tersebut terjadi secara kontinu, maka pemasukan juga harus dilakukan secara kontinu.
Walaupun demikian banyak simpangan pada sifat-sifat fisik dan kimia lingkungan internal tidak dapat dikoreksi oleh
mekanisme pada lingkungan internal itu sendiri. Untuk alasan ini maka perlu ada komponen-komponen perilaku
pengaturan fisiologis yang disebut pencarian (searching) terhadap energi makanan dan materialmaterial lain untuk
mengoreksi simpangan dari lingkungan eksternal. Pencarian memerlukan vektor yang dapat diarahkan organisme ke
arah material-material yang dibutuhkan. Jadi pengaturan eksternal terdiri dari pencarian dan pengarahan (searching and
orientation). Letak reseptor sensor yang ada di bagian luar (di permukaan tubuh) membuat search and orientation
menjadi efektif.

Aspek perilaku lain dari pengaturan eksternal adalah membantu mekanisme homeostasis menyangkut
perbaikan dari variasi ekstrim lingkungan eksternal. Variasi-variasi ini dideteksi oleh receptor eksternal dan responnya
adalah proses-proses motor yang kompleks. Sebagai contoh adalah timbulnya kebutuhan akan "pakaian, sangkar
(selter), pemanas dan pendingin ruangan" sebagai proteksi terhadap lingkungan. Binatang juga mempunyai cara untuk
mengatasi lingkungan dengan cara membangun sarang, hidup di dalam liang atau goa atau di bawah batu. Banyak
binatang yang bergerak masuk atau keluar dari sarang tergantung dari keadaan lingkungan eksternal. Proteksi terhadap
lingkungan ini dapat dilihat sebagai search and orientation.

3.3.3. Aksi Gabungan Pada Mekanisme Homeostasis

Tubuh manusia bukan merupakan susunan yang sederhana atas sel-sel, jaringan-jaringan dan organ-organ,
melainkan merupakan gabungan dari organisme-organisme yang utuh dan menyatu. Fungsi organisme tidak dapat
diprediksi dari proses-proses utama atau unsur-unsurnya saja. Organisasi dan hubungan antar sel-sel, jaringan-jaringan
dan organ-organ tidak dapat diduga dari bagian-bagian yang terisolasi yang diketahui. Sifat yang menarik dari
organisme adalah operasional yang terintegrasi. Sel-sel, jaringan jaringan dan organ-organ mempunyai fungsi yang
khusus, tetapi bagian-bagian ini membentuk fungsi yang holistik melalui sistem yang terintegrasi yaitu sistem syaraf
dan sistem endokrin. Sistem-sistem inilah yang sangat berperan dalam mekanisme homeostasis. Mekanisme inilah yang
mengelola lingkungan internal terjaga dalam "keadaan mantap" menghadapi perubahan lingkungan eksternal.
Terpeliharanya keadaan mantap menghadapi tantangan perubahan lingkungan eksternal merupakan ukuran efektifitas
pengaturan fisiologis.

Organisme tubuh manusia mernpunyai kemampuan penyesuaian yang cepat (segera) dan penyesuaian
lanjutan. Penyesuaian homeostatik cepat dijalankan oleh sistem syaraf, penyesuaian lanjutan dijalankan oleh sistem
syaraf bekerjasama dengan sistem endokrin. Pengulangan atau perpanjangan waktu paparan stress, reaksi organismik
akan berubah. Lama gangguan terhadap keadaan mantap dan derajad variasi mekanisme homeostasis sedikit demi
sedikit akan berkurang. Variasi fenotip ini disebut "Aklimatisasi", jika penyebab stress adalah faktor meteorologi.
Variasi fenotip ini bersifat plastis tergantung dari kapasitas adaptasi. Manusia mempunyai plastisitas fenotif yang besar
sehingga dapat hidup pada kisaran lingkungan eksternal yang lebar.

Jika keadaan mantap pada lingkungan internal tidak dapat dijaga oleh karena kendala pada mekanisme
homeostasis terlalu besar dan terjadi disintegrasi, fungsi-fungsi seluler maupun organismic akan terganggu. Dalam
keadaan demikian organisme dikatakan dalam keadaan sakit. Gejala penyakit pada organisme ditimbulkan oleh
percobaan mekanisme homeostasis dalam mempertahankan keadaan mantap dan oleh aksi keadaan yang merusak pada
organisme.

4. Hubungan Mekanisme Homeostasis Dengan Kapasitas Adaptasi Menghadapi Perubahan Cuaca

Manusia modern merupakan evolusi dari Generasi Australopithecus yang tinggal di iklim stepa semi-arid di
Afrika timur dan Selatan. Berjuta juta tahun kehadirannya di bumi manusia menyebar dan hidup dalam lingkungan
yang sangat beragam, dari daerah panas hingga daerah dingin, dari berbagai ketinggian permukaan laut hingga tempat
dengan udara yang jarang di pegunungan. Kapasitas adaptasi dipengaruhi baik oleh faktor fisiologis maupun faktor
budaya. Pada bab ini kita akan membahas pengaturan fisiologis manusia menghadapi kendala panas, dingin dan
tekanan parsial oksigen rendah.

4.1. Termoregulasi

Tubuh manusia mempunyai "darah panas". Suhu lingkungan internal dijaga pada suhu sekitar 37°C.
Mekanisme homeostasis berfungsi pada pengaturan suhu untuk menjaga keseimbangan termal, yaitu keseimbangan
produksi dan pelepasan bahang sehingga keadaan mantap suhu terjaga.
Simpangan dari kondisi mantap akan terdeteksi oleh sel-sel yang sensitif terhadap bahang di hipotalamus.
Reseptor-reseptor ini dan pusat refleks dimana neuron-neuron afferent menyampaikan pulsa memberi kuasa pada pusat
pengaturan suhu. Informasi-informsi bergerak dari reseptor yang sensitif terhadap suhu berada di lapisan-lapisan dalam
kulit ke pusat pengaturan suhu. Oleh receptor-reseptor ini pusat memperoleh informasi bahwa lingkungan menjadi
lebih panas atau lebih dingin. Pusat pengaturan suhu kemudian mengaktifkan mekanisme homeostasis untuk mengelola
keseimbangan bahang.

Mekanisme homeostasis dijalankan oleh pusat pengaturan suhu akan menahan atau melindungi bahang di
dalam tubuh (mengurangi kehilangan bahang) pada saat organisme terpapar udara dingin, dan meningkatkan
kehilangan bahang pada saat menghadapi pemanasan yang berlebih. Jadi penyelesaian masalah dalam pengaturan
bahang di sini adalah meningkatkan produksi panas pada lingkungan dingin dan meningkatkan pelepasan panas pada
lingkungan panas. Proses-proses pengaturan di sini melibatkan pengaturan internal dan pengaturan
eksternal, dengan melibatkan baik mekanisme syaraf maupun mekanisme endokrin. Sistem syaraf yang terlibat
dalam pengaturan adalah sistem syaraf “autonomic". Pengaturan refleks melibatkan sistem "cardiovascular"
(jantung dan pembuluh-pembuluh darah) , sistem pernafasan, dan kelenjar keringat.

Kisaran suhu dimana orang tidak mengalami stress pada termoregulasi dan produksi bahang dalam
keadaan istirahat minimal disebut zona "thetmoneutral". Untuk manusia zona ini berada pada kisaran 28°C -
31°C. Keadaan di atas termonetral menyebabkan mekanisme peningkatan pelepasan bahang diaktifkan, di bawah
termonetral mekanisme konservasi bahang aktif.

4.1.1. Mekanisme konservasi bahang

Respon fisiologis yang segera terjadi jika terpapar udara dingin adalah refleks mengkerutnya pembuluh.
Dua pusat refleks yang terlibat adalah pusat pengatur suhu dan pusat vasomotor (penggerak pembuluh) di bagian
meduler dari cabang otak. Pusat vasomotor merupakan pusat outonomic. Serabut-serabut syaraf (neuron) dari
pusat ini melewati otot-otot pada dinding-dinding vena dan arteri kecil di bawah , kulit. Jika otot-otot disekeliling
pembuluh herkontraksi, maka ukuran pembuluh ini berkurang, yaitu dengan. mengkerut. Aliran darah di wilayah
perifer (pinggiran) tubuh akan berkurang. Darah berfungsi membawa bahang metabolik ke kulit untuk dilepaskan
melalui proses radiasi dan konduksi. Adanya refleks pengkerutan pembuluh menyebabkan pelepasan panas
radiatif dan konduktif akan terhalang sehingga bahang di dalam tubuh terjaga. Sebagai imbangan pembuluh darah
di dalam tubuh tnembesar, sehingga aliran darah ke dalam tubuh ini (ke dalam jantung) besar. Oleh adanya
peningkatan volume darah ke jantung melalui vena (pembuluh balik) besar, tekanan darah cenderung meningkat.

Oleh paparan dingin yang berkepanjangan, refleks vasomotor tidak memadai lagi, bahang yang dijaga
tidak mencukupi. Suhu lingkungan internal mulai turun. Pusat pengaturan suhu memacu refleks menggigil.
Pulsa-pulsa syaraf bergerak ke otot-otot yang menempel di tulang, sehingga tulang beserta otot-ototnya
berkontraksi. Aktifitas ini menghasilkan bahang metabolik ekstra. Proses inilah yang bermanfaat untuk
memperbesar laju produksi bahang jika suhu lingkungan kurang dari termonetral (< 28°C ).

Oleh reaksi vasomotor terjadi penurunan volume darah terutama disebabkan oleh pergerakan dari darah
ke sekitarnya. Penyesuaian hormonal terjadi. Hanya dengan stimulasi sederhana pada aktifitas kelenjar tiroid,
hormon thyroxine mengatur laju produksi panas di sel-sel dan jaringan jaringan.

Pengaturan sukarela juga terjadi. Keadaan dingin menyebabkan individu meningkatkan gerakan.
Bertambahnya gerakan berarti memperbesar produksi panas.

4.1.2. Mekanisme Penyesuaian pelepasan panas

Reaksi vasomotor yang segera terjadi oleh paparan stres panas adalah reflek pembesaran diameter
pembuluh vena dan arteri kecil di bawah kulit. Lebih banyak darah yang mengalir ke kulit, berarti lebih banyak
bahang yang terbawa ke permukaan tubuh untuk dilepaskan melalui proses konduksi dan radiasi. Akibat dari
pembesaran pembuluh di daerah pinggiran tubuh (di sekitar kulit) adalah pengkerutan pembuluh darah yang ada
di bagian dalam tubuh. Pengkerutan pembuluh di tubuh bagian dalam ini menyebabkan tekanan darah turun.
Bahang dipercepat melalui pusat cardiac di bagian meduler dari batang otak. Keluaran darah dari jantung (cardiac
output) berkurang, sebab volume darah yang kembali ke jantung melalui vena berkurang. Penyesuaian yang
terjadi kemudian (secara perlahan-lahan) adalah peningkatan volume darah oleh bergeraknya cairan yang tersebar
di antara jaringan (interstitial Fluid) ke dalam pembuluh darah.
Oleh pengaruh suhu internal dan stimulasi dari pusat pengaturan suhu yang dibangkitkan oleh pulsa
afferent dari reseptor suhu di kulit menimbulkan refleks berkeringat. Adanya proses penguapan atau pengeluaran
keringat menyebabkan hilangnya bahang dari tubuh yang berupa bahang laten.

Sejalan dengan peningkatan suhu lingkungan internal, proses-proses metabolisme dipicu. Lebih banyak
panas diproduksi. Laju produksi panas istirahat meningkat. Efek metabolik yang dihasilkan adalah refleks
relaksasi otot-otot. Bahang muskuler (yang dihasilkan oleh gerakan otot) berkurang. Selanjutnya adalah
penurunan aktivitas sukarela. Akibat selanjutnya yang mungkin ditimbulkan adalah tidur lebih banyak.
Berkeringat tidak hanya meningkatkan pengeluaran bahang dari tubuh, tetapi juga mengurangi cairan di tubuh.
Mekanisme homeostatik sehubungan dengan pengaturan air di dalam tubuh bekerja. Mekanisme ini bersifat
hormonal yang melibatkan kelenjar pituitary dan adrenal (lihat mekanisme pengaturan cairan dalam tubuh pada
sub bab terdahulu).

4.2. Penyesuaian fisiologis terhadap tekanan parsial Oksigen rendah

Kebutuhan Oksigen menerus pada sel-sel tubuh merupakan alasan mengapa organisme tergantung dari
lingkungan eksternal (atmosfer). Pada permukaan laut tekanan parsial oksigen lebih kurang sebesar 150 mm Hg
(200 milibar). Jika organisme berpindah ke pegunungan, di mana tekanan parsial oksiger berkurang tajam,
mekanisme homeostatik bekerja dengan tujuan memperbesar masukan Oksigen sehingga kebutuhan seluler akan
oksigen yang terus menerus dapat dipenuhi. Mekanisme ini melibatkan pusat pengaturan nafas dan sunsum tulang
belakang. Pusat nafas mengatur laju dan panjangnya pernafasan. Sumsum tulang belakang merupakan tempat
pembentukan sel-sel darah merah. Sel-sel ini mengandung pigmen yang disebut "haemoglobin", bersama-
sama dengan oksigen akan membentuk sel darah merah melalui paru-paru dan membawa oksigen tersebut ke
jaringan jaringan di mana oksigen dilepaskan untuk dipakai oleh jaringan jaringan sel.

Reaksi segera yang terjadi menghadapi tekanan parsial oksigen yang rendah adalah pada pernafasan.
Reseptor sensitif terhadap perubahan kimia yang berada di arteri besar di daerah leher mendeteksi kandungan
oksigen yang rendah di dalam darah. Pulsa syaraf beraksi pada pusat pengaturan nafas untuk mengatur laju dan
panjang nafas, untuk membawa oksigen yang lebih banyak ke paru-paru. Reaksi yang terbentuk secara lambat
bersifat hormonal. Kandungan oksigen yang rendah menstimulasi ginjal untuk memproduksi hormon
"erythropoietin". Hormon ini mempercepat laju produksi Hb oleh sumsum tulang belakang. Jika sel-sel ekstra ini
masuk ke dalam aliran darah, kapasitas darah dalam membawa oksigen meningkat. Pada permukaan laut setiap
milimeter kubik darah mengandung kira-kira lima juta sel darah merah. Manusia yang tinggal di pegunungan
mempunyai konsentrasi darah merah 8 juta per milimeter kubic darah.

You might also like