RM. Bagus Irawan, ST. M.Si. IPP, Pemerhati lingkungan,
Konsultan, Dosen FT. UNIMUS dan Ketua Majelis Lingkungan Hidup PDM Kota Semarang.
Sampah kian hari menjadi masalah yang semakin serius dan
menimbulkan berbagai dampak terhadap lingkungan, bilamana tidak ditangani secara baik. Berbagai kota di Jawa Tengah mengalami hal yang sama dengan sampah ini, bahkan sebagian besar kota-kota tersebut justru terpuruk citranya karena tidak dapat menangani problem sampah yang semakin komplek dari hari ke hari. Prasarana dan sarana yang ada makin tidak mampu mengimbangi produksi sampah atau timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Sedangkan dana operasional untuk pengelolaan sampah di berbagai kota masih sangat minim sekali. Namum demikian masyarakat sebagai penghasil dan produsen sampah justru antipati dan tidak mau tau bagaimana dan kemana sampah ini dibuang yang mereka hasilkan setiap harinya.
Fenomena ini terjadi karena masyarakat masih mengganggap
sampah sebagai barang yang sudah tidak berguna dan harus segera dibuang jauh-jauh dari lingkungannya. Lebih-lebih banyak yang masyarakat yang masih menganggap sampah adalah barang yang menjijikkan, bau dan kotor, sehingga harus segera dilenyapkan agar tidak mengganggu lingkungan dan kesehatan. Memang benar adanya bahwa sampah tidak hanya menimbulkan dampak terhadap lingkungan fisik saja tetapi juga berdampak pada lingkungan non fisik seperti kehidupan sosial masyarakat.
Sebagaian besar tempat pembuangan sampah yang ada di kota-
kota saat ini telah menimbulkan persoalan lingkungan dan degradasi lingkungan seperti penurunan kualitas air tanah dan kualitas udara tetapi juga menimbulkan konflik sosial antara warga dan pemerintah dalam hal ini operator persampahan karena berbeda kepentingan dan juga pemahaman. Penolakan masyarakat terhadap TPA sampah baru menjadi sebuah potret bahwa masyarakat tidak mau hidup berdampingan dengan sampah.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa masyarakat dewasa ini
masih antipati terhadap sampah dan berpandangan sempit akibat pemahaman yang kurang dan belum membuka hatinya. Dalam pengelolaan sampah dengan paradigma baru dijelaskan bahwa sampah perlu diolah atau dikelola sedekat mungkin dari sumbernya yaitu masyarakat dan tidak lagi terfokus pada pembuangan sampah ke TPA. Hal inilah yang belum banyak dipahami oleh masyarakat dan kurang adanya sosialisasi yang cukup intens dari berbagai pihak yang berkepentingan.
Oleh sebab itu persoalan sampah memang tidak bisa diselesaikan
dari aspek hilirnya saja yaitu dengan pendirian TPA atau tempat pengolahan sampah sejenis, tetapi harus dilakukan melalui pendekatan di hulu juga yaitu melalui upaya penyadaran setiap individu masyarakat untuk turut serta membantu mengelola sampah yang diproduksinya oleh lingkungan terkecilnya.
Menurut penulis sampah sebenarnya bisa menjadi barang yang
berdaya guna dan memiliki potensi yang cukup signifikan bila dikelola dan diolah dengan baik sedemikian rupa. Gagasan penulis mungkinkah sampah menjadi sedekah memang terkesan aneh bagi sebagian masyarakat. Namum bukan tidak mungkin hal ini bisa menjadi kenyataan. Dari potensi sampah yang dikelola secara baik dan bijak akan menghasilkan sedekah-sedekah atau menghasilkan daya guna dan bernilai bagi mereka yang memang sangat membutuhkannya.
Sampah sudah seharusnya menjadi tanggungjawab bersama
masyarakat. Mengingat setiap anggota masyarakat memiliki andil yang besar dalam memproduksi sampah di dalam kehidupannya, baik sampah yang bersifat organik maupun sampah yang an-organik. Setiap individu dalam masyarakat sesungguhnya bertanggungjawab terhadap sampah yang diproduksinya, sehingga sampah tidak berdampak buruk bagi kehidupan dan lingkungannya. Setiap individu sudah sepantasnya dan sudah seharusnya berperilaku bijak dan memiliki akhlaq mulia dalam memperlakukan sampah dengan mengelola sampah itu sendiri dan tidak membuang sampah yang dihasilkannya di sembarang tempat yang pada akhirnya akan berdampak buruk dan mengganggu kehidupan ekosistem makhluq hidup disekitarnya.
Mengelola sampah dengan bijak dan membuang sampah ke tempat
yang telah disediakan merupakan salah satu perbuatan baik dan bisa menjadi sebuah sedekah apabila sampah tersebut sengaja dipilah-pilah dan dikelola untuk digali potensinya lebih dalam yang pada akhirnya memiliki nilai ekonomi dan dapat memperdayakan warga yang memang membutuhkan rupiah-rupiah dari hasil pengelolaan sampah.
Dengan demikian sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sudah
seharusnya dianggap sebagai benda yang berharga dan bermanfaat apabila dikelola dengan baik dan bijak. Namun kenyataan yang terjadi saat ini masih banyak masyarakat yang menganggap sampah sebagai musuh yang harus dijauhi dan diperangi, yang pada akhirnya banyak individu yang menyia-nyiakan sampah begitu saja bahkan tidak sadar dan tidak jarang justru mematikan potensinya.
Dalam kehidupan masyarakat, menghayutkan sampah ke sungai
atau drainase saluran air sudah bukan barang baru lagi. Sampah pada akhirnya akan mencemari sungai dan menyubat saluran drainase saluran air yang berakitat banjir dan gangguan kesehatan lingkungan. Kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat masih menjadi kebiasaan buruk warga kota dan menjadi potret buruk perilaku masyarakat. Bahkan kebiasaan membakar sampah yang dianggap cara paling ampuh dalam memerangi sampah masih sering dilakukan oleh masyarakat padahal perilaku ini sebenarnya hanya memindahkan wujud sampah padat menjadi gas-gas dan partikel yang berbahaya di udara yang dispersi atau penyebarannya lebih luas dibandingkan sampah padat.
Perilaku di atas menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat
terhadap sampah masih sangat rendah sekali meskipun tingkat intelektual dan jenjang kependidikan masayarakat sudah cukup tinggi. Sampah belum dilirik sebagai barang atau sumberdaya yang memiliki nilai cukup tinggi bila diolah dan didayagunakan secara bijak.
Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat akan menjadi barang
berharga bila dapat dipilah atau dipisahkan sejak dihasilkannya. Nilai sedekah mulai muncul saat masyarakat menjadi lebih cerdas dengan memilah sampahnya, karena masih bisa melihat potensi dari sampah itu sendiri. Sampah yang sudah dipilah sebenarnya merupakan bahan baku atau raw materials yang sudah dinantikan oleh perusahaan yang akan memanfaatkan sampah tersebut untuk di daur ulang terutama sampah an-organik.
Perusahaan plastik akan membutuhkan sampah plastik, perusahaan
logam akan membutuhkan kaleng-kaleng logam, perusahaan kaca kan membutuhkan sampah kaca/beling demikian juga perusahaan kertas juga sudah semestinya memerlukan bahan dasar kertas-kertas bekas, kardus bekas dll. Sedangkan untuk sampah organik dari rumah tangga potensi untuk diolah menjadi pupuk atau kompos juga cukup potensial sekali.
Dilihat dari karakteristiknya sampah an-organik yang tersebut di
atas dapat dikumpulkan dan dijual ke perusahaan melalui pengepul sehingga bisa berdaya guna dan sampah tersebut memiliki harga yang disesuaikan dengan standart harga pasaran. Oleh sebab itu setiap individu dalam aplikasi teknisnya setidaknya menyediakan katong sampah atau tempat sampah yang berbeda-beda agar mempermudah untuk pengumpulan sampah ke pengepul sampah. Masyarakat yang mengelola sampah dengan baik, benar dan bijak tidak hanya berdampak pada pelestarian ekosistem makhluq hidup semata, tetapi kegiatan yang dilakukannya dalam mengelola sampah dapat dijadikan sebagai sumber kebaikan dengan menjadikannya sebagai alat untuk bershodaqoh.
Sedekah sampah ini bisa dilakukan oleh individu atau komunitas
masyarakat yang tinggal di suatu kawasan seperti RT/RW. Setiap individu bisa memulai menjadi pemberi sedekah memulai awalnya dengan memilah-milah sampahnya. Masyarakat juga bisa membentuk semacam pengelola sampah yang bertanggungjawab dan bertugas mengambil sampah dari rumah tangga untuk dikumpulkan terlebih dahulu atau langsung di jual ke pengepul sampah yang tersebar di banyak tempat. Dari penjualan sampah tersebut sudah barang tentu hasilnya dapat digunakan untuk dana perbaikan dan pembangunan desa atau kampung, untuk kegiatan sosial dan keagamaan, beasiswa bagi warga yang kurang mampu atau menyantuni fakir miskin dan anak yatim.
Diharapkan dari kegiatan sedekah sampah ini, masyarakat memiliki
kekuatan ekonomi sosial dan tidak hanya tergantung dari bantuan pemerintah semata. Maka daripada itu sudah semestinya gerakan shodaqoh sampah yang sudah dirintis oleh Ormas Muhammadiyah ini perlu disosialisasikan lebih luas dan menjadi salah satu alternatif dalam menangani sampah di perkotaan di Jawa Tengah termasuk di kota Semarang. Semoga saja...