Professional Documents
Culture Documents
A. UMUM
Termasuk pula bagi Kota Makassar, yang saat ini tengah menggiatkan proses
pembangunan pada berbagai sektor di wilayahnya. Keberadaan suatu panduan atau
guide line yang terencana dan terukur akan menjadi pijakan yang tepat dalam
mewujudkan Makassar sebagai kota Metropolitan yang bernuansa global. Wujud
pedoman atau arahan pembangunan itu, tertuang dalam sebuah Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).
RTRW ini sendiri merupakan sebuah revisi atas RTRW Kota Makassar yang
sebelumnya. Revisi RTRW ini adalah bentuk akomodatif dan adatatif terhadap berbagai
perubahan yang terjadi saat ini. Perubahan global yang terjadi diberbagai sektornya,
memerlukan sebuah penyesuaian yang cepat dan terencana.
Landasan terkuat yang mendasari revisi ini adalah adanya sebuah gairah baru dan
bangkitnya kesadaran global bagi akan pentingnya mensejajarkan diri dengan
peradaban dunia yang ada saat ini. Makassar sebagai sebuah kota yang pernah
memiliki catatan panjang dalam sejarah dunia di masa silam harus kembali
Isu gobal perubahan lingkungan yang marak dalam beberapa waktu terakhir ini, telah
mempengaruhi berbagai kebijakan dunia secara signifikan. Tak terkecuali bagi
Makassar, yang sepatutnya segera menyusun sebuah rancangan baru untuk
menyingkapi berbagai perubahan lingkungan itu. Tentu saja, ini tidak hanya masalah
lingkungan, tetapi juga menyangkut beragam bidang lain yang secara global juga telah
berubah dengan tidak kalah cepatnya
Adanya kesadaran akan keunggulan dan keunikan wilayah, juga menjadi pijakan penting
dalam penyusunan revisi RTRW ini. Upaya untuk bisa menyeruak ke dunia global akan
bisa terwujud melalui keunikan dan keunggulan yang tidak dimiliki oleh wilayah atau kota
lain. Hal itu akan menjadi identitas khusus yang menjadi tanda pengenal suatu Kota
dalam wacana global.
Secara internal, dinamika perubahan pada masyarakat yang terjadi selama ini juga
membutuhkan penyesuaian. Pertambahan jumlah penduduk tentunya memerlukan
sebuah konsep pengembangan pemukiman dan eksisting yang baru. Begitu pula terkait
dengan pola-pola interaksi pada masyarakatnya yang cenderung semakin kompleks, dan
membutuhkan keberadaan ruang-ruang baru untuk mewadahinya.
Penyusunan Revisi RTRW Kota Makassar ini juga memiliki landasana hukum formal
sebagaimana yang telah terasusun berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang
TERBARU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang No.27 tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta Penerapan
Undang-undang 24 tahun 2007 tentang Penanggulan Bencana yang secara ruang
menjadi wadah apresiasi MITIGASI terkini berdasarkan nilai-nilai terukur dari rencana
antisipasi dari kemungkinan bahaya bencana alam yang mungkin terjadi.
Produk perencanaan RTRW ini, akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
perencanaan penataan ruang Provinsi Sulawesi Selatan dan jugakepentingan
perancanaan wilayah Maminasata, yang secara hirarki menjadi acuan atau referensi
Untuk selanjutnya, Perencanaan RTRW ini akan dilaksanakan dan disusun menurut Prosedur
Teknik maupun Administrasi Penyusunan Rencana Tata Ruang yang sebenarnya, sebagaimana
yang ditetapkan dalam Undang-Undang Penataan Ruang yang BARU, berikut dengan aturan-
aturan perundangan terkait lainnya. Pola-pola dan bentuk-bentuk keterlibatan masyarakat juga
manjadi bagian yang tidak terpisahkan dari koridor perencanaan penyusunan RTRW ini,
sehingga pencapaian yang tinggi terhadap kesesuaian rencana dengan pelaku didalamnya bisa
terwujud dan terbentuk dengan baik.
Lingkup laporan pendahuluan ini meliputi laporan keseluruhan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh PT. ESA PRATAMA CIPTA CELEBES (sebagai konsultan), dimana
dalam tahap pekerjaan persiapan ini meliputi antara lain:
1. Pemahaman dan pengkajian yang lebih mendalam terhadap materi pokok, antara
lain:
a. Latar belakang dan pengertian RTRW Kota;
b. Tujuan dan ruang lingkup pekerjaan RTRW Kota;
c. Kegunaan dan kedudukan RTRW Kota;
d. Pendekatan analisis RTRW Kota; dan
e. Pertimbangan, prinsip, dan kriteria penyusunan RTRW Kota Makassar.
2. Peran dan gambaran umum Wilayah Kota Makassar sebagai spasial ibukota dari
Provinsi Sulawesi Selatan, menjadi bahan informasi dan referensi dalam
mengidentifikasi sejumlah kendala dan potensi yang dapat dikembang dalam wilayah
Kota Makassar dan daerah sekitarnya;
1. Wilayah Pengamatan
a. Skala Global
Posisi strategi Makassar yang berada di lintas alur pelayaran ALKI 2 yang
menjadi penghubung utama antara asia pasific dan australia.
Makassar merupakan titik sentrum dari segi tiga karang dunia (coral triangle
iniative) dan menjadi salah satu landmark CTI dunia.
b. Skala Nasional
Pintu gerbang wilayah timur bagi arus barang yang berasal dari Luar Negeri.
Titik Poin penting bagi pembangunan secara nasional, karena merupakan
kota terbesar di Indonesia wilayah Timur.
Point of View Makassar sebagai CenterPoint of Indonesia, yang diakumulasi
menjadi titik kebangkitan kembali Indonesia untuk percepatan kemajuan
pembangunan di Indonesia Timur, lebih cepat dua kali dari saat ini.
c. Skala Regional
Kota Makassar memiliki peran penting sebagai titik acuan bagi pembangunan
kota-kota lainnya di kawasan regional Sulawesi dan sekitarnya.
Pintu gerbang penting bagi distribusi barang dan jasa dari dan Menuju ke
Kawasan Timur Indonesia.
d. Skala Provinsional
e. Lokal
2. Wilayah Perencanaan
RTRW kota Makassar ini dilakukan pada sebuah cakupan wilayah daratan seluas
kurang lebih 175,77 Km2 (termasuk 12 pulau di selat Makassar), ditambah luas
wilayah perairan kurang lebih 100 Km². Secara koordinat berada pada posisi 4 54‟ 36‟‟
LS dan 119 0‟ 36‟‟ sampai 5 8‟ 19‟‟ dan 119 32 „ 59‟‟, atau tepatnya, terletak di pantai
barat Sulawesi. Secara administratif, kota ini memiliki 14 kecamatan dan 143
kelurahan.
Namun, penetapan wilayah perencanaan tata ruang Kota Makassar asumsinya tidak
didasarkan pada pertimbangan garis batas administrasi semata, tetapi lebih
didasarkan pertimbangan atas dinamika kependudukan dan pengaruh beban
3. Landasan Hukum
4. Metodologi Perencanaan
Kata “AMAN” berarti bebas dari ancaman, adalah satu asumsi yang dilekatkan pada
nilai-nilai strategisitas perencanaan yang memegang rentang kendali terhadap kontrol
dan antisipasi terjadinya berbagai macam ancaman (threat) yang memungkinkan
menganggu proses pembangunan, seperti kepentingan perencanaan yang bebas dari
gangguan BENCANA ALAM (gempa bumi, tsunami,rob, banjir, tanah longsor dll),
gangguan BENCANA PENYAKIT (flu babi, flu burung, HIV/ AIDS dll ) dan GANGGUAN
BENCANA SOSIAL (kemiskinan, pengagnguran, penyimpangan prilaku dll).
Kata “NYAMAN” dalam Penataan Ruang lebih diasumsikan pada ketepatan terciptanya
kondisi yang tenang dan damai dalam pencitraan satu ruang rencana. Atas Kepentingan
Perencanaan, substansi “Nyaman” memberi makna yang sangat kongkrit terhadap
Isu percepatan pembauran sosial adalah teori kelompok yang menghargai adanya
prinsip-prinsip keberagaman dan keseragaman di dalam lingkungan sosial masyarakat,
dengan satu asumsi bahwa perbedaan dan persamaan itu benar-benar tumbuh dalam
satu lingkungan kehidupan masyarakat tanpa perlu adanya tekanan dan pemaksaan
hak yang dilakukan satu kelompok terhadap kelompok komunitas lainnya.
Nilai ini menjadi penting dalam perencanaan penataan ruang adalah karena berkaitan
dengan kemampuan daya adaptasi dan daya tampung yang diarahkan dalam satu
lingkup ruang perencanaan.
Kebebasan Beragama dan Berekspresi memberikan persepsi ruang yang kompleks bila
bentuk fungsi dan manfaat ruang yang direncanakan tidak mengakumulasi bioritmik dari
para pengguna ruangnya. Potensi nyaman dapat dibentuk dan diarahkan mengikuti nilai-
nilai atmosfir ruang yang ingin dicapai sehingga pola-pola keseimbangan ruang bisa
tercipta dalam formulasi yang terukur dan teratur.
c. Pemerataan Ekonomi
Konsep penataan ruang dalam akumulasi keluaran (autcome) yang dihasilkan, salah
satu orientasinya bagaimana optimalisasi ruang bisa terjadi dan berdampak positif
terhadap fungsi yang didorongnya dalam kawasan tersebut. Olehnya terhadap konsep
perencanaan yang disusun, seharusnya mampu mendorong pertumbuhan dan
penguatan ekonomi kawasan bisa berjalan dan terintegrasi dengan jaringan ekonomi di
ruang sekitarnya. Akan tetapi, potensi egoisme ruang masih terlalu kuat dan dalam
banyak kasus justru tidak terjadi penguatan ekonomi secara mendasar, tidak terjadi
penguatan konsep yang tersistem secara utuh dalam lingkaran jaringan ekonomi wilayah
yang terpadu.
d. Kemudahan Pendidikan
Substansi nyaman dalam penataan ruang salah satunya bisa didekati dari persepsi kata
mudah. Kemudahan yang memberi ruang akomodasi lebih baik yang berkesesuaian
dengan standar kebutuhan dan kelayakan dari orang dan ruang yang melayani para
pengguna ruang tersebut.
Point of View dari ”MAKASSAR MENUJU KOTA DUNIA” mengandung makna bahwa
perencanaan penataan ruang setidaknya Diharapkan mampu mendorong terciptanya
kemandirian lokal sesuai dengan dasar-dasar potensi yang dimiliki Makssar saat ini dan
Makassar masa depan.
Karena sistem jaringan prasarana wilayah menjadi bagian yang menentukan core
dari satu sistem struktur yang dibangun, maka nilai-nilai berikut ini menjadi acuan
yang mempengaruhi dibangunnya satu struktur ruang di satu wilayah sebagai berikut:
(1) anatomi wilayah, (2) proses metamorfosis ruang, (3) nilai-nilai prospektus
kawasan, dan (4) atmosfir engineering kawasan rencana.
Nilai-nilai penetapan pola ruang disusun berdasarkan potensi otentik yang menjadi
unggul dan atau yang didorong keunggulannya bisa menjadi sokongan utama
pembangunan Daerah.
Penetapan kawasan strategis kota didasarkan atas pengaruh yang sangat penting
terhadap aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan yang diukur berdasarkan
pendekatan externallitas, akuntabilitas, dan efesiensi penanganan kawasan yang
bersangkutan.
Barometer kualitas penetapan peran dari fungsi satu ruang ditetapkan salah satunya
berdasarkan karakteristik unggul di masing-masing kawasan yang direncanakan.
Untuk selanjutnya masing-masing potensi unggul tersebut bergerak dalam persepsi
sesuai dengan skenario perencanaan yang disusun.
5. SISTEMATIKA LAPORAN
Bab I : Pendahuluan, berisi mengenai uraian umum, maksud dan lingkup penyusunan
laporan pendahuluan dan sistematika laporan
Bab II : Pemahaman materi pokok pekerjaan, menurut latar belakang. Beberapa pengertian
dasar, tujuan, dan ruang lingkup pekerjaan, kegunaan dan kedudukan RTRW Kota ,
serta pertimbangan RTRW Kota
Bab III : Pemahaman Materi Pokok Pekerjaan, yang meliputi pengertian dasar Tata Ruang,
kedudukan RTRW Makassar, kedalaman pendekatan dan analisis serta
pertimbangan-pertimbangan prinsipil dalam penyusunan RTRW
Bab IV : Pendekatan yang dilakukan dalam menyususn Studi Pendahuluan ini. Meliputi :
Materi studi pendahuluan, dan pendekatan studi pendahuluan. Pendekatan ini
dipaparkan dengan melakukan tinjauan dan analisis terhadap kebijakan daerah,
kondisi dan potensi lokasi perencanaan sertagagasan awal pengembangan wilayah.
Bab V : Gambaran Umum Wilayah Kota Makassar dan sekitarnya, memuat tentang
gambaran umum kondisi wilayah, kondisi fisik dan potensi wilayah, penataan lahan,
strategi serta arah pembangunan
Bab VI : Membahas Metode Penyusunan RTRW Kota Makassar, mulai dari Metode
pelaksanaan studi RTRW, Penyusunan RTRW itu sendiri dan pelaksanaan
TOR.
Bab VII : Adalah Perangkat Pelaksana dan Penyusunan Program kerja. Termasuk di
dalamnya Organisasi Pelaksana, Jadwal Pelaksana Pekerjaan, Tenaga Kerja
yang dibutuhkan dan program kerja pelaksanaan RTRW.