You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN PERTUSIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella Pertusis (
Kapita Selekta jilid 2 : 428 ). Pertusis sering dikenal dengan sebutan batuk rejan atau
batuk anjing.
Pertusis disebut juga sebagai Tussis Quinta, Whooping cough atau Batuk Rejan
adalah suatu infeksi akut saluran nafas, yang dapat mengenai setiap penjamu yang
rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak yang ditandai oleh batuk
spasmodic yang lama yang berakhir pada batuk-batuk dengan suara keras ( ‘whoop’ )
dan disertai dengan muntah.

2. Etiologi
Pertusis biasanya disebabkan oleh Bordetella Pertusis (Hemophilus Pertusis).
Bordetella Pertusis adalah suatu kuman tidak bergerak, gram negative, dan didapatkan
dengan cara melakukan pengambilan usapan pada daerah nasofaring pasien pertusis.
Ada spesies Bordetella lain yaitu B. Parapertusis , B. Bronchiseptica dan virus-virus
adeno tipe I, II, III dan V yang menyebabkan suatu penyakit mirip pertusis ringan.
Bordetella Pertussis merupakan agen etiologi terbesar pertusis pada anak-anak yang
tidak diimunisasikan.

3. Patofisiologi
Mulainya penyakit, biasanya muncul sebagai akibat pilek tanpa demam yang
berlanjut dengan suatu peningkatan jumlah serangan batuk yang menjadi hebat dan
paroksimal. Biasanya lebih lazim dimulai pada malam hari, tetapi kemudian lebih
banyak batuk selama siang hari dengan 20 atau lebih serangan dalam 24 jam. Anak
membuat usaha keras untuk membersihkan jalah nafas dari lendir , dan bila ini dipaksa
keluar, maka akan diikuti dengan “rejan” yang khas dan sering muntah.

1
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Organisme hanya akan
berkembang biak jika behubungan dengan epitel bersilia yang menimbulkan eksudasi
mukopurulen. Lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah sel epitel torak disertai
infiltrat neutrofil dan makrofag. Lesi biasanya terdapat pada bronkus dan bronkiolus
namun mungkin terdapat perubahan-perubahan pada selaput lendir trakea, laring dan
nasofaring.
Pohon Masalah
Bordetella Pertussis

Silia sel-sel epitel

Endotoksik Pertusinogen

Fungsi silia terganggu

Aliran mucus toksik

Kapsul anti fagosit

Penggumpalan lendir Kemampuan menelan terganggu

Jalan nafas tidak efektif Batuk sangat berat Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan

2
4. Manifestasi Klinis
Masa tunas rata-rata pertusis adalah 7 hari dan berkisar antara 6-20 hari. Pada
umumnya penyakit berlangsung selama 6-8 minggu.
Gejala-gejala sistemis pada umumnya terbagi dalam 3 stadium :
1. Stadium Kataralis ( 1-2 minggu atau lebih )
Tanda / gejala :
- Gejala infeksi saluran nafas bagian atas dengan timbulnya rinore.
- Batuk dan panas yang ringan.
- Anoreksia.
- Batuk timbul mula-mula malam, siang dan menjadi semakin berat.
- Sekret banyak dan kental.
- Konjungtiva kemerahan.
Pada stadium ini biasanya tidak dipikirkan diagnosis pertusis karena sering tidak
dapat dibedakan dengan penyakit influenza.
2. Stadium Spasmodik ( 2-4 minggu atau lebih )
Tanda / gejala :
- Batuk hebat di tandai dengan whoop ( tarikan nafas panjang dan dalam, berbunyi
melengking ).
- Batuk 5-10 kali per hari atau 10-20 kali per hari.
- Selama serangan muka menjadi merah atau sianosis, mata tampak menonjol,
lidah menjulur keluar.
- Tampak gelisah dan berkeringat.
- Dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistsksis.
- Akhir serangan sering kali memuntahkan lendir atau sputum kental.
- Pada serangan batuk, nampak pelebaran pambuluh darah muka dan leher.
- Selama serangan, dapat sampai keluar kencing.
- Sesudah serangan, anak terbaring kelelahan dan sesak nafas.
Pada bayi dibawah umur 3 bulan, paroksimalitas dapat disertai atau berakhir dengan
apnea dan juga dapat terjadi aspiksia yang berakibat fatal.

3
3. Stadium Konvalesensi ( 2 minggu )
Tanda / gejala :
- Berhentinya whoop dan muntah-muntah.
- Puncak serangan paroksimal berangsur-angsur menurun.
- Batuk masih menetap untuk beberapa waktu dan akan hilang sekitar 2-3 minggu.
- Ronki difus pada stadium spasmodik mulai menghilang.
- Infeksi semacam “commond cold“ dapat menimbulkan serangan.

5. Komplikasi
1. Alat Pernafasan
Bronchitis, atelektasis yang disebabkan sumbatan mucus, emfissema, bronkiektasis
dan bronkopneumonia yang disebabkan infeksi sekunder, misalnya karena
streptokokkus hemolitik, pneumukokkus, stafilokokkus,dll.
2. Saluran Pencernaan
Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolaps rectum atau
hernia, ulkus pada ujung lidah dan stomatitis.
3. Sistem Saraf Pusat
Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-
muntah. Kejang berat bisa terjadi karena penyebab anoksia. Kadang-kadang
terdapat kongesti dan edema otak, serta dapat pula terjadi perdarahan otak
.
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium : LED dan leukosit meningkat.
Pada stadium kataralis dan permulaan stadium plasmodik jumlah leukosit
meningkat antara 15.000 - 45.000 per mm3 dengan limfositosis. Diagnosis dapat
diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan nafas yang dikeluarkan
pada waktu batuk.
b. Foto thorax, CT Scan.
c. Periksa sputum.

4
7. Penatalaksanan Medis
1. Antibiotik
a. Eritromisin dengan dosis 50 mg / kg BB / hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini
menghilangkan B. Pertussis dari nasofaring dalam 2-7 hari ( rata-rata 3-6 hari )
dan dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi.
Eritromisin juga menggugurkan atau menyembuhkan pertussis bila diberikan
dalam stadium kataral, mecegah dan menyembuhkan pneumonia dan oleh
karena itu sangat penting dalam pengobatan pertusis khususnya pada bayi
muda.
b. Ampisilin dengan dosis 100 mg / kg BB / hari, dibagi dalam 4 dosis.
c. Lain-lain : Rovamisin, kotrimoksazol, klorampenikol dan tetrasiklin.
2. Ekspektoran dan mukolitik.
3. Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali.
4. Luminal sebagai sedative

8. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pembersihan jalan nafas.
2. Pemberian oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat yang disertai
sianosis.
3. Pemberian makanan dan obat.
Hindari makanan yang sulit ditelan dan makanan bentuk cair.

9. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan secara aktif dan pasif.
a. Pencegahan secara aktif.
Yakni dengan memberikan vaksin pertussis dalam jumlah 12 unit dibagi dalam 3
dosis dengan interval 8 minggu. Penyelidikan imunologis membentuk antibodi.
Oleh karena itu sebenarnya vaksin pertussis telah dapat diberikan pada masa
neonatus dan kemudian di susul dengan pemberian vaksin DT.
b. Secara pasif

5
Secara pasif pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan kemopropilaksis.
Ternyata eritromisin dapat mencegah terjadinya pertussis untuk sementara waktu.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Antara lain : Batuk terus menerus, batuk berat, kering dan keras, sulit makan atau
anorexia, muntah-muntah, suhu meninggi, gelisah, gangguan pada waktu bernafas
serta berkeringat terus menerus.
3. Riwayat penyakit
- Riwayat 1 – 2 minggu gejala infeksi saluran nafas bagian atas (ISPA)
(bagian kataral).
- Memburuknya batuk pada episode spasmodik diikuti dengan muntah
(pada tahap paroksismal).
- Frekuensi batuk meningkat sampai beberapa kali dalam 1 jam.
- Batuk diikuti dengan muntah dengan mukus kental.
- Derajat distres penafasan selama spasme, terutama perubahan warna
selama spasme (wajah marah terang atau sianotik).
a. Riwayat penyakit sekarang, kapan dirasakan, bagaiman sifat keluhan,
berapa lama keluhan dirasakan dan tindakan apa saja yang sudah dilakukan
untuk mengatasinya.
b. Riwayat penyakit dahulu, apaka dulu pernah mengalami hal yang
serupa.
c. Riwayat penyakit keluarga, apakah ada keluarga yang menderita
penyakit yag sama, penyakit epilepsi atau penyakit susunan saraf pusat.
4. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Muka pasien menjadi merah, mata tampak menonjol keluar, wajah cemas,
gelisah.
- Palpasi
Suhu tubuh meningkat, ekspansi toraks.
6
- Perkusi
Resonan atau hiperresonan.

- Auskultasi
Terdengar ronki luas dan krepitasi kasar.
5. Data penunjang
a. Laboratorium : LED dan leukosit meningkat.
b. Foto thorax, CT Scan.
c. Periksa sputum.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan sekresi pulmonary
kental.
Tujuan : Jalan nafas jadi efektif.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda vital 1. Tanda vital membaik
satiap 2 jam. menunjukkan adanya
perkembangan proses
penyembuhan.
2. Membantu anak rileks untuk
2. Berikan lingkungan menunjang penyembuhan
yang aman dan tenang. penyakitnya.
3. Menurunkan kecemasan
3. Kaji kemampuan anak sehubungan dengan kesulitan
untuk membersihkan sendiri bernafas atau ketidakmampuan
sekresinya. mengatasi sekret sendiri.
4. Sekret dapat menyumbat jalan
4. Gunakan penghisap nafas dan menunjukkan derajat
untuk mempertahankan jalan nafas hipoksemisa.
yang bersih. 5. Memaksimalkan ekspansi paru,
5. Tinggikan kepala menurunkan upaya pernafasan

7
tempat tidur. serta kelancaran bernafas.
6. Pencetus tipe reaksi alergi
6. Kurangi pemajanan pernafasan yang dapat
anak tarhadap debu, asap, menyebabkan episode akut.
perubahan suhu, keceriaan
berlebihan

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


muntah berlebihan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Hitung kebutuhan kalori sesuai 1. Keperluan energi untuk
usia dan berat badan serta timbang aktivitas, kehilangan BB
BB tiap hari. merupakan petunjuk masukan
makanan yang buruk.
2. Berikan makanan sedikit dan 2. Memaksimalkan masukan
sering setelah batuk / muntah. nutrisi tanpa kelemahan dan
menurukan iritasi gaster.
3. Bila pemberian makanan 3. Mencegah distensi abdomen
dimuntahkan, cagah aspirasi dan perdarahan gaster karena
dengan penghisap. muntah.
4. Berikan makanan tinggi kalori 4. Pertimbangan kemampuan
dan makanan yang disukai anak. individu dapat memperbaiki
masukan nutrisi. Menyediakan
energi yang diperlukan .

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


mengenai perawatan yang dibutuhkan di rumah dan proses penyakit.
Tujuan : Orang tua dapat memahami proses penyakit dan cara merawat anak
di rumah.

8
INTERVENSI RASIONAL
1. Ajari orang tua mengenai 1. Pengetahuan yang memadai pada
tahapan proses penyakit (tahap proses penyakit membantu dalam
kataral, paroksisme dan pengobatan dan perawatan yang
kompalesen). adekuat.
2. Jelaskan bahwa serangan batuk 2. Agar orang tua tidak salah
hebat akan berulang dan baru persepsi terhadap kesembuhan
berkurang beberapa minggu anak.
setelah pulang.
3. Ajari orang tua menggunakan 3. Kemandirian orang tua sangat
penghisapan balon dalam mendukung dalam perawatan
membersihkan hidung dan mulut anak.
dari sekret.
4. Jelaskan pentingnya pamberian 4. Untuk mengganti nutrisi yang
makanan kembali jika terjadi hilang lewat muntah.
muntah.
5. Jelaskan perlunya menimbang 5. BB ideal menunjukkan asupan
BB anak untuk menjamin hidrasi nutrisi yang cukup.
dan nutrisi adekuat.
6. Ajari tentang nama-nama obat, 6. Pengetahuan tentang obat
dosis, waktu pemberian, kegunaan membantu orang tua dalam
dan efek samping. meneruskan terapi yang
diberikan.
7. Jelaskan pada orang tua bahwa 7. Dengan imunisasi dapat
pengobatan yang paling efektif mengurangi penyebaran dan
adalah mencegah dengan vaksin perkembangan penyakit ini.
pertussis.

III. Rencana Pemulangan.


1. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis, efek samping, dan kegunaan.
2. Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal.

9
3. Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan.
4. Jelaskan mengenai nutrisi dan pengaturan makanan yang baik bagi
perkembangan anak.
5. Berikan pengetahuan tentang lingkungan yang berpengaruh buruk dan yang
baik pada kesehatan.
6. Berikan pengetahuan tentang cara merawat anak di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Behram, Ricard & Nelson. 1992. ”Ilmu kesehatan anak”. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Latzel, Pincus & Ian Roberts. 1990. Kapita Selekta Pediatrik. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Pusdiknakes. 1989. Perawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Depkes RI
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta :
FKUI
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 1. Jakarta : Perpustakaan
Nasional RI

10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BR0NCO PNEMONIA

A. Pengertian

Broncopnemonia menurut Ngastiyah, 1997 dan Lab/UPF Ilmu kesehatan Anak RSUD Dr.
Soetomo, 1994 merupakan salah satu pembagian dari pneumonia menurut dasar anatomis,
yaitu peradangan pada paru-paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi
juga pada bronkioli (parenkim paru). Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing.

B. Etiologi

1. Bakteri

Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, lainnya adalah stafilokokus,


klebsiela, m.tuberculosis, mikoplasma pneumonia.
2. Virus

Virus adeno, virus parainfluenza, virus influenza, virus respiratori sinsisial.


3. Jamur

Kandida, histoplasma, koksidioides


4. Protozoa

Pneumokistis karinii
5. Bahan kimia

a. Aspirasi makanan/ susu / isi lambung

b. Keracunan hidrokarbon ( minyak tanah, bensin, dan sebagainya )

C. Patofisiologi

Pada anak-anak (usia > 1 tahun) yang gizinya baik, biasanya pneumonia timbul karena
komplikasi infeksi saluran nafas akut. Timbulnya kasus ini ditandai dengan suhu tubuh

11
meningkat, batuk yang hebat, sesak nafas, gelisah, sianosis bahkan sampai penurunan
kesadaran.
Pada bayi (usia < 1 minggu) pneumonia timbul karena aspirasi cairan ketuban atau secret
jalan lahir ibunya sewaktu dilahirkan. Adanya pneumonia biasanya dicurigai bila bayi
menjadi lemah, tidak mau minum dan sesak nafas.

D. Tanda / Gejala

1. Biasanya gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh


infeksi saluran nafas bagian atas.

2. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernafasan agak cepat dan dangkal
(bahkan sampai pernafasan cuping hidung)

3. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi kejang.

4. Anak merasa nyeri/sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernafas bahakn sesak.
Rasa nyeri ini akibat gesekan pleura yang meradang.

5. Batuk disertai sputum yang kental.

6. Takipnea

7. Distensi abdomen.

8. Nafsu makan menurun.

9. Kaku kuduk

10. Sianosis

E. Penatalaksanaan

Secara Non Medis


1. Atur posisi anak agar lebih mudah bernafas misalnya dengan posisi fowler.

2. Mengajarkan anak cara batuk yang efektif yaitu dengan menarik nafas panjang
kemudian batukkan sambil mengeluarkan dahak/sputum.

3. Bila terjadi kejang, tindakan yang harus dilakukan :

a. Pasang spatel lidah diantara gigi geraham

12
b. Bersihkan jalan nafas anak

c. Longgarkan pakaian anak dan beri lingkungan yang nyaman

d. Awasi anak jangan sampai terbentur pada tempat tidur atau jatuh dari tempat tidur.

4. Bila suhu badan anak tinggi, turunkan dengan cara :

a. Kompres hangat

b. Kenakan pakaian yang tipis

c. Berikan ekstra minum jika tidak ada kontraindikasi

d. Observasi suhu secara rutin

5. Bawa anak ke rumah sakit secepat mungkin bila ada tanda/gejala pneumonia lebih
lanjut.

Secara Medis
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita yang
rawat inap ( penyakit berat ) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic
didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab.
1. Umur 3 bulan – 5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh streptokokus pneumonia,
hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman
penyebabnya, maka secara praktis dipakai :

Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 Kl/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol
50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
Atau kombinasi lainnya :
Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam
IM/IV 4 kali sehari
Atau bisa juga :
Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24
jam oral, 4 kali sehari.
2. Umur kurang dari 3 bulan, biasanya disebabkan oleh : streptokokus pneumonia,
stafilokokus, atau bakteriaceae.

Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 Kl/kg/24 jam IM, 1-2 kali sehari, dan gentamisin 5-7
mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
Kombinasi lainnya :
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam,
2-3 kali sehari.

13
Kombinasi ini juga bisa diberikan pada anak-anak lebih dari umur 3 bulan dengan
malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.
3. Anak-anak usia lebih dari 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :

streptokokus pneumonia, dapat diberikan :


• Penisilin prokain IM; atau

• Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 Kl/kg/24 jam oral, 4 kali sehari; atau

• Eritromisin ( dosis sda ); atau

• Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.

Mikoplasma pneumonia, dapat diberikan :


• Eritromisin ( dosis sda )

4. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya alergi)
atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan re-evaluasi apakah perlu
dipilih antibiotic lain.

5. Lamanya pemberian antibiotok bergantung pada :

a. Kemajuan klinis penderita

b. Jenis kuman penyebab

Indikasi rawat inap :


1. Ada kesukaran nafas, toksis

2. Sianosis

3. Umur kurang dari 6 bulan

4. Adanya penyulit seperti empiema

5. Diduga infeksi stafilokokus

6. Perawatan di rumah kurang baik

Pengobatan simptomatis :
1. Zat asap dan uap

2. Ekspektoran bila perlu

14
Fisioterapi :
1. Postural drainase

2. Fisioterapi dada dengan menepuk – nepuk.

F. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Identitas

Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang
atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan
tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia,
aspirasi dan pengobatan antibiotic yang tidak sempurna.
b. Riwayat keperawatan

1) Keluhan utama

Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai


pernafasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut yang kadang
juga disertai muntah dan diare bahkan sampai tinja berdarah dengan atau tanpa
lender, anoreksia dan muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang

Bronkopnemonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian


atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-
40°C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.


4) Riwayat kesehatan keluarga

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernafasan


dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
5) Riwayat kesehatan lingkungan

Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pnemonia sering terjadi pada musim
hujan dan awal musim semi. Selian itu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan
lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit.
Lingkungan pabrik atau benyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
anggota keluarga perokok.

6) Imunisasi

15
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi berisiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernafasan atas atau bawah karena sistem pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
7) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

8) Nutrisi

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energy protein=MEP).


c. Pemeriksaan persistem

1) Sistem kardiovaskuler

Takikardia, irritability.
2) Sistem pernafasan

Sesak nafas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernafas, pernafasan cuping
hidung, ronkhi, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif,
pergerakan dada asimetris, pernafasan tidak teratur/irregular, kemungkinan
friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada
sputum/secret. Orangtua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak
dan pilek.
3) Sistem pencernaan

Anak malas minum atau makan, muntah, BB turun, lemah. Pada orang tua
dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan
dan cara pemberian makanan/cairan personde.
4) Sistem eliminasi

Anak atau bayi menderita diare atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi ringan sampai
berat.
5) Sistem saraf

Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-
anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
6) Sistem lokomotor/musculoskeletal

Tonus otot menurun, lemah secar umum.


7) Sistem endokrin

Tidak ada kelainan.


8) Sistem integument

Turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat,
kulit kering.
9) Sistem pengindraan

16
Tidak ada kelainan.
d. Pemeriksaan diagnostic dan hasil

Secara laboratorik ditemukan leukosit, biasanya 15.000-40.000/m³ dengan


pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan secret secara bronkoskopi dan
fungsi paru-paru untuk preparat langsung. Biakan dan test resistensi
menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena
sukar. Pada function misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman
dari luar. Foto roentgen (chest X-Ray ) dilakukan untuk melihat :
• Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.

• Luas daerah paru yang terkena.

• Evaluasi pengobatan

Pada bronkopnemonia bercak-bercak infiltrate ditemukan pada salah satu atau


beberapa lobus.
Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO₂<0 mmHg.

MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


(POHON MASALAH)

 ISPA
 Daya tahan tubuh

Infeksimenurun
dan peradangan pada parenkim
paru : bronkopneumonia

Perubahan membran Hipertermi Hipersekresi mukus


kapiler alveolar
Dyspnea, malas
Gangguan pertukaran minum, berat badan Penumpukan mukus
gas menurun

Gangguan nutrisi : kurang Tidak efektif bersihan jalan


dari kebutuhan tubuh napas 17
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. produk mukus berlebihan dan kental,
batuk tidak efektif.
b. Gangguan pertukaran gas b. d. peerubahan membrane alveolar.
c. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat.
d. Hipertermi b.d proses inflamasi paru.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
Ketidakefektifan Jalan napas 1. Auskultas Menetukan adekuatnya
bersihan jalan pasien akan i bunyi napas pertukran gas dan
napas b.d. paten luasnya obstruksi akibat
produk mukus dengan 2. Kaji mucus.
berlebihan dan kriteria hasil karakteristik Infeksi ditandai dengan
kental, batuk jalan napas secret secret tebal dan
tidak efektif. bersih, batuk 3. Beri kekuningan
hilang, x posisi untuk Meningkatkan
ray bersih, pernapasan pngembangan diafragma
RR 15 – 35 yang optimal
X/menit. yaitu 35-45 0 Nebulizer membantu
4. Lakukan menghangatkan dan
nebulizer, dan mengencerkan secret.

18
fisioterapi Fisioterapi membantu
napas merontokan secret untuk
dikeluarkan.
Menghambat
5. Beri agen pertumbuhan
antiinfeksi mikoroorganisme
sesuai order Cairan adekuat
6. Berikan membantu
cairan per oral mengencerkan secret
atau iv line sehingga mudah
sesuai usia dikeluarkan
anak.
Gangguan Pertukaran 1. Kaji Tanda ini menunjukkan
pertukaran gas gas normal tingkat hipoksia
b. d. peerubahan bagi pasien kesadaran Menentukan adekuatnya
membrane dengan 2. Observasi sirkulasi dimana penting
alveolar. criteria PaO2 warna kulit untuk pertukaran gas ke
= 80-100 dan capillary jaringan
mmHg, pH refill Deteksi jumlah Hb yang
darah 7,35- 3. Monitor ada dan adanya infeksi
7,45 dan ABGs Meningkatkan
bunyi napas 4. Atur pertukaran gas dan
bersih. oksigen sesuai mengurangi kerja
order pernapasan
Mengurangi kebutuhan
5. Kurangi akan oksigen
aktivitas anak
Perubahan Stauts 1 Ausku Mendokumentasikan
nutrisi kurang nutrisi ltasi bunyi peristaltis usus yang
dari kebutuhan dalam batas usus dibutuhkan untuk
tubuh b.d intake normal digesti.
inadekuat. dengan 2 Kaji Membantu menetapkan
criteria BB kebutuhan diet individu anak
bertambah 1 harian anak Hal ini menentukan
kg/minggu, 3 Ukur penyimpanan lemak dan
tidak pucat, lingkat lengan, protein.
anoreksia ketebalan Nutrisi meningkat akan
hilang, bibir trisep mengakibatkan
lembab 4 Timba peningkatan berat
ng berat badan badan.
setiap hari. Memenuhi kebutuhan
nutrisinya.
5 Berika
n diet pada
anak sesuai

19
kebutuhannya
Hipertermi b.d Suhu tubuh 1. Ukur Indikasi jika ada demam
proses inflamasi dalam batas suhu tubuh Leukositosis indikasi
paru normal setiap 4 jam suatu peradangan dan
dengan 2. Monit atau proses infeksi
criteria hasil or jumlah Megnurangi demam
suhu 372 0C, WBC dengan bertindak pada
kulit hangat hipotalamus
dan lembab, 3. Atur Memfasilitasi kehlangan
membrane agen panas lewat konveksi
mukosa antipiretik Memfasilitasi
lembab. sesuai order. kehilangan panas lewat
4. Tingk konduksi
atkan sirkulasi
ruangan
dengan kipas
angina.
5. Berika
n kompres air
biasa

20

You might also like