You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN EKG

Oleh: Septiana Wulandari, 0906564252


Kelompok 5

A. Pengertian Tindakan
Jantung memiliki suatu sistem dimana selnya mempunyai kemampuan untuk
membangkitkan dan menghantarkan impuls listrik secara spontan. Kegiatan listrik jantung
sering dihubungkan dengan perjalanan impuls dari jantung yang dihantaran menuju
jaringan tubuh dan diukur pada permukaan tubuh menggunakan galvanometer.
Galvanometer yang khusus digunakan untuk mendeteksi dan meningkatkan aktivitas listrik
yang lebih kecil dari jantung dan kemudian dapat digambarkan pada kertas yang berjalan
disebut Elektrokardiogram (EKG). EKG dapat mencatat aktivitas listrik miokardium dari
12 posisi yang berbeda - 3 posisi standar, 3 posisi unipolar, dan 6 posisi dada.
Elektrokardiograf juga dapat didefinisikan sebagai alat diagnosa yang sudah umum
dan sering digunakan dalam rangka mengukur aktivitas elektrik jantung dengan bentuk
gelombang (McCann, 2004). Impuls yang bergerak akibat adanya sistem konduksi jantung
menciptakan elektriksitas yang kemudian dapat dimonitor dari permukaan tubuh.
Pemasangan elektrode di kulit individu dapat mendeteksi elektriksitas tersebut dan
mentransmisi tersebut ke instrumen dan merekamnya (elektrokardiogram) sebagai aktivitas
jantung (McCann, 2004). Jadi pengertian EKG adalah rekaman aktivitas listrik jantung atau
bioelektrikal pada jantung yang digambarkan dengan sebuah grafik EKG atau dengan kata
lain grafik EKG menggambarkan rekaman aktifitas listrik jantung.

B. Tujuan Tindakan
1. Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
2. Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan
ventrikel)
3. Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
4. Mengetahui adanya gangguan elektrolit
5. Mengetahui adanya gangguan perikarditis
6. Mengidentifikasi gangguan ritme dan konduksi jantung dan pembesaran
rongga jantung.

C. Kompetensi Dasar lain yang Harus Dimiliki


Sebelum melakukan perekaman EKG, kompetensi yang harus dimiliki perawat yaitu:
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa yaitu atrium kanan
dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Hubungan fungsional antara atrium dan ventrikel
diselenggarakan oleh jaringan susunan hantar khusus yang menghantarkan impuls
listrik dari atrium ke ventrikel. Sistem tersebut terdiri dari nodus Sinoatrial (SA), nodus
Atrioventrikuler (AV), berkas His dan serabut-serabut Purkinje. Setiap denyut jantung
normal merupakan hasil pembangkitan impuls listrik di SINO-ATRIAL NODE (SA
Node), yang mengatur frekuensi dan irama denyutan jantung. Pola hantaran normal
jantung dikenal sebagai IRAMA SINUS (sinus rhythm) karena denyut tersebut berasal
dari SA Node. SA Node terletak pada petemuan antara vena kava superior dengan
atrium kanan.
Impuls jantung kemudian akan meninggalkan SA Node dan berpencar menuju otot
atrium melalui jalur intra atrium. Rangsangan listrik ini mengakibatkan kontraksi kedua
atrium. Impuls kemudian sampai ke atrio ventrikuler node (AV Node) dimana impuls
dihamburkan untuk memberikan waktu kontraksi kedua atrium selesai dan memastikan
pengisian darah di ventrikel. Mengikuti penghambatan di AV Node, impuls kemudian
mencapai BERKAS HIS, lalu turun ke kanan dan kiri dari cabang berkas dan naik ke
serat PURKINJE. Peristiwa ini tidak lebih dari beberapa detik dan mengakibatkan
kontraksi ventrikel. Hantaran impuls sepanjang serabut khusus, 5 kali lebih cepat
dibandingkan pada serabut otot jantung tidak khusus. Transmisi impuls yang cepat
merangsang sel otot selalui kedua ventrikel berkontraksi secara terus menerus.
Frekuensi denyutan alami pada jalur hantaran pacemaker :
SA Node : 60-100 x/menit
AV Node : 40-60 x/menit
Sistem Purkinje : 25-40 x/menit
2. Cara membaca EKG
Untuk dapat membaca hasil EKG maka perlu pengetahuan mengenai gelombang
pada EKG. Gelombang pada EKG terdiri dari:
a. Gelombang P
Gelombang P merupakan proses depolarisasi atrium. Karakteristik gelombang P
yang normal yaitu:
• Lebar kurang dari 0,12 detik
• Tinggi kurang dari 0,3 milivolt
• Selalu positif di lead II
• Selalu negative di lead AVR
b. Gelombang QRS
Gelombang QRS merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel (waktu
yang dibutuhkan impuls untuk menuju serat Purkinje melewati bundle
branches). Gelombang Q akan tampak ketika defleksi negatif pertama terjadi di
kompleks QRS. Gelombang R akan tampak ketika defleksi positif pertama.
Gelombang S akan tampak ketika defleksi negatif kedua atau defleksi negatif
pertama setelah gelombang R. Karakteristik gelombang QRS normal yaitu:
• Lebar 0,06-0,12 detik
• Tinggi tergantung lead
c. Gelombang Q
Gelombang Q adalah defleksi negative pertama pada gelombang QRS.
Gelombang Q yang normal yaitu:
• Lebar kurang dari 0,04 detik
• Tinggi/dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R
d. Gelombang R
Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Gelombang
R umumnya positif di lead I, II, V5 dan V6. Di lead AVR, V1 dan V2 biasanya
hanya kecil atau tidak ada sama sekali.
e. Gelombang S
Gelombang S adalah defleksi negative sesudah gelombang R. Di lead AVR dan
V1 gelombang S terlihat dalam. Dari V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin
menghilang atau berkurang dalamnya.
f. Gelombang T
Gelombang T merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya
gelombang T positif di lead I, II, V3-V6 dan terbalik di AVR.
g. Interval PR
Interval PR diukur dari permukaan gelombang P sampai permukaan gelombang
QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12-0,20 detik. Ini merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui berkas His
sampai pemulaan depolarisasi ventrikel.
h. Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T.

3. Lokasi penempatan elektroda EKG pada kulit


Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda pada kulit pada
tempat-tempat tertentu. Terdapat dua jenis sadapan (“lead”) pada EKG
a. Sadapan bipolar
Sadapan ini merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, sadapan ini ditandai
dengan angka romawi I, II, dan III.
• Sadapan I
Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA),
dimana tangan kanan bermuatan negative (-) dan tangan kiri bermuatan
positif (+).
• Sadapan II
Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF),
dimana tangan kanan bermuatan negative (-) dan kaki kiri bermuatan positif
(+).
• Sadapan III
Merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF),
dimana tangan kiri bermuatan positif (+) dan kaki kiri bermuatan negatif (-).

Ketiga sadapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga sama sisi
yang lazim disebut segi tiga EITHOVEN.

b. Sadapan unipolar
Sadapan unipolar terdiri dari 2 sadapan yaitu sadapan unipolar ekstremitas dan
unipolar prekordial
• Sandapan unipolar ekstremitas
Merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, elektroda eksplorasi
diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan elektroda-elektroda
pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda indiferen (potensial 0).
 Sandapan aVR
Merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) dimana tangan kanan
bermuatan positif, tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda
indiferen.
 Sandapan aVL
Merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) dimana tangan kiri
bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda
indiferen.
 Sandapan aVF
Merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) dimana kaki kiri
bermuatan positif (+), tangan kanan dan tangan kiri membentuk
elektroda indiferen.

• Sadapan unipolar prekordial


Merekam besar potensil listrik jantung dengan bantuan elektroda eksplorasi
yang ditempatkan di beberapa tempat dinding dada. Elektroda indiferen
diperoleh dengan menggabungkan ketiga elektroda ekstremitas.

Letak sadapan:
 V1 : Ruang interkostal ke-4 di sebelah kanan sternal.
 V2 : Ruang interkostal ke-4 di sebelah kiri sternal.
 V3 : Di tengah antara V2 dan V4.
 V4 : Ruang interkostal ke-5 di garis midklavikula.
 V5 : Ruang interkostal ke-5 di garis anterior aksila (di tengah antar V4
dan V6).
 V6 : Ruang interkostal ke-5 di garis midaksila atau sejajar dengan V4.

D. Indikasi, Kontraindikasi, dan Komplikasi


Indikasi:
1. Iskemia myocardium
2. Infraksi myocardium
3. Penyakit artteri koroner seperti angina
4. Perubahan ritme dan konduksi
5. Pembesaran ruang jantung (chamber enlargement)
6. Ketidakseimbangan elektrolit, terutama kalsium dan kalium
7. Penyakit inflamasi jantung
8. Drug toxicity seperti: Digitalis (Lanoxin) dan tricyclic antidepresan.

E. Alat dan Bahan


1. Mesin EKG
2. Kertas EKG
3. Seperangkat elektrode (disposable pregelled electrodes)
4. 4’’ x 4’’ gauze pads
5. Alat tambahannya: clippers dan pulpen

F. Anatomi Daerah Target Tindakan


Jantung merupakan organ tubuh yang paling
berperan di dalam sistem kardiovaskuler. Fungsi
jantung adalah memompa darah ke seluruh bagian
tubuh. Lokasi jantung sendiri berada di dekat paru-
paru. Tepatnya di bagian kiri tengah dada. Jantung
sebenarnya adalah sebuah organ yang terdiri atas otot.
Otot jantung berbeda dengan otot-otot lain di bagian
tubuh lainnya. Di dalam jantung terdapat 4 ruangan,
yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan
ventrikel kiri. Atrium letaknya berada di bagian atas jantung sedangkan ventrikel berada di
bagian bawah jantung. Atrium kiri berfungsi sebagai tempat penerima darah segar dari
paru-paru. Sedangkan atrium kanan berfungsi sebagai tempat penerima darah tidak segar
dari seluruh tubuh. Adapun ventrikel kiri merupakan tempat yang pemompa darah ke
seleuruh tubuh dan ventrikel kanan merupakan tempat yang memompa darah ke paru-
paru.Ada perbedaan struktur antara atrium dan ventrikel. Di sini, ventrikel ototnya lebih
tebal dan kuat. Hal ini tentu saja untuk mengakomodasi ventrikel untuk tidak mudah rusak
saat memompa darah.Di antara ruang jantung terdapat lubang yang dihalangi oleh katup.
Katup ini merupakan lapisan fibrosa. Katup antara atrium dan ventrikel (kanan ataupun
kiri) disebut sebagai katup atrioventrikular kiri, atau katup trikuspidalis. Adapun katup
antara ventrikel dan arteri besar disebut sebagai katup semilunaris.

Siklus Jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi
(diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung
menyebabkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama
yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui
ruang-ruang dan pembuluh darah. Walaupun sisi kiri dan kanan jantung memiliki tekanan
atrium dan ventrikel yang berbeda, sisi-sisi tersebut berkontraksi dan berelaksasi bersamaan
serta secara serempak mengeluarkan volume darah yang sama.
Selama masa diastole (relaksasi), atrium secara pasif terus-menerus menerima darah
dari vena kava superior dan inferior, dan vena pulmonalis. Darah mengalir dari atrium
menuju ventrikel melalui katup AV yang terbuka. Tekanan ventrikular mulai meningkat
saat ventrikel mengembang untuk menerima darah yang masuk. Katup semilunar aorta dan
pulmonar menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar daripada tekanan
dalam ventrikel.
Akhir diastole ventrikular, nodus SA melepas impuls, atrium berkontraksi dan
peningkatan tekanan dalam atrium mendorong darah menuju ventrikel. Kemudian saat
sistole ventrikular, aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi. Tekanan
dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong katup AV untuk segera menutup.
Ventrikel kemudian menjadi rongga tertutup dan volume darah tidak dapat berubah. Ini
disebut periode kontraksi isovolumetrik. Bunyi katup yang menutup merupakan bunyi
jantung pertama. Jika kontraksi ventrikel berlanjut, tekanan akan meningkat dengan cepat
sehingga mendorong katup semilunar aorta dan pulmoner untuk terbuka.
Kemudian, darah dikeluarkan dari ventrikel menuju aorta dan arteri pulmonalis. Saat
diastole ventrikular, ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam
ventrikel menurun tiba-tiba sampai tekanan di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonar
sehingga katup semilunar menutup (bunyi jantung kedua). Ventrikel kembali menjadi
rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik karena semua katup menutup. Jika
tekanan dalam ventrikel
menurun terus- menerus katup
AV membuka dan siklus jantung
dimulai kembali.
Sistem Konduksi Jantung
Untuk memastikan rangsangan ritmik dan sinkron, serta kontraksi otot jantung, terdapat
jalur konduksi khusus dalam miokardium. Jaringan konduksi ini memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan
2. Ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur
3. Konduktivitas : kemampuan menghantarkan impuls
4. Daya rangsang : kemampuan berespons terhadap stimulasi
Impuls jantung biasanya berasal dari nodus sinoatrialis (SA). Nodus SA terletak di
dinding posterior atrium kanan dekat muara vena kava superior. Impuls jantung kemudian
menyebar dari nodus SA menuju jalur konduksi khusus atrium dan ke otot atrium. Suatu
jalur antar-atrium (berkas Bachmann) mempermudah penyebaran impuls dari atrium kanan
ke atrium kiri. Jalur internodal−anterior, tengah, dan posterior−menghubungkan nodus SA
dengan nodus atrioventrikularis (VA).
Penghantaran impuls relatif lambat melewati nodus VA karena tipisnya serat di daerah
ini dan konsentrasi taut selisih yang rendah. Taut selisih merupakan mekanisme komunikasi
antar sel yang yang mempermudah konduksi impuls. Hasilnya adalah hambatan konduksi
impuls selama 0,9 detik melalui nodus AV. Hambatan hantaran melalui nodus AV
menyebabkan pengisian ventrikel menjadi optimal. Hambatan AV juga melindungi
ventrikel dari banyaknya impuls atrial abnormal.
Berkas His menyebar dari nodus AV, yang memasuki selubung fibrosa yang
memisahkan atrium dari ventrikel. Berkas His berjalan ke bawah di sisi kanan septum
interventrikularis dan kemudian bercabang menjadi serabut berkas kanan dan kiri. Serabut
berkas kiri berjalan secara vertikal melalui septum interventrikularis dan kemudian
bercabang menjadi bagian anterior dan posterior yang lebih tebal. Berkas serabut kanan dan
kiri kemudian menjadi serabut Purkinje. Hantaran impuls melalui serabut Purkinje berjalan
cepat sekali karena berdiameter relatif besar dan memberikan sedikit resistensi terhadap
penyebaran hantaran. Waktu hantaran melalui sistem Purkinje 150 kali lebih cepat
dibandingkan dengan hantaran melalui nodus AV. Dengan demikian, urutan normal
rangsangan melalui sistem konduksi adalah nodus SA, jalur-jalur atrium, nodus AV, berkas
His, cabang-cabang berkas, dan serabut Purkinje.

G. Aspek Keamanan dan Keselamatan yang Harus Diperhatikan


Aspek keamanan dan keselamatan (safety) yang harus diperhatikan dalam melakukan
tindakan pemasangan dan memonitor elektrokardiogram yaitu bila terdapat sejumlah
rambut di dada pasien maupun ekstremitas, pastikan untuk di hilangkan (dicukur), tetapi ini
tidak terlalu dibutuhkan (McCann, 2004). Lalu, jika kulit klien tampak berminyak, bersisik,
atau diaphoretic, daerah untuk pemasangan rub electrode di bersihkan dengan 4’’ x 4’’
gauze atau alkohol pad sebelum dilakukan pemasangan. Ini bertujuan untuk mengurangi
adanya pengaruh-pengaruh lain di perekaman (McCann, 2004). Selama prosedur dilakukan,
minta pasien untuk bernapas secara normal. Jika respirasi klien mempengaruhi hasil rekam,
minta klien untuk menahan napas untuk mengurangi baseline ketika perekaman.

H. Protokol atau Prosedur Tindakan


Persiapan alat:
1. Letakkan mesin EKG dekat dengan tempat tidur klien, dan pasang kabel
tenaganya ke colokan dinding
2. Jika klien sudah terhubung dengan monitor kardiak, pindahkan elektroda untuk
menampung timah precordial dan meminimalkan gangguan listrik pada kabel
EKG
3. Awasi klien tetap jauh dari objek yang dapat menyebabkan gangguan listrik,
seperti alat perlengkapan, perlengkapan tetap, dan kabel tenaga.
Prosedur:
1. Jelaskan prosedur pada klien Katakan pada klien bahwa tes ini akan merekam
aktivitas listrik jantung klien dan mungkin dapat diulang pada interval yang
tepat. Tegaskan juga bahwa tidak ada arus listrik yang akan masuk ke dalam
tubuh dan tes ini secara khas membutuhkan waktu 5 menit.
2. Minta klien untuk berbaring dalam posisi supinasi di tengah tempat tidur dengan
tangan di sebelah tubuh. Perawat dapat menaikkan ujung kepala tempat tidur
untuk memberikan kenyamanan pada klien. Buka tangan dan kaki klien,
kemudian tutupi dengan tepat. Tangan dan kaki klien harus direlaksasi untuk
meminimalkan gemetar otot yang dapat menyebabkan gangguan listrik.
3. Jika tempat tidur terlalu kecil, letakkan tangan klien di bawah bokongnya untuk
mencegah tensi otot. Gunakan teknik ini jika klien menggigil dan gemetar.
Pastikan kaki klien tidak bersentuhan dengan papan tempat tidur.
4. Pilih area datar dan gemuk unutk menempatkan elektroda. Hindari area
muskular dan tulang. Jika klien memiliki amputasi tungkai badan, pilih area di
ujung.
5. Jika area terlalu banyak bulu, potong. Bersihkan minyak yang berlebihan atau
substansi lain dari kulit untuk meningkatkan kontak elektroda.
6. Pakai pasta atau gel elektroda atau elektroda yang dapat dibuang ke pergelangan
tangan klien sampai bagian bawah tubuh, pergelangan kaki klien. Jika perawat
menggunakan pasta atau gel, gosokkan pada kulit klien. Jika menggunakan
elektroda yang dapat dibuang, kupas habis kertas kontak dan pakaikan secara
langsung ke daerah yang disiapkan.
7. Jika perawat menggunakan pasta atau gel, kunci elektroda dengan segera setelah
perawat memakaikan medium konduktif. Ini akan mencegah medium dari
kekeringan yang dapat merusak kualitas EKG.
8. Hubungkan kabel pada tungkai ke elektroda. Pastikan bagian logam elektroda
bersih dan terang. Elektroda yang kotor dan terkorosi mencegah hubungan
listrik yang baik.
9. Kabel RA (right arm) merah dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan
kanan

10. Kabel LL (left leg) hijau dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kiri

11. Kabel RL (right leg) hitam dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki
kanan

12. Kabel LA (left arm) kuning dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan
kanan

13. Kabel V1 – V6 pada dada


14. Kemudian, buka dada klien. Letakkan sedikit gel atau pasta elektroda pada
elektroda di setiap posisi elektroda
15. Jika klien adalah perempuan, pastikan untuk menempatkan elektroda dada di
bawah payudara.
16. Periksa bahwa paper speed selector diatur pada standar 25mm/detik dan mesin
diatur pada tegangan tinggi. Mesin akan merekam tanda standart normal.
Kemudian, jika dibutuhkan, masukkan data identifikasi klien dengan tepat.
17. Minta klien untuk relaks dan bernapas normal. Katakan pada klien untuk tetap
berbaring dan tidak berbicara saat perawat merekam EKG.
18. Tekan tombol AUTO. Observasi kualitas rekam. Mesin akan merekam 12 kabel
secara otomatis, merekam 3 kabel berurutan secara serempak. Beberapa mesin
memiliki layar sehingga perawat dapat melihat hasil EKG sebelum dicetak pada
kertas.
19. Saat mesin selesai merekam 12 kabel EKG, pindahkan elektroda dan bersihkan
kulit klien. Setelah melepas kabel dari elektroda, buang atau bersihkan
elektroda, jika diindikasikan.

I. Hal-Hal Penting yang Harus Diperhatikan


1. Area kecil dari bulu di dada atau ekstremitas klien dapat dicukur, tetapi
biasanya tidak perlu.
2. Jika kulit klien berminyak, bersisik atau diaforetik, gosokkan elektroda
dengan kasa 4” x 4” atau alkohol pad sebelum memakaikan elektroda untuk
membantu mengurangi gangguan saat merekam.
3. Selama prosedur, minta klien untuk bernapas normal. Jika respirasi klien
mengubah rekaman, minta klien untuk memegang tangannya dengan kuat
untuk mengurangi penyimpangan dalam merekam.
4. Jangan menggunakan alkohol atau aseton dalam menempatkan gel elektroda
karena akan merusak kontak elektroda dengan kulit dan mengurangi kualitas
transmisi dari impuls listrik.
5. Jika klien memiliki pacemaker, perawat dapat melakukan EKG dengan atau
tanpa magnet, berdasarkan perintah dokter. Pastikan untuk mencatat adanya
pacemaker dan penggunaan magnet pada strip.

J. Hal-Hal Penting yang Harus Dicatat


1. Label rekaman ECG dengan nama pasien, nomor ruangan/kamar, dan nomor
identitas.
2. Tanggal dan waktu tes atau tindakan dilakukan.
3. Respon yang ditunjukkan atau dikeluhkan klien.
4. Tanggal, waktu, dan nama pasien dan nomor ruang yang tertera di ECG.
5. Informasi klinik lainnya terkait pemasangan ECG.
Referensi:
Anonym. http://ecgfree.co.cc/gambarku/ECG%2012%20lead.png. (diakses 18 Maret 2011,
pukul 01.25 AM).
Anonym. http://morrisonworldnews.com/wp-content/uploads/2010/08/Cardiac-cycle.jpg.
(diakses 18 Maret, pukul 01.45 AM).
Anonym. http://nobelprize.org/educational/medicine/ecg/images/triangle.gif. (diakses 18
Maret 2011, pukul 01.48 AM).
McCann, J.A.S. (2004). Nursing Procedures 4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Prince, S. A dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Kosep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Rokhaeni, H, dkk. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Bidang
Pendidikan dan Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional
“Harapan Kita”.

You might also like