Professional Documents
Culture Documents
Sebenarnya akan lebih baik kalau tulisan tentang ESC/ESP terlebih dahulu diawali
dengan uraian Antilock Braking System (ABS) dan Traction Control (TC), karena
ESP muncul belakangan hasil dari inovasi ABS/TC, hal ini berarti teknologi ESP
memperluas fitur dari ABS/TC. Dengan kata lain bahwa kendaraan yang
menerapkan ESP pasti memakai ABS/TC dan sebaliknya meskipun mobil itu
memilik ABS/TC belum tentu menggunakan ESP.
Dilihat dari sejarahnya maka ESP bisa dikatakan relativ baru, karena mulai
diterapkan secara komersial pada tahun 90-an pada mobil-mobil “mewah”.
Sebagai seorang trainer saya belum pernah mengajarkan ESP pada peserta
pelatihan, namun ABS/TC sudah cukup sering saya sampaikan pada berbagai
pelatihan termasuk di Damman, Riyadh dan Muscat-Oman yaitu di Pusat Pelatihan
Dealers General Motors Middle East Operation sekitar thn 1998.
Oleh karena itu cukup menarik bagi saya menurunkan tulisan ini sekaligus untuk
meningkatkan pemahaman saya pada ESP, dan seperti biasanya tulisan ini
dirangkum dari berbagai sumber…Semoga bermanfaat…
Electronic Stability Control atau pada kendaraan buatan Jerman sering mereka
menyebutnya dengan Electronic Stability Program (ESP) adalah teknologi
komputerisasi bersama-sama dengan Antilock Braking System (ABS) berfungsi
untuk meningkatkan stabilitas kendaraan saat berjalan.
Waktu sensor-sensor ESC/ESP mendeteksi bahwa sopir kehilangan kendali pada
steer, maka secara otomatis ESC/ESP menerapkan sistem rem untuk membantu
mestabilkan kendaraan sesuai dengan arah yang diinginkan. Hal ini
memungkinkan dengan sistem rem yang bekerja secara independent pada setiap
roda, artinya secara otomatis rem akan menekan atau meregulasi tekanan hidraulis
pada roda-roda secara individual.
Beberapa sistem ESC/ESP juga mengurangi daya mesin sampai sampai kendaraan
dapat dikendalikan kembali, secara otomatis putaran mesin akan turun jika sensor
ESP mendeteksi kehilangan kendali pada steer saat membelok dan tentu saja tujuan
utamanya untuk mengurangi kecelakaan.
Khususnya bila mobil itu dikendarai pada jalan yang bersalju/jalan sangat licin,
maka ESP sangat membantu pengemudi, karena pada jalan yang sangat licin
sulitnya pengendalian steer sering terjadi.
SEJARAH ESC/ESP
Kalau pengemudi menginjak pedal gas dengan cepat saat kendaraan bergerak
pertama kali, maka roda akan cenderung “spin” (sering juga secara teknik disebut
“skid”) pada permukaan jalan, melalui sensor-sensor putaran roda (wheel speed
sensors) maka unit control ABS/TC dapat mendeteksi bahwa telah terjadi spin/skid
antara roda dengan permukaan jalan, selanjutnya sistem rem akan mengerem roda
yang spin tersebut sampai spin-nya hilang, lalu mobil dapat bergerak dengan mulus
tanpa terjadinya spin/skid lagi pada roda..
Catatan;
Untuk mempermudah pemahaman istilah spin/skid dan slip, maka harus disepakati
dulu bahwa:
Spin/skid dipakai untuk pengertian bahwa roda berputar cepat pada permukaan
jalan, tetapi bodi kendaraan tidak bergerak atau bergerak lambat tidak sesui dengan
putaran roda, keadaan ini biasanya terjadi jika mobil berjalan pada permukaan
jalan yang sangat licin. Traction Control digunakan untuk mencegak roda spin/skid
saat pedal gas ditekan tapi permukaan jalan licin
Slip berarti roda menggesek pada permukaan jalan, dalam pengertian bahwa roda
sudah berhenti berputar, tetapi bodi kendaraan tetap bergerak atau berjalan,
biasanya hal ini terjadi waktu kita melakukan pengereman dengan kuat dan
mendadak ABS mencegah roda slip/mengunci/berhenti berputar saat dilakukan
rem dengan kuat/mendadak.
Saat ini keduanya; ABS dan TC sudah disatukan menjadi sistem yang disebut
dengan ABS/TC.
Jadi jelaslah sudah, bahwa jika kendaraan dilengkapi dengan ABS/TC, sekuat dan
secepat apapun Anda menekan pedal gas saat kendaraan bergerak pertama kali,
maka roda/ban “mecicit”/spin/skid pada permukaan jalan tidak akan pernah
terjadi…Oleh karena itu untuk para “racer” atau anak muda yang senang
menginjak pedal gasnya sampai menimbulkan suara spin pada ban/roda,
disarankan jangan mamakai mobil dengan ABS/TC, karena Anda tidak akan lagi
mendengat bunyi “cicitan ban/roda” pada mobil…(he..he..)
Tapi secara umum TC tidak dimaksudkan untuk menstabilkan kendaraan saat
kehilangan kendali steer waktu kendaraan sedang berjalan, tetapi TC hanya
berfungsi untuk mencegah roda spin saat mobil bergerak pertama kalinya,
sedangkan ABS berfungsi untuk mencegah roda slip/lock/mengunci saat di rem,
tapi saat ini umumnya ABS dan TC menggunakan Unit Control Electronic yang
sama dan Unit Hiraulis rem yang sama pula sehingga secara teknik kita
menyebutnya ABS/TC.
Bermula dari ABS/TC itulah, pada tahun 1990-an sistem telah dikembangkan lebih
modern oleh Mitsubishi mereka menyebutnya dengan Active Skid and Traction
Control (ASTC) system. Dikembangkan untuk membantu pengemudi menjaga
stabilitas kendaraan melalui sebuah Unit Kontrol Elekronis /komputer yang dapat
memantau beberapa parameter operasional kendaraan melalui sensor-sensornya.
Misalnya jika pedal gas terlalu dalam diinjak waktu kendaraan menikung, maka
Unit Kontrol Electronis/komputer akan mengurangi putaran/daya mesin secara
otomatis serta pengereman dilakukan secara otomatis pula agar kendaraan tidak
limbung/terseret/ke arah luar kurva belokan (understeer) atau oversteer
Pengaturan ini dilakukan serempak antara penekanan minyak rem ke roda dan
penurunan putaran mesin sampai kendaraan dapat berjalan kembali pada kuva
belokan yang diinginkan.
Tentu saja cara yang sama dilakukan oleh sistem ini kalau kendaraan berjalan pada
permukaan yang licin, waktu mobil mulai limbung ke kiri atau ke kanan sebab
roda spin permukaan jalan yang licin, maka Unit Kontrol Elektronis/Komputer
segera mengurangi putaran mesin dan melakukan pengereman pada roda yang spin
itu, sehingga larinya mobil stabil kembali. Proses tersebut berlangsung berulang-
ulang dalam waktu yang sangat cepat
BMW, bekerja sama dengan Robert Bosch GmbH dan Continental Automotive
Systems, lalu mengembangkan sistem ini untuk mengurangi torsi mesin guna
mencegah kehilangan kendali kemudi, dan mulai tahun 1992 semua produksi
BMW menerapkan ESP pada kendaraannya.
Dari tahun 1987 hingga 1992, Mercedes-Benz dan Robert Bosch GmbH bersama-
sama mengembangkan sistem yang mereka sebut “Elektronisches
Stabilitätsprogramm”(bahasa jerman) (Electronic Stability Program)" dan terdaftar
dengan merek dagang sebagai ESP.
Lalu General Motors (GM) bekerja sama dengan Delphi Corporation membuat
ESC yang mereka sebut dengan "StabiliTrak" pada tahun 1997, hanya dipakai
untuk Cadillac, setelah itu StabiliTrak dijadikan perlengkapan standar untuk semua
mobil jenis SUV - Van GM yang dijual di AS dan Kanada pada tahun 2007,
kecuali untuk kendaraan komersial dan armada tertentu.
Sementara "StabiliTrak" adalah nama yang digunakan pada kebanyakan kendaraan
General Motors untuk pasar AS, tapi istilah "Electronic Stability Control (ESC)"
dipakai untuk kendaraan GM yang dibuat di luar AS, seperti Opel, Holden dan
Saab,
Pada Ford, ESC mereka sebut dengan istilah “AdvanceTrac”, diluncurkan tahun
2000. Ford kemudian menambahkan “Roll Stability Control” untuk AdvanceTrac
yang pertama kali diperkenalkan pada Volvo XC90 pada tahun 2003 (saat itu
Volvo Cars dimiliki oleh Ford)
Pada tahun 1995 produsen mobil Mercedes-Benz memperkenalkan sistem ESP.
yang dipasok oleh Bosch. Mobil pertama MB yang mengimplementasikan sistem
ini adalah model S-Class-W140. Pada tahun yang sama BMW juga mengaplikasin
ESP pada kendaraannya, tapi ESP tersebut dibuat bersama oleh Bosch dan
Continental Systems Automotive.
Tak ketinggalan pula Volvo mulai menawarkan ESC pada beberapa model mereka
sementara itu Toyota dengan Vehicle Stability Control System mereka perkenalkan
tahun 2004 di Toyota Crown
Saat ini, hampir semua merek premium telah menjadikan ESC/ESP sebagai
perlengkapan standard pada semua kendaraan lansirannya, dan jumlah kendaraan
dengan ESC/ESP juga terus meningkat.
Ford dan Toyota termasuk Lexus mengumumkan bahwa semua kendaraan mereka
yang dipasarkan Amerika akan dilengkapi dengan standar ESC/ESP pada akhir
tahun 2009.
Demikian pula General Motors telah mengumuman bahwa pada akhir tahun 2010
semua kendaraan jenis penumpang produksi GM akan dilengkapi dengan
ESC/ESP.
Dan akhirnya sudah menjadi keharusan bahwa di penghujung tahun 2011 semua
kendaraan yang dipasarkan di AS dan Eropa harus dilengkapi ESC/ESP, karena
menurut penelitian dengan adanya ESP/ESC pada mobil diperkirakan dapat
mencegah kematian akibat kecelakaan sekitar 5000-9000-an orang setiap
tahunnya….
Kontrol Stabilitas Elektronik (Inggris:Electronic stability control atau disebut ESP) adalah sebuah
teknologi terkomputerisasi [1][2] yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan dari sisi pengendalian
mobil dengan cara mendeteksi dan meminimalisir slip. Ketika kontrol ini mendeteksi adanya
kehilangan kontrol pengendalian, maka dengan otomatis sistem ini akan membantu rem untuk
mengendalikan mobil. Sistem pengereman langsung berjalan ke masing-masing roda, rem roda
depan akan mencegah oversteer dan rem roda belakang mencegah understeer. Kadang, sistem ini
juga mengurangi tenaga mesin sampai mobilnya terkontrol kembali. Menurut IIHS dan NHTSA
(badan regulasi keselamatan otomotif AS), sepertiga dari total kecelakaan fatal dapat dicegah oleh
teknologi ini
KONTROL ELEKTRONIK STABILITAS KENDARAAN
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan teknologi otomotif pada masa kini dan masa akan datang mengarah
pada perwujudan "Inteligent Stability Controlled Vehicle" yang akan betul-betul dapat
menjamin keamanan dengan cara ketepatan pengendalian arah kendaraan. Faktor ini akan
menjadi semakin penting karena kecepatan kendaraan berkembang semakin tinggi.
Perkembangan ini dapat dilihat dari studi pustaka yang telah dilakukan dan beberapa paper
seminar internasional yang dihadiri peneliti. Pada saat ini Bosch telah mengembangkan
suatu sistem pengendalian arah kendaraan dengan memanfaatkan sistem control Anti Lock
Brake System yang disebut Electric Stability Program (ESP). Cao Min pada tahun 2001,
mengembangkan suatu konsep "Advance Automotive Control System in Future". Pada
tahun yang sama Kihong Park mengembangkan penelitian "Development of Logic for
Determining Reference Yaw Rate and Side-Slip Angle for Use in Vehicle Dynamics
Control System", Motok Shino dan kawan dari University of Tokyo pada tahun 2002
mengembangkan penelitian "Vehicle Handling and Stability Control by Integrated Control
of Direct Yaw Moment and Active Steering". Joost Zuurbier dan kawan dari Delft pada
tahun 2002 mengembangkan Vehicle Dynamics Control dalam penelitiannya "State
Estimation for Integrated Vehicle Dinamycs Control". Pada tahun yang sama 2002,
Pongsathorn Raksincharoensak dan kawan dari Nissan Motor Co, mengembangkan
penelitian "Vehicle Lane-Keeping Control by Four Wheel Steering System".
Ketika mobil diajak menikung ban depan cenderung slip keluar dari lintasan normal. Atau,
mungkin juga terjadi oversteer yaitu situasi di mana pada saat mobil menikung roda
belakang cenderung slip keluar dari lintasan normal. Untuk menghindari dua kemungkinan
ini, cara berkendara yang paling aman adalah dengan mengurangi laju kendaraan beberapa
meter sebelum memasuki tikungan. Namun, dengan kemajuan teknologi sekarang ini, dua
kemungkinan tersebut sudah tak menjadi persoalan bagi dunia otomotif. Apalagi sejak
ditemukan teknologi yang dikenal dengan sebutan stability control, yang di pasar otomotif
hadir dengan beragam nama meskipun fungsinya sama. Ada yang menyebutnya dengan
istilah electronic stability program (ESP), dynamic stability control (DSC), stability
traction (StabilTrack) , stability management dll. Pada mobil yang belum mengaplikasikan
fitur ini, kurangilah kecepatan saat hendak bermanuver. Selain mengurangi kecepatan,
yang harus diperhatikan lagi adalah beri lampu sein sebagai tanda Anda akan berbelok ke
kiri atau kanan. Dan bila hendak memasuki tikungan ketika melaju di malam hari,
nyalakan lampu dim agar pengendara yang berlawanan dengan Anda bisa mengantisipasi.
Kecelakaan mobil menjadi momok pengendara maupun pejalan kaki. Dari tahun ke tahun,
jumlah kecelakaan lalu lintas kerap bertambah. Industri otomotif akhirnya menciptakan
teknologi pengamanan pada kendaraan. Utamanya, untuk keselamatan pengemudi dan
orang lain. Beberapa tahun silam, Volvo mengeluarkan sistem pengamanan preventif
dengan menggunakan detector jarak yang terpasang pada bagian-bagian tubuh mobilnya.
Tujuannya adalah untuk mengatur jarak aman kendaraan yang dikemudikan dengan
kendaraan atau obyek lainnya. Jika jarak aman terganggu semisal ada mobil berjarak
sangat dekat dan berpotensi mengancam crash, maka sinyal suara akan berbunyi untuk
memperingatkan pengemudi Mengambil Insiatif pencegahannya. Ada empat teknologi
keselamatan kendaraan yang kini sudah banyak digunakan. Diantaranya adalah kontrol
jelajah adaptif, yakni penggunaan sensor atau radar yang bisa menghitung jarak aman
dengan kendaraan sekitarnya. Hal yang sudah ditelurkan oleh Volvo. Sarana ini menjadi
penting mengingat jumlah kendaraan di jalan raya yang makin meningkat serta unsur
safety di jalan yang harus menjadi prioritas. Cara kerja terkini adalah sensor tersebut men-
stimuli secara otomatis injakan pedal gas dan rem yang diinjak pengemudi kemudian
mengontrolnya ke dalam batas kecepatan dan handling yang aman. TRW Automotive,
perusahaan yang giat mengembangkan sistem pengamanan kendaraan dengan
menggunakan radar. Cara kerjanya adalah selalu menjaga jarak aman dengan mobil di
depannya meski mobil di depan terjadi pengereman mendadak sekalipun.
Pengendaliannya secara otomatis atau atas perintah pengemudi.
Teknologi keselamatan kedua adalah pengingat pengemudi dan deteksi blind spot.
Cara ini sama halnya dengan alat jelajah adaptif, namun lebih rinci. Alat pengingat
pengemudi mempertegas konsentrasi pengemudi jika kurang awas karena masalah
kesehatan atau konsentrasi. Melalui getaran setir, jok, atau alarm, kedipan lampu
peringatan, atau indikator lainnya, pengemudi senantiasa diingatkan untuk tetap
mengontrol kendaraannya.
PEMBAHASAN
ESC terbilang baru. Baru beberapa tahun lalu para peneliti mendapat data yang
cukup untuk menganalisa efeknya terhadap kecelakaan sesungguhnya. Dengan
menggunakan data-data Fatality Analysis Reporting System dan laporan polisi
mengenai kecelakaan di 10 negara bagian antara 2001 - 04, IIHS membandingkan
rate kecelakaan untuk sedan dan SUV (model yang sama) yang menggunakan ESC
dan tidak.
ESC diketahui memberikan manfaat lebih besar untuk SUV dibandingkan sedan.
Reduksi resiko kecelakaan tunggal untuk SUV mencapai 49% dibanding 33%
untuk sedan. Banyak kecelakaan tunggal juga membuat mobil terguling. Efektifitas
ESC mencegah rollover sangat dramatis. ESC mengurangi resiko SUV terguling
hingga 80% dan 77% sedan.
Electronic Stability Program, anti over steer & under steer. Teknologi suspensi Mercedes
Benz. Basic cara kerjanya adalah mengontrol laju pengendaraan dengan secara selektif
memberikan pengereman pada roda yang paling membutuhkan. Dalam kondisi jalan lurus,
kendaraan pun melaju lurus di permukaan jalan rata, maka pengereman terpusat pada ke-
empat roda secara bersamaan. Namun jika jalan berbelok atau mobil melaju berbelok atau
kondisi jalan tidak rata. maka beban pengereman tidaklah terpusat pada ke empat roda
secara merata. ESP mengatur pengereman sedemikian rupa agar mobil tidak kehilangan
kendali sekalipun pengereman tiba-tiba sewaktu berbelok disertai kecepatan tinggi. ESP
bekerja dengan sensor elektronis (48 kilobyte) yang keseluruhannya mengontrol
akselerasi, pengereman di berbagai jenis kondisi jalanan, mengontrol putaran masing-
masing roda, menurunkan rpm untuk pada kondisi tertentu untuk menghindari selip.
Rem ABS memiliki sejumlah sensor kecepatan dan ESC menambah sensor yang secara
kontinyu memonitor seberapa baik kendaraan merespon input dari roda kemudi. Sensor-
sensor ini bisa mendeteksi kapan pengemudi kehilangan kontrol karena mobil melenceng
dari jalur yang seharusnya dilalui, -masalah yang sering muncul pada manuver kecepatan
tinggi atau jalan licin-. Dalam situasi ini, otomatis ESC mengerem ban-ban secara
individual untuk menjaga mobil tetap terkontrol. Bila pengemudi melakukan gerakan
manuver mendadak, misal menikung terlalu cepat, mobil beresiko hilang kontrol. Maka
ESC akan melakukan serangkaian pengereman yang diperlukan dan pada kasus-kasus
tertentu juga mengurangi kecepatan mobil agar mobil tetap terkontrol.
Kerja ESP membantu pengendalian mobil ketika kemudi diputar secara mendadak saat
kendaaraan tengah melaju dengan kecepatan tinggi. Tidak hanya pada waktu berbelok
melibas tikungan, melainkan juga ketika pengemudi memutar setir untuk menghindari
objek yang tiba-tiba muncul di depan. Hal itu dapat terjadi karena stability control system
menggunakan sensor yang secara konstan memonitor kecepatan putaran masing-masing
roda, sudut putaran setir, dan akselerasi lateral (menyamping) . Sistem itu juga memonitor
kerja banyak sistem lain, apakah menyimpang atau tidak. Semua informasi itu
dikumpulkan oleh komputer, yang akan menentukan apakah mobil itu berjalan sesuai
dengan keinginan pengendaranya atau tidak. Dan jika tidak sesuai, stability control system
akan mengintervensi dan mengembalikan posisi mobil sesuai dengan yang diinginkan
pengendara. Demikianlah kehebatan mobil yang telah mengaplikasikan fitur stability
control dalam melindungi dan menjaga keselamatan pengendara meskipun tengah
berkendara dalam kecepatan tinggi. Jika mobil mengalami understeer, fitur canggih ini
akan menerapkan rem pada roda belakang bagian dalam sehingga mobil tertarik kembali
ke lintasan yang seharusnya dilalui. Sementara jika mobil mengalami oversteer, stability
program akan menerapkan rem hanya pada roda depan bagian luar sehingga mobil tertarik
kembali kelintasan yang seharusnya dilalui.
Electronic Stability Program (ESP®) saat ini sudah diperbaharui dengan fungsi tambahan :
the STEER CONTROL steering assistance system. Ini diaplikasikan bersama dengan
electromechanical power steering system, untuk membantu servo assistance dalam
menjaga kestabilan kendaraan saat sedang dikemudikan.
Tabel dibawah ini berdasarkan pada gambar 2 merupakan perbedan kendaraan yang
menggunakan ESP dan yang tidak menggunakan ESP
ESP telah di aplikasi oleh bebrapa produsen merk mobil ternama di dunia yang di
antaranya : Mercedez Benz dengan electronic roll mitigation, Volvo dengan roll
stability control, General Motor (GM) dengan proactive roll avoidance, dan Range
Rover dengan active roll mitigation, sudah menerapkan teknologi ini. (BIM)
ESP dalam berbagai merk kendaraan mempunyai nama khas yang berbeda namun
ada juga merk kendaraan yang tetap menggunakan nama Elektronic stability
Program, berikut datar Nama lain ESP di beberapa pabrikan kendaraan di dunia :
* Peugeot: Electronic Stability Programme (ESP)
* Pontiac: StabiliTrak
* Porsche: Porsche Stability Management (PSM)
* Renault: Electronic Stability Programme (ESP)
* Rover Group: Dynamic Stability Control (DSC)
* Saab: Electronic Stability Programme
* Saturn: StabiliTrak
* SEAT: ESP - Electronic Stability Programme
* Škoda: ESP - Electronic Stability Programme
* Smart: Electronic Stability Programme (ESP)
* Subaru: Vehicle Dynamics Control Systems (VDCS)
* Suzuki: Electronic Stability Programme (ESP)
* Toyota: Vehicle Dynamics Integrated Management (VDIM) with Vehicle
Stability Control (VSC)
* Vauxhall: Electronic Stability Programme (ESP)
* Volvo: Dynamic Stability and Traction Control (DSTC)
* Volkswagen: ESP - Electronic Stability Programme
* Acura: Vehicle Stability Assist (VSA)
* Alfa Romeo: Vehicle Dynamic Control (VDC)
* Audi: ESP - Electronic Stability Programme
* Bentley: ESP - Electronic Stability Programme
* Bugatti: ESP - Electronic Stability Programme
* Buick: StabiliTrak
* BMW: Dynamic Stability Control (DSC) (including Dynamic Traction Control)
* Cadillac: StabiliTrak & Active Front Steering (AFS)
* Chery Automobile: Electronic Stability Programme
* Chevrolet: StabiliTrak; Active Handling (Corvette only)
* Chrysler: Electronic Stability Programme (ESP)
* Citroën: Electronic Stability Programme (ESP)
* Dodge: Electronic Stability Programme (ESP)
* Daimler: Electronic Stability Programme (ESP)
* Holden: Electronic Stability Programme (ESP)
* Hyundai: Electronic Stability Programme (ESP), Electronic Stability Control
(ESC), and Vehicle Stability Assist (VSA)
* Infiniti: Vehicle Dynamic Control (VDC)
* Jaguar: Dynamic Stability Control (DSC)
* Jeep: Electronic Stability Program (ESP)
* Kia: Electronic Stability Programme (ESP)
* Lamborghini: ESP - Electronic Stability Programme
* Land Rover: Dynamic Stability Control (DSC)
* Lexus: Vehicle Dynamics Integrated Management (VDIM) with Vehicle
Stability Control (VSC) and Traction Control (TRAC) systems
* Lincoln: AdvanceTrac
* Maserati: Maserati Stability Programme (MSP)
* Mazda: Dynamic Stability Control (DSC) (Including Dynamic Traction Control)
* Mercedes-Benz (co-inventor): Electronic Stability Programme (ESP)
* Mercury: AdvanceTrac
* MINI: Dynamic Stability Control
* Mitsubishi: Active Skid and Traction Control MULTIMODE and Active
Stability Control (ASC)
* Nissan: Vehicle Dynamic Control (VDC)
* Oldsmobile: Precision Control System (PCS)
* Opel: Electronic Stability Programme (ESP)
* Fiat: Electronic Stability Programme (ESP) and Vehicle Dynamic Control (VDC)
* Ferrari: Controllo Stabilità (CST)
* Ford: AdvanceTrac with Roll Stability Control (RSC) and Interactive Vehicle
Dynamics (IVD) and Electronic Stability Programme (ESP); Dynamic Stability
Control (DSC) (Australia only)
* General Motors: StabiliTrak
* Honda: Electronic Stability Control (ESC) and Vehicle Stability Assist (VSA)
and Electronic Stability Programme (ESP)
G. Kelemahan ESP
System ESP dapat bekerja karena adanya baterai karena system ini di kendalikan
oleh ECU (engine control unit) yang merupakan system elektronik yang
memerlukan energy listrik, jika baterai tidak optimal ataupun mengalami trouble
maka system ini tidak dapat bekerja untuk pengemudi yang tidak memperhatikan ,
karena menggunakan ESP, ada pengemudi yang merasa bisa ngebut sesuka hatinya
ketika melewati tikungan, melewati batas yang dapat ditoleriri mobil atau sistem
ESP. Bila ini terjadi, mobil akan terbanting dengan sangat keras dan menimbulkan
bahaya lebih besar.
PENUTUP
A. Simpulan
Elektronik stability program/control merupakan system yang dikontrol otomatis oleh ECU
yang bertujuan untuk menjaga keselamatan berkendara. System ini dirasa sudah cukup
bagi setiap kendaraan dan terbukti mengurangi kecelakaan. Alangkah baiknya apabila
setiap kendaraan mengaplikasi system ini karena sangat bermanfaat sekali guna
mengurangi resiko kecelakaan dalam berkendara.
B. Saran
ESP juga dikritik karena sejumlah pengemudi merasa fitur membatasi eksplorasi
pengemudi terhadap perilaku dinamis mobil mereka. ESP 'merampok' kesenangan mereka
berkendara, katanya. Karena itu, beberapa perusahaan otomotif menawarkan sistem
dimana pengemudi bisa memilih untuk menghilangkan fungsi ESP. Yang lain menambah
batas toleransi oversteer atau understeer sebelum ESP menginterverensi. Ada juga
pengemudi yang memodifikasi ESP mereka.