You are on page 1of 25

ALTERNATIF PEMILIHAN BAHAN PADA PERAWATAN DISKOLORISASI

GIGI TETAP ANAK


ALTERNATIVE CHOICE OF MATERIAL IN THE TREATMENT OF A CHILDS
PERMANENT TOOTH DISCOLORATION

Eriska Riyanti
Bagian Kedokteran Gigi Anak FKG UNPAD
Jl. Sekeloa Selatan Bandung

Abstrak
Pewarnaan gigi dapat mengurangi keindahan penampilan dan mempengaruhi rasa percaya
diri seseorang. Hal ini terjadi pada anak-anak dan remaja yang sangat memperhatikan
penampilannya dimana proses pertumbuhan, perkembangan, dan sosialisasi terhadap lingkungan
merupakan sesuatu yang amat penting.
Penanggulangan diskolorisasi secara kimiawi maupun restoratif pada umumnya hanya
bersifat sementara. Biasanya hanya dapat bertahan dalam beberapa tahun, tergantung dari
motivasi pasien untuk menjaga kebersihan dan kesehatan mulutnya.
Beberapa teknik yang dapat dijadikan pilihan dalam perawatan diskolorisasi gigi tetap
anak adalah penambalan dengan resin komposit, vinir laminasi, bleaching, mahkota jaket, dan
mikroabrasi. Pemilihan bahan dan cara perawatannya disesuaikan dengan keadaan anatomi gigi
tetap anak yang belum sempurna.
Perawatan gigi tetap anak hendaknya dilakukan pada tahap dini, hal ini dimaksudkan agar
dapat secepat mungkin mengembalikan fungsi estetik dan menimbulkan rasa percaya diri pada
anak. Penguasaan pengetahuan mengenai bahan yang akan digunakan serta teknik perawatan
yang akan dilakukan perlu dilakukan oleh dokter gigi agar hasil yang diperoleh dapat sesuai
dengan yang diinginkan.

Kata kunci : diskolorisasi, gigi tetap anak

Abstract
Tooth discoloration may reduce aesthetics and affect a person's feeling of self-
confidence. This occurs to children and teenagers who are very conscious of their appearance,
for whom the process of growth, development, and socialization in the environment is a very
important matter.
Overcoming discoloration chemically as well as restoratively is generally of temporary
nature. This kind of treatment may only last for several years, depending on the patient’s
motivation to maintain oral hygiene and cleanliness.
Some of the techniques available in the treatment of a child’s fixed tooth discoloration are
filling with composite resin, veneer lamination, bleaching, jacket crown, and microabration.
Choice of material and treatment method are adapted to the child’s permanent deciduous tooth
anatomy.
Treatment of a child permanent teeth should be implemented at an early stage, to restore
as quickly as possible the aesthetic function and create self-confidence in the child. The dentist
need to have mastery of the knowledge of material to be used, as well as the treatment to be
applied, to obtain desirable results.
Keywords : discoloration, permanent teeth.

I. PENDAHULUAN

Pewarnaan gigi dapat mengurangi keindahan penampilan dan mempengaruhi nilai diri

seseorang. Hal ini terjadi pada anak-anak dan remaja yang masih berada dalam proses pencarian

jati diri dimana masa tersebut merupakan masa tersulit pada perkembangan dan pertumbuhan

serta proses sosialisasi. Proses itu mengakibatkan remaja dan anak-anak cenderung

memperhatikan banyak hal terutama yang dapat memberi penilaian negatif pada penampilan

mereka, seperti senyum yang terganggu keindahannya akibat adanya pewarnaan gigi 1.

Faktor-faktor yang menyebabkan diskolorisasi gigi antara lain adalah faktor genetik,

kongenital, metabolik, kimia, infeksi, obat-obatan, dan lingkungan. Bahan kimia dan obat-obatan

yang digunakan oleh ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi anak

baik warna maupun kekerasan email. Diskolorisasi pada gigi anak dimulai dari usia 4 bulan intra

uterin sampai 10 bulan setelah lahir sedangkan pada gigi permanen dapat terjadi sampai usia 16

tahun 2. Hal tersebut bila dibiarkan tanpa adanya pencegahan ataupun perawatan maka dapat

mempengaruhi perkembangan jiwa anak di masa depan karena pewarnaan yang terjadi dapat

mengenai permukaan email dan mencapai dentin.

Proses pemutihan gigi dengan menggunakan obat-obatan kimia memiliki beberapa

keuntungan dibanding cara restoratif, namun memiliki indikasi yang terbatas. Kelebihannya

antara lain metode yang digunakan lebih maju sehingga pengambilan jaringan gigi sedikit,

pelaksanaan sederhana serta harga yang lebih terjangkau 3.

Penanggulangan diskolorisasi secara kimiawi maupun restoratif pada umumnya hanya


bersifat sementara. Biasanya hanya dapat bertahan dalam beberapa tahun, tergantung dari

motivasi pasien untuk menjaga kebersihan dan kesehatan mulutnya. Motivasi yang dapat

ditumbuhkan dengan cara memberikan pengarahan kepada pasien.

Perubahan temperatur pada makanan dan minuman merupakan salah satu penyebab

perubahan kembali warna gigi setelah perawatan. Hal tersebut diakibatkan ekspansi dan kontraksi

gigi akibat perubahan suhu, sehingga memudahkan penetrasi warna (stain) ke dalam gigi.

Masalah utama yang dihadapi pada perawatan gigi di Indonesia adalah kurangnya informasi

mengenai kemajuan perkembangan teknologi bahan sewarna gigi di bidang kedokteran gigi 4. Hal

lain yang turut menjadi penyebab kurang berkembangnya cosmetic dentistry di Indonesia adalah

biaya yang tinggi dan rendahnya kemampuan pasien untuk membiayai perawatan.

Beberapa teknik yang dapat dijadikan pilihan dalam perawatan diskolorisasi gigi tetap

anak adalah penambalan dengan resin komposit, vinir laminasi, bleaching, mahkota jaket, dan

mikroabrasi. Pemilihan bahan dan cara perawatannya disesuaikan dengan keadaan anatomi gigi

tetap anak yang belum sempurna.

II. TELAAH PUSTAKA

Pengetahuan etiologi dari pewarnaan gigi akan sangat membantu merencanakan

perawatan yang tepat, karena faktor etiologi dan usia merupakan hal yang penting dalam

menentukan tingkat keberhasilan perawatan. Faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik merupakan

penyebab utama terjadinya diskolorisasi pada gigi tetap.

Teknik-teknik yang dapat dilakukan pada perawatan diskolorisasi gigi tetap anak adalah :

1. Resin komposit

Komposit merupakan gabungan berbagai bahan yang sifatnya kaku, biokompatibilitasnya


baik, tahan korosi, daya regangnya cukup baik dan warnanya sesuai dengan warna gigi alami

walaupun kurang stabil. Bahannya merupakan matriks polimer resin dengan partikel pengisi,

biasa disebut resin bis-GMA yang dikembangkan oleh Bowen sejak tahun 1972. Partikel pengisi

umumnya barium glass atau silikon dioksida. Perkembangan dari restorasi komposit sangat maju

dalam beberapa tahun terakhir namun beberapa hal perlu diperhatikan, seperti penyusutan

volume pada saat polimerisasi yang mencapai 7% dan menyebabkan tekanan 4-7 Mpa yang dapat

menyebabkan celah antara gigi dan restorasi sehingga dapat menyebabkan microleakage, karies

yang rekuren dan gigi sensiitif. Koefisien thermal ekspansinya 2-6 kali lebih besar dari gigi. Hal

ini dapat terlihat pada saat mengkonsumsi makanan dan minuman yang terlalu dingin atau panas

sehingga meneyebabkan timbulnya microleakage dan hilangnya ikatan adhesif diantara gigi dan

restorasi 5.

Kebaikan bahan restorasi ini yaitu sifatnya yang sangat estetik dan mudah digunakan

menjadikannya sebagai salah satu bahan restorasi yang paling sering digunakan untuk mengatasi

pewarnaan gigi tetap pada anak. Bahan restorasi ini memerlukan suatu prosedur penanganan

sebagai berikut 6 :

(1). Persiapan atau pemilihan warna

Gigi dibersihkan dengan pumis atau pasta profilaksis yang tidak mengandung minyak

kemudian setelah gigi selesai dibersihkan, basahi shade guide dengan ludah pasien untuk

dicocokkan dengan warna gigi.

(2). Preparasi kavitas

Membuang jaringan karies gigi dengan mempertahankan sebanyak mungkin jaringan


yang sehat dan membuat bevel pada cavo surface line angle, untuk gigi vital perlu diperhatikan

dinding-dinding yang menutupi pulpa agar tidak terjadi retensi.

(3). Lining

Tidak mutlak diberikan namun pada kavitas dalam sebaiknya diberi semen base dengan

glass ionomer. Lining senyawa kalsium hidroksida harus dipakai jika jarak antara dasar kavitas

dengan pulpa telah dekat atau hampir tembus.

(4). Etching

Aplikasi etsa pada daerah email selama 20-30 detik dan dentin maksimal 12 detik.

Kemudian kavitas dibilas sampai bersih dengan semprotan air dan dikeringkan dengan semprotan

udara atau diserap dengan microbrush. Permukaan dentin harus cukup lembab dan permukaan

email terlihat putih buram akibat etching.

(5). Bonding

Keberhasilan ikatan antara dinding kavitas dengan bahan restorasi sangat ditentukan oleh

jenis bonding agent yang digunakan dan prosedur aplikasinya. Sistem bonding terdiri dari dua

komponen, pertama diaplikasikan bahan primer, biarkan meresap selama 20 detik dibantu dengan

semprotan udara, kemudian aplikasikan bahan adhesif selama 20 detik, ratakan dengan semprotan

udara. Bila menggunakan komponen tunggal atau one step primer atau adhesif pada kavitas maka

cairan diaplikasikan pada kavitas, biarkan selama 20 detik agar meresap kedalam porositas.

Kavitas dikeringkan dengan semprotan udara ringan selama 1 sampai dengan 2 detik. Tiupan

angin berlebihan akan mengakibatkan kontaminasi bahan adhesif dengan oksigen yang akan

menghambat reaksi polimerisasi. Permukaan dentin harus terlihat mengkilap sesudah pemberian

bonding agent, kemudian dilakukan penyinaran selama 10 detik.


(6). Penambalan

Aplikasikan bahan tambal resin komposit selapis demi lapis (maksimal 2 mm perlapisan

sesuai efektifitas penetrasi sinar) dan dilakukan penyinaran selama 20-40 detik dengan halogen.

Posisi ujung light probe harus sedekat mungkin dengan permukaan bahan tambal yang

dipolimerisasi. Oklusi diperiksa dengan menggunakan kertas artikulasi.

(7). Penyelesaian

Sisa tambalan dibersihkan serta dipoles segera setelah proses pengerasan selesai dengan

menggunakan bor diamond fine dan extra fine atau cakram pemoles disertai semprotan air dingin.

2. Vinir laminasi

Vinir laminasi adalah selapis tipis dari porselen atau resin atau bahan restorasi lain yang

dilekatkan ke permukaan fasial dari gigi yang telah dipreparasi. Teknik vinir laminasi bertujuan

untuk memperbaiki morfologi gigi dan estetik dengan meletakkan selapis tipis vinir yang

sewarna gigi pada permukaan labial, namun tidak baik untuk restorasi estetik dalam waktu lama

karena dapat menyebabkan gigi patah, pewarnaan marginal dan sensitivitas post-operative 5.

Preparasi gigi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan estetik dan fonetik dari

penggunaan vinir. Preparasi tidak akan menimbulkan efek pada pulpa karena hanya dilakukan

dalam batas email dan pengurangan harus minimal meskipun ketebalan dari email dikurangi

untuk memberikan tempat untuk restorasi. Di samping itu penutupan yang menyeluruh pada

permukaan labial dengan akhiran berbentuk chamfer akan menghasilkan keadaan yang lebih

estetis. Garis akhir preparasi ditempatkan pada puncak gusi atau supra gingiva, sehingga

kesehatan jaringan periodontal mudah dipelihara.


Beberapa keuntungan teknik vinir laminasi adalah prosedur klinis sederhana, waktu

perawatan singkat dan tanggapan penderita terhadap prosedur ini sangat baik, karena

ketidaknyamanan secara fisik, stres mental dan pengeluaran biaya dapat dikurangi. Keuntungan-

keuntungan ini menyebabkan teknik vinir laminasi dianggap sebagai metode restorasi estetik

permukaan fasial yang paling tepat. Adapun indikasi vinir laminasi adalah 7 :

(1). Restorasi fasial esteik pada gigi-geligi yang mengalami perubahan warna.

Perubahan warna yang meluas sampai dentin dan tidak dapat dilakukan proses bleaching

karena kondisi anatomi gigi, misalnya pada kasus gigi permanen muda.

(2). Restorasi gigi dengan karies yang luas

Hal ini dilakukan karena pembuangan jaringan keras yang terlalu luas akan

mengakibatkan jaringan gigi yang tidak cukup untuk retensi pada penambalan.

(3). Restorasi gigi akibat fraktur

Gigi dengan fraktur ringan akibat trauma dapat menggunakan vinir untuk melindungi

pulpa, mempertahankan estetika dan fungsi.

(4). Restorasi gigi karena malformasi susunan gigi

Malformasi gigi dapat diperbaiki dengan membuat vinir yang tersusun lebih teratur.

(5). Splinting

Mencegah immobilisasi gigi sulung sampai gigi permanen erupsi.

Vinir laminasi tidak dapat dilakukan pada kasus-kasus sebagai berikut 7 :

(1). Celah interdental yang besar.

Penggunaan vinir laminasi pada kasus ini tidak akan membantu gigi menjadi lebih estetis,

karena pembuatan gigi dengan bentuk yang lebih besar untuk menutup celah interdental yang
besar akan mengakibatkan bentuknya menjadi tidak proporsional sehingga tidak estetis.

(2) .Kebersihan mulut yang buruk.

Penggunaan vinir memungkinkan terjadinya microleakage nantinya sehingga bila

kebersihan mulut tidak terjaga akan mengakibatkan timbulnya plak dan kalkulus.

(3). Bruxism

Kebiasaan bruxism menyebabkan gigi mengalami abrasi, sementara vinir merupakan

lapisan restorasi yang tipis sehingga vinir tidak dapat berfungsi maksimal.

(4). Deviasi garis interdental yang ekstrim

Kasus ini membutuhkan bantuan penanganan dokter gigi spesialis lain karena merupakan

kasus yang kompleks, perlu diperhatikan kondisi yang mengakibatkan terjadinya deviasi.

Setelah diketahui indikasi dan kontra indikasi dari teknik ini, maka dapat dilakukan

preparasi terhadap gigi pasien. Pengurangan permukaan gigi secara keseluruhan pada teknik ini

dilakukan secara seragam dan menyeluruh dan hanya terbatas pada lapisan email. Ketebalan

optimal vinir laminasi permukaan labial adalah 0,5-0,8 mm. Berikut langkah-langkah preparasi

gigi yang diperlukan pada teknik vinir laminasi 8 :

(1). Pengurangan arah mesial dan distal

Preparasi permukaan gigi dalam arah mesial dan distal harus diperluas hingga di atas

sudut marginal gigi.

(2). Pengurangan permukaan labial

Permukaan labial harus dikurangi tanpa mengambil titik kontak daerah proksimal di

belakang garis sudut dan garis akhir servikal harus ditempatkan pada puncak gusi bebas atau
diletakkan subgingival. Garis akhir preparasi berbentuk bahu atau chamfer seluas 0,5 mm.

(3). Pembulatan sudut-sudut yang tajam

Permukaan yang telah dipreparasi harus dihaluskan dan batas antara permukaan gigi dan

vinir laminasi sebaiknya berupa sudut tumpul. Preparasi gigi dapat diselesaikan tanpa adanya rasa

sakit dan tanpa menggunakan anestesi lokal.

Pasien dicetak gigi-geliginya setelah preparasi selesai dilakukan dan selama menunggu

pembuatan vinir maka pasien dapat menggunakan mahkota sementara. Mahkota sementara akan

sangat diperlukan oleh pasien yang memerlukan penampilan estetik tinggi seperti artis, penyanyi,

guru dan lain-lain sehingga bila diperlukan dapat dibuat mahkota sementara secara langsung

dengan cara mengalirkan resin komposit light curing di atas permukaan yang sudah dipreparasi

tanpa etsa. Resin dapat dibuang dengan kuretase pada kunjungan berikutnya 7.

Adapun kelebihan-kelebihan teknik vinir laminasi adalah prosedur klinis yang sederhana,

disamping itu waktu perawatan singkat dan tanggapan pasien terhadap prosedur ini sangat baik

karena ketidaknyamanan secara fisik dan mental serta pengeluaran biaya dapat dikurangi 7.

Macam-macam jenis vinir laminasi yang biasa digunakan adalah vinir laminasi resin, vinir

laminasi porselen dan vinir laminasi hidroksil apatit.

2.1 Vinir laminasi resin

Teknik ini merupakan teknik vinir laminasi yang pertama dan sudah jarang digunakan.

Caranya dengan merekatkan vinir resin pada permukaan email yang telah dietsa. Resin PMMA

(Poly Metil Meta Akrilat) yang mengeras tanpa pemanasan dan resin komposit Bis-GMA

digunakan sebagai bahan vinir pada metode ini. Kerugian metode vinir laminasi resin ini adalah

bahan vinir rapuh, perubahan warna sering timbul setelah pemakaian beberapa lama karena
terjadi penumpukan sisa makanan dan akumulasi bakteri, bahan yang digunakan tidak kompatibel

terhadap jarigan gingiva. Oleh sebab itu, vinir laminasi resin hanya digunakan sebagai restorasi

sementara 7.

Kelebihan teknik vinir laminasi resin antara lain memiliki waktu kerja yang tidak terbatas

karena membutuhkan penyinaran halogen untuk polimerisasi kemudian warna-warna dapat

dicampur pada permukaan gigi sehingga diperoleh hasil yang memuaskan. Langkah-langkah

preparasi gigi yang diperlukan pada teknik vinir laminasi resin 8 :

(1). Mengurangi ketebalan email bagian labial kira-kira 0,5 mm menggunakan bor diamond

silindris atau tapered, bila bagian servikal gigi mengalami pewarnaan maka preparasi dilanjutkan

sampai subgingiva.

(2). Preparasi dilakukan sampai tepi bagian labial dari titik kontak proksimal pada bagian mesial

dan distal.

(3). Gigi dibersihkan dengan pumis dan air atau dengan pasta profilaksis bebas minyak. Pasta

dicuci dengan semprotan air dan gigi dikeringkan.

(4). Gigi diisolasi dan dipasang matriks yang sesuai dengan gigi. Matriks yang digunakan dapat

berupa matriks lurus yang konvensional atau strip khusus.

(5). Email bagian labial dietsa, dicuci, dan dikeringkan.

(6). Selapis tipis unfilled resin (bonding agent) diaplikasikan pada email yang telah dietsa dan

dikeringkan dengan sikat halus atau aplikator lain yang sesuai.

(7). Sejumlah kecil filled resin komposit diberikan pada bagian tengah permukaan labial.

(8). Bila resin komposit yang digunakan merupakan tipe yang peka terhadap sinar, maka
kelebihan resin pada bagian tepi dibuang sebelum sinar dihidupkan.

(9). Bila resin komposit yang digunakan merupakan tipe yang peka terhadap sinar, maka

kelebihan resin pada bagian tepi dibuang sebelum sinar dihidupkan.

(9). Matriks dilepas setelah resin terpolimerisasi kemudian tepi restorasi diperiksa dan dihaluskan

dengan bor finishing atau poleshing disc.

2.2 Vinir laminasi porselen

Porselen merupakan bahan terbaik untuk membuat vinir laminasi meskipun biasanya

digunakan pada usia sekitar 18 tahun dimana gingival margin pada level matang dan standar oral

hygiene telah sesuai namun ada teknik yang dapat digunakan pada pasien yang lebih muda yaitu

restorasi dari peg lateral dengan tiga perempat putaran di sekeliling vinir yang berakhir pada

gingival margin.

Bahan ini secara garis gesar dibagi menjadi tiga macam berdasarkan cara pembuatannya

yaitu : porselen yang diaplikasikan langsung pada gigi dan kemudian dibakar, castable ceramic

yaitu vinir yang dibuat dari model lilin di atas model gigi kemudian dilakukan proses lost wax

dan casting ceramic 9.

Keunggulan dari teknik vinir porselen adalah tahan lama dan memberikan warna yang

menyerupai gigi asli, kemudian tidak mengabsorpsi air sehingga warnanya tidak berubah.

Permukaan vinir yang mengkilap tidak mengiritasi gingiva meskipun rapuh dan vinir porselen

dapat dikuatkan dengan resin komposit yang digunakan sebagai perekat (lutting cement) 10.

10

Pengetahuan tentang indikasi dan kontra indikasi sangat diperlukan untuk mencegah

terjadinya kesalahan pemilihan teknik. Indikasi dari vinir laminasi porselen adalah sebagai

berikut karies yang luas, gigi yang malformasi, perubahan warna gigi karena devitalisasi,
perubahan warna gigi karena obat-obatan (tetrasiklin, fluor dan sebagainya), perubahan warna

gigi karena penambalan, gigi jarang, diastema, dan rotasi, gigi dengan abrasi atau atrisi,

perawatan prostetik untuk gigi tetap pada pasien usia muda

gigi anterior dimana tekanan oklusalnya tidak terlalu besar sehingga penggunaannya lebih

dikarenakan oleh faktor estetik.

Kontra indikasi dari teknik ini adalah bila pasien tidak mengijinkan giginya dipreparasi,

pasien tidak bersedia melakukan perawatan pendahuluan yang diperlukan terutama apabila

terdapat kasus maloklusi berat dan pasien tidak mau merawat vinir yang digunakannya 9. Vinir

porselen menghasilkan ketebalan yang lebih rata dibandingkan dengan vinir dari bahan restoratif

lainnya apabila ditempatkan pada permukaan gigi.

Langkah-langkah preparasi gigi yang diperlukan pada teknik vinir laminasi porselen

untuk menghasilkan permukaan gigi yang lebih estetis adalah 8 :

(1). Preparasi email gigi yang akan direstorasi.

(2). Ambil cetakan dengan bahan cetak rubber base. Apabila edge insisal telah dipreprasi maka

dibuat cetakan gigitan dan lengkung rahang bawah.

(3). Vinir harus dimanipulasi cermat karena kecil, rapuh, dan permukaannya telah dietsa dalam

laboratorium. Aplikasikan selapis tipis bahan perekat silane di atas permukaan vinir, biarkan

mengering selama 5 menit.

(4). Permukaan gigi dibersihkan dengan pumis dan air atau dengan pasta profilaksis bebas

minyak. Cuci, keringkan dan vinir ditempatkan pada posisinya untuk melihat adaptasi dengan

jaringan mulut.

10
. Indikasi ini diperuntukkan bagi

11

(5). Vinir dapat dicoba posisinya dengan menggunakan selapis pasta.

(6). Pasta dibersihkan kemudian gigi diisolasi dan kemudian dipasang matriks.

(7). Dilakukan etsa dan pencucian dengan air mengalir, setelah itu email bagian labial

dikeringkan.

(8). Selapis tipis bonding agent diaplikasikan pada permukaan labial gigi yang telah dietsa dan

pada permukaan vinir, kemudian dipolimerisasikan.

(9). Aplikasikan selapis tipis pasta komposit pada vinir. Posisi vinir pada gigi diatur sesuai

dengan posisi dalam lengkung gigi.

(10). Sisa komposit dibersihkan, kemudian dipolimerisasikan lagi dengan sinar.

(11). Matriks dilepaskan, bagian tepi diperiksa dengan cermat. Poles dengan bor diamond atau

tungsten carbide finishing dengan abrasive disc.

2.3 Vinir laminasi hidroksil apatit

Hidroksil apatit merupakan bahan utama email sehingga teknik vinir laminasi ini

mempunyai sifat biokompatibilitas yang lebih baik terhadap jaringan mulut dibandingkan dengan

vinir resin atau porselen. Bahan ini mudah dituang sehingga memungkinkan pembuatan

morfologi gigi seperti yang diinginkan dengan mudah. Etsa asam pada permukaan vinir laminasi

juga memungkinkan dilakukan untuk menambah perekatan karena adanya kesamaan antara

bahan-bahan dasarnya dengan email alami, jika direkatkan dengan bantuan resin komposit maka

ikatan antara vinir dan permukaan email gigi sangat kuat. Warna vinir laminasi dibuat secara

internal dengan resin komposit yang digunakan sebagai pengikat sehingga diperoleh restorasi

yang memiliki penampilan alami. Keramik apatit memiliki transmisi sinar dan indeks bias yang
sama dengan email, sehingga memberikan transparansi yang sama dengan gigi asli. Koefisien

muai panas bahan ini menyerupai email sehingga kebocoran mikro (microleakage) pada bagian

12

tepi tidak terlihat. Kekuatan perekatan terhadap email sangat baik dan segala bentuk yang

diinginkan dapat dibuat, sehingga teknik vinir laminasi ini diindikasikan tidak hanya untuk

permukaan bukal saja tetapi juga untuk permukaan lingual gigi depan dan oklusal gigi belakang.

Teknik baru dengan menggunakan hidroksil apatit tuangan dapat menggantikan mahkota metal

keramik atau mahkota jaket dan memperkenalkan era baru dalam kedokteran gigi restorasi 7.

3. Bleaching

Bleaching merupakan proses pemutihan gigi dengan menggunakan bahan-bahan kimia.

Bahan-bahan kimia yang biasa digunakan antara lain hidrogen peroksida dan asam hidroklorik 11.

Metode ini dapat digunakan pada gigi anak-anak yang mengalami pewarnaan gigi. Beberapa

hambatan dapat timbul pada saat menerapkan metode ini pada anak-anak, diantaranya adalah

kondisi ruang pulpa yang besar dengan sedikit resesi atau dentin sekunder dapat menyebabkan

sensitivitas pada stimulasi suhu dalam proses bleaching sehingga harus dilakukan dengan hati-

hati dan tidak menggunakan panas supaya tidak terjadi iritasi pada pulpa. Perlu diingatkan

kepada orang tua bahwa bleaching akan diulang setelah gigi tetap selesai bererupsi. Perlu

ditekankan kepada anak-anak bahwa perawatan di rumah yang kurang baik dapat mengakibatkan

penumpukan plak sehingga mengurangi efek bleaching yang dihasilkan. Agar diperoleh hasil

yang terbaik disarankan agar gigi dibersihkan terlebih dahulu. Larutan disclosing merupakan

salah satu bahan yang efektif untuk membantu pembersihan gigi-geligi karena larutan tersebut

membantu mengetahui tingkat kebersihan dalam rongga mulut berdasarkan warna yang melekat
pada permukaan gigi, karena larutan ini melekat erat pada materia alba dan kalkulus 11,12.

Metode perawatan bleaching ada dua macam yaitu bleaching secara ekstrakoronal untuk

gigi yang masih vital dan bleaching intrakoronal untuk gigi yang non vital. Teknik bleaching

intrakoronal ada tiga macam yaitu termokatalitik dan walking-bleach dan kombinasi dari teknik

13

termokatalitik dan walking-bleach

pada Gambar di bawah ini :

12

. Pembagian bleaching pada gigi tetap anak dapat dilihat

Gambar 1
Bagan Jenis Bleaching pada Gigi Tetap Anak 11,14

Tahap persiapan yang dilakukan sebelum proses bleaching, yaitu 11 :

(1). Pengamatan visual

Mengetahui indikasi dan penyebab serta kedalaman penetrasi warna pada pewarnaan gigi

tersebut. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat kondisi rongga mulut secara menyeluruh.

(2). Riwayat tingkah laku

Hal ini penting diketahui untuk mengetahui kebiasaan yang dapat menjadi salah satu

penyebab terjadinya pewarnaan.

(3). Riwayat medis

Melihat adanya penyakit sistemik atau pengobatan yang dapat menyebabkan pewarnaan.

Hal ini disebabkan banyak pewarnaan yang terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangan

gigi sebelum maupun sesudah lahir.

14
(4). Rekaman data

Berisi gambar-gambar pewarnaan yang terjadi sebelum perawatan dilakukan. Biasa

dilakukan di luar negeri dengan menggunakan kamera video dalam mulut untuk merekam kondisi

sebelum dan sesudah perawatan.

(5). Pemeriksaan mulut secara menyeluruh dan menentukan kondisi gigi-geligi

Mengetahui kondisi kebersihan mulut dan kesehatan gigi pasien. Menggunakan teknik

transluminasi sehingga dapat mendeteksi karies, daerah dekalsifikasi atau hipokalsifikasi, sifat

tak tembus cahaya (opacity), kedalaman dan lapisan dari pewarnaan.

(6). Tes vitalitas gigi

Tahap yang sangat penting untuk proses bleaching karena akan menentukan teknik

bleaching yang akan digunakan.

(7). Profilaksis secara menyeluruh

Lebih mudah untuk mengetahui luas pewarnaan pada gigi dan persiapan yang lebih baik

untuk perawatan. Tindakan profilaksis menyeluruh dapat berupa upaya untuk menghilangkan

kalkulus dan plak yang merupakan salah satu penyebab pewarnaan ekstrinsik sehingga pasien

merasa puas tanpa harus melalui proses bleaching lebih lanjut 11.

3.1 Bleaching non vital

Pemutihan intrakoronal dilakukan pada gigi non vital yang mengalami perubahan warna

dan telah dirawat saluran akarnya. Pemutihan gigi secara intrakoronal merupakan teknik yang

memasukkan larutan pemutih ke dalam saluran akar (non vital).

Gigi non vital dengan karies yang luas dan pada pengisian saluran akar yang tidak baik

merupakan kontra indikasi pemutihan intra koronal. Metode ini dianjurkan pada gigi dengan

15
anatomi baik, dan mempunyai posisi yang harmonis dengan gigi-geligi lainnya dalam lengkung

rahang 13,15.

Bahan yang digunakan pada pemutihan intrakoronal adalah reduktor atau oksidator.

Bahan oksidator yang sering digunakan adalah sodium perborate. Prinsip ketiga teknik perawatan

intra koronal adalah sama, yaitu mengubah warna gigi melalui proses reduksi-oksidasi pada

struktur organik gigi menggunakan oksidator, sehingga lapisan yang mengalami pewarnaan

menjadi lebih terang dan estetis 15.

Reaksi reduksi dan oksidasi pada teknik bleaching dicapai melalui teknik-teknik yang

berbeda. Teknik termokatalitik merupakan teknik pemutihan yang paling lama digunakan dengan

menempatkan kapas yang dibasahi H2O2 35% (Superoxol), diletakkan dalam kamar pulpa

kemudian dipanaskan, namun superoxol merupakan bahan yang tidak dianjurkan lagi oleh ADA

(American Dental Association) karena menyebabkan gigi sensitif sehingga diganti dengan

sodium perborat. Panas yang diperoleh berasal dari photo-flood lamp dengan sinar halogen yang

dihasilkannya yang kemudian bertindak sebagai katalisator untuk mempercepat reduksi-oksidasi.

Reaksi tersebut dapat dipengaruhi oleh penambahan energi yang dalam hal ini adalah panas atau

gelombang cahaya

pada prosedur klinis berikut 5 :

(1). Pembuatan foto periapikal, untuk memastikan perawatan saluran akar adekuat.

(2). Gigi dibersihkan dengan pumis.

(3). Gigi diisolasi dengan rubber dam.

(4). Bahan pengisi saluran akar dibuang dengan bor mini-head sampai dentinogingival junction.

(5). Aplikasikan 1 mm semen seng fosfat atau GIC (Glass Ionomer Cement) di atas guttaperca.
(6). Dentin dipreparasi menggunakan bor bundar.

15

. Untuk lebih mengetahui aplikasi dari teknik termokatalitik, dapat dilihat

16

(7). Kamar pulpa dietsa dengan asam fosfor 37% selama 30 sampai dengan 60 detik kemudian

dicuci dan dikeringkan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penetrasi campuran asam

perborat.

(8). Campur air suling dengan sodium perborat menjadi pasta.

(9). Dilakukan penambalan sementara dengan GIC.

(10). Proses diulang dalam waktu satu minggu sampai mendapatkan warna yang diinginkan.

(11). Aplikasikan kalsium hidroksida ke dalam kamar pulpa selama 2 minggu. Tutup kembali

dengan GIC.

(12). Gigi direstorasi dengan resin komposit.

Pada tahun 1960, Nutting dan Poe menempatkan butiran kapas dibasahi superoxol ke

dalam kamar pulpa dan menutupnya tanpa pemanasan. Tiga minggu kemudian warna gigi

menjadi lebih terang daripada gigi di dekatnya, teknik ini disebut sebagai walking bleach. Teknik

ini kemudian berkembang sehingga H2O2 ditingkatkan aktifitasnya dengan menggunakan

campuran sodium perborat dan air suling atau campuran sodium perborat dan superoxol yang

ditinggalkan di dalam kamar pulpa selama seminggu 13,15.

Berikut langkah-langkah teknik walking bleach 14 :

(1). Isolasi daerah kerja dengan rubber dam/cotton roll.

(2). Daerah gingiva sekitar gigi diberi vaselin.

(3). Akses kavitas dibersihkan dari sisa makanan dan jaringan karies.
(4). Tanduk pulpa dibuang dan dibersihkan.

(5). Bahan pengisi diaplikasikan sampai 2 mm di bawah orifis (CEJ).

(6). Beri barrier tebal 2 mm. Bahan barrier dapat berupa polycarboxylate cement, zinc phosphate

cement, GIC, IRM, dan cavit.

17

(7). Buat pasta campuran sodium perobarate dengan 1 tetes air/saline dengan konsistensi pasir

basah (tidak mengalir).

(8). Masukkan pasta ke dalam kamar pulpa.

(9). Bersihkan pasta bleaching pada undercut.

(10). Beri tambalan sementara (± 2 mm).

(11). Kunjungan berikut 1-2 minggu, untuk pemberian tambalan tetap dan mengevaluasi hasil

bleaching.

Gambar 2
A. Perubahan Warna Intrinsik Dentin karena Sisa-Sisa Bahan Pengisi di Dalam kamar Pulpa
B. Restorasi Diangkat Seluruhnya
C. Basis semen untuk pelindung
D. Akses Ditutup dengan Tambalan Sementara
E. Tambalan Permanen 14

Teknik kombinasi adalah teknik yang menggabungkan termokatalitik dan walking bleach

secara bergantian sehingga hasilnya lebih cepat dan memuaskan. Langkah-langkahnya adalah

sebagai berikut :

(1). Preparasi barrier.

(2). Pembersihan akses kavitas dilakukan secara hati-hati, bila dinding labial tebal sedangkan

perubahan warna gelap, boleh sedikit diambil dari bagian dalam kemudian dilakukan bleaching.

18
(3). Penentuan warna.

(4). Instruksi untuk home bleaching.

(5). Penilaian kembali warna dan hasil bleaching.

(6). Sealing (penutupan) akses kavitas.

(7). Dilakukan penilaian ulang warna secara keseluruhan setelah kavitas ditutup.

Gambar 3
Pewarnaan Gigi tunggal Akibat Trauma Sebelum Dilakukan Perawatan
Dengan Bleaching Non Vital 16

Gambar 4
Gigi telah Dirawat dengan Bleaching Intrakoronal setelah
Perawatan Saluran Akar Terlebih Dahulu Dilakukan 16

19

3.2 Bleaching vital

Bleaching ekstra koronal biasa dilakukan terhadap gigi vital yang mengalami perubahan

warna. Teknik ini menggunakan aplikasi hidrogen peroksida 35% di permukaan yang diikuti

dengan pemanasan. Pemutihan pada gigi vital dapat dilakukan pada keadaan tersebut di bawah

ini pewarnaan tetrasiklin yang ringan pada gigi yang saluran akarnya telah menutup sempurna,

fluorosis ringan, gigi dengan saluran akar yang telah menutup sempurna dengan tujuan fungsi

estetis 5.

Gigi vital yang tidak dapat dilakukan pemutihan adalah gigi vital dengan kondisi ruang

pulpa besar dimana mengakibatkan gigi sensitif, saluran akar yang masih terbuka, adanya

pengikisan email, restorasi yang luas dan alergi peroksida sehingga gigi tetap anak merupakan

kontra indiaksi bleaching vital 12.

Etiologi dari pewarnaan gigi menyebabkan perbedaan teknik untuk bleaching pada gigi
vital tetapi prosedur persiapan dan perlindungan terhadap rongga mulut untuk semua teknik

bleaching adalah sama. Bleaching gigi-geliei vital lebih sulit dibandingkan dengan gigi-geligi

non vital. Hal tersebut dikarenakan karena kondisi gigi yang masih vital sehingga memungkinkan

pasien merasakan perubahan suhu yang terjadi. Oleh karena itu harus dikerjakan dengan

ketrampilan tinggi dan sikap yang hati-hati. Langkah-langkah yang perlu dilakukan pada teknik

bleaching vital adalah 5 :

(1). Pembuatan foto periapikal dan tes vitalitas gigi.

(2). Gigi dibersihkan dengan pumis dan air, untuk menghilangkan pewarnaan ekstrinsik.

(3). Gingiva bagian bukal dan palatal dilapisi dengan gel sebagai perlindungan pada teknik

bleaching.

(4). Gigi diisolasi dengan rubber dam

20

Gambar 5
Pembersihan Gigi Meneggunakan Pumis 17

Gambar 6
Gigi Diisolasi Menggunakan Rubber Dam 17

(5). Clamp rubber dam dilapisi dengan kasa untuk mencegah akibat pemanasan.

(6). Permukaan labial dan palatal dilapisi dengan asam fosfor selama 60 detik, cuci dan

keringkan. Kasa direndam dalam 35% H2O2 kemudian diaplikasikan ke gigi yang akan dilakukan

proses bleaching

(7). Photo-flood lamp diberi jarak 33-38 cm dari gigi pasien

(8). Kasa dibiarkan dan aplikasi H2O2 diulang setiap 3-5 menit menggunakan cotton bud atau alat

bantu lainnya

Gambar 7
Aplikasi Kasa yang Mengandung H2O2 ke Permukaan Labial Gigi 17

21

Gambar 8
Pemanasan dengan Menggunakan Lampu untuk Membantu
Proses Reduksi dan Oksidasi 17

Gambar 9
Pengulangan Aplikasi H2O2 pada Gigi 18

(9). Setelah 30 menit, rubber dam dibuka, gel dibersihkan dan gigi dipoles dengan batu shofu.

Aplikasikan tetesan fluor 2-3 menit.

(10). Pembuatan foto berwarna setelah proses bleaching selesai

Gambar 10
Gigi yang Telah Melalui Proses Bleaching

22

4. Mikroabrasi

Metode mikroabrasi adalah metode pengurangan email secara mekanis pada permukaan

gigi dengan tujuan untuk menghilangkan pewarnaan yang terbatas pada permukaan email. Hal ini

diperoleh dengan kombinasi dari abrasi dan erosi. Email yang dibuang tidak lebih dari 100 µm

dan prosedur tidak dapat diulang karena pengurangan email yang terlalu banyak akan

mengganggu pulpa sehingga gigi menjadi sensitif serta warna gigi menjadi agak kecoklatan 19.

Langkah-langkah yang dikerjakan pada teknik mikroabrasi adalah 5,19 :

(1). Tes vitalitas gigi, rontgen, dan foto.

(2). Isolasi gigi dengan rubber dam dan oleskan vaselin di sekeliling leher gigi dan rubber dam.

(3). Campurkan 18% asam hidroklorid dengan pumis sehingga berbentuk pasta, kemudian

aplikasikan sebagian kecil ke permukaan labial gigi dengan menggunakan cotton buds. Saat ini

penggunaan pumis sudah sangat jarang karena dapat menyebabkan permukaan gigi kasar
sehingga partikel silikon karbide lebih disarankan untuk mengganti fungsi pumis.

(4). Gigi dibersihkan dengan air dan dikeringkan.

(5). Aplikasi diulang 6 sampai dengan 8 kali selama 10 sampai dengan 12 detik.

(6). Aplikasikan tetesan fluoride pada gigi selama 3 menit.

(7). Rubber dam dibuka.

(8). Gigi dipoles dengan Soflex discs diteruskan dengan 4% pasta fluoride selama 1 menit.

(9). Vitalitas gigi dan rontgen diulang kembali dalam waktu 1 bulan.

(10). Gigi dicek vitalitasnya 2x dalam setahun.

III. KESIMPULAN

Perawatan gigi tetap anak hendaknya dilakukan pada tahap dini, hal ini dimaksudkan agar

dapat secepat mungkin mengembalikan fungsi estetik dan menimbulkan rasa percaya diri pada

23

anak. Penguasaan pengetahuan mengenai bahan yang akan digunakan serta teknik perawatan

yang akan dilakukan perlu dilakukan oleh dokter gigi agar hasil yang diperoleh dapat sesuai

dengan yang diinginkan.

IV. DAFTAR PUSTAKA

1. Croll, T. P. and Segura, A. Tooth Color Improvement for Children and Teens: Enamel

Microabrasion and Dental Bleaching. Journal of Dentistry for Children January –

February. 1996. 17-22.

2. McLaughin, G. and Freedman, G. A. Discolored Teeth. Spain : Ishiyaku EuroAmerica, Inc.

1991. 15-97.

3. Grossman, L. L., S. Oliet, and C. E. Del Rio. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Edisi 11.
Diterjemahkan oleh R. Abyono. 1995. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Suwelo, I. S. Penggunaan Bahan Sewarna Gigi untuk Pencegahan Karies dan Restorasi Gigi

Anak (Studi Pustaka). Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 1995. No. 2 Vol

3. 33-39.

5. Heasman, P. 2003. Master Dentistry Volume 2. Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry

and Orthodontics. 2003. Churchill Livingstone. 179-183.

6. Fadil, M. R. Teknik Restorasi Estetik dengan Bahan Resin Komposit. Seminar Dentistry

Bandung. 2004.

7. Leswari, M. I. dan Handoyo, S. E. Teknik Vinir Laminasi Baru dengan Menggunakan Bahan

Keramik Apatit Tuangan. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Tahun

8. No. 23. Mei – Agustus. 1993. 94-107.

8. Andlaw, R. J., dan W. P. Rock. A Manual of Paedodontics. 3rd edition. 1993. New York :

Churchill Livingstone.

24

9. Dharma, R. H. Veneer Go For It. 2000. PT. Dental Lintas Mediatama. Jakarta. 5-56.

10. Haga, M. dan Nakazawa, A.Vinir Porselen Laminasi. 1998.1-43.

11. Garber, D. A. dan Goldstein, R. E. Complete Dental Bleaching. 1995. Hongkong :

Quintessence Publishing Co. Inc. 25-68.

12. Goldstein, R. E. Esthetics in Dentistry. 2nd edition. 1998. London : B. C. Decker Inc. 245-

268.

13. Farida. Perawatan Bleaching Teknik Walking Bleach dan Obturasi Satu Kali Kunjungan pada

Gigi Insisivus Sentral Kanan Maksila Non Vital yang Mengalami Diskolorisasi

(Lporan Kasus). Ceril IX Majalah Ilmiah Dies Natalis Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada ke-40. 2001. 170-171.

14. Walton, R. E. dan Torabinejad, M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi. Edisi 2. 1994.

Diterjemahkan oleh Narlan Sumawinata, drg. Jakarta : EGC. 505-526.

15. Meidyawati, R. E. H. dan Sundoro, E. H. Pemutihan Kembali Gigi yang Berubah Warna

Akibat Kematian Pulpa karena Trauma. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Universitas

Trisakti Edisi Khusus Foril V Vol. 2. 1996. 713-718.

16. Khouri, Z. dan Miller, A. 2002. Vital Bleaching dan Non Vital Bleaching. Pada

http://www.dentalexcellence.co.nz. Diakses 2 Januari 2006.

17. Laurell, K. A. In-Office Bleaching dan Porcelain Laminate Veneers to Correct Wear. Pada

http://www.prosthinfo.com. Diakses 2 Januari 2006.

18. Haselhorst, J. A. Veneers and Bonding. Pada http://www.napervilledentist.com. Diakses 2

Januari 2006.

19. Jordan, R. E. Esthetic Composite Bonding, Techniques and Materials. 2nd edition. 1993.

Canada : Mosby Year Book. 98-157.

25

26

You might also like