You are on page 1of 8

Tujuan pembangunan MDK disekitar Kawasan Konservasi (KK) yaitu dari aspek

ekologi/lingkungan, MDK dapat menyangga KK dari berbagai gangguan,


memperluas habitat flora dan fauna yang ada di KK, menambah areal serapan air
jika terletak dibagian hulu sungai, menangkal bencana alam berupa banjir, erosi,
angin serta bencana lainnya. Dari aspek ekonomi, melalui MDK diharapkan
pendapatan masyarakat dapat meningkat, tercipta berbagai aktivitas masyarakat
untuk menambah pendapatan, potensi SDA yang ada dapat bernilai ekonomi
melalui pengelolaan dengan teknologi yang sesuai, dan diharapkan roda
perekonomian pedesaan dapat berputar. Dari aspek sosial, dengan pemberdayaan
masyarakat melalui MDK pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dapat
meningkat, masyarakat diharapkan dapat bersikap positif dan mendukung
pengelolaan kawasan konservasi, kesehatan masyarakat dapat meningkat karena
kondisi lingkungan pedesaan yang sehat dan diharapkan ketergantungan
masyarakat terhadap kawasan berkurang.

Makalh MDK

36

BAB IIIPEMBELAJARAN MODEL DESA KONSERVASI

A.Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

A.1Inisiatif Model Desa Konservasi

Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNGGP pada umumnya adalah


masyarakat desa hutan yang mayoritas sebagai petani, sehingga
tingkatketergantungan masyarakat akan lahan pun cukup tinggi. Ini banyak
mengakibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar daerah penyangga kawasan
konservasi memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk dijadikan sebagai lahan
pertanian. Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat desa hutan terhadap
sumber daya alam banyak mengakibatkan persoalan-persoalan yang cukup krusial
dan mengancam keberadaan kawasan konservasi. Banyak kebutuhan masyarakat
desa hutan yang dipenuhi dari hutan, seperti pangan, obat-obatan, bahan kontruksi
rumah dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Masyarakat desa hutan menganggap
hutan adalah sumber mata pencaharian. Beberapa kegiatan pencaharian yang
bergantung pada hutan adalah mencari kayu bakar, buah-buahan, bahan bangunan
dan jenis tumbuhan dansatwa yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-
harinya. Bagi masyarakat desa hutan, hutan juga merupakan sumber lahan atau
cadangan lahan di masa depan. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan
pentingnya hutan menjadikan timbulnya permasalahan antara masyarakat yang
tinggal di sekitar hutan dengan pengelola kawasan hutan sendiri, sehingga
menimbulkan konflik di lapangan. Upaya-upaya tersebut perlu ada beberapa solusi
yang cukup terarah dan terpadu, sehingga tingkat kertegantungan masyarakat
desahutan terhadap sumber daya hutan bisa dihentikan dengan melakukan upaya
pemanfaatan sumber daya hutan yang bisa dikembangkan dan dibudidayakan oleh
masyarakat itu sendiri.Pemerintah berkepentingan terhadap kelestarian hutan guna
menjaga ekosistem yang sekaligus mengatur hidoorologis, sehingga semua
kehidupan baik yang ada di dalam dan di luar kawasan hutan dapat berjalan dengan
baik. Disisi lain masyarakat membutuhkan ruang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya secara wajar.Peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan
TNGGP adalah pengelolaan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya yang
dilakukan bersama antara pengelola dengan masyarakat sekitar kawasan mengikuti

pola berbasiskan lahan dan berbasiskan bukan lahan

dengan memperhatikan kelestarian ekologi, kelestarian sosial, ekonomi dan budaya


37
sehingga manfaat yang diperoleh dapat diwujudkan secara optimal dan
proposional.Bertitik tolak dari kepentingan di atas, ditempuh kebijaksanaan bahwa
pengelolaan kawasan konservasi diperlukan partisipasi dan keterlibatan aktif dari
masyarakat, yang diwadahi dalam program Model Desa Konservasi, sekaligus
dimaksudkan agar hutan tetap lestari dan masyarakat terpenuhi
kesejahteraannya.Dalam rangka optimalisasi fungsi kawasan tersebut dan bahwa
TNGGPmerupakan bagian pembangunan regional, maka pada tahun 2006
mengembangkan program pengembangan model desa konservasi di daerah
penyangga yang akan menggambarkan keharmonisan antara dua kepentingan yang
berbeda, yaitu pemukiman dan kawasan konservasi dapat berjalan sebagaimana
mestinya tanpa ada pihak yang dirugikan. Pengembangan desa konservasi
dimaksud dalam hal ini adalah terfokus pada aspek sosial ekonomi dan teknis yang
menekankan kepada konsep pemberdayaan masyarakat, artinya segala upaya yang
bertujuan untuk terus meningkatkan keberdayaan masyarakat di sekitar hutan
konservasi, untuk memperbaiki kesejahteraannya dan meningkatkan partisipasi
mereka dalam segala kegiatan yang mendukung kelestarian konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya secara berkelanjutan.Pemilihan lokasi desa
yang akan dijadikan sebagai target pengembangan desa model, berupa pemilihan
lokasi desa yang ada di daerah penyangga yang tingkat ancaman dan gangguan
cukup tinggi, tingkat perekonomian masyarakat masih rendah di bandingkan
dengan desa lainnya, tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya
hutan cukup tinggi, dan adanya kearifan dan budaya lokal di tingkat masyarakat.
Berdasarkan kriteris tersebut, pengembangan awal MDK di lakukan pada 2 desa,
yaitu Desa Kebon Peuteuy, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur dan Desa
Sukamaju, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi. Desa Kebun Peuteuy
mempunyai luasan 1.018,250 Ha. Beberapa hal yang dapat diupayakan di Desa
Kebon Peuteuy berdasarkan data sekunder TNGGPadalah: 1.Membuat sentra
pembibitan stek teh (Kerjasama dengan Dinas Pertanian dan PTPN
VIII).2.Membuat pabrik semi teknis dalam proses pembuatan teh rakyat dan
membantu memasarkannya (Ekbang Kab. Cianjur).3.Membuat rencana
penyusunan: “Tea Walk dan Crosscountry” pada poin-poin tertentu dipamerkan
potensi daerah tersebut (Jambu Batu, Ayam Pelung, Pisang 38

dan Manisan Pala) yang kemudian dilanjutkan dengan design jalan setapak, disain
shelter, gazebo, plaza.4.Pemanfaatan dan pengolahan buah pala menjadi
manisan.5.Masyarakat Potensial dan berminat untuk membudidayakan belut, rata-
rata kepemilikan pekarangan cukup luas dan belum dimanfaatkan secara
optimal.6.Peningkatan budidaya jamur bantuan TNGGP, kuliner, sampai proses,
peningkatan keterampilan masyarakat (LSM dan pemda).7.Diversifikasi budidaya
jamur : shitake dan merang pada lokasi yang sama.Pada saat ini, kegiatan MDK
yang dilakukan pada desa ini adalah kegiatan berbasis lahan dan tidak berbasis
lahan. Kegiatan yang berbasis lahan yang ditanam pada areal kawasan hutan
adalah penanaman tanaman endemik seperti rasa mala dan puspa. Sedang kegiatan
yang tidak berbasis lahan adalah pengembangan budi daya jamur. Sedang
keinginan masyarakat untuk menanami dengan tanaman NTFP belum
diperbolehkan.Desa Sukamaju mempunyai luasan 346,615 Ha. Beberapa hal yang
dapat diupayakan di Desa Sukamaju berdasarkan data TNGGPadalah :

1.

Di Desa Sukamaju, khususnya di Dusun Tangsel, dapat diupayakan kegiatan usaha


pembuatan saos tomat.

2.

Selanjutnya di Desa Sukamaju juga dimungkinkan dikembangkan unit usaha


pembuatan keripik pisang. Sampai saat ini, perkembangan MDK di Desa
Sukamaju hampir sama dengan di Desa Kebun Peutey, yakni berbasis lahan dan
tidak berbasis lahan. Pada MDK yang berbasis lahan, penanaman dilakukan
dengan tanaman endemikrasamala dan puspa, hanya masyarakat sudah boleh
menanami tanaman NTFP pada kawasan hutan sepanjang masuk 15 meter.

A.2 Karakteristik Desa Studi

Untuk melihat secara langsung potret pelaksanaan MDK pada level desa,
dilakukan pemilihan desa model secara random yang dijadikan unit analisis. Desa
yang dipilih adalah Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Desa
Cinagara di Kabupaten Sukabumi terletak di kawasan penyangga budidaya Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Sekitar 9.438 jiwa tinggal di lahan
seluas 497 hektar. Sebagian besar masyarakat desa ini adalah buruh tani dan
wiraswasta. Selain itu, mereka39

juga memelihara ikan air tawar. Para petani banyak menanam buncis dan
berternakdomba untuk tambahannya.Menurut masyarakat, inisiatif dari
TNGGPdalam rangka pemberdayaan masyarakat mulai sekitar tahun 1988-1989.
Pada saat itu, TNGGPmengadakan program bantuan ternak dan bibit aren yang
diberikan kepada masyarakat.Masyarakat di suruh menanam dan merawat, dari
pekerjaan itumasyarakat di beri upah. Penanamanpohon aren dimaksudkan untuk
pengembangan potensi gula. Kalau masyarakat menyadari akan tujuan penanaman
pohon aren tersebut dan tanaman aren itu tumbuh bagus ke depan, maka
rencananya akan dikembangkan pabrik gula aren. Akan tetapi penanaman itu gagal
karena masyarakat membutuhkan lahannya untuk ditanami dengan sayuran. Lalu
kemudian, jika tanaman aren sudah besar, dibawahnya akan ditanami dengan
tanaman kapulaga seperti jahePemberdayaan Masyarakat pada MDK di Desa
Cinagara mulai dilakukan pada tahun 2007 denganfokus pada pemanfaatan yang
berbasis bukan lahandan pengembangan wisata. Desa Cigara mempunyai potensi
pada

pengembangan budidaya ikan air deras

dan pengembangan wisata

Air Terjun Cikaracak

di Kampung Cibeling sebagai daerah wisata yang menarik. Hal ini dilakukan
dalam upaya mengurangi tekanan penduduk terhadap sumber daya alam di
kawasan TNGGP seperti berkurangnya hutan dan volume air serta berkurangnya
pendapatan rata-rata warga setempat.

A.2.1 Persepsi Masyarakat tentang Model Desa Konservasi

Masyarakat Desa Cinagara percaya bahwa MDK merupakan salah satu model
pemberdayaan masyarakat yang dapat diterapkan di kawasan TNGGP. Menurut
mereka, MDK adalah upaya untukmenggali potensi yang ada, terutama yang ada di
kawasan. Apa saja potensi yang sudahada lalu dikembangkan dan dibangkitkan
lagi. Potensi yang ada tersebut dapat dikembangkan oleh masyarakat, kerjasama
dengan TNGGPseperti penanaman anggrek pada zona pemanfaatan, lahan di zona
pemanfaatan untuk lahan pertanian mencukupi kebutuhan sehari-hari.Masyarakat
desa mempunyai motto “Leuweng Ijo, Masyarakat Ngijo” artinya hutannya hijau
dan masyarakat dapat mencukupi kebutuhan makan sehari-hari.Masyarakat
percaya bahwa MDK bisa meningkatkan pendapatan dengan pembagian tata ruang
pemanfaatan di zona pemanfaatan. Masyarakat juga percaya jika MDK dapat
dilaksanakan melalui kolaborasi dan kerjasama dengan TNGGP, lingkungan bisa
diselamatkan seperti wisata, sumber air, penyelamatan flora fauna dan lain
sebagainya.40
Secara organisasi, masyarakat percaya kepada kepengurusan kelompok dimana
setiap anggota patuh terhadap aturan-aturan main yang ada dalam kelompok.
Pengurus dan anggota kelompok bersepakat membuat aturan rumah tangga yang
mengatur tentang kepengurusan, pengambilan keputusan, hak dan kewajiban
anggota dan lain sebagainya. Melalui kelompok, pengurus menjalin hubungan dan
komunikasi dengan pihak luar seperti pengelola taman nasional dan LSM. Bahkan
sampai sekarang, kelompok mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap LSM
RCS (Raptor Conservation Society)yangmendampingi mereka. Masyarakat merasa
bahwa keterlibatan LSM dalam pengelolaan MDK sangat berpengaruh terhadap
perubahan pola pikir kelompok untuk menuju lebih baik.

A.2.2 Norma Sosial, Budaya, dan Tradisi

Dalam pengelolaan MDK, masyarakat Cinagara tidak menganut pada norma,


budaya, atau tradisi apapun. Semua dikelola berdasarkan kebutuhan masyarakat
karena memang masih belum ada kesepakatan apapun dengan pengelola
TNGGPuntuk mengelola MDK. Yang ada hanya aturan tertulis berupa Peraturan
Desa tentang pengembangan Model Desa Konservasi Berbasis Wisata. Akan
tetapi, perdes ini belum cukup kuat untuk menjamin kelompok dapat mengelola
wisata air terjun cikaracak karena belum adanya kesepakatan dengan pengelola
TNGGP.Oleh karena itu, masyarakattidak mempunyai kepatuhan terhadap
peraturan desa yang ada. Tetapi masyarakat mempunyai kepatuhan terhadap
kesepakatan-kesepakatan hasil rapat kelompok dan mempunyai toleransi yang
cukup tinggi terhadap perbedaan pendapat dalam pertemuan-pertemuan kelompok.
Masyarakat miskin yang tidak mempunyai lahan garapan mempunyai kesempatan
yang lebih luas untuk mengelola lahan dalam kawasan. Bahkan mereka telah
masuk cukup lama, meskipun itu bukan dalam skema MDK karena MDK yang
dikembangkan di Desa Cinagara tidakberbasis lahan.
A.2.3 Keterikatan dan Jaringan Sosial

Beberapa keterikatan dan jaringan sosial yang ada di Desa Cinagara dalam
mengembangkan MDK adalah:

Keterikatan dan jaringan sosial yang terjadi dalam kelompok atau desa lebih
banyak karena keterikatan asal daerah dimana mereka berasal dari satu
daerah.Masyarakat membentuk kelompok dengan nama Kelompok Masyarakat
Peduli Hutan (KMPH). KMPH merupakan wadah komunikasi masyarakat dalam

You might also like