Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
CHRISTINE SIHALOHO
04071003055
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok I bidang
kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi
makhluk hidup untuk hidup secara optimal (Depkes, http://www.depkes.go.id).
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat
memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara
lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut
merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber
pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti
kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari
pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. (Depkes, http://www.depkes.go.id)
Polusi udara perkotaan diperkirakan memberi kontribusi bagi 800.000 kematian tiap
tahun (WHO/UNEP). Saat ini banyak negara berkembang menghadapi masalah polusi
udara yang jauh lebih serius dibandingkan negara maju. Contoh klasik pengaruh polusi
udara terhadap kesehatan dapat dilihat pada kota-kota di negara maju seperti Meuse Valley,
Belgia tahun 1930; Donora, Pennsylvania tahun 1948; dan London, Inggris tahun 1952; di
mana terjadi peningkatan angka kematian (mortalitas) dan kesakitan (morbiditas) akibat
polusi udara yang berakibat pada penurunan produktivitas dan peningkatan pembiayaan
kesehatan.
Di Indonesia, kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di
perkotaan. Menurut World Bank, dalam kurun waktu 6 tahun sejak 1995 hingga 2001
terdapat pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia sebesar hampir 100%.
Sebagian besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk, baik
akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan
kualitas kurang baik. World Bank juga menempatkan Jakarta menjadi salah satu kota
dengan kadar polutan/partikulat tertinggi setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City. Polusi
udara yang terjadi sangat berpotensi menggangu kesehatan. Menurut perhitungan kasar
dari World Bank tahun 1994 dengan mengambil contoh kasus kota Jakarta, jika konsentrasi
partikulat (PM) dapat diturunkan sesuai standar WHO, diperkirakan akan terjadi penurunan
tiap tahunnya: 1400 kasus kematian bayi prematur; 2000 kasus rawat di RS, 49.000
kunjungan ke gawat darurat; 600.000 serangan asma; 124.000 kasus bronchitis pada anak;
31 juta gejala penyakit saluran pernapasan serta peningkatan efisiensi 7.6 juta hari kerja
yang hilang akibat penyakit saluran pernapasan – suatu jumlah yang sangat signifikan dari
sudut pandang kesehatan masyarakat. Dari sisi ekonomi pembiayaan kesehatan (health
cost) akibat polusi udara di Jakarta diperkirakan mencapai hampir 220 juta dolar pada tahun
1999.
Data dari Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyebutkan,
pada tahun 2003 lalu ada 4,48 juta unit kendaraan (sekitar2,3 juta unit motor, 1,2
juta unitmobil, 370.800 truk, dan 254.900-anunit bus) yang setiap hari memenuhi jalan
raya. Dari jumlah itu, tidak seluruh kendaraan dalam kondisi mesin yang
bagus. Bahkan, setiap hari kita masih bisa menyaksikan buskota atau truk
menyemburkan asap hitam pekat.
Penyakit paru akibat pekerjaan terjadi akibat terhirupnya atau terinhalasinya partikel,
kabut, uap atau gas yang berbahaya pada saat seseorang sedang bekerja. Lokasi
tersangkutnya zat tersebut pada saluran pernafasan atau paru-paru dan jenis penyakit paru
yang terjadi, tergantung kepada ukuran dan jenis partikel yang terhirup. Partikel yang lebih
besar mungkin akan terperangkap di dalam hidung atau saluran pernafasan yang besar,
tetapi partikel yang sangat kecil bisa sampai ke paru-paru. Di dalam paru-paru, beberapa
partikel dicerna dan bisa diserap ke dalam aliran darah. Partikel yang lebih padat yang tidak
dapat dicerna akan dikeluarkan oleh sistem pertahanan tubuh (Saffira, 2009).
Ada tujuh pencemar utama dalam pencemaran udara yaitu partikulat (partikel debu),
Sulfur Dioksida (SO2), Ozone Troposferik, Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Dioksida
(NO2), Hidrokarbon (HC), dan Timbal (Pb).(http://tlitb.org/plo/udara.html).
Dikota-kota besar di Indonesia, sebagian unsur-unsur ini sudah berada di ambang
batas yang dapat ditolerir untuk kesehatan manusia (Widiastono, 2003). Sumber utama
pencemaran itu terutama berasal dari gas buang kendaraan bermotor, terutama untuk
karbon monoksida, hidrokarbon, partikulat dan timbal. Hidrokarbon bahkan
dikatakan lebih dari 90%-nya berasal dari asap kendaraan bermotor.
Menurut World Bank pada tahun 2004, pekerja di bidang pengangkutan dan
transportasi merupakan satu dari 10 pekerjaan dengan resiko penyakit paru tertinggi. Hal ini
terkait dengan pekerjaan mereka yang menuntut mereka bekerja di luar ruangan, tanpa
mempertimbangkan tingkat polusi udara di wilayah yang mereka jalani.
Pada beberapa decade sebelumnya peran dan fungsi perawat kesehatn kerja hanya
terfokus pada penanganan kasus kegawatdaruratan dan penyakit akut yang dialami oleh
pekerja di tempat kerja maka saat ini peran dan fungsi perawat komunitas menjadi lebih luas
dan kompleks (Nies & Swanson, 2002)
Stanhope & Lancester, 2004 mengidentifikasi 8 peran perawat kesehatan kerja, yaitu:
(1)care giver, (2)case finder, (3)health educator, (4)nursing educator, (5)counselor, (6)case
manager, (7)consultant, (8)researcher
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui pengaruh pemberian
bedak beras terhadap kerusakan kulit wajah akibat sinar matahari pada petani.
.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Mengetahui pengaruh pemberian bedak beras
terhadap kerusakan kulit wajah akibat sinar matahari pada petani”.
.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian bedak beras terhadap kerusakan kulit wajah akibat sinar
matahari pada petani
Tujuan Khusus
a. Mengetahui dampak sinar matahari terhadap kulit wajah petani