Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
6. Evaluasi (Evaluasion)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003), berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang suatu hal.
2.1.4.1 Faktor Internal
a. Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur-umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti
ketika berumur belasan tahun. Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi akan menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan
kemampuan tertentu sehingga pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Jadi pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2.1.4.2 Faktor Eksternal
a. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang meskipun seseorang
mempunyai pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai
media, misalnya : TV, Radio, Surat kabar. Hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
b. Lingkungan
Lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang memberikan pengaruh sosial
terutama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan hal-hal yang
buruk tergantung pada sifat kelompoknya.
c. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan salah satu yang mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain karena hubungan ini
seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
d. Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, suatu cara untuk kebenaran pengetahuan, hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dengan memecahkan
masalah yang dihadapi pada masa lalu.
2.1.5 Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto ( 2002 ) tingkat pengetahuan di bagi menjadi tiga yaitu:
1. Tingkat pengetahuan baik
Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang mampu mengetahui,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat
dikatakan baik jika seseorang mempunyai 76% - 100% pengetahuan.
2. Tingkat pengetahuan cukup
Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang mengetahui, memahami,
tetapi kurang mengaplikasi, menganalisis, mengintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat
dikatakan sedang jika seseorang mempunyai 56% - < 76% pengetahuan.
3. Tingkat pengetahuan kurang
Tingkat pengetahuan kurang adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang kurang mampu
mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Tingkat
pengetahuan dapat dikatakan kurang jika seseorang mempunyai <56% pengetahuan.
NANDA (2005) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang terkait dengan kurang pengetahuan (deficient
knowledge) terdiri dari: kurang terpapar informasi, kurang daya ingat/hapalan, salah menafsirkan
informasi, keterbatasan kognitif, kurang minat untuk belajar dan tidak familiar terhadap sumber
informasi (Nanda, 2005). Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan/knowledge
seseorang di tentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Keterpaparan terhadap informasi
b. Daya ingat
c. Interpretasi informasi
d. Kognitif
e. Minat belajar, dan
f. Kefamiliaran akan sumber informasi
3. Selain memperkenalkan rasa juga memperkenalkan makanan yang lebih padat sesuai dengan
kemampuan pencernaan bayi
4. Sesudah produksi ASI menurun pada bayi berumur 6 bulan ke atas MP – ASI merupakan makanan
pokok karena itu jumlah dan frekuensinya harus di tambah sedikit demi sedikit
5. MP – ASI yang cukup kuantitas dan kualitas merupakan dasar dari pertumbuhan fisik dan
perkembangan anak selanjutnya.
2.2.3 Syarat – syarat MP – ASI
Agar pemberian makanan pendamping ASI dapat terpenuhi dengan sempurna maka perlu
diperhatikan sifat – sifat bahan makanan yang akan di gunakan. Jumlah zat – zat gizi yang diperlukan
bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat – zat tambahan lainnya.
Berdasarkan uraian diatas maka MP – ASI sebaiknya memiliki beberapa kriteria berikut :
1. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi
2. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok
3. Dapat diterima oleh pencernaan bayi dengan baik
4. Harga relatife murah
5. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan – bahan yang tersedia secara local
6. Bersifat padat gizi
7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah yang sedikit. Kandungan
serat kasar yang terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi.
( Krisnatuti, 2007 )
2.2.4 Jenis MP – ASI
1. Buah – buahan yang dihaluskan / dalam bentuk sari buah. Misalnya pisang ambon, pepaya, jeruk
dan tomat
2. Makanan lunak dan lembek. Misal bubur susu, nasi tim
3. Makanan bayi yang dikemas dalam kaleng / karton / sachet
2.2.5 Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP – ASI
1. Perhatikan kebersihan alat makan
2. Membuat makanan secukupnya
3. Berikan makanan dengan sebaik – baiknya
4. Buat variasi makanan
5. Ajak makan bersama anggota keluarga lainnya
6. Jangan memberi makanan dekat dengan waktu makan
7. Makanan berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama
2.2.6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP - ASI
2.5.1 Perubahan sosial budaya
1. Ibu – ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
2. Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu
botol.
3. Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.
2.5.2 Faktor Psikologis
1. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
2. Tekanan batin.
2.5.3 Faktor Fisik Ibu
1. Ibu sakit, misalnya mastitis, panas dan sebagainya.
2.5.4 Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang pemberian MP – ASI yang tepat.
2.5.5 Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
2.5.6 Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang
menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng. ( Soetjiningsih,2002 )
2.2.7 Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat :
1. Kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga
2. Menghilangnya refleks menjulurkan lidah
3. Bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu
memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapar dan menarik tubuh ke
belakang atau membuang muka untuk menunjukkan tidak ketertarikan pada makanan
2.2.8 Beberapa permasalahan dalam pemberian makanan bayi/anak umur 6 – 24 bulan :
1. Pemberian Makanan Pralaktal (Makanan sebelum ASI keluar)
Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, air teh, madu, pisang, yang
diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi,
dan mengganggu keberhasilan menyusui.
2. Kolostrum dibuang
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan.
Masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
bayinya. Kolostrum mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan
mengandung zat gizi tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang.
3. Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan) menurunkan konsumsi ASI dan
gangguan pencernaan/diare. Kalau pemberian MP-ASI terlambat (bayi sudah berusia lebih dari 6
bulan) dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan pada anak.
4. MP-ASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak tepat dan tidak cukup baik kualitas
maupun kuantitasnya. Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak
menggunakan santan atau minyak pada
makanan anak, dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi terutama energi dan protein serta
beberapa vitamin penting yang larut dalam lemak.
5. Pemberian MP-ASI sebelum ASI
Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI dapat menyebabkan ASI kurang
dikonsumsi. Pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI . Dengan
memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang,
yang berakibat menurunnya produksi ASI . Hal ini dapat mengakibatkan anak menderita kurang gizi.
Seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI .
6. Frekuensi pemberian MP-ASI kurang
Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari kurang akan berakibat pada kebutuhan gizi anak tidak
terpenuhi.
7. Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja
Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI
dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang manajemen
laktasi pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) konsumsi zat gizi
rendah apalagi kalau pemberian MP-ASI pada anak yang kurang diperhatikan.
8. Kebersihan kurang
Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat menyediakan dan memberikan
makanan pada anak. Masih banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan
matang tanpa tutup makanan / tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh
anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare (mencret) dan
lain-lain.
9. Prioritas gizi yang salah pada keluarga
Banyak keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota keluarga yang lebih besar, seperti
ayah atau kakak tertua dibandingkan untuk anak baduta dan bila makan bersama-sama, anak baduta
selalu kalah.
2.2.9 Cara Pemberian Makanan Tambahan Yang Tepat
1. Untuk pertama kalinya berikan dulu hanya bubur beras saja karena makanan ini tidak
menimbulkan alergi, lalu campurkan dengan ASI
2. Setelah tidak menimbulkan efek samping alergi coba campur dengan susu formula selama 5 – 7
hari
3. Setelah tahapan ini lewat (tidak menimbulkan alergi) campurkan bubur beras dengan satu jenis
sayuran saja
4. Bila dia sudah menyukai bubur sayur, berikan campuran bubur dengan buah untuk anak usia 6
bulan. Jenis buah yang dianjurkan pepaya, pisang, jeruk dan tomat.
5. Untuk selanjutnya dalam pemberian MP – ASI adalah memperhatikan kekentalannya, tekstur, dan
ragam bahan pangan yang diperkenalkan satu persatu dulu agar bayi mengenal rasanya
(Dra.Kasdudini,M.Kes.2005)
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 1
Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dimana
yang meliputi faktor internal adalah usia dan pendidikan. Sedangkan yang meliputi faktor eksternal
adalah informasi, lingkungan, sosial budaya, dan pengalaman. Pengetahuan juga mencakup enam
tingkatan yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Yang meliputi: Tahu,
memahami, aplikasi, sintesis, dan evaluasi.
FBAB 3
METODE PENELITIAN
3.2 Besar Populasi, Besar Sample, dan Tekhnik Pengambilan Sample (Sampling)
3.2.1 Populasi
Adalah subyek yang hendak diteliti dan memiliki sifat-sifat yang sama menurut (Notoatmodjo, 2002).
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi 6 – 24
bulan di Desa Rambigundam Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember sebanyak 129 orang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi
(Notoatmodjo, 2005 : 79). Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10 – 15
% atau 20 – 25 %. Menurut Zainudin M., 2000 yang diadopsi oleh Nursalam, menentukan besar
sampel bila jumlah kurang dari 1000 dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
N
n=
1+ N (d)2
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah populasi
d : Tingkat Signifikan / Tingkat Kepercayaan / Ketepatan yang diinginkan ( Nursalam, 2003 )
Maka besarnya sampel :
129
n=
1 + 129 (0.05)2
n = 97 bayi
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang
3.2.3 Sampling
3.2.3.1 Teknik Sampling
Teknik Sampling adalah teknik atau cara pengambilan sampel sehingga dapat mewakili populasi.
Pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah simple random sampling atau acak sederhana
(Notoatmodjo, 2005). Karena populasi lebih dari 100 maka peneliti mengambil sampel sebanyak 97
responden.
3.8.1.2 Coding
Coding yaitu memberi tanda atau kode untuk memudahkan pengolahan data, kemudian dilakukan
langkah selanjutnya.
3.8.1.3 Scoring
Scoring yaitu memberikan nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan tiap kuesioner.
3.8.1.4 Tabulating
Tabulating yaitu menyunsun dan menghitung data hasil coding untuk kemudian disajikan dalam
bentuk tabel yang kemudian dianalisa.
Keterangan:
P = Prosentase
X = Jawaban benar yang dipilih oleh responden
Y = Jumlah seluruh pertanyaan
Selanjutnya dimasukkan pada kriteria obyektif sebagai berikut :
76% - 100% ( A ) : Baik
56% - 75% ( B ) : Cukup
≤ 56% ( C ) : Kurang
(Arikunto.S.2005 : 245)
3.8.2.1 Usia
Setelah didapatkan hasil dari perolehan data, kemudian masing-masing dari kriteria dijumlahkan dan
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan rumus :
X
P = — x 100%
Y
Keterangan:
P = Prosentase
X = Jumlah usia responden menurut kriteria usianya
Y = Jumlah seluruh responden
3.8.2.2 Pekerjaan
Setelah didapatkan hasil dari perolehan data, kemudian masing-masing dari kriteria dijumlahkan dan
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan rumus :
X
P = — x 100%
Y
Keterangan:
P = Prosentase
X = Jumlah pekerjaan responden menurut jenis pekerjaannya
Y = Jumlah seluruh responden