You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penganggaran diawali dengan diterbitkannya peraturan

perundang -undangan seperti Undang -Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang -Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Peraturan perundang -undangan tersebut telah dilengkapi dengan PP Nomor 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP), PP Nomor 21/2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA -K/L), PP Nomor 39/2006 tentang Tata Cara Pe ngendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan PP Nomor 40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional yang menekankan pada perencanaan dan sistem penganggaran terpadu (Unified Budgeting ), berbasis kinerja (Performance Based Budgeting ), dan berjangka menengah (Medium Term Expenditure Framework ). 1.2 Tujuan Penyusunan Paper ini dibuat agar kita dapat mengetahui bagaimana sistem anggaran dan kebija kan APBN di Indonesia. Dan juga bagaimana penerapannya dalam lingkup keuangan Negara. Selain itu, paper ini di buat guna menyelesaikan tugas mata kuliah pengantar keuangan publik .

BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Anggaran 1. Anggaran Terpadu (Unified Budget ) Penganggaran terpadu adalah penyusunan rencana

keuangan tahunan yang dilakukan secara terintregasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. ( PP
58/2005 dan Permendagri 13/2006)

Dalam hal ini, perencanaan belanja rutin dan belanja moda l dilakukan secara terpadu dalam rangka mewujudkan prestasi kerja kementrian/lembaga (K/N) yang dapat memuaskan masyarakat. Ada 5 komponen pokok pendekatan anggaran terpadu dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga (RKA KL), diantaranya :

a) Satuan kerja (Satker)


Penetapan Satker sebagai kuasa penguasa pengguna anggaran (KPA) untuk m elaksanakan semua kegiatan yang ditetapkan menteri/pimpinan lembaga.

b) Kegiatan
Setiap Satker minimal mempunyai satu kegiatan dalam rangka mewujudkan sebagian sasaran program dari unit organisasi.

c) Keluaran
Kegiatan yang dilakukan Satker mempunyai keluaran yang jelas dan tidak tumpang tindih dengan keluaran dari kegiatan lain.

d) Jenis belanja
Jenis belanja yang ditetapkan dengan criteria yang sama untuk semua kegi atan.

e) Dokumen anggaran
Satu dokumen perencanaan, satu dokumen penganggaran, dan satu dokumen pelaksanaan anggaran untuk semua jenis satker dan kegiatan.

Secara tegas unified budget baru dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2005, dengan ditiadakannya penge luaran rutin dan pengeluaran pembangunan dari struktur dan format APBN.

2. Anggaran Berbasis Kinerja ( Performance Based Budget ) Penganggaran berbasis kinerja mengutamakan upaya pencapaian output (keluaran) dan outcome (hasil) atas alokasi belanja (input) yang ditetapkan. Dengan tujuan u ntuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari penggunaan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, perlu adanya indikator kinerja dan pengukuran kinerja untuk tingkat satuan kerja (Satker) dan kementrian/lembaga. Lima komponen pokok pendekatan anggaran kinerja dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga (RKA KL) adalah sebagai berikut :

a) Satuan kerja
Satuan kerja sebagai penanggung jawab pencapaian Keluaran/Output kegiatan/sub kegiatan.

b) Kegiatan
Rangkaian tindakan yang dilaksanakan Satuan Kerja sesuai dengan tugas pokoknya untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan.

c) Keluaran
Satuan kerja mempunyai keluaran yang jelas dan terukur sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan.

d) Standar biaya
Perhitungan anggaran didasarkan pada standar biaya (bersifat umum dan khusus).

e) Jenis belanja
Pembebanan anggaran pada jenis belanja yang sesuai. Pada dasarnya penganggaran berbasis kinerja merubah fokus pengukuran besarnya jumlah alokasi sumber daya bergeser menjadi hasil yang dicapai dari penggunaan sumber daya.

Landasan Konseptual Anggaran Berbasis Kinerja : 1. Alokasi anggaran berorientasi pada kinerja ( output and outcome oriented); 2. Fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager manages); 3. Alokasi anggaran program/kegiatan didasarkan pada tugas-fungsi unit kerja yang dilekatkan pada stuktur organisasi (Money function)

Dalam menetapkan target kinerja, perlu dilakukan metode SMART, yaitu :


y y y y y

Specific jelas, tepat dan akurat Measured dapat dikuantifikasikan Achievable praktis & realistis Revelant bagi konsumen (masyarakat) Timed batas atau tenggang waktu

Untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja sebuah program atau kegiatan maka perlu dilakukan evaluasi kinerja dengan

mengacu pada indikator kinerja yang telah ditetapkan (Penjelasan PP


No. 21 Tahun 2004 (poin I.4)), diantaranya :

y y y y

Indikator Kinerja Kegiatan Indikator Kinerja Program Indikator Efisiensi Indikator Kualitas

3. Kerangka

Pengeluaran

Jangka

Menengah

( Medium

Term

Expenditure Framework)
Kerangka pengeluaran jangka menengah adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran. Untuk mendukukng pencapaian hasil yang dimaksudkan, dalam pendekatan Menengah penganggaran ( Medium Kerangka Pengeluaran Jangka

Term

Expenditure

Framework/MTEF),

dibutuhkan kondisi lingkungan dengan karakteristik sebagai berikut :

a) Mengkaitkan Kebijakan, Perencanaan, Penganggaran dan Pelaksanaan. b) Mengendalikan pengambilan keputusan dengan :
y y y y

Penentuan prioritas program dalam kendala keterbatasan anggaran. Kegiatan disusun mengacu kepada sasaran program. Biaya sesuai dengan kegiatan yang diharapkan. Informasi atas hasil evaluasi dan monitoring.

c) Memberikan media berkompetisi dengan bagi kebijakan, program dan kegiatan yang diambil. d) Meningkatkan kapasitas dan kesediaan untuk melakukan penyesuaian prioritas program dan kegiatan sesuai alokasi sumbedaya yang disetujui legislatif. Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif memerlukan suatu tahapan proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi : a) Penyusunan proyeksi/rencana kerangka (asumsi) ekonomi makro untuk jangka menengah. b) Penyusunan proyeksi/rencana kerangka/ target-target fiskal (seperti tax ratio, defisit dan rasio utang pemerintah) jangka menengah . c) Rencana kerangka anggaran (penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan) jangka menengah (Medium Term Budget Framework), yang menghasilkan pagu total belanja pemerintah (resource envelope).

d) Pendistribusian total pagu belanja jangka mengengah ke masing-masing kementrian/lembaga (line ministries ceiings), indikasi pagu kementrian/lembaga dalam jangka menengah tersebut merupakan perkiraan batas tertinggai anggaran belanja untuk kementrian/lembaga dalam jangka menengah. e) Penjabaran pengeluaran jangka menengah (line minitries ceilings) masing-masing kementrian/lembaga ke masingmasing program dan kegiatan berdasarkan indikasi pagu jangka menengah yang telah ditetapkan. Secara umum konsepsi dasar KPJM dalam RKA-KL dapat digambarkan dalam diagram seperti dibawah ini:

Keterangan : 1) Dijabarkan 2) Dirangkum 3) Indikasi Pendanaan 4) Kepastian Pendanaan 5) Menghasilkan 6) Proyeksi ke depan

B. Kebijakan APBN APBN merupakan hal yang penting dalam kebijakan fiskal dan juga berperan dalam tercapainya tujuan pembangunan. Hal ini berkaitan dengan tiga fungsi utama kebijakan fiscal , yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungs i stabilisasi. Dengan peranan yang sangat strategis tersebut, maka APBN harus sehat, dan sustainable. Ada tiga indikator APBN yang sehat dan berkesinambungan, yaitu: defisit harus terkendali menuju seimbang atau surplus, keseimbangan primer terjaga positif , rasio utang yang cenderung menurun.

Untuk itu, di Indonesia diterapkan Triple Track Strategy , yang terdiri dari Pro-Growth, Pro-Job, dan Pro-Poor. Dijabarkan di bawah ini :

1. Pro Growth

Pro Growth adalah kebijakan APBN yang mengedepankan


alokasi dana belanja modal untuk mendukung pembiayaan bagi kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur yang dapat

meningkatkan pertumubuhan ekonomi . Contoh :


y y y

Penguatan sektor riil dengan memberdayakan Koperasi dan Usaha kecil. Pengadaan Infrastruktur. Pengendalian inflasi untuk menstabilkan harga .

2. Pro Job

Pro Job adalah kebijakan yang menekankan pada pengadaan


lapangan pekerjaan dan/atau perluasan lapangan pekerjaan yang bertujuan untuk mengurangi banyaknya pengangguran. Contoh :
y

Pengadaan proyek-proyek pembangunan untuk menyerap tenaga kerja.

Pemberian dana atau modal bagi rakyat untuk membuat usaha di bidang tertentu.

Menyediakan

Balai

Latihan

Kerja

di

daerah

untuk

menghasilkan SDM yang mumpuni.


y y

Memperbaiki iklim perekonomian untuk mengundang investasi dari luar. Pemberdayaan UKM sekaligus meningkatkan daya saingnya .

3. Pro Poor

Pro Poor adalah kebijakan pemerintah yang berpihak pada


kepentingan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak -hak dasar kaum miskin (Pro Poor Budget) yang memiliki tujuan dalam pengentasan kemiskinan. Hal ini dapat dilakukan melalui kebijakan revitalisasi pertanian dan
pedesaan, serta program-program pro-rakyat yang dibuat untuk meningkatkan kemampuan masyarakat. Misalnya :

Menjaga

kesinambungan program kesejahteraan rakyat

(PNPM, BOS, Jamkesmas, PKH),


y y y y y

Pemberian subsidi tepat sasaran , Bantuan langsung rakyat miskin , Kredit UKM, Pelayanan gratis di puskesmas dan rumah sankit tingkat III , Program keluarga harapan .

You might also like