You are on page 1of 30

Pedoman Umum Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Draft 03 (April 2010) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kata Pengantar
Salah satu penyebab kegagalan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) di Indonesia selama 15 tahun terakhir adalah rendahnya kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat. Selama kurun waktu tersebut, pembangunan AMPL masih terfokus pada pembangunan sarana dan belum memperhatikan perubahan perilaku kesehatan. Hal tersebut menyebabkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap sarana yang terbangun rendah, sehingga berdampak pada penggunaan sarana yang tidak efektif dan efisien, termasuk pemeliharaannya. Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan, kembali menegaskan komitmennya dalam meningkatkan pembangunan AMPL khususnya untuk isu yang terkait dengan sanitasi dan perubahan perilaku. Komitmen tersebut diwujudkan melalui diterbitkannya keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Strategi nasional tersebut disusun sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta evaluasi yang terkait dengan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang pada tahun 2009 telah dicanangkan sebagai salah satu program nasional. Dalam rangka mendukung pelaksanaan program tersebut, disusun dokumen pedoman umum program STBM. Dokumen ini merupakan penjabaran dari strategi nasional yang ditujukan untuk memberikan pemahaman mengenai program nasional STBM terkait dengan prinsip dasar pembangunan berbasis masyarakat, konsep STBM, kelembagaan, mekanisme pendanaan, pemantauan dan evaluasi, serta pengelolaan pengetahuan kepada para pelaku utama mulai tingkat nasional sampai tingkat masyarakat. Keberadaan dokumen tersebut sangat penting terkait dengan upaya advokasi kepada seluruh pemangku kepentingan, khususnya pemerintah daerah, terkait dengan peningkatan kesadaran dan komitmen dalam pembangunan AMPL di daerah. Tentunya dalam penyusunan pedoman umum ini masih banyak kekurangannya, karena itu saran dan masukan sangat diharapkan untuk pengembangan lebih lanjut. Dokumen ini berhasil tersusun melalui dukungan berbagai pihak, yaitu Pokja AMPL Nasional, Plan Indonesia, Unicef, ESP-USAID, dan berbagai pemangku kepentingan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Atas dukungan yang telah diberikan, disampaikan terima kasih.

Jakarta, Maret 2010 Direktur Jendral PP & PL

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. (K, MARS, DTM & H, DTCE) NIP. 1955 09031 9801 21001 i

Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................ i Daftar Isi .......................................................................................................................... ii Daftar Istilah .................................................................................................................. iii Daftar Tabel ................................................................................................................... iv Daftar Gambar ................................................................................................................ v 1. Pendahuluan ........................................................................................................... 1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang .............................................................................................................. 1 Tujuan.............................................................................................................................. 1 Ruang Lingkup .............................................................................................................. 2 Sistematika Penulisan................................................................................................. 2 Dokumen Pendukung .................................................................................................. 3

2 Konsep Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.................................................... 5


2.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ........................................................................ 5 2.2 Prinsip Dasar STBM ..................................................................................................... 5 2.3 Hasil (Outcome) dan Keluaran (Output) Program Nasional STBM ................. 6 2.4 Pilar STBM ...................................................................................................................... 7 2.5 Strategi, Prinsip, dan Kegiatan Pokok STBM ........................................................ 8 2.5.1 Penciptaan Lingkungan yang Kondusif.............................................................................. 8 2.5.2 Peningkatan Kebutuhan............................................................................................................. 9 2.5.3 Peningkatan Penyediaan ........................................................................................................ 10 2.5.4 Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management) ............................................ 10 2.5.5 Pembiayaan ................................................................................................................................... 11 2.5.6 Pemantauan dan Evaluasi ...................................................................................................... 11

3 Kelembagaan STBM .............................................................................................. 13


3.1 Mekanisme Koordinasi STBM ................................................................................. 13 3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Terkait ......................................................... 14 3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku di Tingkat Nasional .............................................. 14 3.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku di Tingkat Provinsi ............................................... 15 3.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku di Tingkat Kabupaten/Kota............................. 15 3.2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku di Tingkat Kecamatan ......................................... 16 3.2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku di Tingkat Masyarakat ........................................ 16

4 Pola Pendanaan Program STBM ....................................................................... 18 5 Pemantauan, Evaluasi dan Umpan Balik Program STBM .......................... 21
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 Indikator STBM ........................................................................................................... 21 Pendataan..................................................................................................................... 22 Pelaporan ..................................................................................................................... 22 Verifikasi....................................................................................................................... 22 Evaluasi & Umpan Balik............................................................................................ 22 Indikator Pilar STBM ................................................................................................. 23

6 Pengelolaan Pengetahuan Program STBM..................................................... 24

ii

Daftar Istilah
STBM PHBS Pedum Juklak Juknis Stop BABS CTPS PAM RT PSRT PAL RT AMPL-BM AMPL RPJMN Renstra MDGs SKPD : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Pedoman Umum : Petunjuk Pelaksanaan : Petunjuk Teknis : Stop Buang Air Besar Sembarangan : Cuci Tangan Pakai Sabun : Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga : Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional : Rencana Strategis : Millenium Development Goals : Satuan Kerja Perangkat Daerah

iii

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku Tingkat Nasional .................................. 13 Tabel 3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku Tingkat Provinsi ................................... 14 Tabel 3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku Tingkat Kabupaten/Kota ................. 14 Tabel 3.4 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku Tingkat Kecamatan ............................. 15 Tabel 3.5 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku Tingkat Desa/Kelurahan dan Dusun/RW ............................................................................................................ 16

i v

Daftar Gambar
Gambar 3.1 Diagram Mekanisme Koordinasi Pelaksanaan STBM ....................... 12

1. Pendahuluan

1.1

Latar Belakang

Dalam rangka memperkuat pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, pemerintah Indonesia c.q Kementrian Kesehatan telah mengembangkan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 852/MENKES/SK/IX/2008. Pada tahun 2009, pemerintah Indonesia kembali menegaskan komitmennya dengan mencanangkan STBM sebagai program nasional dan merupakan salah satu sasaran utama dalam RPJMN 2010-2014. Selayaknya sebuah program nasional, maka terkait dengan pelaksanaannya dibutuhkan panduan yang merupakan penjabaran dari Strategi Nasional STBM. Panduan yang dimaksud antara lain adalah Pedoman Umum/Pedum, (dokumen 1) Petunjuk Pelaksanaan/Juklak (dokumen 2) dan Petunjuk Teknis/Juknis (dokumen 3) Program STBM. Keberadaan panduan tersebut ditujukan untuk membantu pelaku STBM mulai tingkat nasional sampai masyarakat untuk melaksanakan program secara efektif, efisien dan

berkelanjutan. Dokumen ini merupakan bagian pertama dari panduan STBM, yaitu dokumen Pedoman Umum.

1.2

Tujuan

Dokumen Pedoman Umum ini ditujukan untuk memberikan pemahaman mengenai STBM terkait dengan prinsip dasar pembangunan berbasis masyarakat, konsep STBM, kelembagaan, mekanisme pendanaan, pemantauan dan evaluasi, serta pengelolaan pengetahuan, kepada para pelaku utama mulai tingkat nasional sampai tingkat masyarakat.

1.3

Ruang Lingkup
prinsip pembangunan berbasis masyarakat, dan konsep evaluasi, STBM, serta

Pedoman umum STBM ini terbatas menjelaskan mengenai konsep STBM yang meliputi

kelembagaan, mekanisme pendanaan,

pemantauan

pengelolaan pengetahuan. Informasi lengkap mengenai panduan pelaksanaan program dapat merujuk pada dokumen Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis STBM.

1.4

Sistematika Penulisan

Dokumen Pedoman Umum STBM ini disusun dalam beberapa bab sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan pedoman umum STBM.

Bab 2

Konsep STBM Bab ini menjelaskan mengenai prinsip pembangunan berbasis masyarakat dan konsep STBM, termasuk didalamnya dijelaskan mengenai prinsip dan kegiatan utama STBM.

Bab 3

Kelembagan STBM Bab ini menjelaskan mengenai mekanisme koordinasi pelaksanaan STBM dari tingkat nasional sampai masyarakat, termasuk di dalamnya dijelaskan mengenai tugas dan tanggung jawab seluruh pihak yang terkait.

Bab 4

Pola Pendanaan STBM Bab ini menjelaskan mengenai mekanisme pendanaan

pelaksanaan STBM baik yang terkait dengan teknis administrasi

dari tingkat nasional sampai ke daerah, maupun pola pendanaan di tingkat masyarakat. Bab 5 Pemantauan dan Evaluasi STBM Bab ini menjelaskan mengenai sistem pemantauan dan evaluasi STBM dari tingkat nasional sampai pada tingkat masyarakat. Bab 6 Manajemen Pengetahuan STBM Bab ini menjelaskan mengenai sistem pengelolaan pengetahuan STBM dalam rangka penyebarluasan informasi yang dapat berguna bagi pemangku kepentingan lainnya.

1.5

Dokumen Pendukung

Terdapat beberapa dokumen pendukung yang dapat dirujuk terkait pelaksanaan STBM, yaitu: Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 Dokumen ini menjelaskan mengenai target pemerintah Indonesia selama 5 tahun ke depan, termasuk target untuk pembangunan AMPL. Dokumen Millenium Development Goals (MDGs) 2015 Dokumen ini menjelaskan mengenai kesepakatan internasional yang salah satu kesepakatannya adalah untuk mengurangi separuh proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses terhadap air minum dan sanitasi pada tahun 2015. Dokumen Kebijakan Nasional AMPL-BM Dokumen ini menjelaskan mengenai 11 prinsip dasar pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat (AMPL-BM). Kebijakan nasional tersebut telah menjadi payung hukum pelaksanaan pembangunan AMPL-BM di Indonesia.

Dokumen Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Dokumen Strategi Nasional STBM menjelaskan mengenai strategi utama yang harus dilaksanakan untuk menjamin tercapainya tujuan STBM yaitu terciptanya kondisi sanitasi total dalam rangka mengurangi penyakit berbasis lingkungan.

Dokumen Petunjuk Pelaksanaan Program STBM Dokumen petunjuk pelaksanaan STBM menjelaskan mengenai proses pelaksanaan yang harus menjadi acuan para pelaksana STBM mulai dari tingkat nasional sampai pada tingkat masyarakat.

Dokumen Petunjuk Teknis program STBM Dokumen teknis ini pada dasarnya merupakan kumpulan panduan teknis dan modul yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan proses yang dijelaskan pada dokumen petunjuk pelaksanaan STBM.

2 Konsep Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


2.1 Sanitasi Total1 Berbasis Masyarakat

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Pendekatan ini merupakan komponen penting dalam menjamin keberlanjutan pembangunan sektor Air Minum dan Penyehatan Lingkungan berbasis masyarakat. Pengalaman selama ini menunjukkan peningkatan akses terhadap air minum dan sanitasi yang tidak disertai dengan perubahan perilaku telah terbukti tidak berkelanjutan. Oleh karena itu STBM menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan secara keseluruhan.

2.2

Prinsip Dasar STBM2

Dalam pengembangan dan pelaksanaan program Nasional STBM, terdapat beberapa prinsip yang mendasari, yaitu: Prinsip keberpihakan terhadap kelompok miskin Prinsip keberpihakan terhadap masyarakat kelompok miskin mempunyai makna bahwa pelaksanaan STBM mengutamakan kepentingan kelompok miskin. Prinsip keberpihakan pada lingkungan Prinsip keberpihakan terhadap lingkungan mempunyai makna bahwa pelaksanaan STBM mengutamakan pelestarian lingkungan.

1 Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak buang air besar sembarangan; (ii)

mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air minum dan makanan yang aman; (iv) mengelola sampah dengan benar; dan (v) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman 2 Masing-masing prinsip di atas telah dijelaskan dalam berbagai dokumen pembangunan, sehingga tidak akan dielaborasi lebih dalam dalam dokumen ini.

Prinsip tanggap kebutuhan Prinsip tanggap kebutuhan mempunyai makna bahwa pelaksanaan STBM didasarkan pada kebutuhan masyarakat setempat.

Prinsip kesetaraan jender Prinsip kesetaraan jender mempunyai makna bahwa pelaksanaan STBM didasarkan pada kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk berpartisipasi sesuai dengan perannya.

Prinsip pembangunan yang berbasis masyarakat Prinsip berbasis masyarakat mempunyai makna bahwa pelaksanaan STBM didasarkan pada keputusan yang diambil oleh masyarakat dan masyarakat bertanggung jawab terhadap konsekuensi atas pilihan atau keputusan yang telah dibuat.

Prinsip non-subsidi bagi pembangunan fasilitas sanitasi dasar skala rumah tangga Prinsip non-subsidi mempunyai makna bahwa pelaksanaan STBM tidak memberikan sudsidi bagi pembangunan sarana sanitasi pada skala rumah tangga. Subsidi hanya diberikan untuk sarana dengan skala komunal.

Prinsip keberlanjutan Prinsip keberlanjutan mempunyai makna bahwa STBM dapat dilaksanakan secara kontinyu dengan memperhatikan 5 (lima) aspek keberlanjutan, yaitu kelembagaan, teknis, sosial, pendanaan dan lingkungan.

2.3

Hasil (Outcome) dan Keluaran (Output) Program Nasional STBM

Program Nasional STBM ini diharapkan mempunyai dampak yang signifikan dalam pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya, melalui pembangunan yang efektif, efisien dan berkelanjutan. Oleh karena itu, hasil (outcome) yang diharapkan melalui pelaksanaan STBM adalah menurunnya kejadian penyakit

diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Terkait dengan keluaran langsung program STBM, maka keluaran utamanya (output) adalah perubahan perilaku pada masing-masing pilar STBM sebagai syarat terciptanya kondisi sanitasi total. Berikut ini adalah output STBM: Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air sembarang tempat; Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga; Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasara, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar; Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar; Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.

2.4

Pilar STBM

Dalam rangka menjamin tercapainya tujuan dari STBM, maka terdapat beberapa pilar yang harus dipenuhi agar kondisi sanitasi total sebagai prasayarat keberhasilan STBM tercapai, yaitu: a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) Kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas3 tidak buang air besar sembarangan.

b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


3

Komunitas adalah kelompok masyarakat yang setara dengan dusun atau RW (Rukun Warga)

Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir pada 5 waktu kritis. 5 waktu kritis tersebut antara lain: (i) sebelum makan; (ii) sesudah makan; (iii) setelah BAB; (iv) setelah mengganti popok bayi; dan (v) sebelum memberikan makan bayi. c. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat (PAM-RT) Suatu proses pengolahan penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya. d. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT) Proses pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). e. Pengelolaan Air Limbah Rumah4 Tangga (PALRT) Proses pengolahan air limbah pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terciptanya genangan yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Kelima pilar tersebut perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya kondisi sanitasi total. Namun demikian, berbagai pembelajaran dari pelaksanaan STBM sampai saat ini, pelaksanaan pilar-pilar tersebut perlu disesuaikan dengan prioritas kebutuhan dan kapasitas masyarakat.

2.5

Strategi, Prinsip, dan Kegiatan Pokok STBM

Dalam menyelenggarakan STBM terdapat beberapa strategi utama yang menjadi acuan dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi program. Berikut ini beberapa strategi utama tersebut: 2.5.1 Penciptaan Lingkungan yang Kondusif Prinsip: Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
4

Definisi air limbah rumah tangga dalam dokumen ini adalah air limbah hasil kegiatan domsetik, yaitu cuci, masak dan mandi

meningkatkan perilaku higienis dan sanitair. Kegiatan pokok: Pengembangan kebijakan; Advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya secara berjenjang; Mengembangkan kapasitas kelembagaan dalam pelaksanaan program di daerah; Meningkatkan kemitraan antara pemerintah daerah, donor, organisasi masyarakat, LSM, swasta, akademisi, dan pelaku lainnya; Mendorong terciptanya ruang publik/jejaring.

2.5.2 Peningkatan Kebutuhan Prinsip: Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan sanitair untuk mendukung terciptanya sanitasi total. Kegiatan pokok: Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi pengembangan kebutuhan; Mengembangkan kesadaran dan kebutuhan masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan perilaku komunitas; Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat; Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat; Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk

meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total; Memfasilitasi pengembangan aturan lokal mengenai praktik sanitasi yang

baik. 2.5.3 Peningkatan Penyediaan Prinsip: Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan pokok: Mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan suplai sanitasi; Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi; Meningkatkan suplai yang cukup dan tepat guna dalam berbagai pilihan dengan menggunakan pendekatan berbasis pasar (dalam hal ini keterlibatan mitra sangat dibutuhkan dalam pengadaan dan distribusi pilihan teknologi); Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga keuangan dan pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan tinggi dan pelaku lainnya untuk pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna;

2.5.4 Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management) Prinsip: Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran dalam sanitasi total. Kegiatan pokok: Mengembangkan, mengelola dan mendiseminasikan pusat data dan informasi secara berjenjang; Meningkatkan kemitraan antar program-program pemerintah, non

pemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi di Indonesia; Mengupayakan masuknya pendekatan sanitasi total dalam kurikulum

10

pendidikan (advokasi pemerintah daerah untuk mengadopsi konsep STBM dalam kurikulum pendidikan lokal) Berbagi pengalaman antar program pemerintah, non-pemerintah, swasta, akademisi dan pelaku lainnya dalam peningkatan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi; 2.5.5 Pembiayaan Prinsip: Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar. Kegiatan pokok: Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri; Mengembangkan solidaritas sosial/gotong-royong; Menyediakan subsidi untuk fasilitas komunal; Menggali potensi sumber pembiayaan (kredit mikro, insentif, kemitraan swasta-pemerintah, arisan, subsidi silang antar pilar). 2.5.6 Pemantauan dan Evaluasi Prinsip: Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi program. Kegiatan pokok: Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh masyarakat; Pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan, evaluasi dan pengelolaan data; Mengoptimalkan pemanfaatan hasil pemantauan dan evaluasi dari kegiatankegiatan lain yang sejenis; Memantau dan mengevaluasi kegiatan (fisik dan non fisik) dalam lingkup komunitas oleh masyarakat; Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan dan evaluasi berjenjang;

11

Melakukan

pengumpulan

data

awal

bersama

dengan

masyarakat.

12

3 Kelembagaan STBM
3.1 Mekanisme Koordinasi STBM

Dalam menjamin tercapainya tujuan STBM, berikut ini struktur kelembagaan yang melibatkan pemangku kepentingan lintas sektor dimulai dari tingkat pusat sampai tingkat masyarakat.

Tim Pengarah STBM Kementrian Terkait Tim Pembina STBM Nasional

Nasional
Gubernur SKPD Terkait Tim Pembina STBM Provinsi

Provinsi

Bupati/Walikota SKPD Terkait Tim Pembina STBM Kab/Kota

Kab/Kota

Camat Tim Kerja STBM Kecamatan

Kecamatan

Lurah/Kepala Desa Tim Kerja STBM Desa/Kelurahan

Desa/ Kelurahan

Tim Kerja STBM Dusun/RW

Gambar 3.1 Diagram Mekanisme Koordinasi Pelaksanaan STBM 13

3.2

Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Terkait

Terkait dengan pelaksanaan program nasional STBM yang efektif dan efisien, maka masing-masing pelaku pada setiap tingkatan mempunyai tugas pokok dan fungsi yang bersifat komplementer. Oleh karena itu pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi secara keseluruhan oleh seluruh pelaku atau lembaga terkait adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran yang didapatkan selama ini, terdapat kecenderungan pelaku program hanya memperhatikan tugas pokok dan fungsinya tanpa melihat porsinya sebagai suatu bagian dari sistem kelembagaan yang lebih besar. 3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku di Tingkat Nasional Tabel 3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku Tingkat Nasional
Pelaku Tim Pengarah STBM Deskripsi Tim pengarah beranggotakan pejabat eselon 1 dari Kementrian Kesehatan, Kementrian PU, Kemendagri, Bappenas, Kementrian LH Kementrian Kesehatan, Kementrian PU, Kemendagri, Bappenas, Kementrian LH 1. 2. Tugas Pokok dan Fungsi Mengembangkan kebijakan yang terkait dengan pembangunan AMPL Mengarahkan pelaksanaan pembangunan AMPL

Kementrian Terkait

Tim Pembina STBM Nasional

Tim Pembina STBM nasional beranggotakan perwakilan dari pejabat eselon 2 dan 3 dari kementrian terkait dan pihak non pemerintah yang terkait (universitas, media, LSM) yang diketuai oleh perwakilan dari kementrian kesehatan

Berkoordinasi dengan tim pembina STBM nasional untuk mensinergikan upaya pelaksanaan STBM di tingkat nasional baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, penganggaran serta pemantauan & evaluasi 1. Berkoordinasi dengan berbagai instansi/lembaga terkait tingkat nasional dan mengembangkan program terpadu untuk semua kegiatan STBM 2. Mengkoordinasikan semua sumber pembiayaan terkait dengan STBM 3. Memonitor perkembangan strategi nasional STBM dan memberikan bimbingan yang diperlukan kepada tim provinsi 4. Mengintegrasikan kegiatan higiene dan sanitasi yang telah ada dalam strategi STBM 5. Mengorganisir pertukaran pengetahuan/pengalaman antar kabupaten dan/atau provinsi serta antar negara

14

3.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku di Tingkat Provinsi Tabel 3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku Tingkat Provinsi
Pelaku Gubernur Deskripsi Kepala daerah tingkat Provinsi Tugas Pokok dan Fungsi Memberikan arahan terhadap pelaksanaan program AMPL (termasuk di dalamnya program STBM) ditingkat provinsi sesuai dengan kebijakan pemerintah Indonesia Berkoordinasi dengan tim pembina STBM provinsi untuk mensinergikan upaya pelaksanaan STBM di tingkat provinsi baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, penganggaran serta pemantauan & evaluasi 1. Berkoordinasi dengan berbagai instansi/lembaga terkait tingkat provinsi dan mengembangkan program terpadu untuk semua kegiatan STBM 2. Mengkoordinasikan semua sumber pembiayaan terkait dengan STBM 3. Memonitor perkembangan strategi nasional STBM dan memberikan bimbingan yang diperlukan kepada tim kabupaten/kota 4. Mengintegrasikan kegiatan higiene dan sanitasi yang telah ada dalam strategi STBM 5. Mengorganisir pertukaran pengetahuan/pengalaman antar kabupaten dan/atau provinsi serta antar negara

SKPD Terkait

TimPembina STBM Provinsi

Sleuruh dinas terkait dengan pelaksanaan STBM (Bappeda, Kesehehatan, PU, PMD, dll) Tim Pembina STBM Provinsi beranggotakan perwakilan dari pejabat eselon 2 dan 3 dari SKPD terkait dan pihak non pemerintah yang terkait (universitas, media, LSM) yang diketuai oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan

3.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku di Tingkat Kabupaten/Kota Tabel 3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku Tingkat Kabupaten/Kota
Pelaku Bupati/Walikota Deskripsi Kepala daerah tingkat Kabupaten/Kota Tugas Pokok dan Fungsi Memberikan arahan terhadap pelaksanaan program AMPL (termasuk di dalamnya program STBM) di tingkat kabupaten/kota sesuai dengan kebijakan pemerintah Indonesia Berkoordinasi dengan tim pembina STBM Kab/Kota untuk mensinergikan upaya pelaksanaan STBM di tingkat Kab/Kota baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, penganggaran serta pemantauan & evaluasi 1. Mempersiapkan rencana kabupaten untuk mempromosikan strategi strategi STBM 2. Mengembangkan dan mengimplementasikan kampanye informasi tingkat kabupaten mengenai pendekatan STBM 3. Mengkoordinasikan pendanaan untuk implementasi strategi STBM 4. Mengembangkan rantai suplai sanitasi di tingkat kabupaten/kota 5. Memberikan dukungan penguatan kapasitas

SKPD Terkait

Tim Pembina STBM Kab/Kota

Sleuruh dinas terkait dengan pelaksanaan STBM (Bappeda, Kesehehatan, PU, PMD, dll) Tim Koordinasi STBM beranggotakan perwakilan dari pejabat eselon 2 dan 3 dari SKPD terkait dan pihak non pemerintah yang terkait (universitas, media, dll) yang diketuai oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan

15

yang diperlukan kepada semua institusi di kabupaten/kota

3.2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku di Tingkat Kecamatan Tabel 3.4 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku Tingkat Kecamatan
Pelaku Camat Deskripsi Kepala daerah tingkat Kecamatan Tugas Pokok dan Fungsi Memberikan arahan terhadap pelaksanaan program AMPL (termasuk di dalamnya program STBM) di tingkat kecamatan sesuai dengan kebijakan pemerintah Indonesia 1. Berkoordinasi dengan berbagai lapisan Badan Pemerintah dan memberi dukungan bagi kader pemicu STBM 2. Mengembangkan pengusaha lokal untuk produksi dan suplai bahan serta memonitor kualitas bahan tersebut 3. Mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan program STBM di wilayahnya 4. Memelihara database status kesehatan yang efektif dan tetap updating secara berkala

Tim Kerja STBM Kecamatan

Beranggotakan sanitarian dan pihak terkait di tingkat kecamatan

3.2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku di Tingkat Masyarakat Tabel 3.5 Tugas Pokok dan Fungsi Pelaku Tingkat Desa/Kelurahan
Pelaku Lurah/Kepala Desa Deskripsi Kepala daerah tingkat Kelurahan/Desa Tugas Pokok dan Fungsi Memberikan arahan terhadap pelaksanaan program AMPL (termasuk di dalamnya program STBM) di tingkat kelurahan/desa sesuai dengan kebijakan pemerintah Indonesia

16

Tim Kerja STBM Desa/Kelurahan

Beranggotakan masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan perangkat desa yang memiliki komitmen terhadap STBM

1.

2. 3.

4.

Membentuk tim fasilitator desa yang anggotanya berasal dari kader desa, guru, dan sebagainya. Tim tersebut akan mengembangkan rencana desa, mengawasi pekerjaannya dan menghubungkan dengan perangkat desa Memonitor kerja kader pemicu STBM dan memberikan bimbngan yang diperlukan Mengambil alih pengoperasian dan pemeliharaan yang sedang berjalan dan tanggung jawab kepada seluruh pemangku kepentingan di tingkat desa Memastikan keberadilan disemua lapisan masyarakat, khususnya kelompok yang peka

Tim Kerja STBM RT/Dusun/Kampung

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Mempersiapkan masyarakat untuk berpartisipasi (gotong-royong) Memonitor pekerjaan di tingkat masyarakat Menyelesaikan permasalah/konflik masyarakat Mendukung/memotivasi masyarakat lainnya setelah mencapai keberhasilan sanitasi total di tempat tinggalnya Membangun kapasitas kelompok pada lokasi kegiatan STBM Membangun kesadaran dan meningkatkan kebutuhan Memperkenalkan opsi-opsi teknologi Mempunyai strategi pelaksanaan dan exit strategy yang jelas

17

4 Pola Pendanaan Program STBM

Terkait dengan tugas pokok dan fungsi organisasi kelembagaan yang bersifat komplementer, maka pendanaan program nasional STBM juga bersifat komplementer. Hal ini mengindikasikan pengalokasian dana perlu direncanakan secara terpadu antara pusat dan daerah, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan program nasional STBM saling mengisi. Untuk mendukung perencanaan pendanaan yang terpadu maka perlu dikembangkan pola pendanaan di tiap tingkatan, dari pusat sampai ke masyarakat. Tabel 4.1. Pola Pendanaan Program Nasional STBM
Tingkatan Komponen Pendanaan Pengembangan NSPK (Norma, Standar, Pedoman, Kriteria) Peningkatan kapasitas tingkat provinsi (termasuk alat peraga) Advokasi dan sosialisasi/fasilitasi Monitoring dan evaluasi Pengelolaan pengetahuan (termasuk kunjungan dari negara lain dan kemitraan) Sumber Pendanaan Donor LSM Swasta x x

APBN x

APBD

Masy

x x

x x

x x

x x

Nasional

Dukungan manajemen Fund raising Bimbingan teknis Pengembangan roadmap STBM Pengembangan database STBM

x x x x x

x x x x x

x x x

x x

18

Tingkatan

Komponen Pendanaan Pengembangan regulasi terkait pelaksanaan program nasional STBM

APBN

APBD

Sumber Pendanaan Donor LSM Swasta

Masy

Peningkatan kapasitas tingkat kabupaten (termasuk alat peraga) Advokasi dan sosialisasi/fasilitasi Monitoring dan evaluasi Provinsi Pengelolaan pengetahuan (termasuk kunjungan dari provinsi lain dan kemitraan)

x x

x x

x x

Dukungan manajemen Fund raising Bimbingan teknis Pengembangan roadmap STBM Pengembangan database STBM Pengembangan regulasi terkait pelaksanaan program nasional STBM

x x x

x x x x x

x x x x x x

x x

x x

Peningkatan kapasitas tingkat kecamatan dan desa (termasuk alat peraga) Kabupaten/ Kota Advokasi dan sosialisasi/fasilitasi (termasuk operasional lapangan)

Monitoring dan evaluasi

19

Tingkatan

Komponen Pendanaan Pengelolaan pengetahuan (termasuk kunjungan dari kabupaten lain dan kemitraan)

APBN

APBD

Sumber Pendanaan Donor LSM Swasta

Masy

Dukungan manajemen Fund raising Bimbingan teknis Pengembangan Renstra AMPL Pengembangan roadmap STBM Pengembangan sanitasi marketing Pengembangan database STBM Pembangunan sarana sanitasi tingkat rumah tangga (Jamban) Pemicuan oleh kader masyarakat Monitoring dan evaluasi partisipatif Kompetisi desa/kelurahan/kampung/ dusun/RT sehat

x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x x x x x x x

Masyarakat

20

5 Pemantauan, Evaluasi dan Umpan Balik Program STBM

Pemantauan, evaluasi dan umpan balik program STBM terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu (i) pendataan; (ii) pelaporan; (iii) verifikasi data; dan (iv) Evaluasi dan umpan balik. Masing-masing tahapan harus dilaksanakan agar sistem pemantauan dan evaluasi dapat berjalan dengan baik.

5.1

Indikator STBM

Indikator utama program STBM terdiri dari indikator output dan outcome. Berikut ini beberapa indikator output dan outcome yang telah dikembangkan. a. Output: Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air besar disembarang tempat (Stop BABS) Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar

b. Outcome: Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku

21

5.2

Pendataan

Pendataan dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat masyarakat. Pendataan pada tingkat masyarakat harus dilakukan oleh masyarakat/tim kerja STBM di tingkat masyarakat, begitu pula pada tingkat kecamatan, kabupaten provinsi dan pusat. Secara umum, pendataan akan dilakukan dengan mengacu pada indikator masing-masing pilar dan indikator non teknis yang berlaku secara umum pada semua pilar, seperti status Pokja AMPL, status Tim Koordinasi, status rencana strategis AMPL, dan lain sebagainya5.

5.3

Pelaporan

Pelaporan merupakan bagian penting dari sistem monitoring dan evaluasi program. Selama ini keterbatasan dalam sistem monitoring sebagian besar disebabkan oleh tidak optimalnya sistem pelaporan dari daerah ke pusat dan minimnya umpan balik yang diberikan dari pusat ke daerah. Terkait dengan hal tersebut, maka format pelaporan yang sederhana dan mudah untuk diisi perlu dikembangkan. Selain itu jadwal pelaporan dan umpan balik juga perlu disepakati oleh seluruh pelaku.

5.4

Verifikasi6

Verifikasi ditujukan untuk memvalidasi data yang telah dikompilasi dan dilaporkan secara berjenjang. Kegiatan verifikasi ini menjadi penting karena sangat terkait dengan evaluasi dan rekomendasi yang akan diberikan dengan hal-hal yang terjadi di lapangan.

5.5

Evaluasi & Umpan Balik7

Evaluasi ditujukan untuk pengkajian berbagai isu strategis yang terjadi dilapangan berdasarkan pelaporan secara berjenjang. Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah proses evaluasi terlaksana adalah rekomendasi atau umpan

Piranti monitoring dan evaluasi selengkapnya dapat merujuk pada dokumen petunjuk teknis program nasional STBM 6 Kegiatan verifikasi dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti kunjungan lapangan ataupun analisis data 7 Kegiatan evaluasi dan umpan balik dapat dilaksanakan melalui pertemuan nasional maupun regional. Kegiatan lainnya juga dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan di lapangan

22

balik bagi pelaksana untuk pelaksanaan program yang lebih baik.

5.6

Indikator Pilar STBM

Terkait dengan penilaian kinerja program, maka diperlukan indikator yang dapat dijadikan acuan dalam penilaiannya. Indikator tersebut adalah sebagai berikut: a. Indikator lintas pilar Proporsi desa yang telah diintervensi oleh program nasional STBM

b. Indikator Stop BABS Proporsi KK yang BAB di jamban sehat Proporsi desa yang telah ODF (Open Defecation Free)

c. Indikator CTPS Proporsi individu yang memahami 5 (lima) waktu kritis CTPS Proporsi individu yang melakukan praktek CTPS

d. Indikator PAM RT Proporsi rumah tangga yang mengelola air minum dengan benar Proporsi rumah tangga yang mengetahui cara mengelola air minum dengan benar Proporsi rumah tangga yang mengelola makanan dengan benar Proporsi rumah tangga yang mengetahui cara mengelola makanan dengan benar e. Indikator Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Proporsi rumah tangga yang melakukan pemilahan sampah

f. Indikator Pengelolaan Limbah Cair Domestik Rumah Tangga Proporsi rumah tangga yang memiliki saluran air limbah yang memenuhi syarat

23

6 Pengelolaan Pengetahuan Program STBM

Salah satu kelemahan pembangunan berbagai program di Indonesia saat ini adalah belum adanya pengelolaan pengetahuan mengenai proses, pembelajaran, inovasi, dan praktik unggulan. Hal ini menyebabkan keberhasilan maupun kegagalan di suatu lokasi intervensi tidak terinformasikan kepada seluruh pelaku program, sehingga seringkali keselahan yang sama terjadi di tempat yang lain, atau bahkan praktik unggulan hanya sebatas di lokasi yang bersangkutan tanpa diikuti dengan replikasi di daerah lainnya. Terkait dengan hal tersebut, maka pengelolaan pengetahuan menjadi penting untuk menjamin penyelenggaraan program yang efektif, efisien dan

berkelanjutan. Pengelolaan pengetahuan pada dasarnya terdiri dari 3 (tiga) kegiatan utama, yaitu (i) identifikasi pembelajaran, inovasi, dan praktik unggulan yang terjadi selama proses pelaksanaan program; (ii) pengelolaan hasil identifikasi dan berbagai temuan lapangan ke dalam bentuk yang siap untuk didiseminasikan kepada seluruh pemangku kepentingan; dan (iii) diseminasi informasi kepada seluruh pemangku kepentingan. Dari ketiga kegiatan utama di atas, kegiatan identifikasi merupakan kegiatan yang paling menentukan. Hal ini dikarenakan proses identifikasi merupakan proses yang paling sulit dan memerlukan kejelian pihak yang melaksanakannya untuk menentukan hal-hal apa saja yang memenuhi kriteria sebagai informasi berharga dan sesuai dengan konteks program. Pengelolaan pengetahuan program STBM ini perlu dilaksanakan di setiap tingkatan, mulai dari pusat sampai pada tingkat masyarakat. Pelaksanaan pengelolaan pengetahuan dilakukan secara berjenjang dikarenakan

keterbatasan pemerintah pusat untuk melakukan pengelolaan pengetahuan di seluruh Indonesia.

24

You might also like