You are on page 1of 20

Fakultas pertanian universitas Jambi

PENDAHULUAN

Latar Belakang Tanaman karet termasuk famili Euphorbiaceae atau tanaman getah-gatahan. Dinamakan demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Mengingat manfaat dan kegunaannya, tanaman ini digolongkan ke dalam tanaman industri. Sesuai dengan nama latin yang disandangnya tanaman karet (Hevea brassiliensis) berasal dari Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat seperti Amerika Selatan, Afrika, dan Asia menggunakan pohon-pohon lain yang juga menghasilkan getah. Sebagai penghasil lateks, tanaman karet dapat dikatakan merupakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran. Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.). Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan.

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

Fakultas pertanian universitas Jambi

Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet. Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun. Sejak berabad-abad yang lalu karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil Amerika Selatan. Akan tetapi meskipun telah diketahui penggunaannya, oleh Columbus dalam pelayarannya ke Amerika Selatan pada akhir abad ke-16, sampai saat itu karet masih belum menarik perhatian orang-orang Eropa. Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai Amazon dan secara tradisional diambil getahnya oleh penduduk setempat untuk digunakan dalam berbagai keperluan, antara lain sebagai bahan untuk menyalakan api dan bola untuk permainan. Sistem perkebunan karet muncul pada abad ke-19. Akan tetapi, sistem pekebunan di Asia Tenggara tidak terjadi sebelum akhir abad ke-19, ketika permintaan menuntut perluasan sumber penawaran. Sistem ini diperkenalkan oleh beberapa ahli tumbuh-tumbuhan di Inggris. Pada tahun 1870 tanaman karet berkembang baik di Jawa dan Burma, akan tetapi tanaman ini memakan waktu antara penanaman dengan masa produksi. Dewasa ini, luas areal tanaman karet mencapai 3,04 juta hektar, dimana 83,4 % (92,54 juta hektar) adalah karet rakyat. Oleh karena itu, selain sebagai sumber devisa, karet rakyat juga memiliki arti sosial yang sangat penting karena mendukung lebih dari 10 juta jiwa keluarga petani yang mengusahakan komoditas ini. Walaupun demikian, produktivitas karet

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

Fakultas pertanian universitas Jambi

rakyat saat ini masih tergolong rendah, yakni hanya sekitar 300-400 kg karet kering per hektar per tahun. Pada awalnya seluruh karet dikumpulkan dari tanaman liar, awalnya karet dari Brazil, tetapi ada juga dari daerah lain dalam jumlah perbandingan yang kecil. Karena permintaan yang bertambah dan lebih cepat dibandingkan persediaan yang ada dan harga yang melambung tinggi. Ini memungkinkan terjadinya pelanggaran terhadap pengeksporan benih, dan pohon karet pun diperkenalkan kepada kerajaan-kerajaan kolonial di bagian dunia lain.

Tujuan Percobaan Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam dan ZPT BAP terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg). Hipotesis Percobaan Diduga adanya pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan stump mata tidur Karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg). Diduga adanya pengaruh ZPT BAP terhadap pertumbuhan stump mata tidur Karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg). Diduga adanya interaksi media tanam dan ZPT BAP terhadap pertumbuhan stump mata tidur Karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg). Kegunaan Percobaan Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian praktikum budidaya tanaman perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

Fakultas pertanian universitas Jambi

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Menurut Setiawan dan Andoko (2005), dalam kerajaan tanaman atau sistem klasifikasi kedudukan tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiosperma : Dicotyledoneae : Euphorbiales : Euphorbiaceae : Hevea : Hevea brassiliensis Muell. Arg Sistem perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang, akar ini mampu menopang batang tanman yang tumbuh tinggi dan besar. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah Utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3 20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3 10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul.

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

Fakultas pertanian universitas Jambi

Karet termasuk tanaman sempurna karena memiliki bunga jantan dan betina dalam satu pohon, terdapat dalam malai payung dan jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dan di ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Bunga betina berambut vilt dengan ukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan jantannya dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Organ kelamin jantan berbentuk tiang yang merupakan gabungan dari sepuluh benang sari. Buah beruang tiga, jarang yang beruang 4 hingga 6 diameter buah 3-5 cm dan terpisah 3, 4, 6. Coci bekatup dua, pericarp berbentuk endokarp berkayu. Biji besar. Bulat persegi empat, tertekan pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna coklat muda, dengan noda-noda cokelat tua, panjang 2-3,5 cm dan lebar 1,5 3 cm dan tebal 1,5-2,5 cm. Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman karet tumbuh baik pada dataran rendah. Yang ideal adalah pada tinggi 0 200 m dari permukaan laut. Pada tinggi lebih dari 200 m dpl laju pertumbuhan lilit batang lebih lambat, sehingga lebih lambat 3 6 bulan setiap naik 200 m. Tanaman karet tumbuh baik di daerah yang mempunyai curah hujan 2000 4000 mm per tahun. Tanaman karet dapat tumbuh baik pada suhu diantara 25 35oC. Suhu terbaik adalah rata-rata 28o C. Kelembaban yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar antara 75 90%. Sinar matahari yang cukup melimpah di negara-negara tropis merupakan syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas cukup paling tidak selama 5 sampai 7 jam.

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

Fakultas pertanian universitas Jambi

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15 LS dan 15 LU. Bila ditanam di luar zone tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat. Tanah Agar produktivitas tinggi, karet sangat bagus jika dibudidayakan di tanah yang subur. Dengan penambahan pupuk, tanaman karet yang dibudidayakan di tanah-tanah yang kurang subur masih bisa diproduksi optimal. Bukti menunjukkan, di Malaysia dan Indonesia yang sebagian besar wilayahnya berupa tanah Podsolik Merah Kuning yang kurang subur, karet bisa ditanam dengan produktivitas yang memuaskan. Tanah Latosol dan Aluvial juga cukup sesuai untuk penanaman karet. Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, alluvial dan bahkan tanah gambut. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut: Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan Aerasi dan drainase baik Remah, porous, dan dapat menahan air, permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm Kandungan hara N, P, dan K cukup dan tidak kekurangan unsur mikro pH 4,5 6,5 Kemiringan tidak lebih dari 16% Tanah yang derajat keasamannya mendekati normal cocok untuk ditanami karet. Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5-6. Batas toleransi pH tanah bagi tanaman karet adalah 4-8. Tanah yang agak asam masih lebih baik daripada tanah yang basa.
Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi 6

Fakultas pertanian universitas Jambi

ZPT BAP (Benzil Amino Purine) Hormon atau Zat Perangsang Tumbuh (ZPT), merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman. Faktor yang mempengaruhi kearah mana tanaman tumbuh dan berkembang yaitu faktor luar (tanah,pupuk,pencahayaan atau irigasi) dan faktor dalam (terutama hormonal). Didalam teknik kultur jaringan (kuljar) , tingkat keberhasilan kuljar sangat bergantung pada hormon atau ZPT yang diberikan Arti hormon secara sederhana adalah pembawa pesan kimia, Arti hormon adalah senyawa organik bukan nutrisi tanaman yang disintetis disalah satu bagian tubuh tanaman dan dipindahkan ke bagian lan dalam konsentrasi rendah mampu menimbulkan tanggapan biokimia, fisiologis, dan morfologi. Tanggap biokimia meliputi proses proses kimia dalam sistem biologi, Tanggap fisiologis diantaranya mengenai proses pertumbuhan, adaptasi, diferensissi dan

perkembangan tanaman. Tanggap morfologi yaitu terbentuknya kekhususan bentuk daun akar, batang bunga dll bag tanaman dalam rangka mempertahankan hidup. Respon bisa + atau negatif. Zat pengatur tumbuh yang terdapat pada tanaman banyak jenisnya, salah satu jenis zpt yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAP (6-Benzil Amino Purine). BAP merupakan senyawa sintesis jenis sitokinin yang juga berperan dalam pembentukan akar, pembelahan sel dan pembentukan organ kecambah. BAP walau diberikan pada konsentrasi rendah dapat memicu proses fisiologis pada tumbuhan. Hal ini disebabkan karena zpt dipengaruhi oleh asam nukleat sehingga langsung mempengaruhi sintesis protein dan mengatur aktivitas enzim. Pemberian BAP juga dapat meningkatkan kadar klorofil daun.

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

Fakultas pertanian universitas Jambi

Media Tanam Media yang digunakan untuk penyemaian biasa hanya terdiri atas pasir saja tetapi kadang-kadang juga diberi campuran sekam padi, lumut yang telah membusuk, tanah gembur, kompos, top soil, dan sebagainya. Banyak media yang dapat digunakan untuk penanaman benih asalkan tanahnya gembur dan halus, sehingga akar baru yang keluar tidak terhambat pertumbuhannya. Media tanam ini harus menggunakan tanah yang subur dan berhumus. Sebaiknya diambil tanah yang berada di permukaan dengan ketebalan 0-15 cm. Jangan mencampur tanah dengan pasir, pupuk kandang, dan lain-lain. Tanah hendaknya bertekstur geluh berat dan berstruktur sempurna. Tanah ini dimasukkan dalam kantong plastik berukuran 25x56 cm yang diperkirakan bisa menampung media seberat 9 kg. Bagian bawah kantong plastik harus dilubangi . Tanah untuk media tanam harus subur dan berhumus yang bisa diambil dari tanah permukaan (top soil) dengan kedalaman maksimum 15 cm. Tanah tidak perlu dicampur pupuk kandang, pasir atau bahan lainnya. Setelah itu, kecambah karet ditanam dengan cara yang sama dengan menanam kecambah pada persemaian di lahan. Kantong plastik atau polybag yang digunakan untuk tempat menyemaikan bibit karet sebaiknya berukuran 25x56 cm atau diperkirakan dapat menampung 10 kg tanah. Sebelum tanah dimasukkan ke dalamnya, dasar plasatik harus diberi lubang sebagai tempat keluarnya air siraman. Tanah pengisi kantong adalah tanah lapisan atas dicampur merata dengan pupuk fosfat alam sebanyak 100 g Agrophos (35% P2O5) per kantong. Bila perlu dapat dicampur dengan 1/10 bagian pupuk kandang. Untuk mengisi kantong digunakan tanah lapisan atas (top soil) 30 cm. Tanah galian parit-parit batas tertentu tempat penyusunan kantong plastik (15cm) dapat juga diambil sebagai bahan pengisi. Tanah tersebut dihancurkan sehingga

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

Fakultas pertanian universitas Jambi

tidak terdapat bongkah-bongkah. Kemudian hancuran tanah diayak untuk membuang akarakar, kayu, batu dan lain-lain. Pengisian dilakukan secara berangsur-angsur, diisi 1/3 bagian lantas dipadatkan, setelah 2/3 ditanamkan tunggul ditengah-tengah dan dipadatkan. Pengisian 1/3 terakhir adalah 3 cm dari bibir kantong, kemudian dipadatkan, sehingga berdiri kokoh dan tidak terdapat rongga.

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

Fakultas pertanian universitas Jambi

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan ini dilaksanakan di kebun percobaan fakultas partanian universitas jambi.Yang dilaksanakan mulai tanggal 11 Maret 2011-27 Mei 2011. Bahan dan Alat Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit stump mata tidur sebagai objek pengamatan yang diamati, BAP sebagai zat pengatur tumbuh, pasir, top soil, sub soil sebagai media tanam, air sebagai media penyiraman, label nama sebagai penanda polybag dan bahan-bahan lain yang mendukung percobaan ini. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk membersihkan lahan dan mencampurkan media tanam, polybag sebagai tempat media tanam, gembor sebagai wadah untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, alat tulis untuk mencatat data serta alat-alat lain yang mendukung percobaan ini.

Metode Percobaan

Minggu 1 (11 Maret 2011) Membuat naungan

Minggu 2 (18 maret 2011)

Mengisi polibeg

Minggu 3 (25 Maret 2011)

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

10

Fakultas pertanian universitas Jambi

Menanam benih karet stump mata tidur

Minggu 4 (1 April 2011)


Penyemprotan BAP (6-Benzil Amino Purine).

1. 0 ppm 2. 100 ppm 3. 300 ppm 4. 500 ppm

= Ao = A1 = A2 = A3

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

11

Fakultas pertanian universitas Jambi

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan Lahan percobaan dibersihkan dari gulma dan dibuat Naungan sebagai tempat peletakan polybag, setelah naungan selesai disekeliling bedengan dibuat parit sedalam 30 cm. Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan adalah campuran topsoil dan subsoil + pasir + kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1, kemudian dimasukkan ke dalam polybag berukuran 10 kg. Aplikasi ZPT BAP Persiapan Bahan Tanaman Disiapkan stump mata tidur karet dengan ukuran 30 cm di leher akar kemudian direndam terlebih dahulu titik tumbuhnya dengan larutan ZPT BAP dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu Ao = 0 ppm,A1= 100 ppm,A2=300 ppm,A3=500 ppm.

Penanaman Stump Stump ditanam ke polybag dengan perlakuan masing-masing. Stump ditanam sedalam batas leher akar stump dengan arah mata tunas menghadap ke arah Timur (arah matahari terbit). Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi 12

Fakultas pertanian universitas Jambi

Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari dan selanjutnya dikurangi bila keadaan tanah masih basah dan lembab. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tangan pada saat gulma mulai tumbuh di media dan dengan cangkul jika di bedengan. Pengamatan Parameter Persentase Melentis (%) Persentase Melentis stump mata tidur karet dihitung dengan menggunakan rumus : Jumlah stump yang tumbuh Persentase Melentis (%) = ----------------------------------------- x 100 % Jumlah stump yang ditanam Tinggi Tunas (cm) Tinggi tunas dihitung dari pangkal jendela okulasi sampai titik tumbuh tanaman tersebut dengan interval 1 minggu.

Diameter Tunas (mm) Diameter batang dihitung dengan menggunakan jangka sorong setiap 1 minggu sekali diukur dari dua sisi batang (arah utara dan selatan), diukur dari pangkal tanaman tersebut atau 1 cm diatas permukaan tanah.

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

13

Fakultas pertanian universitas Jambi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Persentase Mata Melentis (%) Tabel Persentase mata melentis tanaman karet stump mata tidur MINGGU KE1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-Rata A0 6.4 1.1-A0 A1 1.1-A1 6.4 A2 6.4 25% 29,20% 8,30% 4,20% 0% 4,20% 0% 0% 8,86% 1.1-A2 A3 6.4 1.1-A3

37,30% 29,20% 8,30% 12,50% 0% 4,20% 4,20% 0% 11,99%

41,67% 20,80% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 7,81%

29,20% 20,80% 0% 8,30% 0% 4,20% 4,20% 0% 8,34%

Grafik 1

: % melentis Tanaman karet Stum mata tidur


Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi 14

Fakultas pertanian universitas Jambi

Tinggi Tunas (cm) Tabel 2. Rataan Tinggi Tunas (cm) No 1 2 3 4 Perlakuan A0 1.1-A0 6.4 A1 1.1-A1 6.4 A2 1.1-A2 6.4 A3 1.1-A3 6.4 M1 0,12 0,12 0,23 0,23 M2 2,17 1,15 2,5 1,20 M3 3,41 2,15 6,70 3,85 M4 3,77 2,76 7,76 2,6 M5 5,23 4,16 7,89 6,32 M6 6,35 4,89 7,87 5,88 M7 7,40 4,82 7,86 6,30 M8 7,89 3,21 8,36 5,75

Grafik 2

: Tinggi tunas ( Cm) stum mata tidur

Diameter Tunas ( mm ) Tabel 3 Rataan diameter tunas (mm) No 1 2 3 4 Perlakuan A0 1.1-A0 6.4 A1 1.1-A1 6.4 A2 1.1-A2 6.4 A3 1.1-A3 6.4 M1 0,16 3,12 0,12 2,21 M2 0,92 2,12 1,12 0,72 M3 1,24 0,92 2,13 1,49 M4 0 0,15 0,38 0 M5 1,75 1,74 3,01 2,07 M6 2,09 1,82 2,88 1,93 M7 7,40 4,82 7,86 6,30 M8 7,89 3,21 8,36 5,75

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

15

Fakultas pertanian universitas Jambi

Diagram 3

: Diameter tunas ( mm ) karet stum mata tidur

Jumlah daun ( Helai ) No 1 2 3 4 5 6 Minggu M3 M4 M5 M6 M7 M8 A0 1.1- A0 6.4 0 39 49 81 81 96 A1 1.1- A1 6.4 12 43 50 75 84 83 A2 1.1- A2 6.4 0 75 111 116 117 124 A3 1.1- A3 6.4 19 38 62 98 90 93

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

16

Fakultas pertanian universitas Jambi

140 120 100 80 60 40 20 0 M3 M4 M5 M6 M7 M8 A0 1.1- A06.4 A1 1.1- A1 6.4 A2 1.1- A2 6.4 A2 1.1- A2 6.5

Diagram 4 Pembahasan

: Jumlah Daun ( Helai ) Karet stum mata tidur

Dari hasil pengamatan diketahui % melentis yang tertinggi untuk perlakuan kombinasi antara media tanam dan ZPT BAP terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 11,99% dan terendah pada perlakuan A2 yaitu sebesar 7,81. Dari hasil pengamatan diketahui parameter tinggi tunas untuk perlakuan kombinasi antara media tanam dan ZPT BAP yang tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 6,15 cm dan terendah pada A1 yaitu sebesar 2,91 cm. Dari hasil pengamatan diketahui parameter diameter tunas untuk perlakuan kombinasi antara media tanam dan ZPT BAP adalah A2, yaitu sebesar 3,23 mm dan terendah terdapat pada A1, yaitu sebesar 2,24

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

17

Fakultas pertanian universitas Jambi

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 1. Nilai rataan % melentis yang tertingi terdapat pada perlakuan A0 yaitu sebesar 11,99% dan yang terendah terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 7,81%. 2. Nilai rataan tinggi tunas tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 6,15 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar 2,91 cm. 3. Nilai rataan diameter tunas tertinggi terdapat pada perlakuan A2 yaitu sebesar 3,23 mm dan yang terendah terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar 2,24 mm

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

18

Fakultas pertanian universitas Jambi

Saran Diharapkan pada praktikum selanjutnya Dosen/ Asisten yang mengampu mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan mengkondisikan masing-masing kelas memiliki praktikum yang dipisah-pisahkan agar mudah dalam pengkoordinasian dan tidak terjadi Main-main dalam praktikum..

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta. BPTP-Jambi. 2008. Teknologi Pembibitan Klon Karet Unggul. Http://www.bptpjambi@litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 10 April 2010. Http://deptan.disbun.com., 2010. Karet. Diakses tanggal 10 April 2010. Http://www.icraf.org., 2010. Okulasi Karet. Diakses tanggal 10 April 2010. Lakitan, B., 1995. Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Schery, R. W., 1961. Plants for Man. Prentice Hall Inc., New Jersey. Setiawan, D. H. dan Andoko A., 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi 19

Fakultas pertanian universitas Jambi

Setyamidjaja, D., 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius, Yogyakarta. Sianturi, H. S. D., 2001. Budidaya Tanaman Kelapa Karet. USU Press, Medan. Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press, Yogyakarta. Tim Penulis PS, 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta. Widianto, I., 2000. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Laporan praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Lukman Ferdi

20

You might also like